• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian sosial remaja broken home (studi kasus kakak beradik di keluarga broken home)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyesuaian sosial remaja broken home (studi kasus kakak beradik di keluarga broken home)"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA

BROKEN HOME

(

Studi Kasus Kakak Beradik di KeluargaBroken Home

)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Skripsi

Oleh :

Xaverin Galuh Kartika NIM : 121114052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

He does everything at just the right time . (Ecclesiastes 3:11a)

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah

segala rencanamu . (Amsal 16:3)

Dalam situasi apapun, jangan biarkan emosimu mengalahkan

kecerdasanmu.

Skripsi ini saya p

ersembahkan kepada

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

PENYESUAIAN SOSIAL REMAJABROKEN HOME

( Studi Kasus Kakak Beradik di KeluargaBroken Home)

Xaverin Galuh Kartika Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial remaja kakak beradik yang berlatar belakang keluarga Broken Home di lingkungan masyarakat. Masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah penyesuaian sosial remaja Broken Home di masyarakat? (2) Faktor apa sajakah yang membuat remaja

Broken Home kurang mampu menyesuaian sosial di masyarakat? (3) Bagaimanakah pandangan remaja Broken Home mengenai penyesuaian dirinya secara sosial di masyarakat? (4) Bagaimanakah dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat terhadap remajaBroken Home mengenai penyesuaian sosialnya di masyarakat?

Studi kasus metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara terstruktur dan tidak terstuktur yang didukung oleh observasi. Analisis data yang dilakukan dibantu oleh proses reduksi data dan pengkodean. Untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait dengan subjek.

(8)

ABSTRACT

BROKEN HOMEADOLESCENT SOCIAL ADAPTATION ( A Study Case of Siblings in aBroken HomeFamily)

Xaverin Galuh Kartika Sanata Dharma University

2017

This study goal was to determine the social adjustment of adolescent siblings withBroken Home family background in the community. Problems that were answered in this research are (1) How is the social adjustment of Broken Home adolescent in society? (2) What are the factors that make Broken Home teenagers less-able to adapt socially in society? (3) What is the Broken Home adolescent view about their social adjustment in society? (4) How is the family support, school environment, and community environment of theBroken Homeadolescent towards their social adjustment in society?

A case study method is aims to study and investigate an event or phenomenon regarding an individual, such as a person's life history that becomes the research object. The method used in this research was structured and unstructured interview supported by observation. Data analysis was done by data reduction and coding process. To measure the validity of this study, researchers used a triangulation technique in which researchers conducted interviews with several parties related to the subject.

The study results indicated that Broken Home adolescent social adjustment as the subject of this study were able to appreciate and accept the others judgment, adolescents were sensitive to the circumstances around them and had not been able to obey the norms in society. Factors that make the social adjustment of Broken Home

adolescent less able to adjust with others socially were; lack of confidence, laziness, shyness and lack of attention from their parents. The adolescents view related to their social adjustment in society was teenagers have a sense of sensitivity and care with people around him.Broken Homeadolescent social adjustment was supported by family factors namely; freedom in mingling, and from the school and community that was advice, reprimand, invitation from friends or community.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat,dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa terselesainya penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang tuluskepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si.,sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd.,M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Batasan Masalah ... 8

D.Fokus Masalah ... 8

E. Tujuan Penelian ... 9

F. Manfaat Penelitian 10

G.Batasan Istilah... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 12

A.Hakekat Penyesuaian Sosial Remaja ... 12

1.Definisi Penyesuaian Sosial Remaja... 13

2.Faktor-Faktor Penyesuaian Sosial Remaja ... 13

3.Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ... 18

B.Hakikat RemajaBroken Home... 20

1.Definisi RemajaBroken Home... 20

(12)

3.Faktor-faktor PenyebabBroken Home... 23

C. Penyesuaian Sosial RemajaBroken Home... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Tempat dan Subyek Penelitian... 31

C. Teknik Pengumpulan Data... 31

D. Teknik Analisis Data ... 35

E. Trianggulasi... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN... 38

A. Deskripsi Data... 38

B. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil... 44

C. Hasil ... 47

D. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran... 93

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Surat Persetujuan Menjadi Informan 96

Lampiran 2. Agenda Pertemuan Penelitian .. 98

Lampiran 3. Panduan Catatan Lapangan (Observasi) .. 106

Lampiran 3.Verbatim Wawancara 126

(15)

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, dan manfaat penelitian.

Keseluruhan proses kehidupan remaja akan selalu diwarnai oleh hubungan

dengan orang lain, baik itu dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial khususnya remaja, sudah seharusnya mampu

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Proses penyesuaian sosial

pada diri remaja terbentuk oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi seperti, emosi, rasa aman, penerimaan diri, integensi, perbadaan jenis

kelamin, keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan budaya.

Menurut Schneider (1991) penyesuaian sosial sebagai kemampuan individu

untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial,

sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi

dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan. Penyesuaian sosial sebagai salah

satu aspek dari penyesuaian diri individu yang menuju kepada kesesuaian antara

kebutuhan dirinya dengan keadaan lingkungan tempat tinggal dimana remaja

berinteraksi secara sosial.

Orang yang mampu berinteraksi secara sosial akan mampu memenuhi kriteria

yang sesuai yang ada di lingkungannya. Hal itu dapat memenuhi kebutuhan sosial

(16)

penyesuaian sosial sesuai kebutuhan sosial dan mampu diterima di lingkungan

masyarakat.

Menurut Hurlock (1978) penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan

seseorang pada penyesuaian sosial terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompok pada khususnya. Orang yang memiliki penyesuaian sosial dengan baik

mempelajari berbagai ketrampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan

secara diplomatis dengan orang lain baik teman maupun orang yang tidak dikenal

sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Orang yang berhasil

melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan mampu mengembangkan sikap yang

menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka seniri

mengalami kesulitan.

Remaja zaman sekarang sudah mulai berbeda dengan zaman dahulu. Proses

bersosialisasi diperlukan pengetahuan dalam berperilaku yang baik dari setiap orangtua.

Perilaku yang sudah diajarkan dari orangtua dapat membentuk perilaku yang baik dari

diri remaja terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Penyesuaian sosial pada

diriremaja dapat dikatakan baik jika remaja memiliki perilaku dilingkungan sekitar

misal, aktif di lingkungan, bersikap sopan terhadap orang lain atau orang yang lebih tua,

tidak membuat keributan di lingkungan masyarakat, menaati peraturan dilingkungan

masyarakat.Perilaku sosial yang tidak baik di masyarakat misal, free sex , tawuran antar

desa atau pelajar, kurang menghormati peraturan-peraturan dimasyarakat, tidak

(17)

Penyesuaian sosial pada remaja dapat terbentuk oleh beberapa faktor salah

satunya lingkungan keluarga. Remaja yang hidup di dalam keluarga yang harmonis

akan membuat diri remaja semakin mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan

baik. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi penyesuaian sosial remaja karena

keluarga selalu memberikan kasih sayang serta perhatian penuh kepada remaja.

