• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengelolaan pembelajaran multimedia di SMA Negeri 2 Demak Ahmad Munif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengelolaan pembelajaran multimedia di SMA Negeri 2 Demak Ahmad Munif"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

1

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

ANALISIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA

DI SMA NEGERI 2 DEMAK

Oleh : AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

Tesis ini disetujui dan disyahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. NIP. 130344454 NIP. 130345741

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

ANALISIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA

DI SMA NEGERI 2 DEMAK

Disusun Oleh : AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : ... Januari 2010

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ... NIP. 19430712 197301 1 001

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. ... NIP. 19661108 199003 2 001

Anggota Penguji : 1. Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D. ... NIP. 130344454

2. Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd ... NIP. 130345741

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(4)

PERNYATAAN

Nama : Ahmad Munif NIM : S.810908326

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Desember 2009 Yang membuat pernyataan,

(5)

MOTTO

Janganlah anda menyesali kegagalan yang anda alami dengan menuduh atau

menyalahkan orang lain, akan tetapi akuilah sungguh-sungguh bahwa

kegagalan itu adalah akibat perbuatannya sendiri.

Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: ⇥ Istriku Tercinta

(7)

ABSTRAK

Ahmad Munif, S. 810908326, 2009, Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak, Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui penggunaan multimedia oleh guru IPA Yunior dan Senior di SMA Negeri 2 Demak. (2) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak. (3) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak, (4) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan cara mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Demak dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan logika deduksi.

Hasil penelitian (1) Penggunaan multimedia oleh Guru IPA yunior dan senior di SMA Negeri 1 mempunyai karakter yang bebeda, guru senior lebih cenderung kurang tertarik dengan penggunaan multimedia, bagi guru senior multimedia dianggapnya hal baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari. Keengganan guru senior untuk tidak menggunakan multimedia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru senior dalam mengoperasikan komputer (2) perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak diawali dengan penyusunan RPP, persiapan sarana komputer dan perangkat lunak. (3) pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak dilakukan sebatas powerpoint, yang penayangannya dibantu dengan LCD, (4) hambatan dalam penggunaan media multimedia antara lain: (a) tidak semua guru dapat menggunakan komputer, (b) belum tersedianya mata program pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA. Untuk mengatasi kendala tersebut kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan komputer dan mewajibkan guru untuk menggunakan powerpoint untuk proses belajar mengajar.

(8)

ABSTRACT

Ahmad Munif, S. 810908326, 2009, Multimedia Learning Mangement Analysis in SMA Country 2 Demak, Thesis: Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Research has purposes to know (1) Multimedia using by SMA Country 2 Demak junior and senior teachers. (2) Scince learning planning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak . (3) Science learning execution by using multimedia media in SMA Country 2 Demak . (4) The resistance and solving factor in science learning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak.

Research has done in SMA Country 2 Demak by using qualitative approach. Data gathering technique used in research is detail review, observation and documentation. Analysis technique by using deduction logic.

Research results (1) Multimedia using by SMA Country 2 Demak junior and senior teachers have different characteristics, the senior teachers less attracted to multimedia using, they consider multimedia is a new thing which is never been learned before. This attitude caused by senior teachers’ less knowledge in computer operation. (2) Science learning planning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak is started with RPP arrangement, computer media preparation and software. (3) Science learning execution by using multimedia media in SMA Country 2 Demak is limited to powerpoint, which is showed by using LCD. (4) resistances in using multimedia media such as: (a) only some teachers able to use computer, (b) there is not science interactive learning program yet. To solve those problems headmaster gives chances to teachers to joint computer training and they should use powerpoint in teaching learning process.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

2. Perencanaan Pembelajaran ... 7

3. Proses Pembelajaran... 23

4. Evaluasi Pembelajaran ... 28

5. Prestasi Belajar ... 32

6. Media Pembelajaran ... 40

7. Media Pembelajaran Multimedia ... 47

8. Peran Guru ... 49

9. Peran Kapala Sekolah ... 58

(10)

B. Kerangka Pemikiran ... 64 Senior di SMA Negeri 2 Demak dalam Pembelajaran IPA 80 2. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan menggunakan Media Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 85

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia ... 95

4. Faktor Hambatan dan Cara Mengatasi dalam Pembelajaran IPA dengan menggunakan Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 104

B. Pembahasan ... 107

1. Penggunaan Multimedia oleh Guru IPA Yunior dan Senior di SMA Negeri 2 Demak dalam Pembelajaran IPA 107 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 111

