• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK PADA KELAS XI MAN 2 FLORES TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK PADA KELAS XI MAN 2 FLORES TIMUR"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA

DIDIK PADA KELAS XI MAN 2 FLORES TIMUR

SKRIPSI

SYAMSUDIN AMIR

10539 1286 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2020

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Skripsi guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

SYAMSUDIN AMIR

10539 128614

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO

Bersyukur kepada Alloh Yang Maha Esa dan kedua orang tua Jadikan masa depan

lebih baik dari pada masa sekarang Bismillah, dengan doa, usaha, dan tawakkal

hadapi semua masalah pasti ada solusinya.

Persembahan Untuk

“Ayah dan bunda, kakak adik-adik dan sepupuh (Nurhasanah) dalam ketulusan

hati dan keluhuran budi. Para guru, dosen dan sahabat-sahabat terbaikku semua

serta orang-orang yang pernah ada dalam

Risalah hidupku”

(8)

vii

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA1 MAN 2 Flores

Timur. Skripsi. Program Studi pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muh. Tawil dan

Pembimbing II Dewi Hikmah Marisda.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar fisika

peserta didik yang di ajar dengan model pembelajaran inquiry terbimbing lebih

besar jika dibandingkan sebelum menerapkan model pembelajaran inquiry

terbimbing. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hasil belajar fisika

siswa kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur sebelum diterapkan model

pembelajaran inquiry terbimbing. (2) mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas

Xi MIA 1 MAN 2 Flores Timur setelah diterapkan model pembelajaran inquiry

terbimbing (3) mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika siswa

kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur setelah diterapkan model pembelajaran

inquiry terimbing. . Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan

desain one-group pretest-posttest design yang dilaksanakan di MAN 2 Flores

Timur Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik berjumlah 13

peserta didik dengan sampel sebanyak 13 peserta didik. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah tes hasil belajar yang terdiri dari 30 soal dalam bentuk

pilihan ganda yang telah divalidasi oleh dua orang validator. Analisis deskriptif

menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar fisika sebelum diajar menggunakan

model pembelajaran inquiry terbimbing sebesar 23,34 dan setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran inquir terbimbing sebesar 33,5. Analisis

N-Gain yang diperolah sebesar 0,46 yang berada pada kategori sedang. Dari hasil

analisis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry terimbing dapat

meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi salah satu solusi dalam pembelajaran fisika, dimana peserta didik

lebih aktif atau dominan dalam pembelajaran dikelas.

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Pendukung ... 7

1. Pembelajaran ... 7

2. Hasil Belajar ... 8

(10)

ix

B. KerangkaPikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenisdan Lokasi Penelitian ... 23

B. Variabeldan Desain Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D. Definisi Operasional Variabel ... 24

E. InstrumenPenelitian... 25

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ... 26

H. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Analisis Deskriptif ... 30

2. Analisis (Uji N-Gain) ... 35

B. Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Deskripsi Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing... 20

3.1 One Group Pretest-Posttest Design ... 23

3.2 Pola Penskoran Tes Hasil Belajar Fisika Peserta Didik ... 25

3.3 Kategori Skor Hasil Belajar ... 29

3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 29

4.1 Analisis Deskriptif Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2

Flores Timur pada saat pretest dan posttest... 30

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Peserta Didik Kelas XI

MIA 1 MAN 2 Flores Timur Pada Pretest ... 32

4.3 Distribusi Interval Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Pada

Posttest ... 33

4.4 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Pretest dan Posttest

Hasil Belajar Fisika Peserta didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores

Timur ... 34

4.5 Distribusi dan Persentase Perolehan N-Gain Ternormalisasi Peserta

Didik Kelas MIA 1 MAN 2 Flores Timur ... 35

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 22

4.1 Grafik Distribusi Frekuansi Pretest Peserta Didik Kelas XI MIA 1

MAN 2 Flores Timur Tahun Ajar 2019/2020 ... 32

4.2 Grafik Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor

Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur pada Posttest ... 33

4.3 Diagram kategorisasi an frekuensi skort Pretest dan Posttest Hasil

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 43

A.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 81

A.3 Bahan Ajar ... 92

Lampiran B

B.1 Soal Pretest ... 108

B.2 Soal Posttest ... 117

B.3 Kisi-Kisi Soal... 124

Lampiran C

C.1 Skor dan Nilai Pretest dan Posttest ... 126

Lampiran D

D.1 Analisis Uji Gregory... 131

D.2Analisis Statistik Deskrptif ... 137

D.3 Analisis Inferensial (Uji N-Gain) ... 141

Lampiran E

E.1 Nama Kelompok ... 143

E.2 Daftar Hadir Peserta Didik ... 144

Lampiran F

Dokumentasi ... 145

Lampiran G

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang

mempelajari tentang fenomena alam atau tingkah laku alam dan berbagai bentuk

gejalanya (Nurhudayah, 2016). Meskipun demikian, dalam belajar fisika tidak

cukup dengan belajar dari buku atau mendengar penjelasan dari orang lain,

melainkan haruslah dengan proses inquiry ilmiah. Namun, kenyataannya

dilapangan masih jarang guru-guru fisika yang memperhatikan keterampilan

proses sains.

Guru lebih sering menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada

guru, dimana peserta didik hanya menerima informasi/pengetahuan dari guru

tanpa mengetahui bagaimana informasi dapat terbentuk, kemudian juga peserta

didik hanya dipelajari rumus-rumus jadi, tanpa mengetahui makna atau arti fisis

dari rumus tersebut. Hal inilah yang menyebabkan peserta didik beranggapan

bahwa fisika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan hanya berisi rumus-rumus

matematis yang membingungkan.

Pernyataan di atas diperkuat melalui hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika serta observasi yang dilakukan di sekolah pada bulan Oktober 2019 dalam pembelajaran fisika di MAN 2 Flores Timur menyatakan bahwa model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran direct intruction, dengan metode pembelajarannya yaitu metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Selain ketiga metode tersebut guru juga menggunakan metode praktikum dan demonstrasi namun itu jarang dilakukan. Dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru dimana guru menjelaskan

(15)

2

materi/konsep fisika melalui metode ceramah kemudian peserta didik diberi soal-soal latihan yang sesuai dengan materi yang diajarkan dengan tujuan agar peserta didik menguasai materi tersebut. Akibat dari pembelajaran tersebut, peserta didik masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal fisika yang berdasarkan permasalahan dalam kehidupan sehari–hari yang menuntut peserta didik untuk menalar atau menganalisis soal tersebut sebelum ia menjawab.

Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA pada mata pelajaran fisika dapat dilihat dari hasil ulangan peserta didik tahun 2019/2020 dari 34 pesserta didik penilaian akhir tahun hanya mencapai nilai rata-rata 58. Nilai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) adalah 75 yang tuntas hanya 8 orang. Presentase ketuntasan kelas 22,2% yaitu 8 peserta didik dari 34 termasuk dalam kategori tuntas,dan 77,8% yaitu 26 peserta didik dari 34 termasuk kategori tidak tuntas. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak dibiasakan untuk mencari dan menemukan konsep sendiri melalui inquiry ilmiah. Hal ini didapat melalui wanwancara kepada bebera peserta didik, dari beberapa peserat didik tersebut ada yang mengakui kesulitan memahami beberapa materi yang diajar hanya sekedar memahami konsep tanpa membuktikan dari mana konsep tersebut terbentuk. Hal ini dikarenakan pada sekolah tersebut masih mengalami keterbatasan peralatan lab. Sehingga guru hanya sekedar memberikan materi dan latihan soal tanpa praktikum atau eksperimen.

Dengan demikian, diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan hakikat fisika, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan/eksperimen dalam membentuk pengetahuan/ konsep–konsep fisika. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keterampilan proses sains, kemampuan berpikir, dan menekankan pada penyelidikan secara ilmiah adalah model pembelajaran

(16)

Keunggulan model pembelajaran inquiry terbimbing adalah efektif untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Hal ini karena peserta didik mempunyai tingkat keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, proses ini melibatkan peserta didik untuk berusaha menemukan konsep atau pemahaman pada topik yang diberikan guru. Selain itu, rasa ingin tahu peserta didik yang tinggi dari proses pembelajaran tersebut, sehingga desain model pembelajaran inquiry dapat memenuhi dan menjawab hasrat ingin tahu seorang peserta didik.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan sejumlah pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam pembelajaran di kelas. Yulian, dkk (dalam Wahyuni, 2016:2) menemukan bahwa model pembelajaran inquiry terbimbing dengan metode eksperimen mengalami peningkatan hasil pada aktivitas peserta didik dan hasil belajarnya. hasil belajar aspek kognitif peserta didik yang diperoleh peserta didik yaitu 68,97 dan rata-rata nilai aktivitas belajar yang diperoleh peserta didik sebesar 73, 90 pada kelas kontrol, sedangkan pada kelas eksperimen diperoleh hasil belajar aspek kognitif sebesar 77,32 dan rata-rata nilai aktivitas belajar yang diperoleh peserta didik sebesar 83,51 (dalam Wahyuni, 2016:2).

Wijayanti, (dalam Wahyuni, 2016:2), menemukan bahwa hasil belajar kognitif peserta didik mengalami peningkatan nilai rata-rata serta terpenuhinya ketuntasan belajar peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran inquiry terbimbing pada pokok bahasan cahaya dikelas eksperimen. Hasil yang diperoleh yaitu pada kelas ekpserimen nilai rata-rata sebelumnya 51,84 menjadi 75,85 dean ketuntasan belajar peserta didik juga meningkat dari 28,57% meningkat menjadi 85,71% . Begitu pula Isa, dkk (dalam Wahyuni, 2016:2), dengan hasil bahwa model inquiry terbimbing dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik di SMAN 14 Semarang yakni peserta didik yang mencapai ketuntasan meningkat dari 13 peserta didik menjadi 38 peserta didik dan

(17)

4

tanggapan peserta didik sebelum tindakan sebesar 72, 90% dan setelah tindakan meningkat menjadi 76, 81%

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta didik pada Kelas XI MAN 2 Folres Timur”. Dengan harapan mampu menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing pada MAN 2 Folres Timur Kelas XI dalam relevansinya dengan peningkatan hasil belajar fisika peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan sebelumnya di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana penerapan model pembelajaran inquiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika peserta didik. Guna melakukan kajian penelitian lebih lanjut, maka pokok permasalahan tersebut disesifikasi menjadi beberaa sub masalah, sebagai berikut:

1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MAN 2 Folres Timur sebelum diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing?

2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MAN 2 Folres Timur setelah diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing ?

3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika Kelas XI MAN 2 Folres Timur setelah diterapkan model pembelajaran inquiri terbimbing ?

(18)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing pada peserta didik Kelas MAN 2 Folres Timur.

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MAN 2 Folres Timur sebelum menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing.

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MAN 2 Folres Timur setelah mernerapkan model pembelajaan inquiry terbimbing terbimbing.

3. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MAN 2 Folres Timur setelah menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik

Dapat meningkatkan pemahaman konsep, mendoromg peserta didik untuk menyenangi fisika, dan dapat berperan aktif dalam mengkontruksi sendiri pengetahuan dalam menyelesaikan soal-soal fisika.

2. Bagi guru

Memberi masukan kepada guru khususnya guru fisika bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing dapat membuat kegiatan belajar mengajar lebih menarik dan kreatif.

3. Bagi Peneliti

Digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan fisika sehingga dapat menambah pengetahu khusunya untuk mengetahui

(19)

6

sejauh mana peningkatan pemahaman konsep peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam proses pembelajaran.

(20)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Dalam Permendikbud No.103 tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi untuk kebutuhan belajar, dimana peserta didik diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama. Peserta didik difasilitasi untuk dapat beraktivitas secara individual maupun kelompok dalam proses belajar. Oleh karena itu, istilah Teaching ( Pengajaran) menempatkan guru sebagai pemeran utama untuk memberikan informasi, maka dalam pembejaran guru lebih berperan sebagai fasilitator dari pengelola sumber dan fasilitas belajar untuk peserta didik.

Melalui proses pembelajaran, guru di tuntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi peserta didik agar meraka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar peserta didik terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Menurut Syaiful Saga (dalam Ramayulis, 2015), Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Menurut Warista ( dalam Rusman, 2015) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan membelajarkan peserta didik”. Dengan kata lain, pembelajaan merupakan upaya mecipakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.