Perhatian dan kasih sayang dari keluarga akan sangat berpengaruh bagi remaja untuk

mampu menyesuaikan sosialnya dan menjadi mampu memiliki perilaku yang baik di

lingkungan sekitar. Remaja sangat membutuhkan kasih sayang, dukungan, serta

perhatian dari keluarga teruatama orangtua karena mereka yang selalu menjadi panutan

dalam berperilaku yang baik. Sekarang ini, ada beberapa remaja yang memiliki

berperilaku yang tidak baik sehingga remaja menjadi sulit untuk menyesuaikan diri

secara sosial. Perilaku itu dimiliki oleh remaja yang memiliki keluarga yang tidak utuh

atauenome .

Menurut Matinka (2011:6) henome adalah suasana keluarga yang tidak

harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang

menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut. Keluarga

yang mengalami enome seringkali akan berdampak pada anak-anaknya.

Terkadang orangtua tidak memperhatikan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan.

Remaja yang menjadi korbanen ome seringkali memiliki perilaku sosial dengan

lingkungan yang kurang baik, namun tidak semua remaja yang berlatar belakang

keluarga enome itu berperilaku tidak baik. Banyak juga remaja yang berlatar

(18)

mampu berperan aktif dalam kegiatan sosial, dan mampu mentaati norma-norma di

lingkungan sekitar.

Orangtua mempunyai tugas mengarahkan remaja untuk tumbuh dan berkembang

menjadi remaja yang berperilaku yang baik di lingkungan sekitar. Remaja masih sangat

menggantungkan diri, memerlukan perhatian, memerlukan bekal pengetahuan, cara

berpikir, dan kasih sayang dari orangtuanya. Sekarang ini, kehidupan dalam

sebuahkeluarga sudah banyak yang berubah. Banyak orangtua yang keduanya

sama-sama berkarier sehingga mereka sibuk dengan pekerjaannya, sampai kadang-kadang

mereka lupa akan kewajibannya sebagai orangtua. Orangtua menjadi tidak bisa

mengontrol perilaku-perilaku anaknya terutama penyesuaian sosialdengan orang lain

dan lingkungan sekitarnya. Remaja sering merasa kurang perhatian dan kasih sayang

dari orangtuanya. Kondisi seperti ini membuat remaja menjadi kurang bisa mengontrol

penyesuaian sosialnya di lingkungan luar. Remaja sekarang ini seringkali mudah

terpengaruh dengan arus globalisasi dan mereka lebih mengandalkan tindakan-tindakan

kasar atau emosi yang tidak bisa dikontrol. Kondisi keluarga memang sangat

berpengaruh pada perkembangan remaja dalam berinteraksi dengan orang lain.

Faktor lain yang membuat remaja kurang mengontrol penyesuaian sosial di

lingkungan karena keluarga yang tidak harmonis akibat orangtua yang terlalu sibuk atau

merasa tidak cocok lagi, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan melalaikan tugasnya

sebagai orangtua. Pada situasi demikian, ada juga remaja yang berlatar belakang

keluarga enome yang mampu menyesuaikan diri secara sosial dan perilakunya

(19)

menjadi mandiri dalam menjalani kehidupannya dengan orang lain. Remaja juga

menjadi tidak mudah tergantung dengan orang lain.

Dari kasus yangtelah peneliti temukan, ada remaja yang tinggal bersama

keluarga yang sudah tidak harmonis lagi. Orangtuanya sudah lama lama berpisah dan

remaja ini tinggal bersama ibunya. Ibunya bekerja sebagai buruk tembakau dan saat ini

ini sudahlama mengganggur. Ayah remaja ini bekerja di luar Jawa dan jarang sekali

pulang menengok anak dan istrinya di kampung. Keluarga tersebut memiliki konflik

ekonomi dan ketidakcocokan lagi didalam keluarga dan membuat keadaan keluarga

menjadi retak dan menjadi keluarga !"#en$ome . Remaja ini menjadi kurang penuh

mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari kedua orangtuanya. Hal ini pula yang

menjadi penyebab remaja ini kurang mampu menyesuaikan diri secara sosial dan

menjadi memiliki perilaku yang kurang baik di masyarakat. Remaja ini di bebaskan

dalam bergaul karena remaja tersebut hidup tanpa pengawasan dari kedua orangtuanya.

Kebebasan disini maksudnya remaja ini kurang diajarkan norma-norma di dalam

lingkungan sekitar misalnya bermain dengan teman laki-laki hingga larut malam lebih

dari jam sembilan malam, remaja kurang aktif di dalam lingkungan dan sering

mengurung diri di rumah, berperilaku kurang sopan terhadap teman atau orang lain, dan

kurang mampu menyesuaikan dirinya secara sosial baik di dalam keluarga, sekolah

maupun lingkungan sekitar.

Remaja sebagai korban !"#en$ome pada umumnya menjadi memiliki

perilaku-perilaku sosial yang kurang baik di lingkungannya. Remaja menjadi sering

(20)

melanggar peraturan-peraturan di masyarakat seperti: sering keluar malam, kurang

sopan dengan orang yang lebih tua, membawa teman bermain hingga larut malam diatas

jamberkunjung, kurang aktif di lingkungan sekitar, dan free sex . Hal inilah yang masih

perlu diperhatikan orangtua dalam mendidik pergaulan anak-anaknya.

Perilaku-perilaku sosial itu muncul mungkin karena dipengaruhi dari diri remaja

yang kurang baik dalam penyesuaian sosial di lingkungan sekitarnya. Faktor

lainmungkin karena keadaan keluarga yang tidak utuh memberikan perhatian dan kasih

sayang kepada remaja. Namun terkadang tidak semua remaja yang berlatar belakang

keluarga%& 'ken(ome berperilaku tidak baik.

Di lingkungan sekitar remaja yang berlatar belakang keluarga%& ')en(ome ada

juga yang memiliki perilaku yang positif dan menjadi orang berhasil. Remaja menjadi

peka dengan kondisi di lingkungan luar, mampu bersikap peduli dengan orang lain dan

aktif dalam kegiatan sosial. Perilaku seperti ini tercipta karena tuntutan hidup remaja

yang selalu menjalani aktivitas sehari-hari tanpa perhatian dari kedua orangtuanya.

Sikap kedewasaan juga kerap muncul pada diri remaja %&'ken(ome, dengan terbiasa

menghadapi masalah sendiri remaja menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab atas

dirinya sendiri. Remaja yang berlatar belakang keluarga %&')en(ome juga dapat

membentuk kepribadian yang tegas dengan mampu berperan aktif dalam sebuah

organisasi misal; menjadi pengurus di Karang Taruna, menjadi ketua dalam kegiatan

remaja dan bisa menjadi panutan bagi teman-temannya. Pentingnya remaja harus

mampu menyesuaikan diri secara sosial, karena remaja sebagai generasi penerus bangsa

(21)

meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya terutama kelemahan dalam

menyesuaikan diri secara sosial. Remaja yang mampu menyesuaikan diri secara sosial

maka remaja tersebut akan memiliki perilaku yang baik terhadap lingkungan di

sekitarnya, serta dapat bersosialisasi yang baik dengan orang lain.

