• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori dalam penelitian. Penulis akan menjabarkan teori tentang Implementasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa), peranan, kebijakan serta landasan teori lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek yang diteliti, sebagai berikut :

2.1.1. Definisi dan Konsep Kebijakan Publik

Konsep kebijakan, secara konseptual sering dikonsepsikan dengan terminologi “kebijaksanaan” sebagai konsep filsafat yang diterminologikan dengan “wisdom” yang berarti “cinta kebenaran”. Konsep “kebijaksanaan”

diartikan sebagai suatu “pernyataan kehendak”; dalam bahasa politik diistilahkan sebagai “statemen of intens” atau perumusan keinginan (Budiarjo, 1972:23).

Kebijakan Secara etimologi, istilah kebijakan berasal dari Bahasa

Inggris “policy”. Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab,

merumuskan kebijaksanaan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat,

kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu

bidang kegiatan tertentu. (Wahab, 2008:2). Oleh karena itu, kebijaksanaan

menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan

(2)

oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di hadapi.

Kebijakan sebagai studi haruslah diartikan sebagai penyataan kehendak yang diikuti oleh unsur pengaturan dan atau paksaan, sehingga dalam pelaksanaannya akan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.

Kebijakan publik menentukan bentuk suatu kehidupan setiap bangsa dan negara. Semua negara menghadapi masalah yang relatif sama, yang berbeda adalah bagaimana respons terhadap masalah tersebut. Respons ini yang disebut sebagai kebijakan publik. (Riant Nugroho, 2008:30).

Menurut E.S Quade, dalam buku yang berjudul Public Policy (2008:425) mengatakan bahwa :

“analisis kebijakan adalah suatu bentuk penelitian terapan yang dilakukan untuk dapat memahami secara mendalam berbagai permasalahan guna mendapatkan pemecahan yang lebih baik”.

Dunn (2000:1) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai aktifitas

menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan

kebijakan. Dalam perumusan kebijakan menurut Dunn (2003:3), tahap

yang harus dilakukan, yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi/legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi

kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun penjelasan tahap-tahap

tersebut adalah sebagai berikut:

(3)

1) Penyusunan Agenda

Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan.

2) Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.

3) Adopsi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.

4) Implementasi Kebijakan

Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan dampak dan kinerja dari kebijakan tersebut. Di sini akan ditemukan apakah kebijakan yang dibuat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.

5) Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup

(4)

substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik. Salah satu definisi yang diberikan oleh Robert Eyestone dalam Budi Winarno (2007: 15) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009:19)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose

to do or not to do” (apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau

untuk tidak dilakukan). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik

adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan

pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping

itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan

(5)

kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak) yang sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Hal senada juga diungkapkan Woll (Tangkilisan 2003:2) menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Menurut James E Anderson sebagaimana disunting Budi Winarno (2008 : 20-21) memberikan definisi tentang kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

1) kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakantindakan yang berorientasi pada tujuan;

2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah;

3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;

4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti

merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah

(6)

tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;

5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian “tindakan” (nyata/bukan suatu kehendak) yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundangundangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2.1.2. Definisi dan Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi implementasi.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada

yaitu, langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui

formulasi kebijakan atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

(7)

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

“Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan”. (Winarno, 2002:101-102).

Definisi di atas menekankan bahwa implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Implementasi program atau kebijakan merupakan salah satu tahap

yang penting dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan

harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang

diinginkan. Wahab (Setyadi, 2005:32) mengutip pendapat para pakar yang

menyatakan bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya

menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok

sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik,

ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat

mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat, dan pada

akhirnyaberpengaruh terhadap dampak negatif maupun positif, dengan

(8)

demikian dalam mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak utnuk memberikan dukungan.

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memerikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, 2005:36).

Menurut Riplay (2008:15) Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam proses kebijakan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Edwards III bahwa tampa implementasi yang efektif maka keputusan pembuatan kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.

Implementasikan kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarah yang sah dari suatu kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcome bagi masyarakat.

Menurut Awang (2010:32) Proses Implementasi kebijakan publik

dimulai dengan keluaran kebijakan dari organisasi kemudian menuju

kepada kesediaan kelompok sasaran mematui output kebijakan. Setelah

itu menghasilkan dampak nyata output kebijakan, seingga hasilnya terlihat

melalui perbaikan mendasar terhadap peraturan yang telah atau belum

dilaksanakan, yang berguna untuk menilai kinerja imlementasi kebijakan.

(9)

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn bahwa tugas implementasi adalah membagun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

Menurut Purwanto (2010:21) Implementasi Intinya adalah: kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementer kepada kelompok sasaran (target group)sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan.

Kriteria pengukuran implementasi kebijakan, perlu dipahami adanya hubungan pengaruh antara implementasi kebijakan dengan faktor lain hal ini sesuai dengan pendapat Van Meter dan Van Horn yang mengatakan bahwa hubungan pengaruh antara implementasi kebijakan dengan faktor lain adalah terdapatnya variable bebas yang saling berkaitan sekaligus menghubungkan antara kebijaka dengan prestasi kerja. Variable yang dimaksud adalah meliputi: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber kebijakan, ciri atau sifat badan/instansi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dan komunikasi kegiatan yang dilaksanakan, sikap para pelaksana dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Menurut Quade dalam proses implementasi kebijakan yang ideal

akan terjadi interaksi dan reaksi dari organisasi pengimplementasi,

kelompok sasaran dan faktor lingkungan yang mengakibatkan munculnya

(10)

tekanan dan diikuti dengan tindakan tawar-menawar atau transaksi. Dari transaksi tersebut di peroleh umpan balik yang oleh pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan selanjutnya.