(21)

8

Haussatatter dan Nordkvelle (dalam Huda, 2015) mengatakan bahwa pembelajaran merefleksikan pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda. Proses pembelajaran merupakan suatu system yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengertian Hasil Belajar Fisika

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, sejak dilahirkan hingga manusia meninggal. Proses belajar terjadi saat adanya interaksi oleh seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang sudah belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya perubahan pada tingkat, pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam pembelajaran dicapai melalui tiga kategori ranah meliputi: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Menurut Sadiman (dalam Jaya, 2017) Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia bayi hingga ke liang lahat nanti. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap Winkel (dalam Purwanto, 2016).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengelaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu (dalam Sudjana, 2004)

(22)

Sudjana (dalam Jaya, 2017) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Ukuran keberhasilan peserta didik dalam belajar fisika tidak hanya ditentukan oleh penguasaan fisika secara kognitif, afektif, dan psikomotor, tetapi juga perlu penguasaan pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika secara konseptual.

Menurut Bloom (dalam Irsan, 2018) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dan selanjutnya masing-masing ranah dijelaskan sebagai berikut:

a. Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis prilaku knowledge (pengetahuan),

comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (

sintesis), dan evaluation (evaluasi).

b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat apresiasi dan penyusuaian perasaan sosial. Ranah afektif ini terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga kompleks, yaitu: receiving (penerimaan), responding (pemberian respon), dan Valuing (penilaian/penentuan sikap), organization (organisasi) dan karakterisasi.

c. Ranah Psikomotorik, mencakup tujuan berkaitan dengan skill (keterampilan) yang bersifat manual dan motorik. Dapat diklasifikasikan atas: Perception (persepsi), kesiapan, mechanism (gerakan terbimbing), gerakan terbiasa, compleks over response (gerakan kompleks), adaptation (Penyesuaian pola gerakan) dan kreativity (kreativitas)

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki baik bersifat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotorik) yang semuanya ini diperoleh melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup: motivasi belajar, minat, perhatian terhadap pelajaran, sikap, kebiasaan peserta didik dalam belajar, ketekunan

(23)

10

belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua dan faktor fisik serta faktor psikis peserta didik. Faktor eksternal mencakup faktor kualitas pengajaran yang meliputi faktor kemampuan guru, karakteristik kelas serta karakteristik sekolah/ perguruan tinggi Yoga (dalam Marisda, 2018:7). Menurut Anni (dalam Marisda, 2018:7), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Jadi, hasil belajar merupakan alat seorang guru atau dosen untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berbeda dengan Anni, Anderson mengatakan hasil belajar terbagi dalam 3 (tiga) ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut perkembangan Taxonomi Bloom hasil revisi, ranah kognitif terbagi atas 2 (dua) dimensi, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi

proses kognitif. Pada dimensi pengetahuan terbagi atas 4 (empat) jenis yaitu factual, konseptual, procedural, dan metakognitif. Sedangkan dimensi proses kognitif terdiri atas 6 (enam) kategori yang menunjukkan tingkatan (level) proses kognitif yang mengalami revisi yaitu dimulai dari level C1 (mengingat), C2 (memahami), C3

(evaluasi), C

4 (menganalisis), C5 (evaluasi) dan C6 (mencipta). Pada ranah afektif, berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sementara itu, pada ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretative (Marisda, 2018:7).

Berdasarkan urain di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah skor yang diperoleh peserta didik dalam mengerjakan tes hasil belajar fisika yang mana hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intelegensi dan penguasaan

(24)

anak tentang materi yang akan dipelajari, motivasi, serta usaha yang dilakukan oleh anak berupa nilai atau angka yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran fisika yang diberikan oleh guru.

3. Model Pembelajaran Inquiry a. Pengertian

Inquiry berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses

bertanya dan mencari jawaban terhadap pertanyaan ilmiah. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan iformasi dengan melakukan oservasi dan atau eksperimen utuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Schmidt (dalam Rusman, 2015).

Inquiry sebagai model pembelajaran dimana guru dan peserta didik mempelajari

gejala ilmiah dengan pendekatan ilmiah. Pengajaran berdasarkan inquiry adalah suatu model yang berpusat kepada peserta didik dimana kelompok-kelompok peserta didik dihadapkan kepada suatu persoalan tertentu berupa pertanyaan-pertanyaan yang mampu membuat peserta didik termotivasi untuk belajar. Dalam pembelajaran ini, Guru hanya sebagai fasilitator. persoalan - persoalan yang dikemukakan dalam inquiry adalah persoalan – persoalan nyata yang terjadi di lingkungan sekitar atau disebut sebagai persoalan yang kontekstual.

b. Pembelajaran inquiry Terbimbing

Inquiry terbimbing Merupakan salah satu model pembelajaran inquiry yang

dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep atau hubungan antara konsep. Ketika menggunakan model pembelajaran ini, guru menyajikan contoh-contoh pada peserta didik telah mampuh mendeskripsikan gagasan yang di ajarkan oleh guru. inquiry terbimbing yaitu Pendekatan inquiry dimana guru membimbing peserta didik melakukan

(25)

12

kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Mohammad jauhar (Nuraisyah, 2015)

Model pembelajaran inquiry terbimbing adalah satu pendekatan mengajar dimana guru memberi peserta didik contoh-contoh topik spesifik dan memandu peserta didik untuk memahami topik tersebut (Iswatun, 2017). Pembelajaraan inquiry dirancang untuk mengajak peserta didik secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Implementasi model pembelajaran inquiry terbimbing menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran inquiry terbimbing merupakan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik.

Dalam model pembelajaran inquiry terbimbing ini peserta didik lebih banyak aktif dalam proses pembelajarannya yang telah dikondisikan untuk dapat menerapkan berpikir dalam upaya menggali sendiri segala konsep untuk mengambil inisiatif dalam usaha memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan melatih berpikir kritis peserta didik dalam permasalahan fisika. Model pembelajaran inquiry terbimbing merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran fisika. Dalam pembelajaran ini guru bertindak selaku organisator dan fasilitator, guru tidak memberitahukan konsep-konsep tetapi membimbing peserta didik menemukan konsep-konsep tersebut dengan melalui kegiatan belajar. Sehingga konsep yang didapat berdasarkan kegiatan dan pengalaman belajar tersebut akan selalu di ingat peserta didik dalam waktu yang lama. Pada tahap ini dalam proses pembelajaran peserta didik mendapat-kan bimbingan dari guru untuk mendapatkan jawaban suatu permasalahan.