Berdasarkan teori perkembangan dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2002) serta

Santrock (2002), menyatakan bahwa periode anak merupakan tahap awal kehidupan

individual yang akan menentukan sikap, nilai, perilaku, dan kepribadian individu di

masa depan.Di lingkungan sekitar banyak keluarga yang berlatar belakang *+ ,-en

.ome masih kurang memperhatikan perilaku sosial anak-anaknya. Mereka tidak sadar bahwa perilaku-perilaku sosial remaja merupakan dampak dari keegoisan orangtua atau

memang pengaruh dari lingkungan pergaulan di sekitarnya. Maka, peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyesuaian sosial pada diri remja remaja

yangberlatar belakang keluarga *+ ,-en.ome . Peneliti ini mengetahui sejauh mana

remaja tersebut dapat menyesuaikan sosial di lingkungan sekitarnya. Melihat hal di atas

peneliti mengangkat judul /012 314 5 67 62 8 947 6: ;1 <6=6 >? @ABC D @EB (8F5 G 7 H64 5 4

H6I 6I J1K6G7 I G7 H1: 5 6KL 6 >?@ABC D @EB) dalam skripsi ini. Kajian ini dimaksud agar dapat menyadarkan orangtua untuk lebih mementingkan perkembangan

anak-anaknya dan tidak mudah mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi tumbuh

(22)

M NOP QR STU TVWX TYWX WZ W[

Masalah-masalah terkait latar belakang masalah di atas, sangatlah banyak.

Masalah-masalah penyesuaian sosial remaja berlatar belakang keluarga \] ^ken

_ome sebagai berikut:

1. Semakin rendahnya penyesuaian sosial remaja yang berlatar belakang keluarga

\]^`en_ome dalam berperilaku di masyarakat

2. Remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtuaya.

3. Remaja kurang aktif di lingkungan masyarakat

4. Perilaku remaja menjadi tidak terkontrol karena kurangnya pengawasan dari

orangtua

5. Remaja kurang mematuhi norma-norma dimasyarakat

6. Semakin rendahnya remaja melupakan kewajibannya sebagai makhluk sosial

7. Peran remaja yang sangat acuh terhadap lingkungan sosial

aNbQcdWSWX WRYWX WZ W [

Penelitian ini, fokus kajian untuk menjawab masalah-masalah yang terkait

dengan identifikasi masalah di atas khususnya masalah mengenai

penyesuaian-penyesuaian sosial pada diri remajayang berlatar belakang keluarga\roken _ome

eNfgVhX YWX WZ W[

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan diatas, dapat

dirumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

(23)

2. Faktor apa sajakah yang membuat remaja i jklen mome kurang mampu

menyesuaian diri secara sosial di masyarakat?

3. Bagaimanakah pandangan remaja ijklen mome mengenai penyesuaian

sosialnya di masyarakat?

4. Bagaimanakah dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat terhadap remajai jklenmome mengenai penyesuaian sosialnya saat

ini?

n opq rq stuvt vw xy xst

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disampaikan diatas, adapun

tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui penyesuaian sosial remajai jklenmome di masyarakat.

2. Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi remaja i jklenmoem kurang

mampu menyesuaikan diri secara sosial di masyarakat.

3. Mengetahui pandangan remajai jkkenmome mengenai penyesuaian sosialnya di

masyarakat.

4. Mengetahui dukungan-dukungan dari keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat terhadap remaja i jklenmome mengenai penyesuaian

(24)

z{|}~ }} €‚~‚ƒ „ €„}~

Peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut :

…{|}~  }} €† ‚‡ˆ„ €„‰

Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling,

terutama tentang kondisi keluarga broken home terhadap perilaku-perilaku sosial

anaknya agar orangtua lebih mengutamakan kondisi keluarga yang utuh dan

harmonis.

Š{|}~  }} €ˆ} ‹ €„‰

a. Bagi orangtua

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mendidik anak agar

mampu menyesuaikan sosial khususnya keluarga yang berlatarbelakang

keluargaŒ Žkenome .

b. Bagi para remaja

Penelitian dapat digunakan sebagai pengetahuan dan referensi agar mampu

menyesuaian diri secara sosial dan berperilaku yang baik di masyarakat.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan kasih

sayang kepada anak dan agar masyarakat lebih memperhatikan pergaulan

remaja di lingkungansekitar.

{‘} €}‰}~’‰ €„ƒ }“

1. Penyesuaian sosial remaja adalah kemampuan dalam menyesuaikan sosialnya

(25)

realitas dan relasi sosial sehingga tuntutan hidup di lingkungan masyarakat

dapat terpenuhi sesuai tugas perkembangan pada remaja.

2. Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa.

3. ”•–—en ˜ome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana

keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang

rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan

dalam keluarga tersebut.

4. Penyesuaian Sosial Remaja ”•–—en˜ome adalah kemampuan remaja dalam

menyesuaikan sosialnya di lingkungan sekiatrnya yang berlatar belakang

(26)

™š ™› ›

œš› šžŸ  ¡ ¢š œš

Bab ini memaparkan tentang definisiPenyesuain Sosial Remaja, Definisi

Remaja£¤¥¦en§ome , dan Penyesuaian Sosial Remaja£¤¥¦en§ome

š¨ ©ª« ¬« ª­Ÿ¬® ¯¬° ± ª² ª®¡ ³°²ª´µ¬¶ª· ª

1. ¸¬¹ ²®²°²Ÿ¬ ® ¯¬°± ª²ª®¡ ³°²ª´µ¬ ¶ª ·ª

Menurut Kamus Psikologi (dalam Kartini Kartono, 1981)

menyebutkan bahwa penyesuaian sosial adalah: (1) penjalinan secara

harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial; (2) mempelajari tingkah

laku yang diperlukan atau mengubah kebiasaan yang ada sedemikian rupa

sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial.

Penyesuaian sosial sebagai kemampuan untuk bereaksi secara

efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga

kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi

dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan (Schneider,

1991).Sofyan dan Willis (2009) mendefinisikan penyesuaian sosial

sebagai kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar

terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan

terhadap lingkungannya.

Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompok pada khususnya. orang yang dapat menyesuaikan diri dengan

(27)

menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain baik teman

maupun orang yang tidak dikenal sehingga sikap orang lain terhadap

mereka menyenangkan. Orang yang berhasil melakukan penyesuaian

sosial dengan baik mengembangkan sikap yang menyenangkan, seperti

kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka sendiri

mengalami kesulitan (Hurlock, 1978).

Remaja yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan

sosialnya dengan baik, maka ia sudah dapat mampu berkembang dengan

baik sesuai tugas perkembangannya. Tuntutan situasi sosial akan membuat

remaja mampu menyesuaian keadaan lingkungan disekitarnya dan

membuat remaja semakin mampu melewati masa remajanya dengan baik

dan optimal sesuai perkembangan pada diri remaja tersebut.

Berdasarkan beberapa uraiandiatas dapat disimpulkan bahwa

penyesuaian sosial remaja adalah kemampuan remaja untuk hidup di

lingkungan sosial dan mampu berinteraksi secara tepat terhadap realitas

sosial, situasi dan relasi sosial dapat mengubah remaja sesuai tugas

perkembangannya.

º»¼½¾¿ÀÁ-½¾¿ÀÁÃÄÅ ÆÄÇȽ ɽÅÊ À Çɽ ËÌÄͽ ν

Menurut (Schneiders,1991) dalam penyesuaian sosial terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam individu.

(28)

1) Emosi

Perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada situasi tertentu.

Misal gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang),

dan sebagainya.

2) Rasa aman

Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental.

Perasaan aman secara meterial berarti pemenuhan kebutuhan,

makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan

dan tidak berada di luar kemampuan orangtua. Perasaan aman

secara mental berarti pemenuhan oleh orangtua berupa

perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu

dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan

memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya.

3) Penerimaan diri

Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan

karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol

terhadap proses penyesuaian diri pada remaja. Remaja dapat

mengatur diri dan memelihara stabilitas mental, kemampuan

untuk mengatur diri dan mengarahkan diri sesuai perkembangan

kepribadiannya.

4) Intelegensi

Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung

(29)

penyesuaian diri secara sosial yaitu kualitas intelegensi. Tidak

sedikit, baik buruknya remaja dalam menyesuaikan diri secara

sosial ditentukan oleh kapasitas intelegensinya. Intelegensi sangat

penting bagi perolehan perkembangan gagasan, prinsip, dan

tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses

penyesuaian diri sosial pada remaja.

5) Perbedaan jenis kelamin

Remaja mampu menerima keadaan fisiknya dengan baik sesuai

jenis kelamin yang ada pada dirinya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu.

Adapun faktor yang mempengaruhinya yaitu :

1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan utama yang memberikan

pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan remaja.

Termasuk perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang

bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak

ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma

dalam menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas

ditetapkan dan diarahkan oleh kedua orangtua. Remaja tengah

berada pada fase krisis ketidaktentuan, mereka amat memerlukan

teladan norma-norma yang mapan untuk diidentifikasi.

(30)

orangtua sebagai pelopor norma di dalam lingkungan keluarga.

Faktor keteladanan dari pribadi orangtua menjadi amat penting

bagi perkembangan sosial remaja di dalam keluarga.

2) Lingkungan sekolah

Kehadiran remaja di lingkungan sekolah merupakan

penyesuaian sosial remaja dalam proses bersosialisasi dan

menjadi faktor baru yang menantang dan mencemaskan diri

remaja. Selama tidak ada pertentangan, remaja tidak akan

kesulitan dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan sosial.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan remaja hidup dalam

seharian sesuai tugas perkembangannya. Sekolah memudahkan

atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja.

Diartikan lingkungan sekolah dapat menciptakan perkembangan

yang kurang positif dan dapat menghambat perkembangan sosial

remaja. Sebaliknya, sekolah memiliki kehidupan yang bagus dan

dapat memperlancar atau bahkan memacu perkembangan

hubungan sosial remaja dan mampu menyesuaikan diri secara

sosial dengan baik.

3) Lingkungan masyarakat

Salah satu masalah yang dialami oleh remaja dalam proses

penyesuaian diri di lingkungan sosial adalah bahwa tidak jarang

masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi

(31)

mereka tidak diberikan kesempatan atau peran penuh

sebagaimana orang dewasa. Untuk masalah-masalah yang

dipandang penting dan menentukan, remaja masih sering

dianggap anak kecil atau belum mampu sehingga membuat

remaja sering kecewa dan kejengkelan. Keadaan semacam ini

seringkali menjadi penghambat perkembangan remaja dalam

menyesuaikan dirinya secara sosial. Konsistensi nilai-nilai, sikap,

aturan-aturan, norma-norma, moral dan perialku masyarakat akan

diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat

tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses

perkembangan penyesuaian sosial pada diri remaja.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit

kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan

remaja sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri sosial pada

remaja yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan

masyarakat.

4) Budaya

Budaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

kehidupan individu khususnya remaja. Hal ini dapat dilihat dari

adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu

melaui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat. Selain itu, tidak sedikit konflik pribadi,

(32)

langsung atau tidak langsung disebabkan oleh budaya

dilingkungan sekitar dan hal ini menjadi pengaruh berarti bagi

perkembangan remaja dalam menyesuaikan diri secara sosial di

lingkungan masyarakat.

Artinya, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial pada

remaja yaitu emosi, rasa aman, ciri pribadi, penerimaan diri, intelegensi,

perbedaan jenis kelamin, keluarga, lingkungan sekolah, masyarakarat dan

budaya. Remaja akan mudah terindentifikasi jika semua faktor yang yang

mempengaruhi penyesuaian sosial diri pada remaja dapat terbentuk di

dalam dirinya dan remaja akan menjadi mampu untuk dapat tumbuh dan

berkembang sesuai kebutuhan sebagai makhluk sosial.

ÏÐÑÒ Ó ÔÕ-ÖÒ Ó ÔÕ×ÔØ Ù ÔÒÚÖÛ ÖØÜ ÝÒÛ ÖÞ

Menurut ( Schneiders, 1991 ) penyesuaian sosial memiliki beberapa

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Recognition adalah menghormati dan menerima hak-hak orang lain.

Dalam hal ini individu tidak melanggar hak-hak orang lain yang berbeda

dengan dirinya, untuk menghindari terjadinya konflik sosial. Menurut

Schneiders ( 1991 ) ketika individu dapat menghargai dan menghormati

hak orang lain maka orang lain akan menghormati dan menghargai

hak-hak individu tersebut sehingga hubungan sosial antar individu dapat terjalin

(33)

b

. Participationadalah melibatkan diri dalam berelasi

Setiap individu harus dapat mengembangkan diri dan memelihara

persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan

orang lain dan lebih menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan

penyesuaian diri yang buruk.

Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan

aktivitas di lingkungannya serta tidak mampu untuk mengekpresikan diri

mereka sendiri. Sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila

individu tersebut mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain,

mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta

menghargai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

c. Social approval adalah minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain

Hal ini merupakan bentuk penyesuaian diri di masyarakat, dimana individu

dapat peka dengan masalah dan kesulitan orang lain di sekelilingnya, serta

bersedia membantu meringankan masalahnya. Selain itu individu juga harus

menunjukkan minat terhadap tujuan, harapan dan aspirasi, cara pandang

sesuai dengan tuntutan dalam penyesuaian keagamaan.

d. Altruismeadalah memiliki sifat rendah hati dan tidak egois

Rasa saling membantu dan mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai

moral yang diaplikasi dan merupakan bagian dari penyesuaian moral yang

baik apabila diterapkan dimasyarakat secara wajar dan bermanfaat, maka

akan membawa pada penyesuaian diri yang kuat. Bentuk dari sifat-sifat

(34)

individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mantal, keadaan

emosi yang sehat dan penyesuaian yang bail.

e. ßonformity adalah menghormati dan mentaati nilai-nilai intregasi hukum,

tradisi, dan kebiasaan.

Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi

yang berlaku di lingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik di

lingkungannya.

àáâãä åä ãæçåèãéãêë ìíîïð ìñî

ò áóåô õöõ÷ õçåèã éãêë ìí îïðìñî

Remaja berasal dari kata lain adolence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolence mempunyai arti yang luas lagi

yang mencangkup kematangan mental, emosional sosial dan fisik

(Hurlock, 1991). Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak merasa

sama, atau paling tidak sejajar. Masa ini merupakan masa perubahan atau

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan

biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja seringkali

didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa

dewasa atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti

susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek

intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini

(35)

dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling

menonjolkan dari semua periode perkembangan ( Shaw dan Costamzo,

1985 )

Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksuddengankeluarga

øùúûen üome adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara ayah dan ibu. Pernyataan Ulwan dipertegas oleh Atriel (2008) yang mengatakan

bahwa øùúûenüome merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak

harmonis dan orangtua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk

anak-anaknya. Biasanya mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan

yang terus menerus terjadi dalam keluarga.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

remaja broken home adalah individu yang berusia masa kanak-kanak

menuju ke masa dewasa yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak

harmonis atau orangtua yang tidak utuh.

ýþÿ

Menurut Prasetyo (2015) ada beberapa karakteristik remaja yang berlatar

belakang keluargaø ùúkenüome sebagai berikut :

a. Bersifat Keras

Setiap remaja tidak pernah menginginkan keluarga yang tidak utuh

dan tidak harmonis. Kondisi keluarga yang tidak utuh atau øùúûenüome

membuat remaja memiliki sifat kritis dalam mencari kasih sayang dari

kedua orangtuanya. Ketika seorang remaja mengalami pengerasan

(36)

maka ia akan menjadi remaja yang haus akan segala hal. Remaja menjadi

mempunyai pemikiran labil dan mudah dipengaruhi.

b. Memiliki Emosional Tinggi

Emosional remaja yang berlatar belakang okenome bisa

dikatakan lebih peka dari remaja seumurannya dan itu bukan tanpa alasan.

Emosi remaja enome ketika sedih, marah, dan takut itu akan sangat

nampak ketika remaja mengalami sesuatu kejadian. Hati yang tadinya

keras seketika akan menjadi lembut saat hatinya terbuka untuk menyikapi

suatu masalah yang terjadi. Pengalaman dari segi emosional hati remaja

enome lebih unggul untuk menyikapi image remaja enome . c. Cuek tapi orang yang paling peduli dan peka

Remaja yang berlatar belakang enome terkadang lebih

banyak diam dan acuh tak acuh. Perilaku seperti itu memang tidak

semuanya remaja Broken Home seperti itu. Berbicara sikap pada remaja

memang sudah menjadi bawaan sejak kecil. Remaja enome yang

sudah menyadari keadaan dirinya tidak akan berbicara mengenai

masalalunya, curhat mengenai masalah keluarganya, karena ia

menganggap itu adalah aib. Sikap tertutup mereka sangat kelihatan, selain

untuk membatasi pengetahuan sejarah keluarganya, hal itu juga merupakan

salah satu cara untuk tidak mengingat masalalunya.

Hal inilah yang membuat remaja enome terkesan lebih

cuek. Remaja berlatar belakang belakang kenome jika melihat

(37)

remaja akan langsung tergerak hatinya secara alami untuk menolong dan

memberikan segala kepeduliannya.

- ! " # #$ %&'()*&+ (

Menurut Matinka ( 2011 adapun faktor-faktor penyebab ,-./en0ome

sebagai berikut :

a.Terjadinya Perceraian

Suami istri yang sudah tidak memiliki tujuan yang sama lagi dalam

membangun mahligai rumah tangga. Faktor kadewasaan yang

mencangkup intelektualitas,emosionalitas, dan kemampuan mengelola

dan mengatasi berbagai masalah dapat berpengaruh dalam perubahan

dalam hidup bermasyarakat.

b. Ketidakdewasaan sikap orangtua

Orangtua memang seharusnya menjadi panutan remaja dalam bersikap,

baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan

bermasyarakat. Ketidakdewasaan sikap orangtua salah satunya di dalam

keluarga dilihat dari sikap egoisme. Egoisme merupakan sikap buruk

seseorang yang mementingkan diri sendiri.

c. Orangtua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab

Orangtua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab dapat dilihat dari

salah satu masalah yaitu kesibukan. Orangtua yang terlalu sibuk dengan

pekerjaannya dan terlalu fokus mencari uang, membuat orangtua modern

saat ini sulit atau kurang sekali meluangkan waktu serta perhatian untuk

(38)

d. Jauh dari Tuhan

Segala sesuatu keburukan perilaku yang seseorang lakukan disebabkan

mereka jauh dari Tuhan dan kurang bersyukur terhadap hidup yang

Tuhan berikan. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan lebih mengutamakan

duniawi saja, kehancuran di dalam keluarga sering terjadi dan iman di

dalam keluarga sering tergoyah.

e. Adanya masalah ekonomi

Keluarga sering sekali mengalami kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Istri banyak menuntut hal-hal

diluar penghasilan suami. Hal ini dapat menjadi penyebab dan membuat

komunikasi di dalam keluarga merasa sudah cocok dan menimbulkan

keributan di dalam keluarga.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak

Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja yaitu: hubungan

remaja lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial

sebagai pria dan wanita, mencapai kemandirian emosional dari orangtua

dan orang dewasa lainnya, mempersiapkan pernikahan dan hidup

berkeluarga, dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara

(39)

12 345 647 8 9: 95;<7:9=>4?9 @9AB CDEFG CHE

Manusia sebagai makhluk sosial khususnya remaja, sudah

seharusnya mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial

khususnya di tempat tinggalnya. Penyesuaian sosial adalah kemampuan

individu dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan sosial dengan mampu

berinteraksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi sosial

yang dapat mengubah individu dalam berkembang sesuai tugas

perkembangannya. Kehidupan remaja akan selalu diwarnai adanya

hubungan dengan orang lain. Remaja yang mampu menyesuaikan dirinya

terhadap lingkungan sosial, maka remaja mampu berperilaku sosial yang

baik sesuai tugas perkembangannya.

Menurut Havighurst ( dalam Yusuf, 2010 ) tugas-tugas

perkembangan remaja sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya

Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering

berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka

mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai

dari nol dengan tujuan untuk mengetahui hal ihwal lawan jenis dan

bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan

hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis

(40)

2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita

Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah

mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah

didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya

berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka

diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,

sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang

diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali

merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama

bertahun-tahun.

3. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk

mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun,

kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.

Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan

rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua

atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang

statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang

(41)

4. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga

Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan

merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam

tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang

berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah persiapan

perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain

hanya sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan

tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan

tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini

merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak

terselesaikan yang oleh remaja dibawa ke dalam masa dewasa.

5. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

Erat masalahnya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang

selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah

tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung

jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman

sebaya, tetapi hal ini seringkali dianggap tidak bertanggung jawab.

Misalnya, kalau menghadapi ujian, maka remaja harus memilih

antara standar dewasa dan standar teman-teman.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak Broken

Home terhadap perkembangan sosial remaja yaitu: hubungan remaja lebih

matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria dan

(42)

lainnya, mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, dan mencapai

tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

Pada diri remaja penyesuaian sosial dapat terbentuk oleh beberapa

faktor salah satunya lingkungan keluarga. Remaja yang hidup di dalam

keluarga yang harmonis akan membuat diri remaja semakin mampu

menyesuaikan diri secara sosial dengan baik. Lingkungan keluarga sangat

mempengaruhi penyesuaian diri pada diri remaja karena keluarga selalu

memberikan kasih sayang serta perhatian penuh kepada remaja. Remaja

sangat membutuhkan kasih sayang, dukungan, serta perhatian dari

keluarga teruatama orangtua karena mereka yang selalu menjadi panutan

dalam berperilaku yang baik.

Ada beberapa remaja yang memiliki perilaku yang tidak baik

sehingga remaja menjadi sulit untuk menyesuaikan diri secara sosial.

Perilaku itu dimiliki oleh remaja yang memiliki keluarga yang tidak utuh

atau IJ KLenMome . Keluarga yang mengalami IJ KLenMome seringkali

akan berdampak pada anak-anaknya. Terkadang orangtua tidak

memperhatikan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan. Remaja yang

menjadi korban IJ KLenM ome seringkali memiliki perilaku sosial dengan

lingkungan yang kurang baik, namun tidak semua remaja yang berlatar

belakang keluarga IJ KLenMome itu berperilaku tidak baik. Ada juga

remaja yang berlatar belakang keluarga IJKLenMome mampu bergaul

dengan orang lain, mampu berperan aktif di lingkungan sosial dan mampu

(43)

sangat menggantungkan diri, memerlukan perhatian, memerlukan bekal

pengetahuan, cara berpikir, dan kasih sayang dari orangtuanya. Remaja

sekarang ini mudah terpengaruh dengan pergaulan-pergaulan bebas dan

mereka lebih mengandalkan tindakan-tindakan kasar atau emosi yang

tidak bisa dikontrol. Kondisi keluarga memang sangat berpengaruh pada

perkembangan remaja dalam menyesuaikan diri secara sosial dengan

orang lain.

Dari uraian penjelasan diatas dapat disimpulkan penyesuaian sosial

remajaNO PQenRome adalah remaja yang masih mampu menyesuaikan diri

secara sosial karena faktor keluarga yang tidak utuh atau NO PQenRom e,

dan membuat remaja tidak bisa mengontrol perilaku-perilakunya di

lingkungan sosial. Remaja menjadi kurang mendapat perhatian, kasih

(44)

ST SU UU

VWXY Z W[W\ W]UXUT\

Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Subjek

dan obyek penelitian , teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis

data^

T ^_`a bc[` a`d bebf a

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data

mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti

yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak ( Sugiyono, 2012 ).

Penelitian studi kasus adalah suatu metode untuk menyelidiki atau

mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup)

(Bimo Walgito, 2004). Studi kasus adalah studi atau analisa komprehensif

dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala,

ciri-ciri, karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku

menyimpang, baik individu maupun kelompok.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi terkait

dengan judul adalah Penyesuaian Sosial Remaja gh ijenkome (Studi

Kasus Kakak Beradik di Keluarga g h ijenkome ). Perilaku sosialnya

(45)

diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi fenomenologi

penyesuaian sosial remaja hbrokenome di masyarakat.

lmnopq rstr uvr wsxyou oz {s{r u

Penelitian ini dilakukan pada dua remaja di daerah Klaten.Penelitian

dilaksanakan pada bulan Februari 2017.

|m}x~ owyou oz {s{r u

Subjek penelitian adalah Remaja usia 15 dan Remaja usia 19 tahun.

€m}x~ owq osr pr

Nama : Acung

Pekerjaan : Pelajar

Tempat Tinggal : Klaten

Umur : 15 tahun

Tinggal bersama : Ibu kandung

Jumlah Saudara : 1

Pekerjaan Orangtua : Buruh

‚m}x~ oww otx r

Nama : Jennifer

Pekerjaan : Lulusan SMP

Tempat Tinggal : Klaten

Umur : 19 tahun

Tinggal bersama : Ibu kandung

Jumlah Saudara : 2

Pekerjaan Orangtua : Buruh

ƒmnow u {wtru„u…s xpouyou†xpqx zr uƒrsr

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai

(46)

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Esterberg (dalam

Sugiyono, 2010). Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden dan informan yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.

Penelitian ini menggunakan wawancara secara terstuktur dan

tidak terstuktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah

menetapkan kepada siapa wawancara ini akan dilakukan,

menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menulis hasil

wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak

lanjut wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono,2010). Hasil

wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara

menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara.

Peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstuktur. Panduan

wawancara terstuktur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

‡ˆ‰ Š‹ Œ

Žˆ  ‘ ˆ’ ˆ“ˆ” ˆ•ˆ

–— ŽŠ •˜ˆ™ˆˆ ŽŠŠ ‹š˜šˆ

›˜ŠœŽŠ •˜ˆ™ˆˆ

1. a. Penyesuaian remaja

ž Ÿ en ¡ome di

1. Bagaimana penyesuaian sosial dirimu di masyarakat?

(47)

masyarakat 3. Kegiatan apa sajakah yang membuat dirimu tertarik untuk mau terlibat aktif di dalam kegiatan tersebut?

4. Hal apa sajakah yang menjadi alasan dirimu mau terlibat aktif di lingkungan masyarakat?

5. Bagaimana cara kamu membuat orang lain mau menerimamu di lingkungan

masyarakat?

6. Menurut kamu apa alasan orang lain mau menerimamu di lingkungan masyarakat? 7. Menurut kamu bagaimana penyesuaian

dirimu di lingkungan sosial saat ini? 8. Bagaimana pandangan masyarakat

2. Masih adakah kelemahan atau kelebihan yang ada dalam dirimu dalam berinteraksi dengan orang lain?

3. Seberapa baik dirimu di lingkungan masyarakat?

4. Bagaimana respon masyarakat terhadap dirimu yang memiliki latar belakang keluarga¢£ ¤ken¥ome ?

5. Dampak apa sajakah yang kamu alami dalam dirimu sebagai remaja yang berlatar belakang keluarga¢£ ¤ken¥ome saat

2. Di dalam keluarga siapakah yang berperan penting dalam hidupmu yang mengarahkan dirimu menjadi lebih baik lagi?

(48)

penyesuaian sosial dirinya saat ini

pengaruh besar terhadap dirimu? 4. Bagimana dirimu menyikapi kondisi

keluargamu yang tidak utuh seperti keluarga yang lain?

