PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA
BROKEN HOME
(
Studi Kasus Kakak Beradik di KeluargaBroken Home)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Skripsi
Oleh :
Xaverin Galuh Kartika NIM : 121114052
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
He does everything at just the right time . (Ecclesiastes 3:11a)
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah
segala rencanamu . (Amsal 16:3)
Dalam situasi apapun, jangan biarkan emosimu mengalahkan
kecerdasanmu.
Skripsi ini saya p
ersembahkan kepada
ABSTRAK
PENYESUAIAN SOSIAL REMAJABROKEN HOME
( Studi Kasus Kakak Beradik di KeluargaBroken Home)
Xaverin Galuh Kartika Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial remaja kakak beradik yang berlatar belakang keluarga Broken Home di lingkungan masyarakat. Masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah penyesuaian sosial remaja Broken Home di masyarakat? (2) Faktor apa sajakah yang membuat remaja
Broken Home kurang mampu menyesuaian sosial di masyarakat? (3) Bagaimanakah pandangan remaja Broken Home mengenai penyesuaian dirinya secara sosial di masyarakat? (4) Bagaimanakah dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat terhadap remajaBroken Home mengenai penyesuaian sosialnya di masyarakat?
Studi kasus metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara terstruktur dan tidak terstuktur yang didukung oleh observasi. Analisis data yang dilakukan dibantu oleh proses reduksi data dan pengkodean. Untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait dengan subjek.
ABSTRACT
BROKEN HOMEADOLESCENT SOCIAL ADAPTATION ( A Study Case of Siblings in aBroken HomeFamily)
Xaverin Galuh Kartika Sanata Dharma University
2017
This study goal was to determine the social adjustment of adolescent siblings withBroken Home family background in the community. Problems that were answered in this research are (1) How is the social adjustment of Broken Home adolescent in society? (2) What are the factors that make Broken Home teenagers less-able to adapt socially in society? (3) What is the Broken Home adolescent view about their social adjustment in society? (4) How is the family support, school environment, and community environment of theBroken Homeadolescent towards their social adjustment in society?
A case study method is aims to study and investigate an event or phenomenon regarding an individual, such as a person's life history that becomes the research object. The method used in this research was structured and unstructured interview supported by observation. Data analysis was done by data reduction and coding process. To measure the validity of this study, researchers used a triangulation technique in which researchers conducted interviews with several parties related to the subject.
The study results indicated that Broken Home adolescent social adjustment as the subject of this study were able to appreciate and accept the others judgment, adolescents were sensitive to the circumstances around them and had not been able to obey the norms in society. Factors that make the social adjustment of Broken Home
adolescent less able to adjust with others socially were; lack of confidence, laziness, shyness and lack of attention from their parents. The adolescents view related to their social adjustment in society was teenagers have a sense of sensitivity and care with people around him.Broken Homeadolescent social adjustment was supported by family factors namely; freedom in mingling, and from the school and community that was advice, reprimand, invitation from friends or community.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat,dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa terselesainya penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang tuluskepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si.,sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd.,M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 8
C.Batasan Masalah ... 8
D.Fokus Masalah ... 8
E. Tujuan Penelian ... 9
F. Manfaat Penelitian 10
G.Batasan Istilah... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 12
A.Hakekat Penyesuaian Sosial Remaja ... 12
1.Definisi Penyesuaian Sosial Remaja... 13
2.Faktor-Faktor Penyesuaian Sosial Remaja ... 13
3.Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ... 18
B.Hakikat RemajaBroken Home... 20
1.Definisi RemajaBroken Home... 20
3.Faktor-faktor PenyebabBroken Home... 23
C. Penyesuaian Sosial RemajaBroken Home... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Tempat dan Subyek Penelitian... 31
C. Teknik Pengumpulan Data... 31
D. Teknik Analisis Data ... 35
E. Trianggulasi... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN... 38
A. Deskripsi Data... 38
B. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil... 44
C. Hasil ... 47
D. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran... 93
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Surat Persetujuan Menjadi Informan 96
Lampiran 2. Agenda Pertemuan Penelitian .. 98
Lampiran 3. Panduan Catatan Lapangan (Observasi) .. 106
Lampiran 3.Verbatim Wawancara 126
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, dan manfaat penelitian.
Keseluruhan proses kehidupan remaja akan selalu diwarnai oleh hubungan
dengan orang lain, baik itu dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial khususnya remaja, sudah seharusnya mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Proses penyesuaian sosial
pada diri remaja terbentuk oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi seperti, emosi, rasa aman, penerimaan diri, integensi, perbadaan jenis
kelamin, keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan budaya.
Menurut Schneider (1991) penyesuaian sosial sebagai kemampuan individu
untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial,
sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi
dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan. Penyesuaian sosial sebagai salah
satu aspek dari penyesuaian diri individu yang menuju kepada kesesuaian antara
kebutuhan dirinya dengan keadaan lingkungan tempat tinggal dimana remaja
berinteraksi secara sosial.
Orang yang mampu berinteraksi secara sosial akan mampu memenuhi kriteria
yang sesuai yang ada di lingkungannya. Hal itu dapat memenuhi kebutuhan sosial
penyesuaian sosial sesuai kebutuhan sosial dan mampu diterima di lingkungan
masyarakat.
Menurut Hurlock (1978) penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan
seseorang pada penyesuaian sosial terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompok pada khususnya. Orang yang memiliki penyesuaian sosial dengan baik
mempelajari berbagai ketrampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan
secara diplomatis dengan orang lain baik teman maupun orang yang tidak dikenal
sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Orang yang berhasil
melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan mampu mengembangkan sikap yang
menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka seniri
mengalami kesulitan.
Remaja zaman sekarang sudah mulai berbeda dengan zaman dahulu. Proses
bersosialisasi diperlukan pengetahuan dalam berperilaku yang baik dari setiap orangtua.
Perilaku yang sudah diajarkan dari orangtua dapat membentuk perilaku yang baik dari
diri remaja terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Penyesuaian sosial pada
diriremaja dapat dikatakan baik jika remaja memiliki perilaku dilingkungan sekitar
misal, aktif di lingkungan, bersikap sopan terhadap orang lain atau orang yang lebih tua,
tidak membuat keributan di lingkungan masyarakat, menaati peraturan dilingkungan
masyarakat.Perilaku sosial yang tidak baik di masyarakat misal, free sex , tawuran antar
desa atau pelajar, kurang menghormati peraturan-peraturan dimasyarakat, tidak
Penyesuaian sosial pada remaja dapat terbentuk oleh beberapa faktor salah
satunya lingkungan keluarga. Remaja yang hidup di dalam keluarga yang harmonis
akan membuat diri remaja semakin mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan
baik. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi penyesuaian sosial remaja karena
keluarga selalu memberikan kasih sayang serta perhatian penuh kepada remaja.