Selain itu, model pembelajaran inquiry dapat mengakomodasi peserta didik dalam melatihkan keterampilan proses sains melalui tahap pembelajaran yang dimiliki. Tahap pembelajaran model inquiry terdiri dari observasi, mengajukan pertanyaan (merumuskan permasalahan), merumuskan hipotesis, merancang percobaan,

(26)

melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, analisis data, argumentasi. Scott, Tomasek, & Matthews (dalam Iswatun, 2017:2). Dengan menerapkan model Inquiry Terbimbing diharap dapat membuat peserta didik lebih aktif dan mudah memahami materi yang diajarkan karena dengan model ini peserta didiklah yang aktif untuk memecahkan masalah. Sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator bagi peserta didik

Sanjaya (Hosnah, 2017), model inquiry terbimbing adalah suatu model pembelajaran inquiry yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk peserta didik. Model ini biasanya digunakan bagi peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan model inquiry.

Menurut (Fathurrohman, 2015) menyatakan pembelajaran inquiry terbimibng merupakan suatu model pembelajaran inquiry yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik.

Dengan model pembelajaran inquiry terbimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat saling berinteraksi dalam kelompok serta memberikan kesempatan untuk melaksanakan eksperimen atau penemuan sendiri memberikan dampak positif pada kemampuan keterampilan proses sainsnya yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar peserta didik secara positif.

Dalam interaksi tersebut selain peserta didik saling berbagi pengetahuan sehingga setiap peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan yang merata, juga menemukan rasa percaya diri peserta didik untuk mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (guru) Inquiry terbimbing merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan merancang dan menemukan

(27)

14

sendiri konsep-konsep fisika akan membuat materi tersebut lebih lama tersimpan dalam ingatan peserta didik.

Pada inquiry terbimbing peran peserta didik lebih dominan dan peserta didik lebih aktif sedangkan guru mengarahkan dan membimbing peserta didik kearah yang tepat/benar Sukma, dkk (dalam Erna, 2017) . Model pembelajaran inquiry terbimbing adalah suatu model pengajaran yang menekankan pada proses penemuan konsep dan hubungan antar konsep dimana peserta didik merancang sendiri prosedur percobaan sehingga peran peserta didik lebih dominan, sedangkan guru membimbing peserta didik kearah yang tepat/benar Sukma, dkk (dalam Erna, 2017) .

Pendekatan inquiry terbimbing yaitu pendekatan dimana guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi dan guru juga dapatt memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat peserta didik melakukan percobaan. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat guru dan peserta didik tidak merumuskan pemasalahan (Erikanto, 2016:39).

Model pembelajaran inkuri terbimbing yang didalamnya terdapat kelompok belajar akan mendorong berlangsungnya scaffolding. Piaget dan Vigotsky (dalam Wulanningsih,dkk,: 2012 : 34) menekankan hakikat sosial dari belajar, yaitu menggunakan kelompok belajar dengan anggota yang berbeda-beda kemampuannya. Peserta didik belajar melalui interaksi dengan teman sebaya yang lebih mampu dalam kelompok belajar. Peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan ahli, yaitu guru atau teman sebaya yang paling tahu, sehingga melalui proses scaffolding diharapkan dapat memperkecil kesenjangan prestasi belajar antara peserta didik berkemampuan akademik tinggi dengan peserta didik berkemampuan akademik rendah.

(28)

c. Karakteristik Model Inquiry Terbimbinag

Menurut Carol C. Kuhlthaun dan Ross J. Todd (dalam Jaya, 2017) ada tiga karakteristik inquiry terbimbing, yaitu:

1) Peserta didik belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman John Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk sesorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands On (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan Inquiry (penemuan) sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

2) Peserta didik belajar berdasarkan apa yang mereka tahu berdasarkan Pengalaman masa lalu dan pengetahuan sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Menurut Ausubel faktor terpenting yang memperbaiki pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.

3) Peserta didik mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan. Rankaian berpikir kearah yang lebih tinggi memerlukan proses mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang autentik mengenai objek yang telah digambarkan dari social dan pembelajaran sosial berperan penting untuk perkembangan kognitif.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

Menurut pendapat Kurniasi (dalam Niningsih,2017) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan inquiry yaitu:

1. Kelebihan Model pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini di anggap lebih bermakna.

(29)

16

a) Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

b) Model pembelajaran inquiry merupakan strategi yang di anggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.

c) Model pembelajaran inquiry dapat melayani kebutuhan peserta didik yang mengalami kemampuan di atas rata-rata.

Berdasarkan empat kelebihan model inquiry di atas dapat disimpulkan bahwa inquiry mampuh memberikan perubahan terhadap peserta didik baik dari segi sikap, keterampilan, maupun pengetahuannya.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry.

a) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

b) Kadang –kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyusuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. c) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan peserta didik

menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh guru.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran melalui model pembeajaran inqiry terbimbing, maka diperlukan langkah-langkah pembelajaran yang runtut secara sistematis(dalam Irsan,2018), meliputi:

1) Merumuskan masalah

Pada langkah ini peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang akan diselidiki. Guru menyajikan suatu masalah yang menantang peserta didik untuk berfikir dan mencari pemecahannya secara tepat. Proses mencari jawaban atau pemecahan masalah inilah yang merupakan bagian penting dalam proses inquiry. Dalam tahap ini

(30)

peserta didik mengawali dengan identifikasi masalah, dan kemudian merumuskan masalah dari permasalahan atau topik yang diberikan guru.

2) Mengajukan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan dicari jawabannya. Sebagai jawaban sementara, hipotesis diuji kebenarannya melalui kegiatan eksperimen. Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan gagasannya atau idenya yang berkaitan dengan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang disajikan guru. Untuk dapat mengajukan atau merumuskan hipotesis, peserta didik harus mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses mereka dalam menjawab permasalahan atau pertanyaan guru, seperti mengidentifikasi variable, membangun hubungan antara variabel, merangkum dan membuat dugaan.

3) Merancang dan melakukan eksperimen

Hipotesis yang telah dirumurskan akan diuji kebenarannya melalui eksperimen, yang telah sudah tentu diawali dengan kegiatan merancang percobaan terlebih dahulu. Rancangan percobaan memuat tentang alat dan bahan, rangkaian peralatan, prosedur percobaan, dan mekanisme pengukuran. Kegiatan perancangan percobaan akan melatih dan melibatkan keterampilan berfikir peserta didik seperti berpikir proporsional, berpikir efektif, berpikir, kritis, dan berpikir kreatif.

4) Mengumpulkan data dan mengolah data.