Ada beberapa pendapat para ahli/teori tentang implementasi suatu kebijakan antara lain :

a. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Teori ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Menurut Van Meter dan Carl E.Van Horn dalam buku Public Policy (2008:653) ada enam variabel yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni:

1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.

2) Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resourse).

3) Hubungan antar organisasi. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan mempengaruhi sikap para pelaksana dan badan pelaksana.

4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen

pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan

(11)

pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu kebijakan.

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mempengaruhi variabel badan pelaksana dan variabel sikap para pelaksana, sehingga dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

6) Sikap para pelaksana atau implementor. Sikap para pelaksana atau implementor yang telah terbentuk oleh berbagai variabel, yang mempengaruhi prestasi kerja sebaliknya prestasi kerja akan dipengaruhi pula oleh badan pelaksana.

b. Teori George Edward

Dalam pandangan Edwards III (1980:1), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain:

1. Komunikasi.

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan

dikomunikasikan pada organisasi dan/atau publik dan sikap serta

tanggapan dari para pihak yang terlibat. Agar suatu kebijakan yang di

implementasikan dapat mencapai hasil diinginkan maka kebijakan

tersebut harusdikomunikasikan kepada kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengrangi distorsi implementasi. Menurut

Sedarmayanti (2010:87) Apabila penyampaian tujuan dan sasaran tidak

jelas, tidak memberikan pemahaman atau bahkan tujuan dan sasaran

(12)

kebijakan tidak diketahui samasekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi sesuatu penolakan atau resistensi dari kelompok sasaran yang bersangkutan.

Komunikasi menurut sadarmayanti adalah proses kegiatan penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau tempat) lain, dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Jadi komunikasi disini memberikan arti yang luas karena tidak hanya menitik beratkan pada segi manusianya saja tetapi peralatan elektronik (komputer) mampu menjadi pengirim berita dalam suatu sistem komunikasi moderen. Oleh karena itu diperlakukan adanya tiga hal, yaitu:

1) penyaluran (transmisi) yang baik akan menghasilkan implementasi yang baik pula;

2) Kejelasan, adanya kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan; dan

3) Adanya konsistensi yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan.

Jika yang dikomunikasikan berubah-ubah akan membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.

2. Sumber daya.

Sumber daya berkenaan dengan ketersediaan sumber daya

pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan

kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara

efektif. Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber daya

baik sumber daya manusia, matrial dan metode. Sasaran, tujuan dan isi

kebijakan walaupun sudah di komunikasikan secara jelas dan konsisten,

(13)

tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif dan efisien.

Sumber Daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif dan efisien. Sumber Daya ini meliputi empat komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan fasilitas yang di butuhkan dalam pelaksanaan.

3. Disposisi.

Disposisi berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut. Disposisi adalah sikap yang dimiliki oleh implementor kebijakan seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis implementor terhadap program.

Edwards III mengatakan bahwa disposisi dalam implementasi kebijakan diartikan sebagai kecenderungan), keinginan atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan, implementor baik harus memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan atau ditetapkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi

birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Ada

dua karakteristik utama dari struktur birokrasi yaitu prosedur operasi yang

(14)

standar (standard operation procedure) dan fragmentasi. Standar operation procedure dikembangkan sebagai respon terhadap keterbatasan waktu dan sumberdaya dari pelaksana untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas.

Sedangkan frakmentasi dari tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi seperti komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan pejabat eksekutif, konstitusi negara dan alat kebijakan yang mempengarui organisasi birokrasi publik. Lima hal harus tergambar dalam suatu struktur birokrasi yaitu:

a) jenjang hirarki jabatan-jabatan manajerial yang jelas seingga terlihat siapa yang bertanggung jawab kepada siapa;

b) pelembangan berbagai jenis kegiatan operasional sebagai jawaban terhadap pertanyaan “siapa yang berhubugan dengan siapa dan untuk kepentingan apa;

c) jaringan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan baik yang bersifat institusional maupun individu;

d) hubungan antara satu satuan kerja dengan berbagai satuan kerja yang lainnya. Kesederhanaan prosedur di samping dapat melicinkan jalannya pelaksanaan kebijakan juga mengakibatkan timbulnya inisiatif yang bermanfaat di kalangan implementor.