Perhatian dan kasih sayang dari keluarga akan sangat berpengaruh bagi remaja untuk
mampu menyesuaikan sosialnya dan menjadi mampu memiliki perilaku yang baik di
lingkungan sekitar. Remaja sangat membutuhkan kasih sayang, dukungan, serta
perhatian dari keluarga teruatama orangtua karena mereka yang selalu menjadi panutan
dalam berperilaku yang baik. Sekarang ini, ada beberapa remaja yang memiliki
berperilaku yang tidak baik sehingga remaja menjadi sulit untuk menyesuaikan diri
secara sosial. Perilaku itu dimiliki oleh remaja yang memiliki keluarga yang tidak utuh
atauenome .
Menurut Matinka (2011:6) henome adalah suasana keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang
menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut. Keluarga
yang mengalami enome seringkali akan berdampak pada anak-anaknya.
Terkadang orangtua tidak memperhatikan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan.
Remaja yang menjadi korbanen ome seringkali memiliki perilaku sosial dengan
lingkungan yang kurang baik, namun tidak semua remaja yang berlatar belakang
keluarga enome itu berperilaku tidak baik. Banyak juga remaja yang berlatar
mampu berperan aktif dalam kegiatan sosial, dan mampu mentaati norma-norma di
lingkungan sekitar.
Orangtua mempunyai tugas mengarahkan remaja untuk tumbuh dan berkembang
menjadi remaja yang berperilaku yang baik di lingkungan sekitar. Remaja masih sangat
menggantungkan diri, memerlukan perhatian, memerlukan bekal pengetahuan, cara
berpikir, dan kasih sayang dari orangtuanya. Sekarang ini, kehidupan dalam
sebuahkeluarga sudah banyak yang berubah. Banyak orangtua yang keduanya
sama-sama berkarier sehingga mereka sibuk dengan pekerjaannya, sampai kadang-kadang
mereka lupa akan kewajibannya sebagai orangtua. Orangtua menjadi tidak bisa
mengontrol perilaku-perilaku anaknya terutama penyesuaian sosialdengan orang lain
dan lingkungan sekitarnya. Remaja sering merasa kurang perhatian dan kasih sayang
dari orangtuanya. Kondisi seperti ini membuat remaja menjadi kurang bisa mengontrol
penyesuaian sosialnya di lingkungan luar. Remaja sekarang ini seringkali mudah
terpengaruh dengan arus globalisasi dan mereka lebih mengandalkan tindakan-tindakan
kasar atau emosi yang tidak bisa dikontrol. Kondisi keluarga memang sangat
berpengaruh pada perkembangan remaja dalam berinteraksi dengan orang lain.
Faktor lain yang membuat remaja kurang mengontrol penyesuaian sosial di
lingkungan karena keluarga yang tidak harmonis akibat orangtua yang terlalu sibuk atau
merasa tidak cocok lagi, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan melalaikan tugasnya
sebagai orangtua. Pada situasi demikian, ada juga remaja yang berlatar belakang
keluarga enome yang mampu menyesuaikan diri secara sosial dan perilakunya
menjadi mandiri dalam menjalani kehidupannya dengan orang lain. Remaja juga
menjadi tidak mudah tergantung dengan orang lain.
Dari kasus yangtelah peneliti temukan, ada remaja yang tinggal bersama
keluarga yang sudah tidak harmonis lagi. Orangtuanya sudah lama lama berpisah dan
remaja ini tinggal bersama ibunya. Ibunya bekerja sebagai buruk tembakau dan saat ini
ini sudahlama mengganggur. Ayah remaja ini bekerja di luar Jawa dan jarang sekali
pulang menengok anak dan istrinya di kampung. Keluarga tersebut memiliki konflik
ekonomi dan ketidakcocokan lagi didalam keluarga dan membuat keadaan keluarga
menjadi retak dan menjadi keluarga !"#en$ome . Remaja ini menjadi kurang penuh
mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari kedua orangtuanya. Hal ini pula yang
menjadi penyebab remaja ini kurang mampu menyesuaikan diri secara sosial dan
menjadi memiliki perilaku yang kurang baik di masyarakat. Remaja ini di bebaskan
dalam bergaul karena remaja tersebut hidup tanpa pengawasan dari kedua orangtuanya.
Kebebasan disini maksudnya remaja ini kurang diajarkan norma-norma di dalam
lingkungan sekitar misalnya bermain dengan teman laki-laki hingga larut malam lebih
dari jam sembilan malam, remaja kurang aktif di dalam lingkungan dan sering
mengurung diri di rumah, berperilaku kurang sopan terhadap teman atau orang lain, dan
kurang mampu menyesuaikan dirinya secara sosial baik di dalam keluarga, sekolah
maupun lingkungan sekitar.
Remaja sebagai korban !"#en$ome pada umumnya menjadi memiliki
perilaku-perilaku sosial yang kurang baik di lingkungannya. Remaja menjadi sering
melanggar peraturan-peraturan di masyarakat seperti: sering keluar malam, kurang
sopan dengan orang yang lebih tua, membawa teman bermain hingga larut malam diatas
jamberkunjung, kurang aktif di lingkungan sekitar, dan free sex . Hal inilah yang masih
perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik pergaulan anak-anaknya.
Perilaku-perilaku sosial itu muncul mungkin karena dipengaruhi dari diri remaja
yang kurang baik dalam penyesuaian sosial di lingkungan sekitarnya. Faktor
lainmungkin karena keadaan keluarga yang tidak utuh memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada remaja. Namun terkadang tidak semua remaja yang berlatar belakang
keluarga%& 'ken(ome berperilaku tidak baik.
Di lingkungan sekitar remaja yang berlatar belakang keluarga%& ')en(ome ada
juga yang memiliki perilaku yang positif dan menjadi orang berhasil. Remaja menjadi
peka dengan kondisi di lingkungan luar, mampu bersikap peduli dengan orang lain dan
aktif dalam kegiatan sosial. Perilaku seperti ini tercipta karena tuntutan hidup remaja
yang selalu menjalani aktivitas sehari-hari tanpa perhatian dari kedua orangtuanya.
