• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

50 3.1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kontruktivisme. Menurut Denzin dan Lincoln47 paradigma kontruktivisme adalah

sebuah realitas yang dikontruksikan secara lokal dan spesifik. Orientasi perspektif dalam paradigma kontruktivisme memandang realitas disikapi sebagai gejala yang sifatnya tidak tetap dan memiliki pertalian hubungan dengan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Realitas dalam kondisi demikian hanya dapat dipahami berdasarkan konstruksi sebagaimana terdapat dalam kesadaran maupun dunia pengalaman peneliti dan pertaliannya dengan kehidupan kemanusiaan. Oleh sebab itu pemahaman terhadap suatu realitas selain bersifat relatif juga bersifat dinamis. Pemahaman dengan demikian bukan ditemukan melainkan diproduksi

berdasarkan dunia pengalaman sebagai out of world. Dalam konsepsi Godman48,

“world are made out of worlds be a king is a remaking”.

Melihat realitas yang saat ini sedang terjadi mengenai fenomena hijab syar’i peneliti melihat adanya sebuah kontruksi ulang dari pemahaman hijab syar’i yang dikonotasikan dan dipersepsikan hijab syar’i itu dengan mode kuno dan tidak tidak up to date akan tetapi sekarang berubah. Hijab syar’i menjadi

47

Anis Fuad, Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014 hal. 53

48

(2)

pilihan mode yang mengikuti trend dan bisa bersaing dengan mode hijab lainnya. Dengan hal ini adanya kemajuan tentang persepsi hijab syar’i yang dikontruksikan dari masa kemasa menjadikan hijab syar’i sekarang sebagai bagian dari style yang tidak ketinggalan zaman dan bahkan menjadi style terdepan dalam perkembangan hijab saat ini. Dampaknya kini wanita muslimah tidak ragu lagi untuk memakai hijab secara syar’i kemanapun mereka pergi.

Pada pasca era 1990-an hijab syar’i dipandang hanya bisa digunakan oleh perempuan muslimah yang berada pada sekolah pesantren saja, namun tidak untuk sekarang. Keterbukaan masyarakat Islam lebih leluasa memaknai indahnya hijab syar’i. Dengan melihat fenomena yang terjadi saat ini, fashion dunia hijab sedang mengudara. Banyak sekali brand-brand hijab yang bermerkaran. Outlet-outlet hijab menghiasi jajaran diseluruh Mall di Jakarta. Tutorial hijab di internet dan di media televisi bermunculan seiring dengan berkembangnya brand hijab. Pilihan warna dan corak yang beragam menjadi penghias tersendiri semaraknya hijab saat ini. Oleh sebab itu dengan kondisi masa lalu yang berbeda dengan sekarang inilah penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivisme yang mengkaitkan pertalian masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang.

(3)

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian kualitatif yang mempunyai beberapa keuntungan.

Lincoln dan Guba49 mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus

meliputi hal-hal berikut:

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian akademik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthiness).

5. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

6. Studi kasus terbuka bagi penelian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Metode penelitian studi kasus ini sangat cocok dengan tema penelitian yang ingin diteliti yaitu tentang fenomena hijab dan perkembangan brand hijab yang ada di Indonesia khususnya di Jakarta. Dengan metode studi kasus maka peneliti bisa menguraikan secara menyeluruh fenomena hijab yang berkembang pesat yang mirip dengan yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

49

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

(4)

Dengan studi kasus ini akan menunjukkan konsistensi CV. Rabbani dalam menjalankan strategi dan program yang dibuat untuk membangun corporate brand sebagai hijab syar’i di Jakarta. Serta dengan menggunakan metode studi kasus ini, maka peneliti bisa mengevaluasi program yang telah dibuat Rabbani dalam proses membangun corporate brand dan bisa memaknai secara mendalam tentang fenomena hijab yang berkembang dan penangkapan peluang sebagai bisnis baru dengan brand syar’i oleh perusahaan CV. Rabbani.