Dalam beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

konsep implementasi kebijakan mengarah pada suatu aktivitas atau suatu

kegiatan yang dinamis dan bertanggung jawab dalam melaksanakan

(15)

program serta menetapkan tujuan dari kebijakan tersebut sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Dalam implementasi kebijakan terdapat berbagai hambatan- hambatan yang dapat menghambat. Gow dan Morss (pasolong, 2007:59) mengungkapkan bahwa hambatan dalam implementasi kebijakan adalah antara lain sebagai berikut:

1) Hambatan politik, ekonomi dan lingkungan;

2) Kelemahan institusi;

3) Ketidakmampuan sumber daya manusia (SDM) dibidang teknis dan administrative;

4) Kekurangan dalam bantuan teknis;

5) Kurangnya desentralisasi dan partisipasi;

6) Pengaturan waktu (timing);

7) System informasi kurang mendukung;

8) Perbedaan agenda tujuan dan actor;

9) Dukungan yang berksinambungan

Semua hambatan dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan dari luar dan dalam. Hambatan dari dalam dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia, system dan prosedur yang harus digunakan sedangkan hambatan dari luar dapat dibedakan atas semua kekuatan yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung kepada proses implementasi itu sendiri seperti:

a. Peraturan atau kebijakan pemerintah b. Kelompok sasaran

c. Kecenderungan ekonomi

(16)

d. Kecendrungan politik

e. Kondisi sosial budaya dan sebagainya 2.1.3. Konsep Administrasi Publik

Administrasi Publik (Public Administration) atau Administrasi Negara adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur penyelenggara negara.

Secara sederhana, administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi publik.

Meskipun sama-sama mengkaji tentang organisasi, administrasi publik ini berbeda dengan ilmu manajemen: jika manajemen mengkaji tentang pengelolaan organisasi swasta, maka administrasi publik mengkaji tentang organisasi publik/pemerintah, seperti departemen-departemen, dan dinas- dinas, mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat pusat. Kajian ini termasuk mengenai birokrasi; penyusunan, pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan publik; administrasi pembangunan;

kepemerintahan daerah; dan good governance.

Administrasi publik terdiri dari dua kata, yaitu administrasi dan

publik. Administrasi diartikan sebagai kegiatan atau kerjasama dalam

rangka mencapai tujuan yang sudah ditentukan atau diarahkan. Definisi

lainnya yang dapat diajukan adalah kegiatam implementasi kebijakan.

(17)

Sedangkan publik dapat diartikan sebagai negara, klien, konsumen, warga masyarakat, dan kelompok kepentingan. Tetapi dalam wacana di Indonesia lebih berkembang administrasi publik disamakan dengan administrasi negara.

Dari pengertian dua kata tersebut, maka administrasi publik dapat diartikan sebagai sebuah proses menjalankan keputusan/kebijakan untuk kepentingan negara, warga masyarakat. Terdapat pengertian yang singkat, administrasi publik merupakan metode pemerintahan negara (proses politik) administration of publik, for public dan by public. Dengan demikian administrasi publik merupakan proses pemerintahan publik, untuk publik dan oleh publik.

Administrasi public, menurut Chandler dan Plano dalam Keban

(2008:4) adalah proses dimana sumberdaya dan personel publik

diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,

mengimplementasikan, dan mengelola (manage) keputusan-keputusan

dalam kebijakan publik. Sedangkan Keban menyatakan bahwa istilah

Administrasi Publik menunjukkan bagaimana pemerintah berperan

sebagai agen tunggal yang berkuasa atau sebagai regulator, yang aktif

dan selalu berinisiatif dalam mengatur atau mengambil langkah dan

prakarsa, yang menurut mereka penting atau baik untuk masyarakat

karena diasumsikan bahwa masyarakat adalah pihak yang pasif, kurang

mampu, dan harus tunduk dan menerima apa saja yang diatur pemerintah

(Keban, 2008:4).

(18)

Teori Administrasi menjelaskan upaya-upaya untuk mendefinisikan fungsi universal yang dilakukan oleh pimpinan dan asas-asas yang menyusun praktik kepemimpinan yang baik. Henry Fayol (1925) menggunakan pendekatan atas manajemen administrasi, yaitu suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai pada tingkat pimpinan terbawah.

Fayol melahirkan tiga sumbangan besar bagi administrasi dan manajemen yaitu:

(1) aktivitas organisasi,

(2) fungsi atau tugas pimpinan,

(3) prinsip-prinsip administrasi atau manajemen.

2.1.4 Konsep Organisasi dan Organisasi Modern

Organisasi secara umum merupakan suatu bentuk kerja sama antar individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Siagian (2006:6) mendefinisikan organisasi sebagai suatu bentuk persekutuan antar dua orang atau lebih yang bekerja bersama secara formal terikat dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

Menurut Rosenweg (Sufian, 2005:31) organisasi dapat dipandang sebagai:

a. Sistem sosial, yaitu orang-orang dalam kelompok

b. Integritas atau kesatuan dari aktivitas-aktivitas orang yang bekerjasama

c. Orang-orang yang berorientasi atau berpedoman pada tujuan

bersama.

(19)

Menurut Dwight Waldo (Syafiie, 2003: 114) organization is the structure of authoritatife and habitual personal interrelation in an administrative system, organisasi adalah sebagai suatu struktur dari kewenangan-kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan antar orang-orang pada suatu sistem administrasi. Selanjutnya, menyimpulkan definisi organisasi adalah sebagai berikut:

1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi

2. Terjadi kerjasama dan pembagian tugas dalam organisasi tersebut 3. Berlangsung proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing 4. Didalamnya terjadi hubungan antar individu maupun kelompok, baik

dalam organisasi itu sendiri maupun keluar organisasi.