Pada tahap ini, peserta didik mengumpulkan data yang di butuhkan dalam pengujian hipotesis. Dalam proses inquiry, tahap pengumpulan data merupakan proses mental yang pentig dalam pengembangan intelektual. Peran guru lebih focus pada pengajuan pertanyaan- pertanyaan yang dapat mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.

5) Interpretasi hasil analisis data pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dilakukan interprestasi terhadap hasil analisis data. Pada tahap ini peserta didik memberikan interprestasi terhadap hasil analisis

(31)

18

data , dan jika peserta didik mengalami kesulitan dalam member interprestasi maka guru perlu memberikan bimbingan. Hasil interprestasi dan pemaknaan terhadap temuan hasil percobaan akan merupakan pengetahuan baru bagi peserta didik.

6) Menarik kesimpulan.

Menarik kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh melalui kegiatan kesperimen dalam mengajukan hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan kegpiatan utama dalam pembelajaran inquiry, karena kesimpulan tersebut merupakan konsep atau prinsip ilmiah yang menjadi tujuan pembelajaran. Kegiatan investigasi yang dilakukan peserta didik merupakan bagian utama dari pembelajaran

inquiry terbimbing. Oleh Karen itu, investigasi harus difokuskan untuk memahami

konsep- konsep sains dan meningkatkan keterampilan proses sains.

Dalam model pembelajaran inquiry terbimbing mempunyai deskripsi model pembelajaran yaitu sebagai berkut(dalam Irsan, 2018):

Tabel 2.1 Deskripsi model pembelajaran inquiry terbimbing

Tahap Perilaku Guru

Tahap 1 Observasi untuk menemukan masalah

Menajikan hal-hal baru seperti kejadian atau fenomena-fenomena baru pada alam sekitar yang dapat memancing peserta didik untuk menemukan masalah.

Tahap 2 Merumuskan masalah

Membantu peserta didik untuk menemukan masalah berdasarkan kejadian atau fenomena yang disajikan.

Tahap 3 Mengajukan Hipotesis

Membantu peserta didik untuk merumuskan dugaan sementara terhadap masalah yang telah ditentukan.

Tahap 4 Merencanakan dan melakukan pemecahan

masalah

Membantu peserta didik untuk memecahkan masalah baik melalui percobaan maupun tidak. Membantu peserta didik untuk menyiapkan alat dan bahan serta dalam melakukan eksperimen sesuai dengan LKPD yang telah dibuat.

Tahap 5 Mengamati dan mengumpulkan data

Membimbing peserta didik untuk melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan mengumpulkan data.

Tahap 6 Analisis Data

Mengarahkan peserta didik dalam

menganalisis data dalam menemukan suau konsep.

(32)

Tahap 7

Penarikan kesimpulan dan Penemuan

Membimbing peserta didik untuk mengambil kesimpulan bedasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditemukan.

B. Kerangka Pikir

Mengajar merupakan proses pemberian fakta kedalam pikiran, sedangkan belajar merupakan proses menyerapkan fakta. Kemudian fakta inilah yang membangun pola piker (konsep) yang akan menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik. Peserta didik dikatakan berhasil dalam proses belajar ketika mereka mampu membangun fakta atau informasi dalam pikiran sehingga menghasilkan suatu pengetahuan. Pendidik memberikan suatu pendekatan pada proses belajar mengajar dalam upaya mengembangkan keaktifan belajar peserta didik.

Model pembelajaran inquiry dipandang efektif karena akan memberikan peluang kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam pembearannya terutama dalam pemecahan masalah. Penggunaan model pembelajaran inquiry peserta didik dihadapkan pada suatu problem atau permasalahan kemudian peserta didik mengumpulkan informasi

(33)

20

Gambar 2.1 Bagang kerangka pikir Proses pembelajaran Fisika

Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing memiliki tahap sebagai berikut

1. Observasi untuk menemukan masalah 2. Merumuskan masalah

3. Mengajukan hipotesis

4. Merancang dan melakukan eksperimen 5. Mengumpulkan data dan mengolah data 6. Interprestasi hasil analisis data dan

pembahasan

7. Menarik kesimpulan

Guru

1. Meminta peserta didik untuk memberikan penjelasan terhadap apa yang ditanyakan

2. Membimbing peserta didik untuk merumuskan masalah

3. Membimbing peserta didik untuk mengajukan hipotesis

4. Membimbing peserta didik melakukan percobaan

5. Membimbing peserta didik dalam mengumpulkan data hasil percobaan

6. Menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil percobaan

7. Membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan

Peserta didik

1. Memberikan penjelasan pertanyaan yang diajukan oleh guru

2. Merumuskan masalah

berdasarkan fenomena yang diberikan oleh guru

3. Merumuskan hipotesis sesuai dengan permasalahan

4. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja

5. Mengumpulkan data dan mengolah data yang diperoleh dari percobaan

6. Mempersentasekan hasil percobaan

7. Membuat kesimpulan dari hasil percobaan

(34)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas yang akan diberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan yaitu model pembelajaran inkuiry terbimbing pada peserta didik kelas XI MAN 2 Flores Timur.

B.

Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah model pembelajaran inquiry, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar fisika.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian di lakukan pengukuran untuk kedua kalinya. Rancangan ini dapat di gambar sebagai berikut:

Table 3.1 One Group Pretest-Posttest Design,

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

(Suryabrata, 2015) Keterangan:

X = perlakuan (Treatment)

T1 = Hasil belajar peserta didik sebelum diberi perlakuan (Pretest)

(35)

22

C.

Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 13 peserta didik terdiri dari satu kelas.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara simple random

sampling, maka terpilihlah kelas XI MIA 1 yang berjumlah 13 orang, karena kelas

populasi adalah homogen.

D.

Definisi Operasional Variabel

Variabel yang dilibatkan dapat penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai beri kut:

1. Model inquiry terbimbing

Yang dimaksud Model inquiry terbimbing merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik dibagi atas beberapa kelompok kecil, kemudian dalam proses pembelajaran peserta didik dibenturkan dengan suatu problem atau masalah dan mencari jawaban atas problem atau masalah tersebut melalui kegiatan praktikum atau eksperimen melalui bimbingan guru.

2. Hasil belajar fisika

Adalah skor total kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal yang dilihat dari skor perolehan. Kemampuan tersebut meliputi rana kognitif yang mencaku mencakup ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4), dan sintesis

(36)

E.

Instrument Penelitian

Instrument penelitian digunakan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar fisika. Tes yang digunakan sebagai pengumpul data variabel hasil belajar fisika dengan ranah kognitif yang mencakup ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan

analisis (C4), dan sintesis (C5). Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah Pilihan

Ganda (multiple choice test), terdiri atas lima item alternatif pilihan dengan satu jawaban yang tepat.

Tabel 3.2. Pola Penskoran Tes Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Jawaban

Benar Salah

1 0

F.

Prosedur Penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu sebagai berikut (Irsan, 2018): 1. Tahap awal

a. Konsultasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran fisika untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Mengonfirmasikan materi yang akan dijadikan materi penelitian. c. Menyusun perangkat pembelajaran

2. Tahap pelaksanaan.

Tahap ini merupakan kegiatan inti yang dilakukan selama penelitian dengan menerapkan model pembelajaran inquiry setelah memberi pre test kepada peserta didik. Tujuan memberikan pre test adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik sebelum menerapkan model pembelajaran inquiry.

(37)

24

3. Tahap Akhir

Setelah selesai seluruh kegiatan belajar mengajar disekolah tahap selanjut adalah mengolah data hasil penelitian untuk menyusun skripsi lengkap.

G.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiono, 2011). Data-data dalam penentuan ini di kumpulkan dengan pemberian tes menggunakan lembar tes.

H.

Teknik Analisis Data 1. Analisis Instrumen Penelitian

Hal yang dilakukan setelah pembuatan perangkat pembelajaran sebagai pendukung dari pengembangan pembelajaran fisika dan instrumen adalah melakukan pengujian instrumen oleh pakar/ahli atau disebut dengan uji Gregory. Koefisien validitas isi dapat dilakukan secara kulitatif dan kuantitatif oleh beberapa orang pakar/ahli (Gregory, 2000). Untuk menentukan koefisien validitas isi, hasil penilaian dari kedua pakar dimasukkan kedalam tabulasi silang 2 x 2 yang terdiri dari kolom A, B, C dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju dan penilai kedua tidak setuju atau sebaliknya).Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan antara kedua penilai.Untuk lebih mudahnya, penentuan validitas konstruk/isi dengan teknik Gregory seperti pada Gambar 3.1.

(38)

Penilai Pakar #1 Relevansi Lemah (butir bernilai 1 atau 2) Relevansi Kuat (butir bernilai 3 atau 4) Penilai Pakar #2

Relevansi Lemah (butir

bernilai 1 atau 2) A B

Relevansi Kuat (butir

bernilai 3 atau 4) C D

Gambar 3.1 Model Kesepakatan antar Penilai untuk Validitas Isi

Keterangan:

A = banyaknya butir dalam sel A (relevansi lemah-lemah) B = banyaknya butir dalam sel B (relevansi kuat-lemah) C = banyaknya butir dalam sel C (relevansi lemah-kuat) D = banyaknya butir dalam sel D (relevansi kuat-kuat)

Adapun rumus untuk memperoleh reliabilitas yang digunakan adalah seperti berikut

Koefisien konsistensi internal:

𝑉𝐶 =

𝐷

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷

Data yang diperoleh dalam penelitian ini semuanya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik yaitu statistik deskriktif dan statistik inferensial.

2. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian,yakni untuk mengetahui skor rata-rata peserta didik, skor terendah, skor tertinggi, standar deviasi, distribusi dan frekuensi.

(39)

26

a. Rumus untuk rata-rata (x) adalah:

𝑋 = ∑𝑓𝑖𝑥𝑖

∑𝑓𝑖

dengan:

𝑋 = Skor rata-rata sampel

fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi = Tanda kelas

Purwanto (2016: 201) b. Rumus standar deviasi:

s = ∑𝑓𝑖𝑥𝑖 2 ∑𝑓𝑖𝑥𝑖 2 𝑛 𝑛−1 dengan: s = Standar deviasi

xi = Titik tengah kelas

𝑓𝑖 = frekuensi

n = Jumlah sampel penelitian

Sugiyono (2014: 58) Untuk mengkategorikan tingkat hasil belajar peserta didik digunakan interval skor atau nilai dan kategori sebagai berikut:

(40)

Tabel 3.3 Kategori Skor Hasil Belajar Interval Presentase Kategori 81 – 100 Sangat Tinggi 61 –80 Tinggi 41 –60 Sedang 21 –40 Rendah 0 –20 Sangat Rendah (Riduwan, 2012) 3. Analisis N-Gain Ternormalisasi

Setelah semua data terkumpul, untuk mengetahui signifikasi peningkatan keterampilan berpikir kreatif peserta didik (pretest dan posttest) menggunakan rumus Gain Ternormalisasi (N-Gain) dengan :

Dengan Kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Haake, yaitu: Tabel 3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi 〈𝒈〉

Nilai gain ternormalisasi 〈𝒈〉 Kriteria 〈𝒈〉 < 0,3 Rendah 0,3 <〈𝒈〉≤ 0,7 Sedang 〈𝒈〉>0,7 Tinggi Meltzer(2003:153)

(41)

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menyajikan proses pengolahan data yang menggunakan hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis N-Gain Ternormalisasi. Pengolahan statistik deskriptif digunakan untuk menyatakan karakteristik distribusi nilai responden dan analisis statistik N-Gain Ternormalisasi digunakan untuk mengetahui peningkatan setelah diajar menggunakan model pembelajaran inqury terbimbing.

1. Hasil Analisis Deskriptif

Data dalam penelitian ini di peroleh melalui pretest dan posttest. Pretest dan

posttest dilaksanakan dengan menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 30 soal, yang

merupakan hasil dari validasi dan uji coba. Pretest diberikan sebelum memberikan perlakuan, kemudian beberapa kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing selanjutnya diberikan posttest untuk mengukur peningkatan hasil belajar peserta didik.

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur pada saat pretest dan posttest.

Statistik

Skor Statistik

Pretest

Posttest

Ukuran Sampel

13

13

Skor Tertinggi

20

26

Skor Terendah

12

18

Skor Ideal

30

30

Rentang Skor

8

8

Skor Rata-rata

,3

33,5

Standar Deviasi

3,57

3,46

Sumber : Data primer terolah, 2019

Tabel 4.1 menunjukan skor pretest, skor rata-rata peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur 2019/2020 terhadap materi Fluida Statis adalah sebesar 23.34 dari skor ideal skor tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 20 dan skor ideal yaitu 30

(42)

dan skor terendah adalah 12 dari skor nol yang mungkin dicapai. Standar deviasi yang di peroleh adalah 3,57. Sedangkan skor posttest menunjukkan bahwa skor rata-rata peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur Tahun Ajaran 2019/2020 terhadap materi Fluida Statis adalah sebesar 33,5 dari skor ideal. Skor tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 26 dari skor ideal 30 dan skor terendah adalah 18 dari skor 0 yang mungkin dicapai. Standar deviasi yang diperoleh adalah 3,46.

a. Hasil Penelitian Data Pre-test

Dari Tabel 4.2 peserta didik yang menjadi sampel penelitian (Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur) memiliki jumlah peserta didik sebanyak 13 orang. Dilihat dari skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik pada Pretest dicapai sebesar 20 dan skor terendah yang dicapai peserta didik sebesar 12 dari skor ideal 30, dan skor rata-rata peserta didik sebesar 23,34 dengan standar deviasi 2,57. Jika skor hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur Pada Pretest

Interval Frekuensi Persentase

25-30 0 0.0 19-24 2 15.4 13-18 10 76.9 7-12 1 7.7 0-6 0 0.0 13 100

Data distribusi Frekuensi pretest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

(43)

30

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur pada Pre-test

b. Hasil Penelitian Data Post-test

Adapun data yang diperoleh dari hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur setelah diajar dengan model pembelajaran inquiry terbimbing selama 10 kali pertemuan dengan materi Fluida Statis, maka dapat dilihat pada Tabel 4.1 skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik yaitu 26 dan skor terendah yang dicapai yaitu 18 dari skor ideal 30. Adapun Jumlah sampel pada Posttest sebanyak 13 orang dan standar deviasi yang diperoleh sebesar 3,46 skor rata-rata 33,5.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan model pembelajaran inquiry terbimbing dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar fisika, maka dapat dilihat dari Tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flor es Timur pada saat posttest

Interval Frekuensi Persentase

25-30 1 7.7 19-24 11 84.6 13-18 1 7.7 7-12 0 0.0 0 1 2 3 4 5 12-13 14-15 16-17 18-19 20-21 F re k u en si

(44)

0-6 0 0.0

Ʃ 13 100

Data distribusi Frekuensi Posttest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur pada Posttest.

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing tidak terdapat peserta didik dalam kategori sangat rendah dan rendah, 7,7% berada pada kategori cukup dengan jumlah peserta didik adalah 1 orang, 84,6% berada pada kategori tinggi dengan jumlah peserta didik adalah 11 orang, 7,7% berada pada kategori sangat tinggi dengan jumlah peserta didik 1 orang. Jadi frekuensi yang paling banyak pada pretest berada pada interval 13-18 dengan kategori cukup sedangkan pada posttest frekuensi yang lebih banyak berada pada interval 19-24 gengan kategori tinggi.

Data perbandingan perbandingan tabel distribusi frekuensi pada saat pretest dan posttets pada tabel 4.4 dan gambar 4.3

Tabel 4.4 distribusi frekuensi dan kategorisasi skor pretest dan posttest hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur

Interval Pretest Posttest Kategori

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

25-30 0 0.0 1 7.7 Sangat Tinggi 19-24 2 15.4 11 84.6 Tinggi 13-18 10 76.9 1 7.7 Cukup 7-12 1 7.7 0 0.0 Rendah 0 1 2 3 4 5 6 18-19 20-21 22-23 24-25 26-27 Fr e ku e n si

(45)

32

0-6 0 0.0 0 0.0 Sangat Rendah

13 100 13 100

Adapun diagram kategorisasi skor dan frekuensi Pretest dan Posttest Hasil Belajar peserta didik sebagai berikut.

Gambar 4.3. Diagram kategorisasi an frekuensi skort Pretest dan Posttest Hasil Belajar Fisika peserta Didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur

Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 dapat dikemukakan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur berada pada kategori sedang sebelum diberi perlakuan (Pretest) dan berada pada kategori tinggi setelah diberi perlakuan (posttest)

2. Hasil Analisis N-Gain

Untuk melihat kategori hasil belajar peserta didik pada presentase rata-rata (N-Gain) yang disajikan berdasarkan Kriteria indeks gain.

Tabel 4.5 Distribusi dan Persentase Perolehan N-Gain Ternormalisasi Peserta Didik Kelas MIA 1 MAN 2 Flores Timur

Rentang Kategori Rata-rata N-Gain

g ≥ 0,7 Tinggi 0.46 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah Jumlah 0 5 10 15

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Frekuensi Pretest Frekuensi Posttest

(46)

Pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur tahun ajaran 2019/2020 sesudah menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing memiliki skor rata-rata N-Gain ternormalisasi sebesar 0,46 yang merupakan kategori sedang. (Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D).

B. Pembahasan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen yang terdiri beberapa tahap, yaitu uji coba tes hasil belajar, pemberian pretest, penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing, dan yang terakhir dengan memberikan posttest kepada peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur

Dalam model pembelajaran inquiry terbimbing , peserta didik belajar secara berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 peserta. Kemudian peserta didik diberikan suatu masalah atau problem oleh pendidik kemudian dari suatu masalah atau problem tersebut peserta didik dapat menemukan sendiri masalah dan memecahkan sendiri masalah tersebut.

Adapun hasil analisis deskriptif pada penelitian ini yang didapat pada posttest lebih besar dari pada pretest, hal ini dapat terlihat pada skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada pretest 23,34 dengan standar deviasi 3,57 sedangkan posttest rata-rata skor yang diperoleh peserta didik 33,5 dengan standar deviasi 3,14. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang berarti sebelum dan setelah diterapkannya model pembelajaran

inquiry terbimbing.

Sedangkan pada hasil analisis N-gain, diperoleh peningkatan hasil belajar fisika peserta didik, dari 13 peserta didik terdapat 1 peserta didik atau (7,69%) yang memperoleh kategori tinggi, 11 peserta didik atau (84,62%) yang memperoleh kategori sedang dan 1 peserta didik atau (7,69%) yang memperoleh kategori rendah. Adapun skor hasil analisis N-gain adalah 0,46 yang memperoleh kategori sedang. Hasil analisis ini

(47)

34

menggambarkan bahwa setelah menerapkan model pembelajaran inquiry terbimbing terjadi peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik.

Karena ada kesesuaian antara karakteristik pembelajaran inquiry terbimbing yang mendukung peran aktif peserta didik, maka wajar jika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran inquiry terbimbing memilki hasil belajar yang tinggi.

Meskipun model pembelajaran inquiry memiliki kelebihan, namun pada penelitian pada penerapan model pembelajaran ini, peneliti sedikit mengalami kendala, adapun kendala yang ditemui peneliti antara lain, peserta didik masih cenderung tergantung dengan guru, guru harus menjelaskan tahapan-tahapan kegiatan pembeljaran secara berulang-ulang sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kendala yang lain adalah waktu yang tersedia kurang mencukupi karena peserta didik belum terbiasa dengan kegiatan pada fase-fase pada pembelajaran inquiry, sehingga pembelajaran berlangsung lebih lambat. Untuk mengefisienkan waktu akhirnya peneliti memberikan batasan waktu untuk setiap kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran inquiry terbimbing memiliki fungsi positif dalam meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, khususnya peserta didik kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur tahun ajaran 2019/2020.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan yang telah dilakukan sebelumnya, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Chairinda, 2017) bahwa model pembelajaran inquiry terbimbing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif menunjukan bahwa hasil belajar fisika peserta didik pada kelas XI MIA 1 lebih baik setelah diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing dari pada sebelum diterapkan model pembelajaran tersebut.

(48)

35 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Skor rata-rata hasil belajar fisika sebelum diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing pada peserta didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur sebesar 23,34

2. Skor rata-rata hasil belajar fisika setelah diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing pada peserta didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur sebesar 33,5.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI MIA 1 MAN 2 Flores Timur sesudah diterapkan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam kategori sedang (0,46).

B. Saran

1. Bagi pendidik, diharapkan model pembelajaran inqury terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif yang diterapkan pada mata pelajaran fisika dalam meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama agar penelitian yang dilakukan dapat disempurnakan lagi.

(49)

36

DAFTAR PUSTAKA

Amrina, Sitti.2018. Penerapan Model Pembelajaran Based Intruction Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik. Skripsi.

Chairinda, CI. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan hasil belajar Fidiksa Peserta didik Kelas XI MIA 1 Pada Materi Getaran Harmonis Di SMA 12 Banda Aceh. Jurnal (online).

https://www.neliti.com/id/publications. Diakses 09 Januarin 2020 Erikunto, s. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rinekat cipta.

Erna, 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Negeri 3 Gowa. Jurnal (online). https://www.google.com/search. diakses 09 Januari 2020.

Fathurrohman, M. 2015. Model- Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media

Huda, Miftahul. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Pelajar.

Iswatun. 2017. Penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing untuk meningkatkan KPS dan hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 bojong kabupaten Pekalongan. Jurnal (Online), http://www.researchgate.net/publication. diakses 01 februari 2020.

Irsan, Muh .2018. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Terhadap

Hasil Belajar Fisika Peserta didik SMA Negeri 13 Gowa. Skripsi.

Marisda, DW. 2018.The Effect of Task-Based Collaborative Learning on Students’ Mathematical Physics Learning Outcomes at Universitas Muhammadiyah Makassar. Jurnal. (Online). https://www.researchgate.net/publicationr. Diakses 09 januari 2020.

Meltzer, E. 2003. The relationship beetween Mathematics Preparation AndConseptual

Learning Gains: A Possible “Hidden Variable” In DiagnosticPretest Scores.

Jurnal Department of Physics And Astronomy, Lowa State University, Ames, Lowa 50011.

Niningsih. 2017. Implementasi Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing

Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta didik SMN 3 Sungguhminasa.

Skripsi.

Nuraisyah. 2015. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model

Pembelajaran Inquir y Terbimbing Pada Peserta Didik

Kelas Viii Smp

(50)

https://media.neliti.com/media/publications/120153. Vol 4 No 2. Diakses

19 Januari 2019

Nurhydayah. 2016.

Penerapan Model Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry) Dalam Pembelajaran Fisika Sma Di Jember (Studi Pada Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berpikir Kritis). Junarnal, (Online).

https://media.neliti.com/media/publications/116196-ID-penerapan-model-inquiry-terbimbing-guide.pdfVol 5 No 1.Diakses 19 Januari 2019

Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan.Jakarta:kalam Mulia.

Jaya, Risma. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing terhadap

Hasil Belajar Fisika Peserta didik kelas XI IPA SMA negeri 1 Tubadak

Kab Mamujuh Tengah. Skripsi.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar

Baru Algensido Offset.

Riduwan. 2012. Dasar-dasar statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusman.2015.Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Penilaian.

Jakarta: Rajawali Pers.

Salehuddin. 2015. Penerapan Media Tutorial Berbasis Web Terhadap Hasil

Belajar Fisika Kelas X Di SMA 1 Sungguminasa. Skripsi.

Sarifuddin. 2015. Penerapan Model Berbasis Simulasi Komputer pada

pembelajaran IPA Fisika Materi Energi Untuk Peserta didik Kelas VII

SMP Aisyiyah Sungguminasa. Skripsi.

Sudarti.

2017.

Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Terhadap

Hasil

Belajar

Fisika

Di

Sma.

Jurnal,

(Online).

https://media.neliti.com/media/publications/116795-ID-none.pdfVol

6

No 2. Diakses 19 Januari 2019.

Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, R&D.

Bandung: Alfabeta

(51)

38

Suprijono, Agus. 2015. Kooperatif Learning. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuni, Rony. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan

Model Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta

Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mataram. Jurnal, (Online).

http:/reserchgate.net/publication. Diakses 23 Januari 2020.

(52)

LAMPIRAN A

A.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A.2 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Gambar

Gambar       Halaman
Tabel 2.1 Deskripsi model pembelajaran inquiry terbimbing
Gambar 2.1 Bagang kerangka pikir Proses pembelajaran Fisika
Table 3.1 One Group Pretest-Posttest Design,
+7

Referensi

Dokumen terkait

didik untuk belajar. b) Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan menerapkan model pembelajaran Jigsaw , para peserta didik harus mengetahui dengan tepat tata

Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 5 Satap Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu pada

Oleh sebab itu peneliti menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tujuan: (1) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan

kelebihan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing diantaranya yaitu model pembelajaran ini melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran dan membuat peserta

Abstrak - Penelitian ini adalah penelitian classroom action research (penelitian tindakan kelas) yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran

Demikian pula Ho yang menyatakan bahwa “Tidak ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik karena pengaruh interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar

perbedaan hasil belajar fisika yang atara peserta didik yang diajar melalui model pembelajaran penemuan terbimbing dan yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran

Abstrak - Penelitian ini adalah penelitian classroom action research (penelitian tindakan kelas) yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran