• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Kepadatan Kepiting pada Ekosistem Mangrove Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jenis dan Kepadatan Kepiting pada Ekosistem Mangrove Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021

e-ISSN: 2722-6026

224

Jenis dan Kepadatan Kepiting pada Ekosistem Mangrove Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Sumatera

Barat

Nola Gusni1), Nur El Fajri2), Adriman2)

1,2Institusi/Afiliasi; alamat, telp/fax

1Program Sarjana Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

e-mail: *nola.gusni@student.unri.ac.id

Abstrak

Kawasan mangrove di Nagari Gasan Gadang telah mengalami kerusakan akibat aktivitas masyarakat dan berdampak negatif pada kehidupan kepiting di kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan kepiting.

Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2019-Januari 2020 . Pengamatan dilakukan menggunakan 3 stasiun dengan 3 plot dan 5 subplot. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Kepiting ditangkap dengan tangan.

Hasil penelitian ditemukan 4 jenis kepiting yang tergolong genus Sesarma yaitu Perisesarma sp dan genus Uca yaitu Uca Perplexa, Uca dussumieri dan Uca coarctata.

Kepadatan kepiting berkisar 13.998-20.662 ind/ha dan kerapatan mangrove 800-1.533 p/ha. Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu berkisar 28-30 ℃, pH air 7-8, pH tanah 6-8, dan salinitas 17-22. Sedangkan pada substrat bahan organik berkisar 24,5- 51,6 % dan tipe substrat lumpur berpasir.

Kata kunci: Sesarma, Perisesarma sp, Uca dussumieri, Lumpur berpasir, Kualitas air Abstract

Mangrove area in the Nagari Gasan Gadang has been damage due to human activities and the damage negatively affects crabs living in that area. A research aims to understand species and density of crabswas conducted in December 2019-January 2020.

There were 3 stations with 3 plots/station and 5 sub plots/plot.Samplings were conducted 3 times at 2 week intervals. Crabs were caught by hand. Results shown that there were 4 crab species present, namely Perisesarma sp,Uca Perplexa, Uca dussumieri and Uca coarctata. The density of crabs ranged from 13,998 to 20,662organisms/ha and mangrove density ranged from 800 to 1,533 trees/ha. The environmental parameterswere as follows: temperature 28-30 °C, pH 7-8, and salinity 17-22 ‰, while the soil’s pH was 6-8.In the substrate, organic material ranged from 24.5 to 51.6% and the type of substrate was sandy mud.

Keyword: Sesarma, Perisesarma sp, Uca dussumieri, Sandy mud, Water quality

(2)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

225

1. PENDAHULUAN

Kepiting merupakan salah satu hewan arthropoda yang hidup dalam ekosistem pesisir/mangrove dan merupakan salah satu spesies kunci atau keystone species yang memiliki peranan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Kepiting mempunyai peranan penting dalam ekosistem, diantaranya mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan (Prianto, 2007).

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dengan nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Ekosistem hutan mangrove adalah daerah yang produktivitasnya tinggi karena ada serasah dan terjadi dekomposisi serasah sehingga terdapat detritus. Hutan mangrove memberikan kontribusi besar terhadap detritus organik yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota yang hidup di perairan sekitarnya (Suwondo et al., 2005).

Salah satu hutan mangrove yang ada di Indonesia bertempat di Nagari Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Keindahan pantai dan juga hutan mangrove bisa dijadikan sebagai salah satu penyumbang dalam sektor wisata, namun saat ini hutan mangrove di Nagari Gasan Gadang mulai mengalami kerusakan karena beberapa lokasi hutan mangrove ditebang dan dimanfaatkan kayunya serta masyarakat memanfaatkan lokasi hutan mangrove sebagai tempat penggembalaan ternak tanpa pengawasan, hal ini menyebabkan kerusakan di beberapa bagian hutan mangrove. Kerusakan mangrove tentunya berpengaruh terhadap organisme yang hidup disekitar dan menyebabkan perubahan lingkungan serta dapat menimbulkan penurunan kesuburan tanah sebagai habitat berbagai jenis organisme, salah satunya keanekaragaman jenis kepiting sebagai penghuni hutan mangrove.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan kepiting, kerapatan mangrove dan parameter lingkungan kawasan mangrove di Nagari Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019- Januari 2020 di kawasan hutan mangrove Nagari Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Penetapan stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan dengan memperhatikan kondisi hutan mangrove yang bisa dijadikan sebagai patokan dalam penelitian dan dapat mewakili semua kawasan hutan mangrove.

Pengambilan sampel dibagi menjadi 3 stasiun dengan kondisi dan karakteristik yang berbeda. Pengambilan sampel kepiting dan pengamatan mangrove menggunakan transek yang terdiri dari 3 plot dan 5 subplot pada masing-masing stasiun, dimana 10x10 untuk pengamatan mangrove dan 1x1 untuk pengambilan sampel kepiting.

Pengambilan sampel kepiting dilakukan dengan menggunakan obeng yang panjangnya 30 cm. Sampel yang ditemukan dimasukkan ke dalam plastik dan

(3)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

226

dimasukkan ke dalam coolbox kemudian sampel diidentifikasi di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Analisis Data

Data pengambilan sampel yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel grafik, kemudian dianalisis secara deskriptif.

Perhitungan Kepadatan Kepiting

Kepadatan jenis yaitu jumlah individu per satuan luas. Kepadatan kepiting dihitung dengan menggunakan rumus Browr dan Zar (1997), yaitu:

X = Keterangan:

X: Kepadatan Kepiting (ind/ ) ni: Jumlah total individu untuk jenis A: Luas area sampel ( )

Perhitungan Kerapatan Mangrove

Kerapatan mangrove memberikan gambaran tentang individu dalam plot.

Kerapatan mangrove (pohon/ha) =

x 10.000

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (2004) No.201/MENLH/2004 tentang Kriteria bakau ada 3 kriteria, yaitu:

 Kerapatan pohon > 1500 pohon/ha dikategorikan sangat baik.

 Kerapatan pohon > 1000 - <1500 pohon/ha dikategorikan sedang.

 Kerapatan pohon< 1000 pohon/ha dikategorikan rusak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada ekosistem mangrove Nagari Gasan Gadang ditemukan 4 jenis kepiting yang tergolong genus Sesarma, yaitu : Perisesarma sp dan genus Uca, yaitu : Uca Perplexa, Uca dussumieri dan Uca coarctata

Kepadatan Kepiting

Kepadatan Kepiting pada mangrove di Nagari Gasan Gadang berbeda (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai Kepadatan Kepiting di Mangrove Nagari Gasan Gadang

No Jenis Stasiun

I II III

Ind/ha

1 Perisesarma sp 7.333 7.332 5.333 2

3 4

Uca perplexa Uca dussumeiri Uca coarctata

3.999 1.333 1.333

3.999 3.999 3.332

6.666 4.666 3.999

Total 13.998 18.662 20.664

(4)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

227

Tingginya kepadatan kepiting pada stasiun III yaitu 20.664 ind/ha diduga karena kawasan mangrove relatif alami dan jauh dari aktivitas masyarakat yang dapat mempengaruhi kawasan hutan mangrove sehingga perkembangan dan pertumbuhan kepiting tidak terganggu. Selain itu kerapatan mangrove pada stasiun III yaitu 1.533 p/ha sehingga tutupan kanopi yang luas dan rapat memberikan perlindungan bagi kepiting dan mampu menghasilkan serasah dan bahan organik yang tinggi yaitu berkisar 30,17-42,91 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Vonk dalam Litaay et al,. (2014) menyatakan bahwa kerapatan mangrove mempengaruhi keberadaan dan kepadatan organisme.

Kerapatan Mangrove

Berdasarkan hasil penelitian dari identifikasi jenis mangrove di Nagari Gasan Gadang, mangrove yang ditemukan sebanyak 3 jenis yaitu Sonneratia alba, Rhizophora apiculata dan Achantus ilicifiolis.

Dari hasil penelitian didapatkan nilai kerapatan mangrove pada setiap stasiun berbeda-beda, berkisar antara 800-1.533 p/ha. Kerapatan mangrove tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 1.533 p/ha dan terendah pada stasiun I yaitu 800 p/ha. Tingginya kerapatan mangrove di stasiun III karena pada kawasan ini relatif alami dan terdapat sedikit sekali aktivitas, sehingga kerapatan mangrove masih dikategorikan sangat baik. Sedangkan rendahnya kerapatan mangrove di stasiun I disebabkan karena kawasan hutan mangrove dekat dengan pemukiman dan banyak aktivitas masyarakat seperti penebangan pohon mangrove dan penggembelaan kerbau tanpa pengawasan di sekitar kawasan mangrove.

Parameter Lingkungan

Kondisi lingkungan di ekosistem mangrove Nagari Gasan yaitu suhu berkisar 28-30 °C, pH air berkisar 7-8, pH tanah berkisar 7-8, dan salinitas berkisar 15-22 ‰.(Tabel 2).

Tabel 2. Parameter Lingkungan No Parameter Satuan Stasiun

I II III

1 Suhu °C 30 29 28

2 pH Air 8 7 8

3 pH Tanah 7 6 8

4 Salinitas ‰ 17 20 22

Suhu perairan di kawasan hutan mangrove Nagari Gasan Gadang berkisar 28-30 °C. Pada masing-masing stasiun memiliki suhu yang tidak jauh berbeda.

Kondisi suhu di masing-masing stasiun masih layak untuk kehidupan kepiting karena sesuai pada kisaran optimal yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gusrina (2008) yang menyatakan suhu perairan dipengaruhi oleh musim, penutupan awan, aliran air, keberadaan tumbuhan sekitar dan kedalaman air.

Derajat keasaman kawasan mangrove Nagari Gasan pada setiap stasiun tidak jauh berbeda. Nilai keasaaman air berkisar 6-8 dan nilai keasaman tanah berkisar 7-8, ini menunjukkan nilai pH pada kawasan mangrove relatif stabil.

Sesuai baku mutu air (KEP No. 51/MENLH/2004) menyatakan bahwa pH tanah

(5)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

228

yang bagus untuk kehidupan organisme laut berkisar 6-8. Hal ini tentu masih mendukung untuk pertumbuhan organisme Kepiting.

Nilai salinitas yang di dapat pada kawasan hutan mangrove di Nagari Gasan berkisar 17-22 ‰. Nurhayati (2002) yang menyatakan bahwa keberadaan nilai salinitas dalam distribusinya di perairan laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya interaksi masuknya air tawar ke dalam perairan laut melalui sungai, juga dipengaruhi oleh penguapan dan curah hujan.

Substrat Perairan

Jenis substrat yang diperoleh dari setiap stasiun adalah lumpur berpasir dengan presentase yang berbeda-beda. Sesuai dengan penelitian Susanti dalam Defira (2018) menyatakan bahwa biasanya suatu kawasan mangrove tidak ada sedimen yang hanya terdiri dari satu tipe substrat saja, melainkan terdiri dari kombinasi tiga fraksi yaitu pasir, lumpur dan liat. Bahan organik pada kawasan hutan mangrove Nagari Gasan Gadang pada masing-masing stasiun berbeda yaitu berkisar 24,5-51,6 %.(Tabel 3).

Tabel 3. Bahan Organik

Stasiun Nilai Kandungan Bahan Organik Total (%)

I 24,50

II 51,58

III 37,62

Nontji (2002) yang menyatakan bahwa kandungan bahan organik yang terdapat di perairan lebih kurang 90% berasal dari vegetasi mangrove. Guguran daun mangrove merupakan sumber bahan organik bagi organisme yang hidup di kawasan mangrove, khususnya kepiting. Tinggi rendahnya kandungan organik sangat mempengaruhi sebaran mangrove. Bahan organik yang berasal dari daun mangrove merupakan sumber energi utama bagi organisme kepiting.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pada kawasan hutan mangrove Nagari Gasan Gadang ditemukan 4 jenis kepiting, yaitu: Perisesarma sp, Uca perplexa, Uca dussumieri dan Uca coarctata dengan kepadatan berkisar 13.998-20.664 ind/ha. Kerapatan mangrove di Nagari Gasan Gadang berkisar 800-1533 p/ha, kerapatan mangrove masih dikategorikan sangat baik terutama pada stasiun III. Parameter lingkungan pada ekosistem mangrove Nagari Gasan Gadang yaitu: suhu berkisar 28-30 ºC, pH air berkisar 7- 8, pH tanah berkisar 6-8, salinitas berkisar 17-22 ‰, bahan organik berkisar 24,5- 51,6 % dan jenis substrat lumpur berpasir. Ekosistem hutan mangrove di Nagari Gasan Gadang masih mendukung untuk kehidupan kepiting dan mangrove.

Saran

Adanya keterkaitan antara mangrove dengan kepadatan kepiting, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kerapatan mangrove dengan kepadatan kepiting, sehingga dapat diketahui hubungan mangrove dengan

(6)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

229

kepiting untuk dijadikan informasi lanjutan dan mengetahui aktifitas apa saja yang ada di kawasan mangrove Nagari Gasan Gadang dalam beberapa bulan bahkan tahun kedepan mengenai jenis dan kepadatan kepiting.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal dengan baik. Shalawat beserta salam penulis kirimkan kepada Suri Tuladan Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada mendiang kedua orangtua, dosen pembimbing dan penguji, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan sampai jurnal ini selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Defira, Y. 2018. Struktur Komunitas Bivalva Pada Ekosistem Mangrove di Desa Mangkapan Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau.

Gusrina. 2008. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. 23 (1): 15-21.

Litaay, M., D. Priosambodo dan Darussalam. 2014. Struktur Komunitas Bivalva di Kawasan Mangrove Perairan Bontolebang Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan. 72 hal.

MEN-LH. 2004. Surat Keputusan Nomor: Kep/51/MENLH/2004. Tentang Baku Mutu Air Laut. Sekretariat Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

30 hal.

MEN-LH. 2004. Surat Keputusan Nomor : Kep-201/MEN/LH/2004. Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Sekretariat Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta: 59 – 67.

Nurhayati. 2002. Karakteristik Hidrografi dan Arus di PerairanSelat Malaka.

Perairan Indonesia Oseanograf, Biologi dan Lingkungan. Puslit Oseanografi LIPI. Jakarta.

Prianto, E. 2007. Peran Kepiting sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia.

Banyuasin: Balai Riset Perikanan Perairan Umum.

(7)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

230

Suwondo, E. Febrita dan F. Sumanti. 2005. Struktur Komunitas Gastropoda pada Hutan Mangrove di Pulau Sipora Kabupaten Kapulauan Mentawai Sumatera Barat. Jurnal Biogenesis. 2 (1) : 25-26.

Referensi

Dokumen terkait

Macam mana abang tau Faiz tak sihat?” Aku bertanya, menutup mulut yang menguap dengan belakang tangan.. Kepala aku garu-garu

penggunaan Obat. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Aceh maka Bappeda Provinsi Aceh mempunyai tugas

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dessi Tri Santi dalam jurnal IJCSS 2013 yang berjudul Sistem Informasi Manajemen Tata Persuratan Kementerian Agama Kabupaten Pacitan

Apabila tidak ada nama, dipilih nama kampung yang dianggap populer(terkenal), serta mempunyai aksesibilitas (sekolah dan fasilitas umum) terhadap mobilitas antarpermukiman.

Pengambilan atau pemanggilan data kembali satu orang menyatakan tidak mudah karena petugas belum terbiasa mencari data yang telah dihasilkan sebelumnya pada menu storing

Rencana tindak lanjut pelaksanaan Program Aksi Prioritas Nasional 10, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas perumusan kebijakan dan program khusus untuk

Masyarakat di Dusun Krajan Timur II Desa Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember umumnya juga bekerja di kota. Mereka memilih bekerja di kota karena pekerjaan