• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 3

KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

Dalam menentukan asal produk-produk yang berhak mendapatkan konsesi tarif preferensial sesuai dengan Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Republik Rakyat China (selanjutnya disebut sebagai “Persetujuan”), aturan- aturan berikut ini wajib berlaku:

Aturan 1 : Definisi

Untuk maksud-maksud Lampiran ini:

(a) “Suatu Pihak” adalah masing-masing para Pihak pada Persetujuan seperti, Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, Republik Sosialis Vietnam dan Republik Rakyat China (“China”).

(b) “Bahan-bahan” wajib meliputi unsur-unsur, bagian-bagian, komponen- komponen, sub rakitan dan/atau barang-barang yang secara fisik tergabung kedalam barang lainnya atau yang merupakan subjek suatu proses produksi dari barang lain.

(c) “Barang asal” adalah produk-produk yang digolongkan sebagai barang asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan sesuai Aturan 2.

(d) “produksi” adalah metode-metode untuk memperoleh barang-barang termasuk dengan menumbuhkan, menambang, memanen, mengembangkan, membiakkan, menyarikan, mengumpulkan, menyatukan, menangkap, memancing, memasang perangkap, berburu, memfabrikasi, menghasilkan, mengolah atau merakit suatu barang.

(e) “Aturan Khusus Produk” adalah aturan-aturan yang menguraikan bahwa bahan-bahan tersebut telah melalui suatu perubahan klasifikasi tarif atau suatu fabrikasi spesifik atau operasional pengolahan, atau memenuhi suatu kriteria ad valorem atau gabungn dari setiap kriteria tersebut.

Aturan 2: Kriteria Asal

Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, produk-produk yang diimpor oleh suatu Pihak wajib dianggap sebagai barang asal dan berhak mendapatkan konsesi preferensial apabila mereka sesuai dengan persyaratan-persyaratan asal berdasarkan salah satu berikut ini:

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(2)

(a) Produk-produk yang secara keseluruhan diproduksi atau diperoleh sebagaimana tercantum dan dijabarkan dalam Aturan 3; atau

(b) Produk-produk yang tidak diproduksi atau diperoleh secara keseluruhan dengan syarat bahwa produk-produk tersebut berjak sesuai dengan Aturan 4, Aturan 5 atau Aturan 6.

Aturan 3: Produk-produk yang Diperoleh Secara Keseluruhan

Menurut arti Aturan 2 (a), hal-hal berikut ini wajib dipertimbangkan secara keseluruhan diproduksi atau diperoleh di suatu Pihak:

(a) Tumbuhan3 dan produk-produk tumbuhan yang dipanen, dipetik atau dikumpulkan di suatu Pihak;

(b) satwa hidup4 yang lahir dan dibesarkan di suatu Pihak;

(c) Produk-produk5 yang diperoleh dari satwa-satwa hidup sebagaimana dirujuk pada ayat (b) di atas;

(d) Produk-produk yang diperoleh dengan berburu, memasang perangkap, memancing, membudidayakan ikan, mengumpulkan, atau menangkap yang dilakukan di suatu Pihak;

(e) Mineral-mineral dan unsur-unsur yang timbul secara alami, tidak termasuk pada ayat (a) sampai (d), yang disarikan atau diambil dari tanah, air, perairan, dasar laut atau di bawah dasar laut di suatu Pihak;

(f) Produk-produk yang dihasilkan dari perairan, dasar laut atau di bawah dasar laut di luar wilayah perairan dari Pihak tersebut, dengan syarat bahwa Pihak tersebut memiliki hak untuk mengeksploitasi perairan, dasar laut atau di bawah dasar laut tersebut sesuai dengan hukum internasional;

(g) Produk-produk hasil memancing di laut dan produk-produk laut lainnya yang diambil dari perairan bebas dengan kapal-kapal yang terdaftar di suatu Pihak atau berhak mengibarkan bendera dari Pihak tersebut;

(h) Produk-produk yang dioleh dan/atau dibuat diatas kapal pengolahan yang terdaftar di suatu Pihak dan berhak mengibarkan bendera Pihak tersebut, secara ekslusif dari produk-produk sebagaimana dirujuk pada ayat (g);

(i) Barang-barang yang dikumpulkan di suatu Pihak yang tidak ditemukan lagi manfaatnya dan tidak juga berguna untuk disimpan atau diperbaiki

3. Tumbuhan disini merujuk pada pada Tumbuhan hidup termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, pohon, biji, jamur dan tanaman hidup.

4. Satwa merujuk pada ayat (b) dan (c) mencakup semua satwa hidup, termasuk mamalia, burung, ikan, hewan bercangkang, molusca, hewan melata, bakteri dan virus.

5. Produk-produk yang merujuk sebagaimana diperoleh dari satwa-satwa hidup tanpa melalui pengolahan, termasuk susu, telur, madu lebah, rambut, wol, sperma dan pupuk kandang.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(3)

hanya tepat untuk dibuang atau dipulihkan bagian-bagian bahan-bahan mentahnya, atau untuk maksud daur ulang6; dan

(j) Barang-barang yang diproduksi dan diperoleh di suatu Pihak semata-mata dari produk sebagaimana dirujuk pada ayat (a) sampai (i) di atas.