3.3. Subyek Penelitian

Salah satu instrumen penting dalam penelitian ini adalah subyek penelitian. Dimana subyek penelitian ini yang akan memberikan informasi data terkait dengan topik yang sedang diteliti. Tanpa subyek penelitian yang credible maka penelitian ini tidak akan sempurna. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subyek penelitian sebagai berikut :

1. Bapak Ferli, Kepala Divisi Public Relations

Bapak Ferli ditunjuk sebagai key informan, beliau sebagai kepala divisi Public Relations memegang peranan penting dalam membuat strategi, program, implementasi serta evaluasi pekerjaan public relations terutama dalam membangun corporate brand perusahaan. Sehingga akan memberikan banyak informasi terkait perencanaan strategi, program yang dibuat, serta evaluasi atas program yang dijalankan perusahaan dalam membangun corporate brand melalui wawancara mendalam.

(5)

2. Bapak Iman Awaludin, Manager HCD Rabbani

Bapak Iman Jamaludin sebagai Manager HCD Rabbani, mempunyai

kewenangan dalam menerapkan, menjalankan, dan

mengkomunikasikan program yang dibuat untuk membangun corporate brand perusahaan kepada seluruh karyawan perusahaan baik pada kantor pusat maupun cabang sehingga Bapak Iman memiliki kriteria menjadi narasumber dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

3. Dian Anggraini, Supervisor Markom Rabbani

Sebagai supervisor dalam divisi Markom yang bekerja sama dengan divisi Public Relations, Dian Anggraini sangat membantu proses dalam membangun Corporate Brand Rabbani. Dalam struktur organisasi di Rawamangun Divisi Markom berada dibawah naungan divisi Public Relations sehingga mereka saling bekerja sama menjadi tim work yang solid. Sehingga peneliti memilih Dian menjadi narasumber dari pihak internal Rabbani yang berkompeten dan yang mempunyai pengalaman langsung menjalankan program komunikasi dalam membangun corporate brand Rabbani.

(6)

4. Chaeningrum, Kasir & Staff SCM Rabbani

Penting mengetahui pendapat dari staff yang menjalankan peraturan yang dibuat oleh perusahaan. Apa yang dirasakan dan dilakukan oleh staff SCM (Sales Consultant Muslimah) perusahaan bisa jadi menjadi masukan yang berharga untuk kemajuan perusahaan. Oleh sebab itu peneliti menilai penting untuk mewawancarai salah satu staff dari Rabbani terkait Corporate Brand sebagai Hijab Syar’i yang dijalankan pada lingkungan internal perusahaan Rabbani sendiri.

5. Sri Sundari, Member Rabbani

Salah satu untuk menguji keabsahan data adalah mengkonfirmasi informasi yang didapat dari pihak internal perusahaan dengan informasi yang didapat dari pihak eksternal sehingga member Rabbani sebagai pelanggan tetap yang setia membeli produk Rabbani (pihak eksternal) dinilai sangat penting untuk melengkapi sumber data penelitian. Sri Sundari dipilih menjadi narasumber karena beliau sudah aktif menjadi member selama 8 tahun.

6. Hendy Prasetyo, Member Rabbani

Begitu juga Hendy Prasetyo yang dipilih menjadi narasumber dalam penelitian ini karena sudah masuk dalam kriteria sebagai narasumber eksternal yaitu sudah menjadi member Rabbani selama 2 tahun.

(7)

7. Santi, Member Rabbani

Ibu Santi adalah member Rabbani selama 5 tahun sehingga masuk kedalam kriteria narasumber pihak eksternal dari member Rabbani.

8. Rohana, Member Rabbani

Untuk melengkapi narasumber dari pihak eksternal Ibu Rohana member Rabbani selama 3 tahun menjadi narasumber terakhir dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara yang mendalam dengan key informan yang sudah ditentukan yaitu Bapak Ferli. Bapak Ferli adalah pimpinan Divisi Public Relations CV. Rabbani. Diharapkan dengan melakukan teknik wawancara secara mendalam dengan Bapak Ferli ini akan terungkap dengan jelas dan secara detail terkait topik penelitian yaitu evaluasi program public relations CV. Rabbani dalam membangun Corporate Brand sebagai Hijab Syar’i di Jakarta.

(8)

Menurut Moleong, 50 wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman atau guide wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Selain itu melalui key informan ini diharapkan peneliti menemukan informan-informan lain yang kredibel untuk melengkapi data yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian.