5. Bagaimana penyesuaian sosialmu di lingkungan sekolah?

6. Perbedaan apa saja yang muncul saat kamu berinteraksi di lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat?

7. Bagaimana lingkungan masyarakat, sekolah memperlakukan dirimu ? 8. Bagaimana perasaanmu saat orang lain

menegur setiap perilakumu?

9. Bagaimana perasaanmu saat orang lain menganggap dirimu sebelah mata karena kamu berlatar belakang keluarga³´ µkenome ?

10.Hal apa saja yang akan kamu lakukan jika kamu ditolak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat?

2. Observasi

Menurut Susan Stainback ( 1988 ) menyatakan bahwa dalam

observasi partisipasif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,

mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam

aktivitas mereka. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

peneliti untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat

dengan terlibat dalam kegiatan subjek. Dalam observasi ini terdapat

keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.

Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang

dikerjakan oleh subjek dalam beberapa kegiatan. Observasi pastisipan ini,

(49)

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Setiap

observasi ini peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap

perilaku dan proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan

juga sering digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik

wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur.

·¸¹º» ¼ ½»¾ ¼ ¿À ½Á ½Á ¿Ã¿

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2009: 280) analisis data

sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema

dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data

dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis

kerja itu. Menurut Moleong (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yangn disarankan oleh data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengacu pada konsep Milles & Huberman (dalam Soegiyono, 2010),

aktivitas dalam analisis data, yaitu datareduction, data display, dan

conclusion drawing/verification.

1. Reduksi data (Data Reduction )

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data

yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

(50)

jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu.

2. Penyajian data (Display Data)

Data ini sudah berupa rangkuman, uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Äonclusion Drawing a nd

Verification)

Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika

dalam perjalanannya tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,

karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru

(51)

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masing belum jelas atau

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

ÅÆÇÈÉÊ ËÉ ÌÉ ÍÎÉÏÉ

Dalam menguji keabsahan atau validitas data yang didapat

sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka

peneliti menggunakan teknik triangulasi (Moleong, 2007: 330). Adapun

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan

sumber yaitu pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat

dilakukan ke masyarakat, teman observan, dan orangtua observan. Data

dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam

penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga

sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya diminta kesepakatan dengan

(52)

ÐÑ ÐÒ Ó

ÔÑ ÕÒÖ×ØÙØÖÒÚ ÒÑÙ

Bab ini berisi tentang deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil

penelitian dan pembahasan dari wawancara serta informasi-informasi yang telah

diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Informasi diperoleh dari dua Subjek serta

informan-informan yang terkait, dan berkaitan dengan kode etik maka nama dua Subjek

serta informan-informan disamarkan agar identitas tidak diketahui.

Ñ ÛÜÝÞ ß àáâ Þ áÜãäã

å Û×Ýæ çèá éâ êæ ãæÜãäãÕ êë ìÝ ßå

ãÛÒí Ý æ äá äãÞÕ êë ìÝ ß

Nama : Jennifer

Agama : Islam

Umur : 19 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 1998

Pendidikan : Lulusan SD

Alamat Rumah : Klaten

Penampilan Fisik : Tinggi, kurus, kulit kuning langsat.

î Û Ñ æ ãï áÞáÞ

ãÛÖãäãàÐÝ ïãßãæ çðÝ è áí ê âãæðÝ ïêãàçã

Latar belakang keluarga Jennifer sangat sederhana dan tidak

mewah. Kondisi keluarga Jennifer mulai merasa serba kekurangan dan

(53)

Ibunya 5 tahun yang lalu. Ayahnya sudah tidak lagi ada kabar dan

membiayai kebutuhan keluarga. Statusñòóôenõome disandang keluarga

Jennifer. Ibunya menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi

orangtua tunggal untuk Jennifer dan adiknya. Kondisi keluarga yang

berlatar belakang ñòóôenõome sempat membuat Jennifer menjadi iri

dengan keluarga-keluarga yang lain dan kondisi keluarga yang tidak utuh

dan hanya tinggal bersama ibunya memberikan dampak negatif dari

kondisi keluarganya tersebut.

Latar belakang kehidupan keluarga yang ñ òóôenõome membuat

Jennifer menjadi iri dengan keluarga yang lain, sehingga Jennifer

menjadi sulit menyesuaikan dirinya secara sosial dengan

temannya apalagi saat temanya bermain ke rumahnya. Saat

teman-temannya datang ke rumah, Jennifer selalu sedih jika ada teman-temannya yang

menanyakan dimana ayahnya. Hal inilah yang kadang membuat Jennifer

jarang mengajak temannya datang ke rumah.

ö ÷øù ú ûü ýú ûþúÿù ù ü, ùþ-ü úù þú ù þý ý þ

Lingkungan asal Jennifer termasuk golongan pekerjaan menengah

dengan banyak penduduk dan kerabat yang hanya menjadi buruh dan

wiraswasta. Dari pekerjaan masyarakat setempat yang mayoritas hanya

buruh dan wiraswasta mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya

mayoritas sampai jenjang SMA sederajat. Lingkungan sosialnya cukup

tertib, baik dan sangat menjunjung tinggi norma-norma yang ada di

(54)

Remaja-remaja di lingkungannya sering suka bergerombolan alias

genk-genk-an sehingga membuat interaksi sosial antar remaja yang lain

kurang terjalin erat. Sosial kultur di lingkungan Jennifer semuanya

orang-orang jawa dan tidak ada masyarakat dari luar daerah.

Pertumbuhan jasmani Jennifer cukup baik dan dalam keadaan sehat

sampai sekarang. Riwayat kesehatan sampai sekarang Jennifer belum

pernah ada riwayat sakit sampai mengakhawatirkan, atau sampai di rawat

di rumah sakit. Kesehatannya kurang stabil biasanya hanya karena

kecapekan atau masuk angin biasa.

!

Perkembangan kognitif Jennifer sedikit lambat menangkap setiap

materi yang di sampaikan hingga sekolah, dan pada akhirnya ia waktu

duduk di SD pernah tidak naik kelas 2 (dua ) kali. Jennifer juga hanya

lulusan SMP, dikarenakan ia disuruh ibunya melanjutkan ke SMK tapi ia

tidak mau dan merasa sudah tidak sanggup untuk mengikuti

pembelajaran di SMK.

" # " " #"

Perkembangan sosial Jennifer cukup unik, yaitu dirinya merasa

malu ikut sebuah organisasi di lingkungannya karena ia merasa sudah

terlalu dewasa baru ikut sebuah organisasi. Saat berada di lingkungan

(55)

yang tidak dia kenal sekalipun. Sekarang ini Jennifer sudah sedikit demi

sedikit mulai mau berbaur dengan yang lain.

$%& '( '-)'( '*+, ( '- ./ ' .0

Jennifer memiliki kepribadian yang kurang baik di masyarakat. Ia

dikenal sering keluar malam dan kurang ramah dengan orang lain. Ia juga

dikenal kurang bisa menyesuaikan sosialnya, yakni ia kurang ramah

dengan orang lain, ketemu dengan orang lain hanya diam, tidak murah

senyum dengan masyarakat. Jennifer juga kurang bisa berbaur dengan

masyarakat terutama remaja di lingkungannya. Masyarakat pun sering

menganggap Jennifer cewek negatif yang pergaulannya bebas. Namun

dibalik itu, Jennifer tipe remaja yang cuek dan tidak pernah peduli

masyarakat menilai dirinya seperti apa, justru ia menghargai apa yang

masyarakat nilai terhadapnya dan bersikap masa bodoh dengan apa yang

masyarakat nilai terhadap dirinya.

1%2 '3,40.05 .6.7 4 - 8+91

:%; /+0 6'6 .<7 4 -8+9

Nama : Acung

Agama : Islam

Umur : 15 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 2002

Pendidikan : SMA kelas 2

(56)

Alamat Rumah : Klaten

Penampilan Fisik : Tinggi, Pipi cuby, kulit sawo matang.

=>?@ AB CD CD

A >EA FAGHIBA JA@KLIMCN O PA@LIBOAG KA

Latar belakang keluarga Acung sangat sederhana dan tidak

mewah. Kondisi keluarga Acung mulai merasa serba kekurangan dan

terpuruk semenjak ayahnya tidak lagi mengurus biaya sekolah Acung,

kakaknya dan Ibunya 5 tahun yang lalu. Ayahnya sudah tidak lagi ada

kabar dan membiayai kebutuhan keluarga. Dan sekarang status

QR STenUome sangat membuat Acungmarah dengan keadaan waktu itu. Ibunya menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi orangtua

tunggal untuk membiayai sekolahnya. Kondisi keluarga yang berlatar

belakangQR STenUome justru membuat Acung menjadi remaja kurang

mendapatkan perhatian dari ibunya. Ibunya selalu sibuk dengan

urusannya sendiri dan menjadi jarang ada dirumah apalagi sekedar

perhatian terhadap Acung.

V >EC@KJ O@KA@WCDCJ, X YDCAB-IJY@YZCN A@X YD CABLOB FOGAB

Lingkungan asal tempat tinggal Acung termasuk golongan

pekerjaan menengah dengan banyak penduduk dan kerabat yang hanya

menjadi buruh dan wiraswasta. Dari pekerjaan masyarakat setempat

yang mayoritas hanya buruh dan wiraswasta mereka dapat

(57)

sederajat. Lingkungan sosialnya cukup tertib, baik dan sangat

menjunjung tinggi norma-norma yang ada di masyarakat.

Remaja-remaja di lingkunga Acung sering suka bergerombolan

alias genk-genk-an sehingga membuat interaksi sosial antar remaja

yang lain kurang terjalin erat. Acung juga memiliki genk teman-teman

nongkrongnya. Acung jika bermain hanya dengan orang-orang itu saja.

Sosial kultur di lingkungan Acung semuanya orang-orang jawa dan

tidak ada masyarakat dari luar daerah.

[\] ^_ `a bca d efgehbefij efkilem e`n^h ^d e`ef

Pertumbuhan jasmani Acung cukup baik, namun dalam hal

intonasi berbiacra Acung sedikit agak kurang jelas atau cedal . Riwayat

kesehatan pernah dirawat di rumah sakit karena penah sakit gejala tifes

waktu kelas 3 SMP. Melati sampai sekarang belum pernah ada riwayat

sakit sampai mengakhawatirkan atau cukup serius seperti kecelakaan

atau memiliki penyakit menular.

j\]^_o^bcef pefnq pf i `i r

Perkembangan kognitif Acung, Acung termasuk remaja yang

berprestasi di sekolah. Acung selalu juara 10 (sepuluh) besar di kelasnya

sejak duduk di bangku SMP. Acung juga mudah memahami apa yang

disampaikan oleh orang lain. Ia juga cepat memahami di lingkungan

sekitar, dan ia termasuk remaja yang peka dengan lingkungan sekitarnya,

seperti suka membantu atau ikut gotong rotong atau membantu tetangga

(58)

stu svwsxy z{ |z{} ~ € z‚ z{} ƒzƒ„} ~€z} swzvz{|€{ €

Perkembangan sosial Acung, Acungbergaul dengan teman-teman

satu genksnya. Dalam kegiatan di sekolah atau di lingkungan, Acung

tidak mau ikut kegiatan organisasi karena males dan gak suka ribet. Saat

ikut kegiatan sosial di masyarakat selalu mencari teman atau kadang

bergantung dengan teman jadi penyesuaian sosialnya di masyarakat

masih perlu di tingkatkan.

…t† €v €-‡€v €ˆs‰ v €y z‚ € z{

Acung memiliki kepribadian yang unik di masyarakat, yakni

dirinya termasuk remaja yang santai dan humoris. Ia dikenal pribadi yang

asyik, jail dengan orang lain. Acung memang tipe remaja yang masih

suka bercandaan dengan orang-orang disekitarnya. Acung juga dikenal

orangnya mood-mood-a, jadi kalau dirinya sedang dalam suasana baik

dirinya orangnya asyik, tapi kalau saat sedang dalam keadaan marah

dirinya hanya diam.

Štuszwz{ zz{us{ s€ƒ€ z{‚ z{‹ z€

Pelaksanaan penelitian dengan Subjekdilakukan di rumah Subjek.

Subjek penelitian merupakan kakak adik yang namanya peneliti samarkan

menjadi Jennifer dan Acung. Kakak beradik memiliki perbedaan sifat dan

sikap dalam menyesuaikan dirinya secara sosial di lingkungan

masyarakat.Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah melakukan

pendekatan kepada Subjek penelitian melalui alat komunikasi dan bertemu

Gambar

Tabel 3.Agenda Pertemuan Peneliti dengan Subjek dan informan ....................

Referensi

Dokumen terkait

Namun disisi lain terdapat remaja difabel daksa yang mampu menerima kondisi fisiknya serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga mampu berkembang

Subjek V adalah anak kedua dari dua bersaudara, adiknya masih sekolah SD kelas V. Subjek tinggal bersama dengan ke dua orang tuannya namun orang tuanya sibuk

Penyesuaian sosial bagi remaja tuna rungu dalam kehidupannya adalah semata-mata untuk menyesuaikan diri agar dapat meningkatkan harga dirinya, serta mendapat dorongan dari orang

Penyesuaian sosial adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok dimana individu mengidentifikasikan diri individu

13 Tidak ada seorangpun mau mendengarkan saya 14 Saya menarik diri dari pergaulan dengan orang lain 15 Saya suka berteman dengan orang lain. 16 Saya memiliki

Namun hal ini berbeda pada subjek RA satu dari keempat subjek penelitian ini, tidak mampu menyesuaikan diri pada lingkungan karena subjek belum mampu menerima

Saya tinggal dengan ibu saya bersama saudara saya, ibu saya merawat saya seorang diri, dia bekerja sendiri, saya tidak pernah berjumpa dengan ayah saya sehingga hubungan kami pun

Hasil penelitian ini menunjukan remaja putri yang menikah muda mampu menyesuaikan diri dengan pasangannya, bisa menyesuaikan masalah seksual dengan pasangan, tidak mengalami