Sikap kedewasaan juga kerap muncul pada diri remaja %&'ken(ome, dengan terbiasa
menghadapi masalah sendiri remaja menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab atas
dirinya sendiri. Remaja yang berlatar belakang keluarga %&')en(ome juga dapat
membentuk kepribadian yang tegas dengan mampu berperan aktif dalam sebuah
organisasi misal; menjadi pengurus di Karang Taruna, menjadi ketua dalam kegiatan
remaja dan bisa menjadi panutan bagi teman-temannya. Pentingnya remaja harus
mampu menyesuaikan diri secara sosial, karena remaja sebagai generasi penerus bangsa
meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya terutama kelemahan dalam
menyesuaikan diri secara sosial. Remaja yang mampu menyesuaikan diri secara sosial
maka remaja tersebut akan memiliki perilaku yang baik terhadap lingkungan di
sekitarnya, serta dapat bersosialisasi yang baik dengan orang lain.
Berdasarkan teori perkembangan dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2002) serta
Santrock (2002), menyatakan bahwa periode anak merupakan tahap awal kehidupan
individual yang akan menentukan sikap, nilai, perilaku, dan kepribadian individu di
masa depan.Di lingkungan sekitar banyak keluarga yang berlatar belakang *+ ,-en
.ome masih kurang memperhatikan perilaku sosial anak-anaknya. Mereka tidak sadar bahwa perilaku-perilaku sosial remaja merupakan dampak dari keegoisan orangtua atau
memang pengaruh dari lingkungan pergaulan di sekitarnya. Maka, peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyesuaian sosial pada diri remja remaja
yangberlatar belakang keluarga *+ ,-en.ome . Peneliti ini mengetahui sejauh mana
remaja tersebut dapat menyesuaikan sosial di lingkungan sekitarnya. Melihat hal di atas
peneliti mengangkat judul /012 314 5 67 62 8 947 6: ;1 <6=6 >? @ABC D @EB (8F5 G 7 H64 5 4
H6I 6I J1K6G7 I G7 H1: 5 6KL 6 >?@ABC D @EB) dalam skripsi ini. Kajian ini dimaksud agar dapat menyadarkan orangtua untuk lebih mementingkan perkembangan
anak-anaknya dan tidak mudah mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi tumbuh
M NOP QR STU TVWX TYWX WZ W[
Masalah-masalah terkait latar belakang masalah di atas, sangatlah banyak.
Masalah-masalah penyesuaian sosial remaja berlatar belakang keluarga \] ^ken
_ome sebagai berikut:
1. Semakin rendahnya penyesuaian sosial remaja yang berlatar belakang keluarga
\]^`en_ome dalam berperilaku di masyarakat
2. Remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtuaya.
3. Remaja kurang aktif di lingkungan masyarakat
4. Perilaku remaja menjadi tidak terkontrol karena kurangnya pengawasan dari
orangtua
5. Remaja kurang mematuhi norma-norma dimasyarakat
6. Semakin rendahnya remaja melupakan kewajibannya sebagai makhluk sosial
7. Peran remaja yang sangat acuh terhadap lingkungan sosial
aNbQcdWSWX WRYWX WZ W [
Penelitian ini, fokus kajian untuk menjawab masalah-masalah yang terkait
dengan identifikasi masalah di atas khususnya masalah mengenai
penyesuaian-penyesuaian sosial pada diri remajayang berlatar belakang keluarga\roken _ome
eNfgVhX YWX WZ W[
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan diatas, dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
2. Faktor apa sajakah yang membuat remaja i jklen mome kurang mampu
menyesuaian diri secara sosial di masyarakat?
3. Bagaimanakah pandangan remaja ijklen mome mengenai penyesuaian
sosialnya di masyarakat?
4. Bagaimanakah dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat terhadap remajai jklenmome mengenai penyesuaian sosialnya saat
ini?
n opq rq stuvt vw xy xst
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disampaikan diatas, adapun
tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui penyesuaian sosial remajai jklenmome di masyarakat.
2. Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi remaja i jklenmoem kurang
mampu menyesuaikan diri secara sosial di masyarakat.
3. Mengetahui pandangan remajai jkkenmome mengenai penyesuaian sosialnya di
masyarakat.
4. Mengetahui dukungan-dukungan dari keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat terhadap remaja i jklenmome mengenai penyesuaian
z{|}~ }} ~ }~
Peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut :
{|}~ }}
Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling,
terutama tentang kondisi keluarga broken home terhadap perilaku-perilaku sosial
anaknya agar orangtua lebih mengutamakan kondisi keluarga yang utuh dan
harmonis.
{|}~ }} }
a. Bagi orangtua
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mendidik anak agar
mampu menyesuaikan sosial khususnya keluarga yang berlatarbelakang
keluarga kenome .
b. Bagi para remaja
Penelitian dapat digunakan sebagai pengetahuan dan referensi agar mampu
menyesuaian diri secara sosial dan berperilaku yang baik di masyarakat.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan kasih
sayang kepada anak dan agar masyarakat lebih memperhatikan pergaulan
remaja di lingkungansekitar.
{} }}~ }
1. Penyesuaian sosial remaja adalah kemampuan dalam menyesuaikan sosialnya
realitas dan relasi sosial sehingga tuntutan hidup di lingkungan masyarakat
dapat terpenuhi sesuai tugas perkembangan pada remaja.
2. Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa.
3. en ome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana
keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang
rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan
dalam keluarga tersebut.
4. Penyesuaian Sosial Remaja enome adalah kemampuan remaja dalam
menyesuaikan sosialnya di lingkungan sekiatrnya yang berlatar belakang
¡ ¢
Bab ini memaparkan tentang definisiPenyesuain Sosial Remaja, Definisi
Remaja£¤¥¦en§ome , dan Penyesuaian Sosial Remaja£¤¥¦en§ome
¨ ©ª« ¬« ª¬® ¯¬° ± ª² ª®¡ ³°²ª´µ¬¶ª· ª
1. ¸¬¹ ²®²°²¬ ® ¯¬°± ª²ª®¡ ³°²ª´µ¬ ¶ª ·ª
Menurut Kamus Psikologi (dalam Kartini Kartono, 1981)
menyebutkan bahwa penyesuaian sosial adalah: (1) penjalinan secara
harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial; (2) mempelajari tingkah
laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa
sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial.
Penyesuaian sosial sebagai kemampuan untuk bereaksi secara
efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga
kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi
dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan (Schneider,
1991).Sofyan dan Willis (2009) mendefinisikan penyesuaian sosial
sebagai kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar
terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan
terhadap lingkungannya.
Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompok pada khususnya. orang yang dapat menyesuaikan diri dengan
menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain baik teman
maupun orang yang tidak dikenal sehingga sikap orang lain terhadap
mereka menyenangkan. Orang yang berhasil melakukan penyesuaian
sosial dengan baik mengembangkan sikap yang menyenangkan, seperti
kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka sendiri
mengalami kesulitan (Hurlock, 1978).
Remaja yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sosialnya dengan baik, maka ia sudah dapat mampu berkembang dengan
baik sesuai tugas perkembangannya. Tuntutan situasi sosial akan membuat
remaja mampu menyesuaian keadaan lingkungan disekitarnya dan
membuat remaja semakin mampu melewati masa remajanya dengan baik
dan optimal sesuai perkembangan pada diri remaja tersebut.
Berdasarkan beberapa uraiandiatas dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian sosial remaja adalah kemampuan remaja untuk hidup di
lingkungan sosial dan mampu berinteraksi secara tepat terhadap realitas
sosial, situasi dan relasi sosial dapat mengubah remaja sesuai tugas
perkembangannya.
º»¼½¾¿ÀÁ-½¾¿ÀÁÃÄÅ ÆÄÇȽ ɽÅÊ À Çɽ ËÌÄͽ ν
Menurut (Schneiders,1991) dalam penyesuaian sosial terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu.
1) Emosi
Perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada situasi tertentu.
Misal gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang),
dan sebagainya.
2) Rasa aman
Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental.
Perasaan aman secara meterial berarti pemenuhan kebutuhan,
makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan
dan tidak berada di luar kemampuan orangtua. Perasaan aman
secara mental berarti pemenuhan oleh orangtua berupa
perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu
dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan
memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya.
3) Penerimaan diri
Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan
karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol
terhadap proses penyesuaian diri pada remaja. Remaja dapat
mengatur diri dan memelihara stabilitas mental, kemampuan
untuk mengatur diri dan mengarahkan diri sesuai perkembangan
kepribadiannya.
4) Intelegensi
Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung
penyesuaian diri secara sosial yaitu kualitas intelegensi. Tidak
sedikit, baik buruknya remaja dalam menyesuaikan diri secara
sosial ditentukan oleh kapasitas intelegensinya. Intelegensi sangat
penting bagi perolehan perkembangan gagasan, prinsip, dan
tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses
penyesuaian diri sosial pada remaja.
5) Perbedaan jenis kelamin
Remaja mampu menerima keadaan fisiknya dengan baik sesuai
jenis kelamin yang ada pada dirinya.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu.
Adapun faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan remaja.
Termasuk perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma
dalam menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh kedua orangtua. Remaja tengah
berada pada fase krisis ketidaktentuan, mereka amat memerlukan
teladan norma-norma yang mapan untuk diidentifikasi.
orangtua sebagai pelopor norma di dalam lingkungan keluarga.
Faktor keteladanan dari pribadi orangtua menjadi amat penting
bagi perkembangan sosial remaja di dalam keluarga.
2) Lingkungan sekolah
Kehadiran remaja di lingkungan sekolah merupakan
penyesuaian sosial remaja dalam proses bersosialisasi dan
menjadi faktor baru yang menantang dan mencemaskan diri
remaja. Selama tidak ada pertentangan, remaja tidak akan
kesulitan dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan sosial.
Sekolah merupakan salah satu lingkungan remaja hidup dalam
seharian sesuai tugas perkembangannya. Sekolah memudahkan
atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja.
Diartikan lingkungan sekolah dapat menciptakan perkembangan
yang kurang positif dan dapat menghambat perkembangan sosial
remaja. Sebaliknya, sekolah memiliki kehidupan yang bagus dan
dapat memperlancar atau bahkan memacu perkembangan
hubungan sosial remaja dan mampu menyesuaikan diri secara
sosial dengan baik.
3) Lingkungan masyarakat
Salah satu masalah yang dialami oleh remaja dalam proses
penyesuaian diri di lingkungan sosial adalah bahwa tidak jarang
masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi
mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh
sebagaimana orang dewasa. Untuk masalah-masalah yang
dipandang penting dan menentukan, remaja masih sering
dianggap anak kecil atau belum mampu sehingga membuat
remaja sering kecewa dan kejengkelan. Keadaan semacam ini
seringkali menjadi penghambat perkembangan remaja dalam
menyesuaikan dirinya secara sosial. Konsistensi nilai-nilai, sikap,
aturan-aturan, norma-norma, moral dan perialku masyarakat akan
diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat
tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses
perkembangan penyesuaian sosial pada diri remaja.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit
kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan
remaja sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri sosial pada
remaja yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan
masyarakat.
4) Budaya
Budaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan individu khususnya remaja. Hal ini dapat dilihat dari
adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu
melaui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Selain itu, tidak sedikit konflik pribadi,
langsung atau tidak langsung disebabkan oleh budaya
dilingkungan sekitar dan hal ini menjadi pengaruh berarti bagi
perkembangan remaja dalam menyesuaikan diri secara sosial di
lingkungan masyarakat.
Artinya, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial pada
remaja yaitu emosi, rasa aman, ciri pribadi, penerimaan diri, intelegensi,
perbedaan jenis kelamin, keluarga, lingkungan sekolah, masyarakarat dan
budaya. Remaja akan mudah terindentifikasi jika semua faktor yang yang
mempengaruhi penyesuaian sosial diri pada remaja dapat terbentuk di
dalam dirinya dan remaja akan menjadi mampu untuk dapat tumbuh dan
berkembang sesuai kebutuhan sebagai makhluk sosial.
ÏÐÑÒ Ó ÔÕ-ÖÒ Ó ÔÕ×ÔØ Ù ÔÒÚÖÛ ÖØÜ ÝÒÛ ÖÞ
Menurut ( Schneiders, 1991 ) penyesuaian sosial memiliki beberapa
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Recognition adalah menghormati dan menerima hak-hak orang lain.
Dalam hal ini individu tidak melanggar hak-hak orang lain yang berbeda
dengan dirinya, untuk menghindari terjadinya konflik sosial. Menurut
Schneiders ( 1991 ) ketika individu dapat menghargai dan menghormati
hak orang lain maka orang lain akan menghormati dan menghargai
hak-hak individu tersebut sehingga hubungan sosial antar individu dapat terjalin
b
. Participationadalah melibatkan diri dalam berelasi
Setiap individu harus dapat mengembangkan diri dan memelihara
persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan
orang lain dan lebih menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan
penyesuaian diri yang buruk.
Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan
aktivitas di lingkungannya serta tidak mampu untuk mengekpresikan diri
mereka sendiri. Sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila
individu tersebut mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain,
mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta
menghargai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
c. Social approval adalah minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain
Hal ini merupakan bentuk penyesuaian diri di masyarakat, dimana individu
dapat peka dengan masalah dan kesulitan orang lain di sekelilingnya, serta
bersedia membantu meringankan masalahnya. Selain itu individu juga harus
menunjukkan minat terhadap tujuan, harapan dan aspirasi, cara pandang
sesuai dengan tuntutan dalam penyesuaian keagamaan.
d. Altruismeadalah memiliki sifat rendah hati dan tidak egois
Rasa saling membantu dan mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai
moral yang diaplikasi dan merupakan bagian dari penyesuaian moral yang
baik apabila diterapkan dimasyarakat secara wajar dan bermanfaat, maka
akan membawa pada penyesuaian diri yang kuat. Bentuk dari sifat-sifat
individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mantal, keadaan
emosi yang sehat dan penyesuaian yang bail.
e. ßonformity adalah menghormati dan mentaati nilai-nilai intregasi hukum,
tradisi, dan kebiasaan.
Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi
yang berlaku di lingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik di
lingkungannya.
àáâãä åä ãæçåèãéãêë ìíîïð ìñî
ò áóåô õöõ÷ õçåèã éãêë ìí îïðìñî
Remaja berasal dari kata lain adolence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolence mempunyai arti yang luas lagi
yang mencangkup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1991). Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Masa ini merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja seringkali
didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti
susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini
dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling
menonjolkan dari semua periode perkembangan ( Shaw dan Costamzo,
1985 )
Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksuddengankeluarga
øùúûen üome adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara ayah dan ibu. Pernyataan Ulwan dipertegas oleh Atriel (2008) yang mengatakan
bahwa øùúûenüome merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak
harmonis dan orangtua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk
anak-anaknya. Biasanya mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan
yang terus menerus terjadi dalam keluarga.
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
remaja broken home adalah individu yang berusia masa kanak-kanak
menuju ke masa dewasa yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak
harmonis atau orangtua yang tidak utuh.
ýþÿ
Menurut Prasetyo (2015) ada beberapa karakteristik remaja yang berlatar
belakang keluargaø ùúkenüome sebagai berikut :
a. Bersifat Keras
Setiap remaja tidak pernah menginginkan keluarga yang tidak utuh
dan tidak harmonis. Kondisi keluarga yang tidak utuh atau øùúûenüome
membuat remaja memiliki sifat kritis dalam mencari kasih sayang dari
kedua orangtuanya. Ketika seorang remaja mengalami pengerasan
maka ia akan menjadi remaja yang haus akan segala hal. Remaja menjadi
mempunyai pemikiran labil dan mudah dipengaruhi.
b. Memiliki Emosional Tinggi
Emosional remaja yang berlatar belakang okenome bisa
dikatakan lebih peka dari remaja seumurannya dan itu bukan tanpa alasan.
Emosi remaja enome ketika sedih, marah, dan takut itu akan sangat
nampak ketika remaja mengalami sesuatu kejadian. Hati yang tadinya
keras seketika akan menjadi lembut saat hatinya terbuka untuk menyikapi
suatu masalah yang terjadi. Pengalaman dari segi emosional hati remaja
enome lebih unggul untuk menyikapi image remaja enome . c. Cuek tapi orang yang paling peduli dan peka
Remaja yang berlatar belakang enome terkadang lebih
banyak diam dan acuh tak acuh. Perilaku seperti itu memang tidak
semuanya remaja Broken Home seperti itu. Berbicara sikap pada remaja
memang sudah menjadi bawaan sejak kecil. Remaja enome yang
sudah menyadari keadaan dirinya tidak akan berbicara mengenai
masalalunya, curhat mengenai masalah keluarganya, karena ia
menganggap itu adalah aib. Sikap tertutup mereka sangat kelihatan, selain
untuk membatasi pengetahuan sejarah keluarganya, hal itu juga merupakan
salah satu cara untuk tidak mengingat masalalunya.
Hal inilah yang membuat remaja enome terkesan lebih
cuek. Remaja berlatar belakang belakang kenome jika melihat
remaja akan langsung tergerak hatinya secara alami untuk menolong dan
memberikan segala kepeduliannya.
- ! " # #$ %&'()*&+ (
Menurut Matinka ( 2011 adapun faktor-faktor penyebab ,-./en0ome
sebagai berikut :
a.Terjadinya Perceraian
Suami istri yang sudah tidak memiliki tujuan yang sama lagi dalam
membangun mahligai rumah tangga. Faktor kadewasaan yang
mencangkup intelektualitas,emosionalitas, dan kemampuan mengelola
dan mengatasi berbagai masalah dapat berpengaruh dalam perubahan
dalam hidup bermasyarakat.
b. Ketidakdewasaan sikap orangtua
Orangtua memang seharusnya menjadi panutan remaja dalam bersikap,
baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan
bermasyarakat. Ketidakdewasaan sikap orangtua salah satunya di dalam
keluarga dilihat dari sikap egoisme. Egoisme merupakan sikap buruk
seseorang yang mementingkan diri sendiri.
c. Orangtua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Orangtua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab dapat dilihat dari
salah satu masalah yaitu kesibukan. Orangtua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaannya dan terlalu fokus mencari uang, membuat orangtua modern
saat ini sulit atau kurang sekali meluangkan waktu serta perhatian untuk
d. Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu keburukan perilaku yang seseorang lakukan disebabkan
mereka jauh dari Tuhan dan kurang bersyukur terhadap hidup yang
Tuhan berikan. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan lebih mengutamakan
duniawi saja, kehancuran di dalam keluarga sering terjadi dan iman di
dalam keluarga sering tergoyah.
e. Adanya masalah ekonomi
Keluarga sering sekali mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Istri banyak menuntut hal-hal
diluar penghasilan suami. Hal ini dapat menjadi penyebab dan membuat
komunikasi di dalam keluarga merasa sudah cocok dan menimbulkan
keributan di dalam keluarga.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak
Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja yaitu: hubungan
remaja lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial
sebagai pria dan wanita, mencapai kemandirian emosional dari orangtua
dan orang dewasa lainnya, mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga, dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara
12 345 647 8 9: 95;<7:9=>4?9 @9AB CDEFG CHE
Manusia sebagai makhluk sosial khususnya remaja, sudah
seharusnya mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial
khususnya di tempat tinggalnya. Penyesuaian sosial adalah kemampuan
individu dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan sosial dengan mampu
berinteraksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi sosial
yang dapat mengubah individu dalam berkembang sesuai tugas
perkembangannya. Kehidupan remaja akan selalu diwarnai adanya
hubungan dengan orang lain. Remaja yang mampu menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan sosial, maka remaja mampu berperilaku sosial yang
baik sesuai tugas perkembangannya.
Menurut Havighurst ( dalam Yusuf, 2010 ) tugas-tugas
perkembangan remaja sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai
dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan
bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis
2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya
berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka
diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang
diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali
merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama
bertahun-tahun.
3. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun,
kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.
Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan
rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua
atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang
statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang
4. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga
Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang
berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah persiapan
perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain
hanya sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan
tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan
tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan yang oleh remaja dibawa ke dalam masa dewasa.
5. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
Erat masalahnya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang
selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah
tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung
jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman
sebaya, tetapi hal ini seringkali dianggap tidak bertanggung jawab.
Misalnya, kalau menghadapi ujian, maka remaja harus memilih
antara standar dewasa dan standar teman-teman.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak Broken
Home terhadap perkembangan sosial remaja yaitu: hubungan remaja lebih
matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria dan
lainnya, mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, dan mencapai
tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
Pada diri remaja penyesuaian sosial dapat terbentuk oleh beberapa
faktor salah satunya lingkungan keluarga. Remaja yang hidup di dalam
keluarga yang harmonis akan membuat diri remaja semakin mampu
menyesuaikan diri secara sosial dengan baik. Lingkungan keluarga sangat
mempengaruhi penyesuaian diri pada diri remaja karena keluarga selalu
memberikan kasih sayang serta perhatian penuh kepada remaja. Remaja
sangat membutuhkan kasih sayang, dukungan, serta perhatian dari
keluarga teruatama orangtua karena mereka yang selalu menjadi panutan
dalam berperilaku yang baik.
Ada beberapa remaja yang memiliki perilaku yang tidak baik
sehingga remaja menjadi sulit untuk menyesuaikan diri secara sosial.
Perilaku itu dimiliki oleh remaja yang memiliki keluarga yang tidak utuh
atau IJ KLenMome . Keluarga yang mengalami IJ KLenMome seringkali
akan berdampak pada anak-anaknya. Terkadang orangtua tidak
memperhatikan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan. Remaja yang
menjadi korban IJ KLenM ome seringkali memiliki perilaku sosial dengan
lingkungan yang kurang baik, namun tidak semua remaja yang berlatar
belakang keluarga IJ KLenMome itu berperilaku tidak baik. Ada juga
remaja yang berlatar belakang keluarga IJKLenMome mampu bergaul
dengan orang lain, mampu berperan aktif di lingkungan sosial dan mampu
sangat menggantungkan diri, memerlukan perhatian, memerlukan bekal
pengetahuan, cara berpikir, dan kasih sayang dari orangtuanya. Remaja
sekarang ini mudah terpengaruh dengan pergaulan-pergaulan bebas dan
mereka lebih mengandalkan tindakan-tindakan kasar atau emosi yang
tidak bisa dikontrol. Kondisi keluarga memang sangat berpengaruh pada
perkembangan remaja dalam menyesuaikan diri secara sosial dengan
orang lain.
Dari uraian penjelasan diatas dapat disimpulkan penyesuaian sosial
remajaNO PQenRome adalah remaja yang masih mampu menyesuaikan diri
secara sosial karena faktor keluarga yang tidak utuh atau NO PQenRom e,
dan membuat remaja tidak bisa mengontrol perilaku-perilakunya di
lingkungan sosial. Remaja menjadi kurang mendapat perhatian, kasih
ST SU UU
VWXY Z W[W\ W]UXUT\
Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Subjek
dan obyek penelitian , teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis
data^
T ^_`a bc[` a`d bebf a
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti
yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak ( Sugiyono, 2012 ).
Penelitian studi kasus adalah suatu metode untuk menyelidiki atau
mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup)
(Bimo Walgito, 2004). Studi kasus adalah studi atau analisa komprehensif
dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala,
ciri-ciri, karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku
menyimpang, baik individu maupun kelompok.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi terkait
dengan judul adalah Penyesuaian Sosial Remaja gh ijenkome (Studi
Kasus Kakak Beradik di Keluarga g h ijenkome ). Perilaku sosialnya
diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi fenomenologi
penyesuaian sosial remaja hbrokenome di masyarakat.
lmnopq rstr uvr wsxyou oz {s{r u
Penelitian ini dilakukan pada dua remaja di daerah Klaten.Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari 2017.
|m}x~ owyou oz {s{r u
Subjek penelitian adalah Remaja usia 15 dan Remaja usia 19 tahun.
m}x~ owq osr pr
Nama : Acung
Pekerjaan : Pelajar
Tempat Tinggal : Klaten
Umur : 15 tahun
Tinggal bersama : Ibu kandung
Jumlah Saudara : 1
Pekerjaan Orangtua : Buruh
m}x~ oww otx r
Nama : Jennifer
Pekerjaan : Lulusan SMP
Tempat Tinggal : Klaten
Umur : 19 tahun
Tinggal bersama : Ibu kandung
Jumlah Saudara : 2
Pekerjaan Orangtua : Buruh
mnow u {wtruu s xpouyouxpqx zr ursr
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Esterberg (dalam
Sugiyono, 2010). Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden dan informan yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Penelitian ini menggunakan wawancara secara terstuktur dan
tidak terstuktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah
menetapkan kepada siapa wawancara ini akan dilakukan,
menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menulis hasil
wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak
lanjut wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono,2010). Hasil
wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara
menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara.
Peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstuktur. Panduan
wawancara terstuktur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1. a. Penyesuaian remaja
en ¡ome di
1. Bagaimana penyesuaian sosial dirimu di masyarakat?
masyarakat 3. Kegiatan apa sajakah yang membuat dirimu tertarik untuk mau terlibat aktif di dalam kegiatan tersebut?
4. Hal apa sajakah yang menjadi alasan dirimu mau terlibat aktif di lingkungan masyarakat?
5. Bagaimana cara kamu membuat orang lain mau menerimamu di lingkungan
masyarakat?
6. Menurut kamu apa alasan orang lain mau menerimamu di lingkungan masyarakat? 7. Menurut kamu bagaimana penyesuaian
dirimu di lingkungan sosial saat ini? 8. Bagaimana pandangan masyarakat
2. Masih adakah kelemahan atau kelebihan yang ada dalam dirimu dalam berinteraksi dengan orang lain?
3. Seberapa baik dirimu di lingkungan masyarakat?
4. Bagaimana respon masyarakat terhadap dirimu yang memiliki latar belakang keluarga¢£ ¤ken¥ome ?
5. Dampak apa sajakah yang kamu alami dalam dirimu sebagai remaja yang berlatar belakang keluarga¢£ ¤ken¥ome saat
2. Di dalam keluarga siapakah yang berperan penting dalam hidupmu yang mengarahkan dirimu menjadi lebih baik lagi?
penyesuaian sosial dirinya saat ini
pengaruh besar terhadap dirimu? 4. Bagimana dirimu menyikapi kondisi
keluargamu yang tidak utuh seperti keluarga yang lain?
5. Bagaimana penyesuaian sosialmu di lingkungan sekolah?
6. Perbedaan apa saja yang muncul saat kamu berinteraksi di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat?
7. Bagaimana lingkungan masyarakat, sekolah memperlakukan dirimu ? 8. Bagaimana perasaanmu saat orang lain
menegur setiap perilakumu?
9. Bagaimana perasaanmu saat orang lain menganggap dirimu sebelah mata karena kamu berlatar belakang keluarga³´ µken ¶ome ?
10.Hal apa saja yang akan kamu lakukan jika kamu ditolak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat?
2. Observasi
Menurut Susan Stainback ( 1988 ) menyatakan bahwa dalam
observasi partisipasif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
peneliti untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat
dengan terlibat dalam kegiatan subjek. Dalam observasi ini terdapat
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh subjek dalam beberapa kegiatan. Observasi pastisipan ini,
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Setiap
observasi ini peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap
perilaku dan proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan
juga sering digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik
wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
·¸¹º» ¼ ½»¾ ¼ ¿À ½Á ½Á ¿Ã¿
Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2009: 280) analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema
dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data
dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis
kerja itu. Menurut Moleong (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yangn disarankan oleh data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengacu pada konsep Milles & Huberman (dalam Soegiyono, 2010),
aktivitas dalam analisis data, yaitu datareduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
1. Reduksi data (Data Reduction )
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data
yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu.
2. Penyajian data (Display Data)
Data ini sudah berupa rangkuman, uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Äonclusion Drawing a nd
Verification)
Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika
dalam perjalanannya tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masing belum jelas atau
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
ÅÆÇÈÉÊ ËÉ ÌÉ ÍÎÉÏÉ
Dalam menguji keabsahan atau validitas data yang didapat
sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka
peneliti menggunakan teknik triangulasi (Moleong, 2007: 330). Adapun
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
sumber yaitu pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat
dilakukan ke masyarakat, teman observan, dan orangtua observan. Data
dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya diminta kesepakatan dengan
ÐÑ ÐÒ Ó
ÔÑ ÕÒÖ×ØÙØÖÒÚ ÒÑÙ
Bab ini berisi tentang deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil
penelitian dan pembahasan dari wawancara serta informasi-informasi yang telah
diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Informasi diperoleh dari dua Subjek serta
informan-informan yang terkait, dan berkaitan dengan kode etik maka nama dua Subjek
serta informan-informan disamarkan agar identitas tidak diketahui.
Ñ ÛÜÝÞ ß àáâ Þ áÜãäã
å Û×Ýæ çèá éâ êæ ãæÜãäãÕ êë ìÝ ßå
ãÛÒí Ý æ äá äãÞÕ êë ìÝ ß
Nama : Jennifer
Agama : Islam
Umur : 19 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 1998
Pendidikan : Lulusan SD
Alamat Rumah : Klaten
Penampilan Fisik : Tinggi, kurus, kulit kuning langsat.
î Û Ñ æ ãï áÞáÞ
ãÛÖãäãàÐÝ ïãßãæ çðÝ è áí ê âãæðÝ ïêãàçã
Latar belakang keluarga Jennifer sangat sederhana dan tidak
mewah. Kondisi keluarga Jennifer mulai merasa serba kekurangan dan
Ibunya 5 tahun yang lalu. Ayahnya sudah tidak lagi ada kabar dan
membiayai kebutuhan keluarga. Statusñòóôenõome disandang keluarga
Jennifer. Ibunya menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi
orangtua tunggal untuk Jennifer dan adiknya. Kondisi keluarga yang
berlatar belakang ñòóôenõome sempat membuat Jennifer menjadi iri
dengan keluarga-keluarga yang lain dan kondisi keluarga yang tidak utuh
dan hanya tinggal bersama ibunya memberikan dampak negatif dari
kondisi keluarganya tersebut.
Latar belakang kehidupan keluarga yang ñ òóôenõome membuat
Jennifer menjadi iri dengan keluarga yang lain, sehingga Jennifer
menjadi sulit menyesuaikan dirinya secara sosial dengan
temannya apalagi saat temanya bermain ke rumahnya. Saat
teman-temannya datang ke rumah, Jennifer selalu sedih jika ada teman-temannya yang
menanyakan dimana ayahnya. Hal inilah yang kadang membuat Jennifer
jarang mengajak temannya datang ke rumah.
ö ÷øù ú ûü ýú ûþúÿù ù ü, ùþ-ü úù þú ù þý ý þ
Lingkungan asal Jennifer termasuk golongan pekerjaan menengah
dengan banyak penduduk dan kerabat yang hanya menjadi buruh dan
wiraswasta. Dari pekerjaan masyarakat setempat yang mayoritas hanya
buruh dan wiraswasta mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya
mayoritas sampai jenjang SMA sederajat. Lingkungan sosialnya cukup
tertib, baik dan sangat menjunjung tinggi norma-norma yang ada di
Remaja-remaja di lingkungannya sering suka bergerombolan alias
genk-genk-an sehingga membuat interaksi sosial antar remaja yang lain
kurang terjalin erat. Sosial kultur di lingkungan Jennifer semuanya
orang-orang jawa dan tidak ada masyarakat dari luar daerah.
Pertumbuhan jasmani Jennifer cukup baik dan dalam keadaan sehat
sampai sekarang. Riwayat kesehatan sampai sekarang Jennifer belum
pernah ada riwayat sakit sampai mengakhawatirkan, atau sampai di rawat
di rumah sakit. Kesehatannya kurang stabil biasanya hanya karena
kecapekan atau masuk angin biasa.
!
Perkembangan kognitif Jennifer sedikit lambat menangkap setiap
materi yang di sampaikan hingga sekolah, dan pada akhirnya ia waktu
duduk di SD pernah tidak naik kelas 2 (dua ) kali. Jennifer juga hanya
lulusan SMP, dikarenakan ia disuruh ibunya melanjutkan ke SMK tapi ia
tidak mau dan merasa sudah tidak sanggup untuk mengikuti
pembelajaran di SMK.
" # " " #"
Perkembangan sosial Jennifer cukup unik, yaitu dirinya merasa
malu ikut sebuah organisasi di lingkungannya karena ia merasa sudah
terlalu dewasa baru ikut sebuah organisasi. Saat berada di lingkungan
yang tidak dia kenal sekalipun. Sekarang ini Jennifer sudah sedikit demi
sedikit mulai mau berbaur dengan yang lain.
$%& '( '-)'( '*+, ( '- ./ ' .0
Jennifer memiliki kepribadian yang kurang baik di masyarakat. Ia
dikenal sering keluar malam dan kurang ramah dengan orang lain. Ia juga
dikenal kurang bisa menyesuaikan sosialnya, yakni ia kurang ramah
dengan orang lain, ketemu dengan orang lain hanya diam, tidak murah
senyum dengan masyarakat. Jennifer juga kurang bisa berbaur dengan
masyarakat terutama remaja di lingkungannya. Masyarakat pun sering
menganggap Jennifer cewek negatif yang pergaulannya bebas. Namun
dibalik itu, Jennifer tipe remaja yang cuek dan tidak pernah peduli
masyarakat menilai dirinya seperti apa, justru ia menghargai apa yang
masyarakat nilai terhadapnya dan bersikap masa bodoh dengan apa yang
masyarakat nilai terhadap dirinya.
1%2 '3,40.05 .6.7 4 - 8+91
:%; /+0 6'6 .<7 4 -8+9
Nama : Acung
Agama : Islam
Umur : 15 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 2002
Pendidikan : SMA kelas 2
Alamat Rumah : Klaten
Penampilan Fisik : Tinggi, Pipi cuby, kulit sawo matang.
=>?@ AB CD CD
A >EA FAGHIBA JA@KLIMCN O PA@LIBOAG KA
Latar belakang keluarga Acung sangat sederhana dan tidak
mewah. Kondisi keluarga Acung mulai merasa serba kekurangan dan
terpuruk semenjak ayahnya tidak lagi mengurus biaya sekolah Acung,
kakaknya dan Ibunya 5 tahun yang lalu. Ayahnya sudah tidak lagi ada
kabar dan membiayai kebutuhan keluarga. Dan sekarang status
QR STenUome sangat membuat Acungmarah dengan keadaan waktu itu. Ibunya menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi orangtua
tunggal untuk membiayai sekolahnya. Kondisi keluarga yang berlatar
belakangQR STenUome justru membuat Acung menjadi remaja kurang
mendapatkan perhatian dari ibunya. Ibunya selalu sibuk dengan
urusannya sendiri dan menjadi jarang ada dirumah apalagi sekedar
perhatian terhadap Acung.
V >EC@KJ O@KA@WCDCJ, X YDCAB-IJY@YZCN A@X YD CABLOB FOGAB
Lingkungan asal tempat tinggal Acung termasuk golongan
pekerjaan menengah dengan banyak penduduk dan kerabat yang hanya
menjadi buruh dan wiraswasta. Dari pekerjaan masyarakat setempat
yang mayoritas hanya buruh dan wiraswasta mereka dapat
sederajat. Lingkungan sosialnya cukup tertib, baik dan sangat
menjunjung tinggi norma-norma yang ada di masyarakat.
Remaja-remaja di lingkunga Acung sering suka bergerombolan
alias genk-genk-an sehingga membuat interaksi sosial antar remaja
yang lain kurang terjalin erat. Acung juga memiliki genk teman-teman
nongkrongnya. Acung jika bermain hanya dengan orang-orang itu saja.
Sosial kultur di lingkungan Acung semuanya orang-orang jawa dan
tidak ada masyarakat dari luar daerah.
[\] ^_ `a bca d efgehbefij efkilem e`n^h ^d e`ef
Pertumbuhan jasmani Acung cukup baik, namun dalam hal
intonasi berbiacra Acung sedikit agak kurang jelas atau cedal . Riwayat
kesehatan pernah dirawat di rumah sakit karena penah sakit gejala tifes
waktu kelas 3 SMP. Melati sampai sekarang belum pernah ada riwayat
sakit sampai mengakhawatirkan atau cukup serius seperti kecelakaan
atau memiliki penyakit menular.
j\]^_o^bcef pefnq pf i `i r
Perkembangan kognitif Acung, Acung termasuk remaja yang
berprestasi di sekolah. Acung selalu juara 10 (sepuluh) besar di kelasnya
sejak duduk di bangku SMP. Acung juga mudah memahami apa yang
disampaikan oleh orang lain. Ia juga cepat memahami di lingkungan
sekitar, dan ia termasuk remaja yang peka dengan lingkungan sekitarnya,
seperti suka membantu atau ikut gotong rotong atau membantu tetangga
stu svwsxy z{ |z{} ~ z z{} z} ~z} swzvz{|{
Perkembangan sosial Acung, Acungbergaul dengan teman-teman
satu genksnya. Dalam kegiatan di sekolah atau di lingkungan, Acung
tidak mau ikut kegiatan organisasi karena males dan gak suka ribet. Saat
ikut kegiatan sosial di masyarakat selalu mencari teman atau kadang
bergantung dengan teman jadi penyesuaian sosialnya di masyarakat
masih perlu di tingkatkan.
t v -v s v y z z{
Acung memiliki kepribadian yang unik di masyarakat, yakni
dirinya termasuk remaja yang santai dan humoris. Ia dikenal pribadi yang
asyik, jail dengan orang lain. Acung memang tipe remaja yang masih
suka bercandaan dengan orang-orang disekitarnya. Acung juga dikenal
orangnya mood-mood-a, jadi kalau dirinya sedang dalam suasana baik
dirinya orangnya asyik, tapi kalau saat sedang dalam keadaan marah
dirinya hanya diam.
tuszwz{ zz{us{ s z{ z{ z
Pelaksanaan penelitian dengan Subjekdilakukan di rumah Subjek.
Subjek penelitian merupakan kakak adik yang namanya peneliti samarkan
menjadi Jennifer dan Acung. Kakak beradik memiliki perbedaan sifat dan
sikap dalam menyesuaikan dirinya secara sosial di lingkungan
masyarakat.Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah melakukan
pendekatan kepada Subjek penelitian melalui alat komunikasi dan bertemu