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia ... 115

(11)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 121

A. Simpulan ... 121

B. Implikasi ... 123

C. Saran-saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 65

Gambar 2 Foto Kegiatan Persiapan Pembelajaran Multimedia ... 149

Gambar 3 Foto Kegiatan Guru Melengkapi Gambar dengan Audio ... 149

Gambar 4 Foto Kegiatan Guru Mencoba dengan LCD Proyektor Sebelum digunakan di kelas ... 150

Gambar 5 Kegiatan Guru Merancang Media Pembelajaran dengan Menggunakan Power Point ... 150

Gambar 6 Kegiatan Guru Mengatur Animasi ... 151

Gambar 7 Kegiatan Guru Mencoba Tampilan sebelum digunakan di kelas... 151

Gambar 8 Persiapan Guru di Kelas Sebelum Pelajaran dimulai ... 152

Gambar 9 Guru Mengajar dengan Multimedia ... 152

Gambar 10 Suasana Kelas dalam Pembelajaran dengan Multimedia ... 153

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Catatan Lapangan 1 ... 130

Lampiran 2 Catatan Lapangan 2 ... 132

Lampiran 3 Catatan Lapangan 3 ... 135

Lampiran 4 Catatan Lapangan 4 ... 137

Lampiran 6 Catatan Lapangan 6 ... 140

Lampiran 7 Catatan Lapangan 7 ... 141

Lampiran 8 Catatan Lapangan 8 ... 142

Lampiran 9 Catatan Lapangan 9 ... 145

Lampiran 10 Catatan Lapangan 10 ... 146

Lampiran 11 Fokus Penelitian ... 147

(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang berjudul Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

Penulis juga mengucapkan banyak berterimakasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D, selaku Pembimbing I yang memberikan arahan dalam penulisan tesis secara terinci, tertib dan disiplin.

4. Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan saran-saran serta pengarahan hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

6. Seluruh Staf dan Karyawan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi.

7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan dukungan doa, bantuan dan semangat bagi penulis;

(15)

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran akan dapat menyempurnakan Tesis ini. Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2009

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia Indonesia merupakan kebutuhan mutlak, terutama menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan tersebut akan lebih terasa lagi dalam memasuki era pasar bebas. Pada era pasar bebas semua aspek kehidupan mempersyaratkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia relatif jauh tertinggal dibanding dengan Malaysia, Philipina, Tailand dan Singapura. Dalam suatu penelitian oleh suatu badan internasional yang dipublikasikan oleh UNDP (United Nation Development Programme) tahun 2000 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 109 dari 174 negara. Dalam hal indeks pembangunan SDM (Human Development Index) seperti yang dilaporkan oleh UNDP dalam Human Development Report 2003 menempatkan Indonesia diurutan ke 112 dari 174 negara. Laporan yang sama pada tahun 2005 melorot ke urutan 117 dari 177 negara. Di sisi lain dari laporan WEF (World Economy Forum) tahun 2000 Indonesia hanya berada diurutan 44 dari 59 negara dalam daya saing ekonomi (Rosyada, 2004: 3).

(17)

dalam penguasaan IPTEK. Bagi Indonesia, salah satu upaya untuk mengantisipasinya adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan, yakni melalui peningkatan kualitas pendidikan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan bukan merupakan masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Dalam konteks ini, kualitas pendidikan bukan hanya terpusat pada pencapaian target kurikulum semata, akan tetapi menyangkut semua aspek yang secara langsung maupun tidak langsung turut menunjang terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah khususnya dalam pembelajaran IPA yang menjadi pusat perhatian penelitian adalah dengan menggunakan media pembelajaran multimedia, dengan penggunaan media pembelajaran dengan multimedia, diharapkan peserta didik dapat termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(18)

Dengan hadirnya perangkat komputer sebagai sarana pembelajaran multimedia, tentunya hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, namun pada kenyataan sebagian siswa justru tidak termotivasi untuk mengikuti isi pelajaran, lebih tertarik dengan proses pembuatan animasi, dan penggunaan animasi dari media yang digunakan oleh guru.

SMA Negeri 2 Demak, merupakan Sekolah Ketegori Mandiri (SKM) yang saat ini dipersiapkan untuk Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI) telah dilengkapi dengan media pembelajaran multimedia, sehingga setiap guru diharapkan dapat menggunakan media pebelajaran multimedia untuk membantu proses pembelajaran. Dikarenakan adanya perbedaan pembekalan yang dimiliki oleh guru, khususnya guru yang senior dan yunior, maka tidak semua guru menyambut baik multimedia tersebut, bahka beberapa guru hal tersebut merepotkan bagi guru.