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Dedy Mulyana51 mengungkapkan wawancara secara

garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka (open-ended interview), dan wawancara etnografi, sedangkan wawancara tak terstruktur biasanya disebut wawancara baku yang susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan jawaban-jawaban yang sudah di sediakan.

Wawancara kualitatif adalah kegiatan tanya jawab, lebih tepatnya percakapan, antara periset dengan subjek riset (informan atau pertisipan) dalam setting alamiah. Sedangkan

50 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. 2010 hal 186

51

Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

(9)

King52 menyebut sebuah wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan deskripsi dunia kehidupan (life-world) dari orang yang diwawancarai secara detail untuk interpretasi makna-makna dari fenomena yang didesktipsikan. Karena riset kualitatif yang menekankan setting alamiah maka jenis wawancara kualitatif adalah berbentuk wawancara tidak terstruktur.

Sehingga dalam proses wawancara mendalam dengan pimpinan public relations CV. Rabbani peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam tidak terstruktur untuk bisa menggali informasi secara mendalam dan terbuka. Sehingga bisa memaksimalkan hasil penelitian sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dengan melakukan pencatatan atau pengkodean perilaku individu atau suasana. Marshall menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut

(Sugiyono).53

52

Rachmat Kriyantono, Public Relations & Crisis Management: Pendekatan Critical Public

Relations Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2012 hal 53

(10)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif pasif. Disini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi partisipatif pasif dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi kantor Rabbani Rawamangun yang beralamat di Jl. Pemuda No. 1 Rawamangun, Jakarta Timur.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Rachmat54 berupa: newsletter perusahaan,

berita-berita media, materi presentasi dari public relations yang berisi program-program PR, buku, majalah dari perusahaan, VCD yang diproduksi korban, regulasi-regulasi dari pemerintah, dan artikel-artikel di internet. Data sekunder yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Untuk menunjang data sekunder peneliti juga menggunakan teknik studi pustaka yaitu dengan mempelajari dan membaca terhadap buku- buku, literatur- literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan evaluasi program komunikasi public relations dalam membangun corporate brand sebuah perusahaan.

(11)

2. Studi Dokumen

Sebagai data sekunder lainnya, peneliti akan

mengunakan teknik studi dokumen, yaitu mengumpulkan data dari dokumen-dokumen perusahaan seperti newsrelease, newsletter yang dibuat oleh perusahaan, serta foto dokumentasi

perusahaan. Sugiyono55 menyebutkan dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Sedangkan menurut Moleong,56 studi dokumen adalah

teknik pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau orang lain tentang subyek. Peneliti dalam penelitian ini mendapatkan dua bentuk dokumen yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal yang berupa memo, dan pengumuman, sedangkan dokumen eksternal yang berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, seperti koran, dan poster, dan majalah.

Schatzman dan Strauss57 mengatakan bahwa dokumen

historis merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif. Menurut mereka sebagai bagian dari metode lapangan (field

55 Sugiyono, op.cit., 396

56 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. 2010 hal 143

57

Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

(12)

method), peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber-sumber sekunder lainnya karena kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai sejarah dan dokumen-dokumen ini sering menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut. Sehingga dokumen perusahaan bisa menunjang kelengkapan data dalam penelitian yang dilakukan peneliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik dari Miles dan Huberman. Peneliti akan menterjemahkan semua pendapat narasumber mengenai permasalahan yang diangkat yaitu “Evaluasi Program Komunikasi Public Relations CV. Rabbani dalam Membangun Corporate Brand sebagai Hijab Syar’i di Jakarta.”

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

data model Miles dan Huberman,58 dimana menjelaskan bahwa analisis data

meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

Teknik analisis data model Miles dan Huberman59 :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan dengan jumlah yang begitu banyak, kompleks dan rumit maka perlu melakukan teknik reduksi data. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

58 Sugiyono, op.cit., 404

(13)

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Didalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Tetapi Miles dan Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan simpulan (Conclusion Drawing)

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Teknik analisis data model Miles dan Huberman mencakup 3 tahapan, proses pertama yang harus dilakukan peneliti setelah melakukan wawancara mendalam dengan narasumber adalah data tersebut dikumpulkan kemudian dikelompokkan menurut jenisnya dan data yang penting sesuai dengan tema penelitian, setelah itu tahap kedua data disajikan biasanya dengan bentuk narasi, lalu tahap terakhir peneliti simpulkan dan memverifikasi data terakhir.

3.6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik analisis data pada pendekatan kualitatif didahuli oleh upaya mengungkapkan trustworthiness dari para subjek penelitian. Trustworthiness yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap realitas.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono60 meliputi uji

credibility (validitas internal), trasferability (validitas eksternal), dependability

(14)

(reliabilitas), dan confirmability (obyejtivitas). Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan satu teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu melalui uji kredibilitas data (credibility).

Ada beberapa cara pengujian kredibilitas data menurut Sugiyono61 antara

lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check:

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih detail dari topik penelitian karena dinilai peneliti sudah mengenal lebih dekat (rapport) dengan narasumber. Bila telah terbentuk rapport maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. “Rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity betwen two or more people”. (Susan Stainback, 1988)

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

(15)

c. Trianggulasi

Menganalisis jawaban subyek penelitian dengan meneliti

autentisitasnya berdasar data empiris yang ada. Peneliti menjadi fasilitator untuk menguji keabsahan setiap jawaban berdasarkan dokumen atau data lain, serta reasoning yang logis.

Ada beberapa macam triangulasi yang diungkapkan oleh

Rachmat Kriyantono62 yaitu :

1. Triangulasi Sumber, membandingkan informasi dari sumber data yang berbeda. Misalnya membandingkan informasi dari hasil wawancara dan hasil observasi apakah bersifat konsisten atau inkonsisten.

2. Triangulasi waktu, periset perlu melakukan observasi secara berkelanjutan dan beberapa kali karena perilaku manusia bersifat dinamis dan bersifat tidak dapat diulang (not replicable), artinya perilaku yang sama tidak dapat diulang persis sama.

3. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu.

4. Triangulasi periset, menggunakan lebih sari satu periset dalam melakukan observasi dan wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap dan persepsi yang berbeda dalam mengamati realitas. Sebelumnya tim perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan kriteria atau acuan pengamatan dan wawancara. Kemudian hasil pengamatan masing-masing dibandingkan.

5. Triangulasi metode, usaha mengecek keabsahan data dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data yang berlainan.

d. Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Dalan hal ini peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah

62

Rachmat Kriyantono, Public Relations & Crisis Management: Pendekatan Critical Public

(16)

ditemukan. Jika tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. e. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan yang didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti.

f. Mengadakan Member Check

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid dan kredibel.

Dari cara pengujian kredibiltas data, peneliti menggunakan triangulasi, bahan referensi dan member check. Sedangkan teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Peneliti akan membandingkan informasi yang didapatkan dari satu sumber dan dibandingkan dengan informasi yang disampaikan oleh sumber lain baik bersumber dari narasumber internal dan eksternal. Selain itu keabsahan data didukung juga melalui kroscheck bahan referensi dan member check. Sehingga keabsahanan data penelitian bisa dipertanggung jawabkan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan

panduan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa program ini belum mampu menjadikan PKBM peserta program menjadi PKBM Tematik. Hal ini karena agar menadi PKBM

Pada sebuah komputer ataupun laptop terdapat sebuah komponen atau perangkat penting yang berfungsi untuk menerjemahkan atau mengubah sinyal digital dari komputer

Variasi dari kelima jenis fluida pendingin ini yang nantinya akan dianalisa mana jenis fluida pendingin yang memberikan dampak paling baik terhadap kualitas hasil

63 tanggal 11 September 2007, pemegang saham menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perusahaan berkenaan dengan peningkatan modal dasar Perusahaan sebesar Rp 7,2 triliun yang terdiri

Dalam tabel program acara dan deskripsi acara di atas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan jadwal acara selama seminggu di Radio Elisa Fm terdapat format siaran yang mayoritas adalah

Analisis situasi disini dilakukan dengan memperhatikan faktor SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threads) yang ada pada situasi sebelum menentukan strategi

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh gender terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan hasil