Aturan 4: Tidak Diproduksi atau Diperoleh secara Keseluruhan

(a) Untuk maksud-maksud Aturan 2 (b), suatu produk wajib dianggap sebagai barang asal apabila:

(i) Tidak kurang dari 40% dari kandungan asalnya berasal dari Pihak manapun; atau

(ii) Apabila keseluruhan nilai dari bahan-bahan tersebut, bagian atau yang asalnya diproduksi dari luar wilayah suatu Pihak (seperti non- ACFTA) tidak melebihi 60% dari nilai FOB dari produk tersebut sehingga diproduksi atau diperoleh dengan syarat bahwa proses akhir dari fabrikasi tersebut dilakukan dalam wilayah Pihak tersebut.

(b) Untuk maksud-maksud Lampiran ini, kriteria asal sebagaimana tercantum dalam Aturan 4(a)(ii) wajib dirujuk sebagai “kandungan ACFTA”. Rumus untuk kandungan ACFTA sebesar 40% dihitung sebagai berikut:

Nilai Bahan-bahan

Non-ACFTA + Nilai Bahan dari

Asal barang yang tidak ditentukan x

100% < 60%

Harga FOB

Jadi, kandungan ACFTA: 100% - bahan non-ACFTA = paling sedikit 40%

(c) Nilai bahan-bahan non-asal wajib berupa:

(i) nilai CIF pada saat importasi bahan-bahan tersebut; atau

(ii) harga awal yang dibayar untuk bahan-bahan tersebut yang tidak dapat ditentukan asalnya di wilayah Pihak tersebut tempat pengerjaan atau pengolahan dilakukan.

6. Hal ini akan mencakup semua serpihan dan limbah termasuk serpihan dan limbah yang dihasilkan dari fabrikasi atau operasional pengolahan atau konsumsi di negara yang sama, mesin penyerpih, sisa kemasan dan seluruh produk yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan hanya diproduksi dan hanya tepat untuk disisihkan dan untuk pemulihan bahan-bahan mentah.

Fabrikasi atau proses operasional dimaksud wajib meliputi seluruh jenis pengolahan, tidak hanya proses industrial atau kimiawi tetapi juga operasi pertambangan, pertanian, konstruksi, penyulingan, pembakaran dan pembuangan limbah.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(4)

(d) Untuk maksud Aturan ini, ”bahan asal” wajib dianggap sebagai suatu bahan yang negara asalnya, ditentukan berdasarkan aturan-aturan ini, merupakan negara yang sama sebagai negara tempat bahan-bahan tersebut digunakan dalam proses produksi.

Aturan 5: Ketentuan Asal Barang Kumulatif

Kecuali diatur sebaliknya, untuk barang-barang yang memenuhi persyaratan- persyaratan asal sebagaimana diatur dalam Aturan 2 dan digunakan di wilayah suatu Pihak sebagai bahan-bahan untuk suatu produk akhir yang berhak mendapatkan perlakuan preferensial berdasarkan Persetujuan wajib dipertimbangkan sebagai produk-produk asal di wilayah Pihak tersebut tempat pengerjaan atau pengolahan produk akhir tersebut dilakukan dengan syarat bahwa jumlah kandungan ACFTA (dapat diberlakukan secara kumulatif sepenuhnya diantara seluruh Pihak) pada produk akhir tersebut tidak kurang dari 40%.

Aturan 6: Kriteria Produk Spesifik

Produk-produk yang telah mengalami tranformasi yang mencukupi di suatu Pihak wajib diperlakukan sebagai barang asal dari Pihak tersebut. Produk- produk yang memenuhi Aturan-aturan Produk Spesifik sebagaimana diatur dalam Lampiran B wajib dipertimbangkan sebagai barang yang telah mengalami transformasi yang mencukupi di suatu Pihak.

Aturan 7: Operasi dan Pengolahan Minimum

Operasi-operasi atau pengolahan-pengolahan yang dilakukan, untuknya sendiri atau digabungkan satu sama lain untuk maksud-maksud sebagaimana di bawah ini, dipertimbangkan sebagai proses minimum dan wajib tidak diperhitungkan dalam menentukan apakah suatu barang telah diperoleh secara keseluruhan di satu negara:

(a) memastikan pemeliharaan barang-barang dalam keadaan baik untuk maksud-maksud pengangkutan atau penyimpanan;

(b) memfasilitasi pengapalan atau pengangkutan;

(c) pengepakan7 atau pemajangan barang-barang untuk dijual Aturan 8: Pengiriman Secara Langsung

Hal-hal berikut ini wajib dipertimbangkan sebagai pengiriman secara langsung dari Pihak pengekspor ke Pihak pengimpor:

(a) Apabila produk diangkut melalui wilayah negara anggota ACFTA;

7. Hal ini tidak termasuk pengapsulan yang diistilahkan dengan ”pengepakan” dengan industri elektronik.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(5)

(b) Apabila produk-produk tersebut diangkut tanpa melalui wilayah dari setiap negara anggota non-ACFTA;

(c) Produk-produk yang pengangkutannya singgah melalui satu Negara Anggota non-ACFTA perantara atau lebih dengan atau tanpa pengapalan atau penyimpanan sementara di negara-negara tersebut, dengan syarat bahwa:

(i) pintu masuk persinggahan tersebut diijinkan untuk alasan geografis atau dengan pertimbangan yang secara eksklusif terkait dengan persyaratan-persyaratan pengangkutan;

(ii) produk-produk tersebut belum memasuki perdagangan atau konsumsi di negara tersebut; dan

(iii) produk-produk yang belum mengalami setiap operasi di negara tersebut selain daripada pembongkaran atau pemuatan kembali atau setiap operasi yang dilakukan untuk menjaganya dalam keadaan baik.

Aturan 9: Perlakuan Pengemasan

(a) Untuk maksud-maksud penilaian bea kepabeanan, apabila suatu Pihak memperlakukan produk-produk secara terpisah dari kemasannya, berkenaan dengan impor yang dikirim dari Pihak lainnya, dapat juga ditentukan secara terpisah asal dari kemasan tersebut.

(b) Apabila ayat (a) di atas tidak diterapkan, kemasan wajib dipertimbangkan sebagai bagian dari keseluruhan produk tersebut dan tidak satu bagian pun dari kemasan tersebut dipersyaratkan untuk pengangkutan atau penyimpanannya wajib dipertimbangkan sebagaimana telah diimpor dari luar ACFTA pada saat menentukan asal produk tersebut sebagai suatu keseluruhan.

Aturan 10: Aksesoris, Suku Cadang dan Peralatan

Asal dari aksesoris, suku cadang, peralatan dan bahan-bahan petunuk atau informasi lainnya yang disajikan bersama barang tersebut wajib diabaikan dalam menentukan asal barang tersebut, dengan syarat bahwa aksesoris, suku cadang, peralatan dan bahan-bahan informasi bahan digolongkan dan dikenakan bea kepabeanan dengan barang tersebut oleh negara anggota pengimpor.

Aturan 11: Elemen Netral

Kecuali diatur sebaliknya, untuk maksud menentukan asal barang, asal energi dan bahan bakar, rangka dan perlengkapan, atau mesin-mesin dan peralatan yang digunakan untuk memperoleh barang tersebut, atau bahan-bahan yang digunakan dalam fabrikasinya yang tidak ada dalam barang tersebut atau membentuk bagian dari barang tersebut, wajib tidak diperhitungkan.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(6)

Aturan 12: Surat Keterangan Asal

Suatu tuntutan wajib diterima sebagaimana berhak mendapatkan perlakuan tarif preperensial wajib didukung dengan suatu Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh suatu otoritas pemerintah yang ditunjuk oleh Pihak pengekspor dan diberitahukan kepada para Pihak lainnya pada Persetujuan sesuai dengan Prosedur Sertifikasi Operasional, sebagaimana tercantum pada Lampiran A.

Aturan 13: Peninjauan Kembali dan Modifikasi

Aturan-aturan ini dapat ditinjau kembali dan dimodifikasi sebagaimana dan apabila perlu atas permintaan Negara Anggota dan dapat dibuka untuk peninjauan kembali dan modifikasi sebagaimana disepakati oleh AEM- MOFCOM.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(7)

LAMPIRAN A

PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL UNTUK KETENTUAN ASAL BARANG

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

Untuk maksud melaksanakan ketentuan asal barang Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China, Prosedur-prosedur operasional mengenai penerbitan dan verifikasi Surat Keterangan Asal (Formulir E) berikut ini dan hal administratif lainnya wajib sebagai berikut:

LEMBAGA BERWENANG

ATURAN 1

Surat Keterangan Asal wajib diterbitkan oleh Lembaga Berwenang dari Pihak pengekspor

ATURAN 2

(a) Pihak wajib menginformasikan kepada para Pihak lainnya mengenai nama dan alamat dari masing-masing lembaga pemerintah yang menerbitkan Surat Keterangan Asal dan wajib memberikan contoh tandatangan dan contoh stempel resmi yang digunakan oleh Lembaga Pemerintah tersebut.

(b) Informasi dan contoh-contoh di atas wajib diberikan kepada setiap Pihak pada Persetujuan dan suatu salinan yang disampaikan kepada Sekretariat ASEAN. Setiap perubahan mengenai nama, alamat, dan stempel resmi wajib dengan segera diberitahukan dengan cara yang sama.

ATURAN 3

Untuk maksud memverifikasi ketentuan-ketentuan untuk perlakuan preferensial, Lembaga-lembaga Pemerintah yang ditunjuk untuk menerbitkan Surat Keterangan Asal tersebut wajib memiliki hak untuk meminta setiap bukti dokumentasi pendukung atau untuk melakukan setiap pengecekan yang dipertimbangkan perlu. Apabila hak tersebut tidak dapat diperoleh melalui peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku, wajib disisipkan sebagai suatu klausula dalam formulir pendaftaran sebagaimana dirujuk dalam Aturan 4 dan 5 berikut ini.

PERMOHONAN

ATURAN 4

Eksportir dan/atau fabrikan dari produk-produk yang digolongkan mendapatkan perlakuan preferensial wajib menyampaikan secara tertulis kepada Lembaga- lembaga Pemerintah yang meminta untuk verifikasi pra-eksportasi atas asal

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(8)

produk-produk tersebut. Hasil verifikasi tersebut, tunduk pada peninjauan kembali secara berkala atau apabila diperlukan, wajib diterima sebagai bukti pendukung dalam memverifikasi asal produk-produk yang akan diekspor. Pra- verifikasi tersebut tidak dapat diterapkan untuk produk-produk yang karena sifatnya, asalnya dapat dengan mudah diverifikasi.

ATURAN 5

Pada saat melakukan formalitas untuk ekportasi produk-produk tersebut berdasarkan perlakuan preferensial, eksportir atau wakil-wakil resminya wajib menyampaikan suatu permohonan tertulis untuk Surat Keterangan Asal bersamaan dengan dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan yang membuktikan bahwa produk-produk tersebut yang akan diekspor memenuhi kualifikasi untuk penerbitan suatu Surat Keterangan Asal.

PEMERIKSAAN PRA-EKSPORTASI

ATURAN 6

Lembaga-lembaga Pemerintah yang ditunjuk untuk menerbitkan Surat Keterangan Asal, berdasarkan kompetensi dan kemampuan terbaiknya, wajib melakukan pemeriksaan yang tepat, atas masing-masing permohonan Surat Keterangan Asal untuk memastikan bahwa:

(a) Permohonan dan Surat Keterangan Asal telah dilengkapi dan ditandatangani oleh pejabat penandatangan resmi;

(b) Asal produk tersebut telah sesuai dengan Ketentuan Asal Barang ASEAN-China;

(c) Pernyataan-pernyataan lain mengenai dalam Surat Keterangan Asal yang berhubungan dengan bukti-bukti dokumentasi pendukung telah disampaikan;

(d) Gambaran, jumlah dan berat barang, tanda dan jumlah kemasan, jumlah dan macam kemasan, sebagaimana diuraikan, sesuai dengan produk-produk yang akan diekspor.

PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL

ATURAN 7

(a) Surat Keterangan Asal harus ditulis dalam kertas ukuran A4 standar ISO sesuai dengan contoh sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran C. Surat Keterangan Asal wajib dibuat dalam bahasa Inggris.

(b) Surat Keterangan Asal wajib terdiri atas satu asli dan tiga (3) salinan dengan warna sebagai berikut:

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(9)

Asli - Krem (kode warna : 727c) Salinan kedua - Hijau Muda (kode warna: 622c) Salinan ketiga - Hijau Muda (kode warna: 622c) Salinan keempat - Hijau Muda (kode warna: 622c)

(c) Masing-masing Surat Keterangan Asal wajib memperhatikan nomor rujukan yang diberikan secara terpisah oleh masing-masing kantor penerbit.

(d) Salinan asli wajib diteruskan, bersamaan dengan salinan ketiga, oleh pengekspor ke pengimpor untuk disampaikan kepada otoritas Kepabeanan di pelabuhan atau tempat importasi. Salinan kedua wajib disimpan oleh lembaga penerbit di Pihak pengekspor. Salinan keempat wajib disimpan oleh pengekspor. Setelah importasi produk-produk tersebut, salinan ketiga wajib ditandai sesuai dengan Kotak 4 dan dikembalikan kepada lembaga penerbit dalam jangka waktu yang wajar.

ATURAN 8

Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Aturan 4 dan 5 Ketentuan Asal Barang ASEAN-China, Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh Pihak pengekspor akhir wajib mengindikasikan aturan yang relevan dan persentase kandungan ACFTA yang dapat diterima dalam Kotak 8.

ATURAN 9

Tidak ada penghapusan atau penebalan yang dapat diijinkan pada Surat Keterangan Asal. Setiap perubahan wajib dilakukan dengan mencoret kesalahan keterangan dan menambahkan yang diperlukan. Perubahan tersebut wajib disetujui oleh pihak yang melakukan dan dilegalisasi oleh Lembaga-lembaga Pemerintah yang berwenang. Ruang-ruang yang tidak digunakan wajib disilang untuk mencegah setiap penambahan yang tidak diinginkan.

ATURAN 10

(a) Surat Keterangan Asal wajib diterbitkan oleh Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan dari Pihak pengekspor pada saat eksportasi atau segera setelah kapanpun produk-produk tersebut akan diekspor dapat dipertimbangkan berasal dari Pihak tersebut dalam kerangka Ketentuan Asal Barang ASEAN-China.

(b) Dalam kasus-kasus pengecualian apabila suatu Surat Keterangan Asal belum diterbitkan pada saat eksportasi atau segera setelah kesalahan- kesalahan yang tidak disengaja atau kelalaian atau karena sebab-sebab sah lainnya, Surat Keterangan Asal dapat diterbitkan berlaku surut, tetapi tak lebih dari satu tahun sejak tanggal pengapalan, dengan membubuhkan kata “DITERBITKAN BERLAKU SURUT”.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(10)

ATURAN 11

Dalam hal terjadi kecurian, kehilangan atau kerusakan Surat Keterangan Asal, eksportir dapat mengajukan secara tertulis kepada lembaga-lemabag pemerintah yang menerbitkan salinan resmi dari aslinya dan salinan ketiga yang akan dibuat berdasarkan dokumen-dokumen ekspor mengenai kepemilikan dengan membubuhkan pengesahan dengan kata-kata “SALINAN NASKAH RESMI”

dalam Kotak 12. Salinan ini wajib memperhatikan tanggal asli Surat Keterangan Asal. Salinan naskah resmi dari Surat Keterangan Asal wajib diterbitkan tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan Surat Keterangan Asal asli dan dengan ketentuan bahwa eksportir menyampaikan kepada lembaga penerbit yang relevan salinan keempat.

PENYAMPAIAN

ATURAN 12

Surat Keterangan Asal asli wajib disampaikan bersamaan dengan salinan ketiga kepada Otoritas-otoritas Kepabeanan pada saat dimasukan ke pintu impor untuk barang-barang terkait.

ATURAN 13

Batas waktu untuk penyampaian Surat Keterangan Asal berikut ini wajib dipatuhi:

(a) Surat Keterangan Asal wajib disampaikan kepada Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor dalam waktu empat (4) bulan sejak tanggal pengesahan oleh Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan dari Pihak pengekspor;

(b) Apabila produk-produk tersebut melalui wilayah satu atau lebih negara- negara bukan-pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Aturan 8 (c) dari Ketentuan Asal Barang ASEAN-China, batas waktu sebagaimana tertuang pada ayat (a) di atas untuk penyampaian Surat Keterangan Asal diperpanjang hingga enam (6) bulan;

(c) Apabila Surat Keterangan Asal disampaikan kepada Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan dari Pihak pengimpor setelah berakhirnya batas waktu penyampaian, Surat Keterangan Asal tersebut masih akan diterima apabila gagal mematuhi batas waktu tersebut sebagai akibat keadaan mendesak atau sebab-sebab sah lainnya diluar kuasa pengekspor; dan (d) Dalam segala kasus, Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan dari

Pihak pengimpor dapat menerima Surat Keterangan Asal tersebut dengan syarat bahwa produk-produk yang telah diimpor sebelum berakhirnya batas waktu atas Surat Keterangan Asal tersebut.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(11)

Aturan 14

Dalam hal pengiriman produk-produk yang berasal dari Pihak pengekspor dan tidak melebihi US$200 FOB, produksi dalam Surat Keterangan Asal wajib diabaikan dan penggunaan penyederhanaan pernyataan oleh pengekspor bahwa produk-produk yang dipermasalahkan berasal dari Pihak pengekspor akan diterima. Produk-produk yang dikirim melalui pos tersebut tidak melebihi dari US$200 FOB wajib juga mendapatkan perlakuan yang sama.

ATURAN 15

Penemuan kesalahan perbedaan-perbedaan kecil antara pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam Surat Keterangan Asal dan yang dibuat dalam dokumen- dokumen yang disampaikan kepada Otoritas-otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor untuk maksud melakukan formalitas untuk importasi produk-produk tersebut wajib tidak ipso facto dengan keabsahan Surat Keterangan Asal, apabila faktanya tidak sesuai dengan produk-produk yang disampaikan.

ATURAN 16

(a) Pihak pengimpor dapat meminta pemeriksaan secara random yang berlaku surut dan/atau apabila terdapat keraguan secara wajar pada keaslian dokumen tersebut atau terhadap keakuratan informasi berkenaan dengan keaslian produk tersebut yang dipermasalahkan atau dari bagian tertentu daripadanya.

(b) Permintaan tersebut wajib didukung dengan Surat Keterangan Asal yang terkait dan wajib merinci alasan-alasan dan setiap informasi tambahan yang menyarankan bahwa bagian-bagian yang dinyatakan dalam Surat Keterangan Asal dimaksud tidak akurat, kecuali pemeriksaan yang berlaku surut diminta secara acak.

(c) Otoritas-otoritas Kepabeanan Pihak pengimpor dapat menangguhkan ketentuan-ketentuan mengenai perlakuan preferensial sambil menunggu hasil verifikasi. Namun demikian, Pihak Pengimpor dapat melepaskan produk-produk tersebut kepada pengimpor dengan tunduk pada setiap kebijakan administratif yang dianggap perlu, dengan syarat bahwa produk-produk tersebut tidak merupakan subjek pelarangan atau pembatasan impor dan tidak terdapat kecurigaan kecurangan.

(d) Lembaga-lemabaga Pemerintah penerbit yang menerima pemeriksaan yang berlaku surut wajib menanggapi permintaan tersebut dengan segera dan membalasnya tidak lebih dari enam (6) bulan setelah penerimaan permohonan tersebut.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(12)

ATURAN 17

(a) Permohonan untuk Surat Keterangan Asal dan seluruh dokumen yang terkait dengan permohonan dimaksud wajib disimpan oleh otoritas-otoritas penerbit tidak lebih dari dua (2) tahun sejak tanggal penerbitan.

(b) Informasi yang terkait dengan keabsahan Surat Keterangan Asal wajib diberikan atas permintaan Pihak pengimpor.

(c) Setiap informasi yang dikomunikasikan antara para Pihak yang terkait wajib diperlakukan sebagai informasi rahasia dan wajib digunakan hanya untuk maksud validasi Surat Keterangan Asal dimaksud.

KASUS-KASUS KHUSUS

ATURAN 18

Apabila tempat tujuan dari seluruh atau sebagian dari produk-produk yang diekspor ke suatu Pihak tertentu berubah, sebelum atau sesudah ketibaannya di Pihak tersebut, aturan-aturan berikut ini wajib dipatuhi:

(a) Apabila produk-produk yang telah disampaikan kepada Otoritas-otoritas Kepabeanan di Pihak pengimpor tertentu, Surat Keterangan Asal, dengan permohonan secara tertulis dari Pihak pengimpor, wajib disahkan untuk hal ini untuk seluruh atau bagian dari produk-produk dari otoritas-otoritas dimaksud dan aslinya dikembalikan ke importir. Salinan ketiga wajib dikembalikan kepada otoritas-otoritas penerbit.

(b) Apabila perubahan tempat tujuan yang terjadi selama pengangkutan ke Pihak pengimpor sebagaimana diuraikan dalam Surat Keterangan Asal, pengekspor dapat mengajukan permohonan secara tertulis, didukung dengan Surat Keterangan Asal yang telah diterbitkan, untuk penerbitan baru bagi seluruh atau bagian-bagian dari produk tersebut.

ATURAN 19

Untuk maksud-maksud penerapan Aturan 8(c) Ketentuan Asal Barang ASEAN- China, apabila pengangkutan dilakukan melalui wilayah satu atau lebih bukan Negara Anggota ACFTA, hal-hal berikut ini wajib dilakukan kepada otoritas- otoritas pemerintah dari Negara Anggota pengimpor:

(a) Melalui penerbitan Dokumen Pengapalan yang diterbitkan di Negara Anggota pengekspor;

(b) Suatu Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh Lembaga-Lembaga Pemerintah yang relevan dari Negara-negara Anggota Pengimpor;

(c) Suatu salinan faktur komersial asli berkenaan dengan produk tersebut;

dan

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(13)

(d) Dokumen-dokumen pendukung yang membuktikan bahwa persyaratan- persyaratan dari Aturan 8 (c) sub-ayat (i), (ii) dan (iii) Ketentuan Asal Barang ASEAN-China telah dipenuhi.

ATURAN 20

(a) Produk-produk yang dikirim dari suatu Pihak pengekspor untuk pameran di Pihak lainnya dan dijual selama atau setelah pameran tersebut ke suatu Pihak wajib menikmati perlakuan tarif preferensial ASEAN-China dengan ketentuan bahwa produk-produk tersebut memenuhi persyaratan Ketentuan Asal Barang ASEAN-China sebagaimana diatur bahwa barang tersebut memenuhi ketentuan Lembaga-Lembaga Pemerintah yang relevan dari Pihak pengimpor bahwa:

(i) suatu pengekspor telah mengirimkan produk-produk tersebut dari wilayah Pihak pengekspor ke negara tempat pameran tersebut diselenggarakan dan dipamerkan disana;

(ii) pengekspor telah menjual barang-barang tersebut atau mengalihkannya kepada seorang penerima di Pihak pengimpor;

dan

(iii) produk-produk tersebut telah dikirim selama pameran atau dengan segera sesudahnya dikirim kepada Pihak pengimpor di negara tempat produk-produk tersebut dikirimkan untuk pameran.

(b) Untuk maksud-maksud melaksanakan ketentuan-ketentuan di atas, Surat Keterangan Asal harus dibuat oleh Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan dari Pihak pengimpor. Nama dan alamat pameran harus dicantumkan, dalam surat yang diterbitkan oleh Lembaga-lembaga Pemerintah yang relevan tempat pameran tersebut diselenggarakan bersamaan dengan dokumen-dokumen pendukung sebagaimana tercantum dalam Aturan 19(d) dapat dipersyaratkan.

(c) Ayat (a) wajib berlaku untuk setiap perdagangan, pameran pertanian atau kerajinan, pameran atau pertunjukan sejenis atau pameran di toko-toko atau ditempat-tempat usaha dengan maksud penjualan produk-produk asing dan tempat produk-produk dimaksud berada dalam pengawasan kepabeanan selama pameran.

TINDAKAN TERHADAP TINDAK KECURANGAN

ATURAN 21

(a) Apabila dicurigai terdapat tindak kecurangan berhubungan dengan Surat Keterangan Asal telah ditemukan, Lembaga-lembaga Pemerintah yang bersangkutan wajib bekerjasama untuk mengambil tindakan di wilayah masing-masing Pihak terhadap para pihak yang terlibat.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(14)

(b) Masing-masing Pihak wajib bertanggungjawab untuk memberikan sanksi hukum atas tindak kecurangan yang terkait dengan Surat Keterangan Asal tersebut.

ATURAN 22

Dalam hal terjadi sengketa berkenaan dengan penentuan asal, penggolongan atau produk-produk atau hal-hal lainnya, Lembaga-lembaga Pemerintah yang bersangkutan di Negara-Negara anggota pengekspor dan pengimpor wajib saling berkonsultasi dengan maksud untuk menyelesaikan sengketa tersebut, dan hasilnya wajib dilaporkan kepada Negara-negara Anggota lain sebagai informasi.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(15)

LAMPIRAN B

ATURAN PRODUK-PRODUK SPESIFIK (akan dirundingkan mulai Januari 2004)

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(16)

CATATAN LAMPIRAN

1. Negara-negara Anggota yang menerima formulir ini untuk maksud perlakuan preferensial berdasarkan perlakuan tarif preferensial Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-CHINA:

BRUNEI DARUSSALAM KAMBOJA CHINA

INDONESIA LAOS MALAYSIA

MYANMAR FILIPINA SINGAPURA

THAILAND VIETNAM

2. Ketentuan: ketentuan-ketentuan utama untuk pemberian perlakuan preferensial berdasarkan tarif preferensial ACFTA bahwa barang-barang tersebut telah dikirimkan ke setiap Negara Anggota sebagaimana tercantum di atas:

(i) harus dinyatakan dalam suatu uraian produk-produk yang berhak mendapatkan konsesi di negara tujuan;

(ii) harus memenuhi ketentuan-ketentuan pengiriman bahwa barang-barang tersebut harus dikirim secara langsung dari setiap Negara Anggota ACFTA ke Negara Anggota pengimpor tetapi pengangkutan yang melalui satu atau lebih bukan Negara Anggota ASEAN-China perantara, juga diterima dengan syarat bahwa setiap persinggahan, pengapalan atau penyimpanan sementara hanya dilakukan untuk alasan-alasan geografis atau persyaratan-persyaratan pengangkutan; dan

(iii) harus memenuhi kriteria asal sebagaimana diberikan dalam ayat selanjutnya.

3. KRITERIA ASAL: Untuk ekspor-ekspor ke negara-negara sebagaimana tersebut di atas akan diberikan hak untuk mendapatkan perlakuan preferensial, yang memenuhi salah satu persyaratan dari:

(i) Produk-produk yang secara keseluruhan diperoleh di Negara Anggota pengekspor sebagaimana ditentukan dalam Aturan 3 Ketentuan Asal Barang ASEAN-China;

(ii) Tunduk pada sub-ayat (i) di atas, untuk maksud melaksanakan ketentuan-ketentuan Aturan 2 (b) Ketentuan Asal Barang ASEAN-China, produk-produk yang dibuat dan diolah sebagai hasil dari keseluruhan nilai bahan, bagian atau yang diproduksi berasal dari hasil Negara-negara bukan Anggota ACFTA atau yang asalnya ditentukan digunakan tidak lebih dari 60% dari nilai FOB atas produk tersebut yang diproduksi atau diperoleh dan hasil akhir dari fabrikasi tersebut dilakukan di dalam wilayah Negara Anggota pengekspor.

(iii) Produk-produk yang memenuhi persyaratan asal sebagaimana diatur dalam Aturan 2 Ketentuan Asal Barang ASEAN-China dan yang digunakan di Negara-negara Anggota sebagai masukan untuk suatu produk akhir berhak mendapatkan perlakuan preferensial di Negara atau Negara-negara Anggota lainnya wajib dipertimbangkan sebagai suatu produk yang barang di Negara Anggota yang pengerjaan atau pengolahan produk akhir tersebut telah dilakukan dengan syarat bahwa keseluruhan kandungan ACFTA atas produk akhir tersebut tidak kurang dari 40%; atau

(iv) Produk-produk yang memenuhi Aturan Produk-Produk Spesifik sebagaimana diatur dalam Lampiran B dari Ketentuan Asal Barang ASEAN-China wajib dipertimbangkan sebagai barang yang transformasi cukupnya telah dilakukan di suatu Pihak.

Apabila barang tersebut digolongkan berdasarkan kriteria di atas, eksportir wajib mengindikasikan dalam Kotak 8 dari formulir ini kriteria asal berdasarkan tuntutannya bahwa barang-barangnya memenuhi persyaratan untuk mendapatkan perlakuan preferensial, dengan cara sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:

Keadaan-keadaan produksi atau fabrikasi di negara pertama dinamai Kotak 11 dalam formulir ini

Disisipkan dalam Kotak 8

(a) Produk-produk yang secara keseluruhan diproduksi di negara pengekspor.

(lihat ayat 3 (i) di atas)

“X”

(b) Produk-produk yang dikerjakan tetapi tidak secara keseluruhan diproduksi di Negara Anggota pengekspor yang diproduksi sesuai dengan ketentuan ayat 3 (ii) di atas

Persentase kandungan dari satu negara, contohnya 40%

(c) Produk-produk yang dikerjakan tetapi tidak secara keseluruhan diproduksi di Negara Anggota pengekspor yang diproduksi sesuai dengan ketentuan ayat 3 (iii) di atas

Persentase kandungan kumulatif ASEAN, contohnya 40%

(d) Produk-produk yang memenuhi Aturan Produk-Produk Spesifik “Aturan Produk-Produk Spesifik”

4. MASING-MASING BARANG HARUS MEMENUHI KUALIFIKASI: seharusnya dicatat bahwa seluruh produk daam pengiriman tersebut harus memiliki kualifikasi secara terpisah dalam haknya masing-masing. Hal ini sangat relevan pada saat barang-barang sejenis dengan ukuran berbeda atau suku-suku cadang dikirim.

5. URAIAN BARANG: Uraian barang harus dirinci secara mencukupi untuk memungkinkan produk-produk tersebut diidentifikasikan oleh para Pejabat Kepabeanan yang memeriksanya. Nama Fabrikan, setiap merek dagang harus juga diuraikan.

6. Nomor Sistem yang Diharmonisasi (HS) wajib merupakan nomor dari Pihak pengimpor.

7. Istilah “Pengekspor” dalam Kotak 11 dapat meliputi fabrikan atau produsen.

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

(17)

LAMPIRAN C Asli (Salinan Kedua/Salinan Ketiga/Salinan Keempat)

1. Barang-barang yang dikirim dari (nama usaha, alamat, negara Eksportir).

Rujukan Nomor.

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN – CHINA SURAT KETERANGAN ASAL

TARIF PREFERENSIAL (Gabungan Pernyataan dan Keterangan)

FORMULIR E

Diterbitkan di ________________

(Negara) Lihat Catatan Terlampir 2. Barang dikirim kepada (nama, alamat,

negara Penerima)

3. Cara pengangkutan dan rute (sepanjang diketahui) Tanggal keberangkatan

Nama Kapal/Pesawat dll.

Pelabuhan Keberangkatan

4. Untuk diisi oleh petugas

Perlakuan Tarif Preferensial yang Diberikan Berdasarkan Tarif Preferensial Perdagangan Bebas ASEAN-India

Perlakuan Tarif Preferensial Tidak Diberikan (Mohon Alasan-alasan Pernyataan)

...

Tanda tangan dari Pihak Penandatangan Resmi dari Negara Pengimpor

5. Jumlah barang

6. Tanda dan Nomor Pengepakan

7. Nomor dan Jenis Pengepakan, Uraian Barang (termasuk jumlah yang sesuai dan nomor HS dari Pihak Pengimpor)

8. Kriteria Asal (Lihat Catatan Terlampir)

9. Berat Kotor atau Jumlah dan Nilai Lainnya (FOB)

10. Nomor dan Tanggal Faktur

11. Pernyataan dari Eksportir

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa uraian dan pernyataan diatas adalah benar; bahwa seluruh barang-barang diproduksi di

...

(Negara)

dan memenuhi persyaratan-persyaratan asal sebagaimana diuraikan untuk barang-barang tersebut dalam Tarif Preferensial Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-INDIA Untuk barang-barang yang diekspor ke

...

(Negara Pengimpor)

...

Tempat dan tanggal, tanda tangan dari pihak penanda tangan yang berwenang

12. Keterangan

Dengan ini diterangkan, berdasarkan pengawasan yang dilakukan, bahwa pernyataan oleh Pihak pengekspor adalah benar.

...

Tempat dan Tanggal, tanda tangan dan stempel lembaga berwenang yang mengeluarkan kewenangan

dj pp .dep

ku m ha m .go

.id

Referensi

Dokumen terkait

Termasuk sebab penyimpangan dalam penafsiran al- Qur’an dan patut diperhatikan adalah ‘meletakkan ucapan atau ketetapan bukan pada tempatnya.’ Banyak sekali ketetapan yang benar

Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor wajib menerima suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E) dalam hal apabila faktur penjualan diterbitkan baik oleh

Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor wajib menerima suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E) dalam hal apabila faktur penjualan diterbitkan baik oleh

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negara- negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan

Symbolic Precognitive Dream ditandai dengan informasi prekognitif yang abstrak yang pada umumnya tidak disadari hingga kejadian yang sebenarnya terjadi.Hal ini sulit

Sadardjoen (2010) menyarankan kepada para orang tua untuk “menormalkan” anak-anak stmewa n, untuk menumpulkan kemampuan s anak dengan cara member

Dengan mengamati data yang disajikan melalui share screen zoom meeting, siswa dapat membuat tabel tiga kolom dalam format Google Form dari data yang telah

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh ACFTA (ASEAN - China Free Trade Area) terhadap impor besi dan