Kenyataan tersebut di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang penggunaan multimedia di SMA Negeri 2 Demak dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan multimedia oleh guru IPA yunior dan Senior di SMA Netgeri 2 Demak?

(19)

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak?

4. Faktor apa yang menjadi hambatan dan cara mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penggunaan multimedia oleh guru IPA yunior dan Senior di SMA Netgeri 2 Demak.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

4. Untuk mengetahui Faktor yang menjadi hambatan dan mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak. D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak atau instansi yang terkait pada dunia pendidikan dalam pengambilan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu atau kualitas pendidikan melalui penggunaan media pembelajaran multimedia. 2. Secara Praktis

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa dari bahasa latin, yakni ”Curriculae”,

artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstrakurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. Kurikulum memiliki lima definisi yaitu (Joko Muhammad Susilo, 2007: 77)

Kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana (program of planned activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Di suatu pihak, kurikulum dipandang sebagai suatu dokumen tertulis dan di lain pihak, kurikulum dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pikiran pihak pendidik.

Menurut Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp (2001: 2) menjelaskan tentang pengertian kurikulum adalah

(21)

(Kurikulum adalah isi dan keterampilan yang membenahi program pendidikan. Desain kurikulum dalah proses pembentukan dasar-dasar pendidikan yang spesifik, menetapkan keyakinan apa yang harus ada dalam kurikulum).

Gary Borich (1998: 182) menjelaskan bahwa ”Curriculum guides at the grade, departement, and school district level usually clearly specify what

content must be covered in what period of time”. (Kurikulum merupakan panduan untuk tingkat, tingkat departemen dan tingkat wilayah sekolah secara jelas menspesifikasikan isi-isi pengajaran yang harus diberikan pada periode tertentu).

Kurikulum juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan peraturan berdasarkan standar pendidikan tentang kemampuan dari sikap, materi dan pengalaman belajar dan penilaian yang berbasis potensi kondisi peserta didik (Sisdiknas, 2003 : 3). Kurikulum suatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan tentang manusia atau warga negera yang akan dibentuk. Kurikulum merupakan serangkaian pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak (potential Curriculum) (Nasution, 2003 : 8).

Made Pidarta (2004: 129) menyatakan bahwa “kurikulum merupakan

seperangkat rancangan nilai, pengetahuan dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan”. Rencana nilai pengetahuan dan keterampilan yang hendak ditransfer kepada peserta didik selanjutnya dikembangkan berdasarkan kemampuan dasar minimal harus dikuasai seorang peserta didik di sekolah yang bersangkutan menyelesaikan satu unit pelajaran, satu satuan waktu dan satu satuan pendidikan.

(22)

a. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses hubungan mengajar dan belajar antara peserta didik dan guru. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik. Menurut Ahmad Rohani (2004: 1) menyatakan:

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Menurut Smaldino, at all (2005: 6) menyatakan bahwa:

Learning is the development of new knowledge, skills, or

attitudes as an individual interacts with information and the environment.

The learning environment in cludes the physical facilites, the

psychological atmosphere, intructional technology, media, and methods. (Pembelajaran adalah perkembangan dari pengetahuan baru, ketrampilan atau perilaku sebagai interaksi individu dengan informasi dan lingkungan. Lingkungan pembalajaran meliputi fasilitas fisik, suasana psikologi, teknologi instruksional, media dan metode.)

Menurut Hamzah. B. Uno (2007: 34) menyatakan bahwa:

(23)

B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku

(behavorial science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert mager yang menulis buku yang berjudul “preparing instructional objective” pada tahun 1962.

selanjutnya diterapkan secara meluas pada tahun 1970 diseluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia.

Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil maksimal. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1). Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. 2). Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi

pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.

3). Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.

4). Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran.

5). Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocok dan menarik.

6). Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.

7). Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. 8). Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik

dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

(24)

dalam Hamzah B. Uno, 2007: 35) memberikan pengertian ”tujuan

pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkrit serta dapat dilihat dan fakta yang tersamar. Definisi ketiga oleh Fred Percival dan Hery Elington (Hamzah B. Uno, 2007: 35) yakni ”tujuan pembelajaran adalah suatu pertanyaan yang jelas dan

menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar”.

b. Desain Pembelajaran

Menurut Ella Yulaelawati (2004: 48) menyatakan bahwa:

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang misalnya disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi dan serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya.