Secara global ada dua jenis organisasi yaitu organisasi publik dan organisasi-organisasi privat/swasta. Organisasi publik ialah organisasi yang bergerak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan tanpa maksud semata-mata memperoleh keuntungan, sedangkan organisasi privat/swasta ialah organisasi yang bergerak melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan maksud memperoleh keuntungan atau dengan kata lain organisasi ini memiliki tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Organisasi publik ialah organisasi formal milik publik yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang. Dalam negara administratif

pemerintah sebagai organisasi publik menjalankan beberapa fungsinya

antara lain fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Menurut Siagian

(2007:141) dalam suatu negara administrative, pemerintah dengan

(20)

seluruh jajarannya biasanya dikenal sebagai abdi masyarakat. Dalam bahasa yang sederhana peranan tersebut diharapkan terwujud pemberian berbagai jenis pelayanan yang diperlukan oleh seluruh warga masyarakat.

Menurut Sondang Siagian, (2006:25) mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk perserikatan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan sekelompok lainnya disebut bawahan.

Menurut Hamim (2005:24) organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok, harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas sedemikian rupa, member saluran terbaik untuk pemakaian efisien, sistematis, positif dari usaha yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.

Organisasi Formal adalah suatu struktur organisasi yang disusun secara bebas dan fleksibel, dalam organisasi informal keanggotaan seseorang mungkin hanya tumbuh oleh waktu situasi yang pasti dari hubungan antara para anggota dan bahkan tujuan organisasi tidak rinci dan dalam waktu yang tidak ditentukan.

Dalam organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang

para individu atau kelompok-kelompok, harus melakukan dengan bakat-

bakat yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas sedemikian rupa,

(21)

memberi saluran terbaik untuk pemakaian efisien, sistematis, positif dari usaha yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan dengan setiap bentuk perserikatan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan sekelompok lainnya disebut bawahan.

Tujuan organisasi mempunyai tiga tujuan utama yang saling berhubungan. Tujuan-tujuan tersebut adalah pertumbuhan, stabilitas, dan interaksi. Ketiga tujuan organisasi itu akan membedakan bentuk organisasi dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Persamaan dalam tujuan-tujuan tersebut juga telah diteliti oleh para ahli sejalan dengan pengembangan teori system umum.

2.1.4.1 Teori Organisasi Modern 1. Pengertian Organisasi Modern

Salah satu aliran besar dalam teori organisasi adalah teori modern, yang kadang-kadang disebut juga analisa sistem. Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu

kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan

bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan

lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka.

(22)

Interaksi dinamis antar proses, bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun dengan organisasi lain dan dengan lingkungan.

Suatu organisasi merupakan suatu proses yang tersusun para individu saling mempengaruhi untuk berbagai tujuan. Dalam Pendekatan Modern menyatakan bahwa yang dimiliki saat ini bukan teori mengenai organisasi tetapi way of thinking atau cara berfikir mengenai organisasi, cara melihat dan menganalisis secara lebih tepat dan mendalam, yang dilakukan melalui keteraturan atau regularitas perilaku organisasi, yang hanya berlaku untuk suatu lingkungan atau kondisi tertentu.

2. Dasar Pemikiran Organisasi Modern

Teori Organisasi Modern berawal dari dasar pemikiran, yaitu:

1. Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi, sasaran organisasi dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai hakikat pekerjaannya;

2. Teori Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan, menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh;

3. Ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep koordinasi, skalar dan vertikal.

3. Teori Organisasi dalam Suatu Kerangka Sistem

Teori organisasi modern adalah multidisipliner yang konsep-konsep

dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang studi. Teori

modern berusaha untuk memberikan sintesa yang menyeluruh bagian-

bagian yang berhubungan dengan semua bidang studi tersebut untuk

(23)

mengembangkan suatu teori organisasi yang diterima umum. Hal ini sering disebut analisa system pada organisasi.

Faktor-faktor yang membedakan kualitas teori organisasi modern dengan teori-teori lainnya adalah dasar konseptual – analitiknya, ketergantungannya pada data riset empiric, dan di atas semuanya, sifat pemaduan dan pengintegrasikannya. Kualiatas-kualitas ini merupakan kerangka filosofi yang diterima sebagai suatu cara untuk mempelajari organisasi sebagai suatu sistem. Bagian-bagian dari sistem dan saling ketergantungannya.

a. Individu dan struktur kepribadiannya yang diberikan kepada organisasi.

b. Penentuan fungsi-fungsi formal, yang biasa disebut organisasi formal.

c. Organisasi informal.

d. Struktur status dan peranan.

e. Lingkungan phisik pelaksanaan pekerjaan.

Proses-proses hubungan dalam system, teori organisasi modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu muncul pada system manusia dalam perilakunya berorganisasi. Ketiga proses tersebut adalah:

a. Komunikasi;

b. Berusaha untuk mencapai keseimbangan, dan;

c. Pengambilan keputusan.

Ciri-Ciri Organisasi Modern telah mengalami perkembangan yang sangat

signifikan dalam dunia modern ini. Ciri-ciri organisasi modern adalah:

(24)

a. Organisasi bertambah besar;

b. Pengolahan data semakin cepat;

c. Penggunaan staff lebih intensif;

d. Kecenderungan spesialisasi;

e. Memiliki prinsip-prinsip organisasi;

f. Memiliki unsur-unsur organisasi yang lebih lengkap.