(25)

pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.

Desain pembelajaran sebagai proses, merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampainnya.

Proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan efektif dana efisien dengan adanya desain pembelajaran, hal ini seperti dikemukakan oleh Morrison, at all (2001: 2) yang menyatakan:

Learning must be more effective and efficient. This need has given

rise to the instructional design process, a systematic planing method that

results in successful learning and performance. (Pembelajaran seharusnya lebih efektif dan efisien, kebutuhan ini telah memunculkan proses design instruksional yaitu sebuah metode perencanaan sistematik yang berhasil dalam pembelajaran dan hasil kerja yang sukses).

c. Silabus

(26)

memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian, yang dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi, sistem penilaian selalu mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran yang terdapat di dalam silabus.

Proses pengembangan silabus berbasis kompetensi menurut Depdiknas 2004 yang menyatakan bahwa:

Secara umum proses pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh langkah utama sebagaimana tercantum dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Silabus yaitu: (1) penulisan identitas mata pelajaran; (2) perumusan standar kompetensi; (3) penentuan kompetensi dasar; (4) penentuan materi pokok dan uraiannya; (5) penentuan pengalaman belajar; (6) penentuan alokasi waktu; dan (7) penentuan sumber bahan.

(27)

mengembangkan setiap kompetensi dasar tersebut dengan jalan menentukan materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu dan sumber bahan. Untuk implementasi di kelas, silabus perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk persiapan mengajar, baik dalam bentuk satpel maupun rencana pembelajaran. Secara rinci langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut: 1) Penulisan Identitas Mata Pelajaran

Pada bagian identitas mata pelajaran perlu dituliskan dengan jelas nama mata pelajaran, jenjang sekolah/madrasah, kelas, dan semester. Dengan informasi tersebut guru akan mendapatkan kejelasan tentang tingkat pengetahuan prasyarat, pengetahuan awal dan karakteristik siswa yang akan diberi pelajaran.

2) Penentuan Standar Kompetensi

(28)

Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran diartikan sebagai kemampuan siswa dalam: (a) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu; (b) Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam matapelajaran tertentu dapat dilaksanakan; (c) Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari rancangan semula; dan (d) Melaksanakan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Penentuan standar kompetensi hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati- hati, karena jika setiap sekolah/madrasah atau setiap kelompok sekolah/madrasah mengembangkan standar kompetensi sendiri tanpa memperhatikan standar nasional, maka pemerintah pusat akan kehilangan sistem untuk mengontrol mutu sekolah/ madrasah. Akibatnya kualitas sekolah/madrasah akan bervariasi, dan tidak dapat dibandingkan antara kualitas sekolah/madrasah yang satu dengan kualitas sekolah/ madrasah yang lain.

3) Penentuan Kompetensi Dasar

(29)

pertanyaan: Kemampuan dasar apa saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi? Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan, dan atau sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Kompetensi dasar untuk setiap standar kompetensi dapat berkisar antara 5 sampai 6 butir.

Kompentensi dasar dirumuskan dengan menggunakan kata- kata kerja operasional, yaitu kata kerja yang dapat diamati dan diukur, misalnya membandingkan, menghitung, menyusun, memproduksi. Setelah diperoleh daftar perincian tersebut, kemudian daftar tersebut diurutkan.

Komponen lain yang harus diperhatikan dalam menyusun silabus adalah penentuan materi pokok. Materi pokok harus disusun sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya kompetensi. Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.

(30)

disebut materi pembelajaran untuk memudahkan guru, sekaligus memberikan arah serta cakupan materi pembelajarannya.

d. RPP

Mulyasa (2006: 213) menyatakan bahwa:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

RPP merupakan komponen penting dari kurikulum yang dipergunakan pada program percepatan belajar yang mengacu pada KTSP. RPP pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam pengembangan RPP, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta dengan karakteristik peserta didik. Hal ini harus dipahami dan dilakukan guru, terutama kalau sekolah tempatnya mengajar tidak mengembangkan silabus sendiri, tetapi menggunakan silabus yang dikembangkan oleh Depdiknas atau silabus dari sekolah lain.

(31)

pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Rencana pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut (Masnur Muslich, 2008: 53):

1). Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar;

2). Tujuan pembelajaran; 3). Materi pembelajaran;

4). Pendekatan dan metode pembelajaran; 5). Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; 6). Alat dan sumber belajar;

7). Evaluasi pembelajaran.

Menurut Masnur Muslich (2008: 54) adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut:

1). Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan ditetapkan dalam pembelajaran.

2). Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

3). Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut

4). Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.

5). Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut

6). Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/ dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan 7). Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan

(32)

8). Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

9). Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran.

10). Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan 11). Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang

akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan atau jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Tugas utama guru dalam pembelajaran kontekstual adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Selanjutnya mengemas hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ke dalam pembelajaran kontektual, yang di dalamnya mencakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (E. Mulyasa, 2006: 109).

(33)

Rencana pembelajaran dimulai dari pemahaman tujuan, seperti halnya dikemukakan oleh Borich, D.Gary (1998: 180) menyatakan: ”Unit

planning begins with an understanding of the alternative goals, learning

needs, content, and methods that are involved in writing lesson plans.

(Perencanaan dimulai dengan pemahaman tentang tujuan alternatif, kebutuhan pembelajaran, isi, dan metode yang dibutuhkan dalam penulisan perencanaan pelajaran).

Menurut Mulyasa (2006: 213) “Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran”.

Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar; dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan pontesi peserta didik; materi standar berindikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai.

(34)

sebagai bagian dari kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran; (2) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar (3) Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya, baik yang datang dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

Kedua, Identifikasi Kompetensi. Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu, setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (thinking skill). Uraian di atas mengisyaratkan bahwa pembentukan kompetensi melibatkan Intellegence quoteont (IQ), Emotional Quotient (EI),

(35)

hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dan untuk hidup bermasyarakat. Untuk itu, pengembangan silabus ke dalam bentuk RPP yang efektif menuntut kerja sama yang baik antara sekolah/satuan pendidikan dengan masyarakat dan dunia usaha/dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu dipelajari dan dimiliki oleh peserta didik.

Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objekatif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar. Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.

2). Penyusunan program pembelajaran

(36)

materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.

3). Fungsi RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi. Dalam RPP harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai atau memiliki kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap RPP sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik. Menurut Mulyasa (2006: 217) ”Fungsi RPP dibedakan menjadi dua yaitu

fungsi perencanaan dan fungsi pengembangan RPP”.

4). Cara Pengembangan RPP

(37)

ditetapkan; (3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan; (5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok/ pembelajaran; (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) Menentukan sumber belajar yang digunakan; dan (9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan.

Masnur Muslich (2008: 53) menyatakan bahwa ”Perencanaan

pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas”. Berdasarkan RPP inilah seorang guru

(baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

(38)

Pengertian pengelolaan pembelajaran menurut (Ahmad Rohani, 2004: 1) adalah

(39)

Abin Syamsudin Makmun (2000: 220) menyatakan bahwa “Pendekatan

secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu garis besar dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan”. Menurut Nana Sudjana (2000: 147) menyatakan bahwa:

Pendekatan adalah cara atau upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran tertentu. Pendekatan pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan adalah cara menyikapi sesuatu dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu yang menjadi landasan untuk tindak lanjutnya.

Menurut Atwi Suparman (2000: 157) menyatakan bahwa:

Pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

(40)

mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar.

Dimyati & Mudjiono (2006: 185) menyatakan bahwa:

Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat (1) pengorganisasian siswa, (2) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (3) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.

(41)

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006: 37), menyatakan bahwa: Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang ini lebih menyempurnakan konsep tradisional. Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yaitu: (1) tahap sebelum pengajaran, (2) tahap pengajaran, dan (3) tahap setelah pengajaran.

Penilaian terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pangajaran itu sendiri. Artinya, penilaian harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Penilaian proses bertujuan menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Obyek dan sasaran penilaian proses adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses maupun dengan keluaran, dengan semua dimensinya (Ahmad Rohani, 2004: 168).

(42)

Penilaian terhadap masukan mentah, yakni peserta didik sebagai subyek belajar, mencakup aspek-aspek berikut:

a. Kemampuan peserta didik

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik idealnya menggunakan pengukuran intelegensia atau potensi yang dimilikinya. Namun, mengingat sulitnya alat ukur tersebut diperoleh guru, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang ditunjukkannya.

b. Minat, Perhatian, dan Motivasi Belajar Peserta didik

(43)

kebiasaan belajar peserta didik, guru menggunakan teknik observasi atau pengetahuan dan pengalaman dalam pengertian luas maupun pengetahuan dan tingkah laku prasyarat bagi bahan pengajaran berikutnya. Penilaian terhadap pengetahuan awal dan prasyarat dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik sebelum pengajaran diberikan. Pertanyaan ini berkenaan dengan bahan sebelumnya atau pengetahuan lain yang telah ada padanya, yang relevan dengan bahan pengajaran yang akan diberikan. Jika ternyata pengetahuan prasyaratnya belum dikuasai, sangat bijaksana bila guru menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan bahan pengajaran baru yang telah dirancangnya.

e. Karakteristik peserta didik

Karakteristik pribadi peserta didik satu sama lain berbeda yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang keluarganya, kemampuannya, pengalaman, lingkungan yang membentuknya, dan sebagainya. Karakteristik ini mempengaruhi peserta didik dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan guru dalam menghadapi peserta didik harus memperhitungkan karakteristik tersebut. Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik peserta didik, guru perlu mengamati tingkah laku peserta didik dalam berbagai situasi, melakukan analisis, data pribadi, melakukan wawancara, dan memberikan kuesioner atau daftar isian mengenai sifat dan karakter peserta didik (Ahmad Rohani, 2004: 169).

4. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (2007: 253) menyatakan bahwa ”Evaluasi

(44)

dan dapat dipertanggungjawabkan”. Dalam buku The School Curriculum,

evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula. Adapun dalam buku Curriculum Planning and Development, dinyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu:

a. Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai;

b. Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan, dan;

c. Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.

Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2007: 255):

a. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum;

b. Bersifat objektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrumen yang andal;

(45)

mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.

d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pemilik, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan. e. Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan

yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan.

f. Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 200) ”Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

(46)

kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya berdasarnya pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk seleksi, hasil dari kegiatan evaluasi hasil seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi.

c. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar siswa mengenai sejumlah isi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran, maka guru dapat dengan mudah membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan ketentuan yang berlaku.

d. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. Untuk menempatkan penempatan siswa pada kelompok, guru dapat menggunakan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pertimbangan.

(47)

Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa

d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

5. Prestasi Belajar

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2007: 102).

Menurut Rohani (2004: 179) penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan yaitu: a. Sasaran penilaian. Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

(48)

diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya di samping sebagai alat untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

c. Prosedur pelaksanaan tes. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melihat program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik sampai di mana kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 456) prestasi diartikan sebagai capaian hasil dari suatu yang telah dikerjakan sebelumnya istilah prestasi ini masih bersifat umum, yang secara luwes dapat dirangkai dengan istilah lain sebagai penjelasan pencapaian prestasi tertentu. Prestasi kerja berarti capaian kerja, prestasi belajar capaian belajar. Selanjutnya secara khusus prestasi belajar mengandung pengertian penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

(49)

pembelajaran. Dari dua pakar tersebut kemudian menyebutkan tiga jenis hasil pembelajaran yaitu, keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, ketiganya dapat diukur dengan taraf prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih khusus, belajar yang dilakukan secara formal di sekolah, prestasi belajar memiliki ukuran metode dan pelaporan yang khas. Umumnya prestasi belajar di sekolah dinyatakan dalam bentuk angka atau lebih yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes yang dilakukan setelah program pembelajaran selesai dikerjakan, angka atau nilai tersebut merupakan simbol atau lambang sebagai informasi perubahan tentang pengalaman dan keterampilan yang telah diperoleh siswa.

Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Depdikbud (1996: 700) merupakan pemberian batasan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditujukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Pemberian batasan dengan hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya dinyatakan dalam nilai-nilai yang dituangkan dalam rapor. Memberikan batasan dengan menunjukkan waktu tertentu yaitu hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka-angka, atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai dalam perihal tertentu dan dalam periode tertentu.

(50)

pelajaran. Melalui pengukuran dan penilaian dalam pembelajaran akan diketahui tingkat keberhasilan peserta didik, karena dengan pengukuran tersebut dapat diketahui kemajuan dan keberhasilan suatu program pendidikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang merupakan faktor dalam individu maupun dari luar individu. Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal, adalah faktor yang terdapat di luar individu meliputi faktor non sosial yang terdiri dari keadaan sekitar, keadaan tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar, sedangkan faktor sosial yang terjadi dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.

b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri meliputi faktor fisiologis yang terdiri dari perhatian, minat, kepribadian, motif, dan sebagainya.

Menurut Nana Sudjana (2008: 56) penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:

(51)

untuk meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, siswa tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa siswa punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana harusnya. Siswa juga yakin tidak ada sesuatu yang tak dapat dicapai apabila siswa berusaha sesuai dengan kesanggupannya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan, ranah afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan, atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

(52)

Menurut Nana Sudjana (2008: 3) penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Ciri-ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama.

(53)

diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses (Nana Sudjana, 2008: 3).

Menurut Nana Sudjana (2008: 8) pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Adapun prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain:

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. ”Tiada

proses belajar mengajar tanpa penilaian”, hendaknya dijadikan semboyan

(54)

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian juga data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.

6. Media Pembelajaran

Pengertian media seperti dinyatakan oleh Smaldino, Russel, Heinich, & Molenda (2005: 9) bahwa “A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Derived from the Latin word meaning

“between” the term refers to anything that carries information between a source

and a receiver.

(Media adalah alat komunikasi dan sumber informasi, diambil dari bahasa latin yang berarti antara, istilah ini mengacu kepada segala hal yang mengantarkan informasi dari sumber kepada penerima).

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

(55)

tujuan pembelajaran tertentu. Media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar (Suwarno Pringgawidagda, 2002: 145). Informasi yang terdapat dalam media dapat berupa sejumlah keterampilan maupun pengetahuan yang perlu dikuasai dan dipahami oleh siswa.

Menurut Sri Anitah (2008: 2) menyatakan bahwa ”media pembelajaran

adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, dan lingkungan adalah media pembelajaran. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dri buku-buku, rekaman, internet, film, dan mikrofilm.

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”

yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau

(56)

ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Akhmad Sudrajat 2208: 1).

Brown (1973, dalam Akhmad Sudrajat, 2008: 1) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Menurut Akhmad Sudrajat (2008: 1) Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

(57)

model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial;

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik;

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya;

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan;

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis; f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru;

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar;

h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

(58)

disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabtrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Menurut Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2005: 141) yang menyatakan bahwa: ”Multimedia sistem terdiri dari media tradisional dalam kombinasi atau digabungkan dalam komputer sebagai gambaran teks, gambar, grafik, suara dan video. Istilah multimedia kembali pada tahun 1950 an dan didiskripsikan sebagai penerapan untuk mengkombinasikan berbagai media untuk mempengaruhi tingkat pendidikan”.

Media dilihat dari daya liputnya, yaitu (1) media dengan daya liput luas dan serentak, yaitu penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama; (2) media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus; (3) media untuk pengajaran individual, yaitu media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 125).

(59)

yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 126).

Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi, yaitu (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 134):

a. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.

c. Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

d. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang dibeirkan guru.

f. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

(60)

Pemanfaatan media dengan maksud mengulur-ulur waktu tidak dibenarkan. Karena kegiatan belajar mengajar bukan untuk hal itu. Apabila pemanfaatan media dengan maksud untuk memperkenalkan kekayaan sekolah. Semua itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pencapaian tujuan pengajaran. Karena itu, pemanfaatan media hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 135).

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 212):

a. Media Auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

b. Media Visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.

(61)

Gambar

Gambar 1: Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Model analisis interaktif

Referensi

Dokumen terkait

mengkonsumsi jajanan tidak sehat ditandai dengan pasien yang tidak suka mengkonsumsi sayuran sehingga menyebabkan konstipasi NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi aksesi-aksesi varietas lokal bawang merah di wilayah Pulau Samosir juga menyediakan populasi bawang merah

Pada tabel 1 diatas tergambar masih ada upah pekerja dibawah Standard upah minimum propinsi Jambi pada tahun 2007 adalah Rp.658 000,-Terjadinya upah dibawah UMP tersebut disebabkan

Indonesia ͟ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

[r]

Tata ruang keraton Yogyakarta merupakan perwujudan ekspresi pikiran dan perasaan Sultan Hamengku Buwana I yang mencoba menyelaraskan- kan jagad mikro dengan jagad

Metode taksiran untuk menaksir parameter populasi yang sering digunakan adalah metode rasio dengan menggunakan informasi yang sudah ada yang merupakan variabel tambahan

Pengembangan faktor-faktor seperti: faktor-faktor yang berperan dalam upaya penciptaan image toko dapat berupa komunikasi yang efektif, pengalaman dari konsumen, fisik dari