2.1.5 Konsep Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Nurdin Usman. 2002:70).

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirimuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana

(25)

tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula (Abdullah Syukur,1987:40). Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.

Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan- tindakannya kearah itu. Seperti: Leadership (pimpinan), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga “gerakan aksi”

mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama.

Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak

berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,

sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang

berhubunganlansung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal

(26)

ini, George R. Terry (1986:62) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaranperusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut olehkarena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika:

a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain

yanglebih penting, atau mendesak,

d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan e. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut:

1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan

pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

(27)

2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.

3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.

4. Proses implementasi program agar dapat dijalankan olehseluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.

Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan;

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program;

d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak

(28)

sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.

Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu (Abdullah Syukur, 1997:398):

a) Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan;

b) Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan;

c) Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

2.1.5.1 Pelaksanaan Kebijakan Publik

Pelaksanaan kebijakan secara sederhana adalah pelaksanaan atau penerapan suatu kebijakan. Pelaksanaan kebijakan bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan, atau mekanisme yang dibingkai pada suatu sistem tertentu. Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu kegiatan terencana yang dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Haerul,&

Hamdan, 2016: 25).

Pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku lembaga

administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program,

(29)

melainkan menyangkut pula pada partisipasi masyarakat, kekuatan politik, ekonomi dan sosial dengan berbagai pihak. Pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan secara tepat sasaran dan berdaya guna akan mampu memecahkan suatu permasalahan secara baik, semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang digunakan, semakin diperlukan teori dan modal yang mampu menjelaskan ketepatan pelaksanaan kebijalan tersebut (Rohman, 2016:42).

Analisa kebijakan perlu dilakukan, tertutama berkenaan dengan dampak yang dihasilkannya. Kajian pelaksanaan kebijakan bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dan merugikan kepentingan masyarakat.

Pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan lanjutan dari proses perumusan dan penetapan kebijakan. Sehingga pelaksanaan kebijakan dapat dimaknai sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok pemerintah, yang diorientasikan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Implikasi dari pelaksanaan kebijakan merupakan konsekuensi yang muncul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan-kebijakan tersebut. Hasil evaluasi pada pelaksanaan kebijakan dapat menghasilkan dampak yang diharapkan (intended) atau dampak yang tidak diharapkan (spillover negativeeffect).

Secara luas, pelaksanaan kebijakan digambarkan sebagai apa

yang ditetapkan secara jelas oleh pembuat kebijakan (pemerintah) yang

(30)

akan memiliki dampak tertentu. Jann & Wegrich (2007:23) menyebutkan bahwa pelaksanaan kebijakan akan mencakup unsur inti sebagai berikut:

1. Spesifikasi program, yakni bagaimana dan di mana lembaga atau organisasi harusmenjalankan program, dan bagaimana hukum atau program ditafsirkan;

2. Alokasi sumber daya, yakni bagaimana anggaran didistribusikan, personil yang akan melaksanakan program dan organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program.

3. Keputusan, yakni bagaimana keputusan akan dilakukan.

Proses pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku

badan-badan administratif/ pemerintahan yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan program dan menimbulkan ketaatanpada diri kelompok

sasaran, melainkan juga menyangkut jaringan pada kekuatan-

kekuatanpolitik, ekonomi, dan sosial, yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhiperilaku dari para pihak yang terlibat

(stakeholders). Kesalahan atau ketidaksempurnaan suatu kebijakan

biasanya akan dapat dievaluasi setelah kebijakan itu dilaksanakan,

begitu juga keberhasilan pelaksanaan kebijakan dapat dianalisa pada

akibat yang ditimbulkan sebagai hasilpelaksanaan kebijakan. Penilaian

atas kebijakan dapat mencakup isi kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan

dampak kebijakan.

(31)

2.1.6. Konsep Strategi

Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Selanjutnya Quinn (1999:10) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan.

Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki keunggulan kompetitif.

Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan

meyakinkan bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat

(32)

dilaksanakan, Hatten dan hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :

1. Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.

2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang

merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah

kelemahannya. Selain itu hendaknya juga memanfaatkan

kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat

untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.

(33)

5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat dilaksanakan.

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslahberhati-hati, sehingga tidak menjerumuskan organisasike lubang yang lebih besar. Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat dikontrol.

7. Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai.

8. Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam organisasi.

Sementara itu menurut Argyris, Mintzberg, Steiner, dan Miner

seperti yang dikutip dalam Rangkuti (1998:4) menyatakan bahwa strategi

merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap

peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal

yang dapat mempengaruhi organisasi. Bryson (2001:189-190)

menjelaskan bahwa strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan,

kebijakan, progam tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang

mendefinisikan bagaimna organisasi itu, apa yang dilakukan dan mengapa

organisasi melakukannya.

(34)

Setiap organisasi pasti memiliki strategi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Tipe strategi yang digunakan dalam suatu organisasi tidaklah sama. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Kooten dalam Salusu (2006:104-105), tipe-tipe strategi meliputi :

1) Corporate Strategy (Strategi Organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatifinisatif strategi yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu mengenai apa yang dilakukan dan untuk siapa.

2) Program strategy (Strategi Program)

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Kira-kira apa dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan (apa dampaknya bagi sasaran organisasi).

3) Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya) Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.

4) Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisatif strategi.

(35)

Berkaitan dengan penelitian ini, tipe strateginya adalah strategi program. Hal demikian dikarenakan strategi program lebih mengutamakan dampak dari suatu kegiatan itu diperkenalkan dan dilakukan. Strategi program lebih mengedepankan manfaat dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. Oleh sebab itu strategi mencakup bagaimana organisasi memulai tahapan pengenalan program- programnya kepada masyarakat dengan bentuk sosialisasi. Sehingga dengan begitu dampak dari terkenalnya organisasi ini yaitu masyarakat mengetahui dan mengenal lebih jauh untuk lebih memahami dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi tersebut.

Strategi merupakan suatu kegiatan komprehensif yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya pilihan strategi merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi organisasi diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan buaran kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di lingkungnya.

Strategi dirumuskan dalam dua perspektif berbeda, yang pertama

strategi adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai

tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Pengertian ini lebih

mengarahkan pada peranan aktif organisasi untuk melaksanakan program

(36)

sebagai strategi organisasi menghadapi perubahan lingkungan. Strategi ini dikenal sebagai perencanaan strategi.

Perspektif kedua strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungan sepanjang waktu. Pengertian ini lebih mengarahkan organisasi untuk bersikap pasif, yang artinya para manajer akan menganggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan hanya jika mereka merasa perlu untuk melakukannya. Strategi ini dikenal sebagai strategi adaptif. Pembahasan pada materi ini akan lebih di tekankan pada peranan aktif manajer yang dikenal seebagai perencanaan strategis yang fokusnya luas dan berjangka panjang.

Disamping ke dua perspektif tersebut dikenal strategi entrepreneur yaitu strategi yang dirancang pemimpin usaha berdasarkan inisiatif untuk pertumbuhan yang konstan dengan mencari peluang baru secara aktif.

Pengertian ini juga mengarahkan peranan aktif seseorang dalam hal ini adalah seorang entrepreneur atau wirausahawan.

2.1.7 Peran, Tugas dan Fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Dalam Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Penguatan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah merupakan salah satu langkah strategis dalam penguatan SINas maupun SIDa, agar lembaga iptek dapat berkinerja tinggi. Dengan menghasilkan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas adopsi pengguna teknologi (masyarakat, industri, dan Pemerintah).

Pasal 16 ayat (2) huruf b Peraturan Bersama Menteri Negara Riset

dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2012 dan

(37)

Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan SIDa menyatakan bahwa penataan terhadap institusi pemerintah daerah dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan peran Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) sebagai koordinator dalam penguatan SIDa.

Pada Pasal 32 mengamanatkan kepada gubernur untuk membentuk Tim Koordinasi Penguatan SIDa di Provinsi/Kabupaten/Kota.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) berperan sebagai Sekretaris Tim Koordinasi yang mempunyai tugas antara lain menyusun dokumen Roadmap Penguatan SIDa.

Hal ini sejalan dengan Pasal 7 Ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011, yang menyatakan bahwa tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) Provinsi/Kabupaten/Kota antara lain adalah menyusun kebijakan teknis, rencana, dan program kelitbangan di lingkungan pemerintahan Provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota di wilayahnya, sedangkan salah satu kewenangannya adalah melaksanakan pengelolaan pembangunan daerah. Mengingat pentingnya peran Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) dalam pembangunan daerah, khususnya dalam penguatan SIDa, diperlukan berbagai upaya untuk peningkatan kinerjanya, diantaranya berupa fasilitasi dan pendampingan penyelenggaraan penguatan SIDa, dalam implementasi Roadmap SIDa.

Guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya, Tim

Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSIDa) Provinsi Riau

(38)

dibantu oleh Sekretariat Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSIDa) Provinsi Riau yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau.

Tugas Pokok Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau sebagai Sekretariat Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSIDa) melaksanakan tugas sebagai berikut:

1. Menyusun dokumen Roadmap Penguatan Sistem Inovasi di Provinsi Riau;

2. Mengintegrasikan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi di Provinsi Riau ke dalam dokumen RPJMD;

3. Melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi penguatan sistem inovasi;

4. Melakukan penataan unsur sistem inovasi di Provinsi Riau;

5. Melakukan pengembangan sistem inovasi di Provinsi Riau;

6. Mempersiapkan rumusan kebijakan penguatan sistem inovasi di Provinsi Riau;

7. Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan penguatan sistem inovasi di Provinsi Riau;

8. Melakukan monitoring dan evaluasi;

9. Melaporkan hasil pelaksanaan penguatan sistem inovasi di Provinsi

Riau.

(39)

Badan penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau merupakan BPPD yang sudah berkinerja utama dalam 2 (dua) tahun terakhir yang mempunyai tugas dan fungsi:

a) Adanya koordinasi dalam rangka mengimplementasikan SIDa dengan Perguruan Tinggi, STP dan Lembaga Penunjang Lainnya di daerah, yang dituangkan dalam bentuk kegiatan;

b) Terbentuknya jaringan yang kuat/kolaborasi antar unsur inovasi dalam rangka mengimplementasikan SIDa;

c) Terbentuknya kegiatan bersama yang melibatkan seluruh unsur inovasi dalam meningkatkan potensi unggulan daerah;

d) Telah melaksanakan pembinaan terhadap badan litbang Kabupaten/Kota terkait komoditas unggulan daerah dalam mengimplementasikan SIDa.

2.1.8 Konsep Sistem Inovasi Daerah (SIDa) 2.1.8.1 Definisi dan Teori Inovasi

Pengertian Inovasi Inovasi menurut Schumpeter memiliki arti, usaha mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi sehingga, dengan inovasi seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, dan kebijakan tidak hanya bagi lembaga pendidikan tapi juga Stakeholder dan masyarakat.

Wina Sanjaya dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran, inovasi

diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu dan

digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.

(40)

Secara harfiah inovasi / innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru, inovasi kadang diartikan sebagai penemuan namun, maknanya berbeda dengan penemuan dalam arti discovery atau Invention.

Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sebelumnya, misalnya penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut di Indonesia baru–baru ini dikembangkan, sebenarnya model pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan di negara- negara lain, atau model pembelajaran melalui jaringan internet.

Sedangkan Invantion, memiliki pengertian penemuan yang benar–benar baru belum tercipta sebelumnya.

Penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar- benar baru di daerah tersebut, tetapi pada dasarnya sudah pernah diterapkan di daerah ataupun Negara lain dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Misalnya, seiring dengan kemajuan teknologi kita dapat mendesain pembelajaran melalui hand phone atau melalui Games yang belum ada sebelumnya.

Dari beberapa pengertian tersebut inovasi dapat diartikan sebagai

wujud baru berupa ide, gagasan, atau tindakan. Sedangkan dilihat dari

maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benar–benar baru, belum tercipta

sebelumnya yang disebut invention, atau dapat juga tidak benar–benar

(41)

baru sebab, sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang berbeda, kemudian dikenal dengan istilah discovery.

Jadi inovasi bisa terjadi dalam segala bidang termasuk di dalamnya pendidikan. Inovasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Khususnya dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya keresahan dan keinginan dari pihak –pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Upaya untuk memecahkan masalah tersebut maka, munculah ide– ide baru atau gagasan sebagai suatu inovasi. Dengan Demikian, Inovasi Diartikan Sebagai:

1. Inovasi: proses atau hasil kreativitas pembaruan/ perbaikan yang membawa (memberikan) kegunaan/kemanfaatan nyata (komersial/bisnis, ekonomi, sosial, dan/ atau budaya);

2. Difusi: suatu proses di mana inovasi dikomunikasikan melalui suatu saluran komunikasi tertentu dalam waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial atau masyarakat (Rogers, 1997:95);

3. Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya (UU Nomor 18 tahun 2002);

4. Pembelajaran: suatu proses belajar (pendidikan-pengajaran,

pelatihan, pengkajian, dan praktik serta evaluasi) yang membawa

kepada pengembangan diri dan perbaikan sikap, perilaku dan

tindakan.

(42)

2.1.8.2 Pengertian Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Peningkatan daya saing antar daerah merupakan agenda yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, inovasi dalam pembangunan yang berjalan secara komprehensif serta terjadinya kolaborasi antar aktor pembangunan merupakan faktor kunci peningkatan daya saing. Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan salah satu strategi utama dalam sistem inovasi nasional yang mewadahi proses interaksi antara komponen penguatan sistem inovasi.

Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuh kembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

Pada dasarnya, merupakan agenda nasional sesuai dalam UU

Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJN) 2005- 2025 dan UU Nomor 18 tahun 2002 tentang

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. Setiap daerah harus melakukan beberapa

poin penting tentang penguatan SIDa, yaitu kebijakan membuat tim

(43)

koordinasi dan Roadmap SIDa, penataan SIDa baik kelembagaan maupun sumberdaya SIDa, mengembangkan SIDa melalui potensi lokal, dan melakukan koordinasi dan pelaporan hingga pemerintah pusat.

Lundvall (1992:23) mengartikan sistem inovasi sebagai unsur- unsur dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam produksi, difusi, dan penggunaan pengetahuan yang baru dan berguna secara ekonomis, dan seringkali berlokasi atau berakar dalam batas-batas suatu negara;

Freeman (1987:17) menyebutkan sistem inovasi sebagai jejaring kelembagaan dalam sektor publik dan swasta dimana kegiatan-kegiatan dan interaksi-interaksinya memulai, mendatangkan, mengubah, dan mendifusikan teknologi-teknologi baru;

Hall dkk. (2003:22) berpendapat bahwa Sistem inovasi adalah kelompok organisasi dan individu yang terlibat dalam produksi, difusi dan adaptasi, dan penggunaan pengetahuan signifikansi sosial ekonomi, dan konteks kelembagaan yang mengatur cara dimana interaksi-interaksi dan proses-proses ini terjadi;

Hall dkk. (2003:23) menyatakan lebih lanjut bahwa pendekatan

sistem inovasi memandang inovasi dalam cara yang lebih sistemik,

interaktif, dan evolusioner, dimana produk-produk dan proses-proses

baru dibawa ke dalam penggunaan ekonomi dan sosial melalui

kegiatan-kegiatan jejaring organisasi yang dimediasi oleh berbagai

(44)

kelembagaan dan kebijakan. Dari pengertian Sistem Inovasi diatas dapat dijabarkan:

1) Ada penekanan bahwa inovasi adalah proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa perubahan teknologi tidak banyak dipertimbangkan sebagai pengembangan material, tetapi lebih sebagai suatu rekombinasi dari pengetahuan (yang seringkali sudah ada) atau penciptaan kombinasi-kombinasi baru. Proses pembelajaran ini bergantung pada keterlibatan banyak aktor yang mempertukarkan pengetahuan, aktor-aktor ini terdiri dari berbagai organisasi, meliputi perusahaan, pemerintah, dan lembaga penelitian.

2) Ada penekanan pada peranan lembaga. Lembagadapat dianggap sebagai ketentuan, regulasi, dan rutinitas yang membentuk ruang kemungkinan bagi aktor-aktor. Dengan ini, lembaga merupakan penggerak maupun hambatan penting bagi inovasi (Suurs, 2009:42).

3) Sistem inovasi menekankan hubungan antara aktor dan lembaga atau adanya gagasan tentang suatu sistem. Perspektif sistem menunjukkan adanya pendekatan holistik. Holistik dalam sistem inovasi berarti bahwa kinerja suatu sistem inovasi tidak dapat dianggap sebagai fungsi linear dari unsur-unsurnya.

4) Sistem inovasi menekankan pentingnya interaksi yang berkelanjutan di antara banyak proses dimana semua proses ini berjalan paralel dan memperkuat satu sama lain melalui mekanisme umpan balik positif.

Jika umpan balik semacam ini diabaikan, apakah oleh pembuat

(45)

kebijakan ataupun oleh pengusaha, maka hal ini kemungkinan besar menyebabkan kegagalan dalam proses inovasi di seluruh sistem (Suurs, 2009:45).

Dengan demikian, sistem inovasi sebenarnya mencakup basis:

a) Basis ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan, aktivitas penelitian dan pengembangan, dan rekayasa);

b) Basis produksi (meliputi aktivitas-aktivitas nilai tambah bagi pemenuhan kebutuhan bisnis dan non bisnis serta masyarakat umum); dan

c) Basis pemanfaatan dan difusinya dalam masyarakat; serta d) Basis proses pembelajaran yang berkembang.

2.1.8.3 Pengembangan dan Sektor Pengembangan Kebijakan

Prasyarat mutlak inovasi kebijakan publik adalah terwujudnya gagasan dan ide dari pejabat publik sebagai entry point diimplementasikannya berbagai program-program dan kebijakan.

Gagasan dan ide dapat terealisasikan apabila organisasi sektor publik sebagai locus pembuatan kebijakan mampu melakukan adopsi dan adaptasi terhadap perkembangan yang terjadi di luar organisasi.

Mekanisme sistem organisasi sektor publik yang melibatkan lingkungan organisasi sebagai input dan proses organisasi menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari setiap perumusan kebijakan publik.

Terhambatnya kebijakan publik melakukan perubahan disebabkan

oleh banyak faktor, diantaranya seperti rendahnya kapasitas pejabat

publik, budaya birokrasi yang antipati terhadap perubahan dan struktur

(46)

birokrasi yang cenderung kaku dan kurang fleksibel. Dalam kasus tertentu, banyak terjadi orientasi kebijakan publik yang berbeda antara pemerintah dan publik terutama dalam proses formulasi kebijakan sehingga menyebabkan ketidakharmonisan pada tataran implementasi. Pemerintah berorientasi kepada bagaimana membelanjakan anggaran supaya terserap dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga kerap kali lalai terhadap program yang bersentuhan langsung dengan kepentingan publik.

Kondisi tersebut memaksa publik untuk tetap patuh terhadap kebijakan dari pemerintah yang tidak memberikan dampak dan manfaat kepentingan publik. (Mariana, 2010:2).

a. Inovasi Kebijakan Publik dalam perspektif konseptual

Inovasi diartikan sebagai suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru atau objek- objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat (Wijayanti, 2012:129). Aspek sesuatu yang baru tersebut dapat terbentuk melalui sebuah proses modifikasi. Dan kebijakan publik diartikan sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu projected program of goals, values, and practices. Secara konseptual, inovasi kebijakan publik terbagi menjadi (Nugroho, 2014:125) yaitu:

a) Policy innovation: new policy direction and initiatives yaitu inovasi

kebijakan yang dimaksud adalah adanya inisiatif dan arah

kebijakan baru. Ini dapat diartikan bahwa setiap kebijakan publik

Gambar

Gambar II. 1
Tabel 2.2 :    Operasional  Variabel  Penelitian  Tentang  Strategi  Badan  Penelitian  Dan  Pengembangan  Provinsi  Riau  Dalam  Mengembangkan  Kebijakan  Sistem  Inovasi  Daerah (SIDa)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dalam laporan akhir ini, kesimpulan yang didapatkan ialah untuk tingkat likuiditas perusahaan dianggap likuid tetapi

PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

$EVWUDN 6HQVH 5HIHUHQFH 'DQ *HQUH 1RYHO 0HUDKQ\D 0HUDK .DU\D ,ZDQ 6LPDWXSDQJ $QDOLVLV +HUPHQHXWLND 3DXO 5LFRHXU 7HRUL KHUPHQHXWLND 3DXO 5LFRHXU PHQ\HEXWWHNV VDVWUD EHUPDNQD RWRQRP

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.. 8.1.1

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian