• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANAFILAKSIS. dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANAFILAKSIS. dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANAFILAKSIS

dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD

(2)

• Reaksi Hipersensitivitas  Reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu sensitifnya respon imun (merusak, menghasilkan

ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh system imun.

• Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi : - Hipersensitivitas tipe 1

- Hipersensitivitas tipe 2 - Hipersensitivitas tipe 3 - Hipersensitivitas tipe 4

(3)

Hipersensitivitas tipe 1

• Tipe cepat (15-30 menit setelah terpapar allergen)

• Berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal

• Diperantarai Ig E

• Komponen : sel mast atau basofil

• Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrophil, dan eosinophil

• Contoh : Urtikaria, angioedema, pruritus, syok anafilaksis, bronkospasme, rhinitis

(4)

• Anafilaksis  Respon imunologi yang berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah tersensitisasi oleh bahan tersebut

• Syok Anafilaksis  suatu reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian gangguan

(5)
(6)

Mekanisme dan Obat Pencetus Anafilaksis

Reaksi Anafilaksis : Respon klinis reaksi alergi tipe 1, Melalui antigen-antibody (Ig E dependent) • Antibiotik (penicillin, sefalosporin)

• Ekstrak allergen (bisa tawon, polen)

• Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin) • Enzim (kemopain, tripsin)

• Serum heterology (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit) • Protein manusia (insulin, vasopressin, serum)

• Lainnya (latex)

Reaksi Anafilaktoid : Tidak melalui jalur antigen-antibody (Ig E independent) • Melepaskan histamin secara langsung :

Obat (opiate, vancomycin, kurare)

Cairan hipertonik (radiokontras, mannitol) Obat lain (dekstran, fluoresens)

• Aktivasi komplemen

Protein manusia (iminoglobulin dan produk darah) Bahan dialisat

• Modulasi metabolisme arakidonat NSAID

(7)

• diakibatkan oleh antibodi berupa IgG dan IgM terhadap antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler

• antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel • Melibatkan komplemen yang berikatan dengan antibodi sel sehingga

dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan

• Contoh : AIHA, Pemfigus, Good Pasture’s syndrome, reaksi transfusi

(8)

• Komplek Imun (komplemen)

• Pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan (ditandai adanya inflamasi)

• Patogenesis : Komplek imun menyebabkan kelebihan antigen (serum sickness) atau kelebihan antibody (reaksi arthrus)

• Contoh : serum sickness, glomerulonephritis, SLE, rheumatoid arthritis

(9)

• diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type)

• contoh : hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas kontak

(kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kronis (delayed type hipersensitivity, alergi makanan).

(10)

Seorang wanita berusia 46 tahun menjalani pemeriksaan CT Scan untuk mengevaluasi benjolan di perutnya. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya adalah: Diabetes mellitus, hipertensi dan Asma. Protocol CT Scan dilaksanakan menggunakan injeksi 100 cc Ultravist 370 (kontras non ionic) secara IV. Segera setelah penyuntikan kontras, pasien mengeluh sesak napas, gatal dan

biduran. Pemeriksaan segera oleh radiolog mendapatkan adanya bronkospasme

yang ditandai oleh suara wheezing pada auskultasi. Pasien segera dikonsulkan ke dokter Penyakit Dalam.

Kondisi apakah yang dialami oleh penderita tersebut? A. Decompensatio cordis

B. Reaksi anafilaktik C. Serangan asma akut D. Reaksi anfilaktoid E. Syncope

Ç

Gejala anafilaksis  timbul segera

Melalui reaksi allergen dan antibody (imunologik)  reaksi anafilaksis Tidak melalui reaksi imunologik  reaksi anafilaktoid

(11)

Mediator apa yang bertanggung jawab sebagai penyebab kondisi tersebut? A. Immunoglobuline B. Komplemen C. Interleukin 4 D. Histamin

E. Bukan salah satu di atas

(12)

Obat apa yang seharusnya diberikan pada penderita dalam kondisi tersebut? A. Prednison 50 mg PO B. Diphenhydramine 1 mg/KgBB PO C. Salbutamol injeksi SC D. Epinephrine 0,5 mg IM

E. Aminophylline injeksi IV pelan Ç

(13)

Wanita 32 tahun datang ke IRD karena sesak nafas, mata dan mulut bengkak merah, seluruh badan terasa gatal yang timbul 2 jam setelah pasien meminum amoxicillin 500mg. TD 90/60, nadi 112 x/mnt, nafas 26x/mnt, didapatkan palpebra dan mulut edema, wheezing pada kedua lapang paru, urtikaria seluruh tubuh. Tindakan paling awal yang diberikan adalah:

A. Injeksi epinefrin 1/1000 0,3 mL im B. Injeksi diphenhidramin 50 mg iv C. Drip MP 125 mg iv

D. Nebulisasi dengan salbutamol E. Injeksi ranitidine 150mg iv

(14)

Berikut ini merupakan penyakit imun kompleks alergi, kecuali : A. Reaksi serum

B. Lupus eritematosus sistemik C. Artritis rematoid

D. Demam rematik E. Glomerulonefritis

Ç

(15)

Seorang laki-laki 15 tahun dibawa keluarganya datang ke IRD karena tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien mengeluhkan gatal-gatal dan bentol-bentol di seluruh tubuh setelah minum obat amoxicillin dan asam mefenamat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 80mmHg/palpasi, nadi 125x/mnt, frek nafas 28x/mnt. Pilihan obat yang pertama kali saudara berikan:

A. Dopamine B. Adrenalin

C. Sulfas atropine D. Dexametason E. Diphenhidramin

(16)

Hal-hal berikut ini dapat memicu timbulnya reaksi anafilaksis kecuali A. obat-obatan B. latex C. polen D. latihan fisik E. sengatan serangga

(17)

VAKSINASI

dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD

(18)

Indikasi Vaksin :

• Riwayat pajanan : tetanus toksoid, rabies

• Risiko penularan : influenza, hep A, tifoid, MMR • Usia lanjut : pneumokok, influenza

• Risiko pekerjaan : hep B, rabies

• Imunokompromais : pneumokok, influenza, hep B, Hib

• Rencana bepergian : Japanese B esefalitis, tifoid, hep A, Yellow fever • Jemaah haji : meningokok ACYW 135, influenza

(19)

Imunodefisiensi spesifik Kontraindikasi Rekomendasi Efektivitas dan Keterangan

HIV/AIDS OPV, Smallpox, BCG, LAIV Keterbatasan MMR dan Varicela pada imunokompromai berat Influenza (TIV) Pneumokok Meningokok

Hib dipertimbangkan (jika tidak diberikan saat

anak2)

MMR, Varicela  bila CD4>200

Semua vaksin dapat efektif

Keganasan, transplantasi, terapi immunosupresi atau radiasi

Vaksin bakteri dan virus yang hidup, tergantung respon imun

Influenza (TIV) Pneumokok

Keefektifan vaksin tergantung dari derajat imunosupresi

Asplenia Tidak ada Pneumokok Meningokok

Hib (jika tidak diberikan saat anak2)

Semua vaksin dapat efektif

Penyakit ginjal kronik LAIV Pneumokok Influenza (TIV) Hepatitis B

Semua vaksin dapat efektif

Dialisis dosis vaksin hep B

2x lipat.

40 ug  2x0,1 ml dosis pada satu sisi

4 dosis pada 0,1,2 dan 6 bulan

(20)

Seorang penderita laki-laki, 30 tahun dikonsulkan ke departemen interna dengan diagnosis ruptur lien ec KLL dan direncanakan untuk splenektomi. Dari TS bedah menanyakan persiapan vaksinasi yang dapat diberikan

terhadap penderita ini. Pernyataan berikut TIDAK TEPAT bagi penderita ini: A. Vaksin pneumokok dan meningokok diberikan minimal 2 minggu sebelum penderita menjalani splenektomi

B. Vaksin pneumokok dan meningokok diberikan segera setelah kondisi pulih benar post splenektomi

C. Vaksin Hib bukan kontraindikasi bagi penderita asplenia

D. Orang dengan asplenia memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi bakteri yang tidak berkapsul

E. Pemberian vaksin meningokok yang diberikan pada penderita ini adalah jenis MCV4

Ç

SPLENEKTOMI

• Infeksi post splenektomi biasanya bakteri tidak berkapsul (S. Pneumonie, H. Influenza, N. Meningitidies)

• Splenektomi  non elektif  vaksin diberikan 14 hari post op elektif  vaksin diberikan 14 hari pre op • Jenis vaksin : S. Pneumonia : Polyvalent pneumococcal

H. Influenza tipe B : Hib

N. Meningitidies : Meningococcal polisakarida (MPSV 4)  usia > 55 tahun Meningococcal conjugate (MCV 4)  usia 9 bulan-55 tahun

(21)

Seorang wanita, 28 tahun, hamil 8 minggu datang ke poli penyakit

dalam dan menanyakan mengenai vaksinasi yang dapat diberikan saat hamil. Pernyataan berikut ini yang TIDAK TEPAT adalah:

A. Tidak direkomendasikan untuk vaksinasi dengan vaksin hidup saat hamil

B. Dapat diberikan vaksinasi TT segera saat kunjungan pertama ke poli C. Vaksin MMR, varisela, dan BCG merupakan kontraindikasi pada

kehamilan

D. Vaksin Hib (TIV) dapat diberikan pada penderita ini

E. Vaksin HPV dapat dilanjutkan setelah selesai melahirkan

Vaksin Ibu Hamil

• Tidak boleh virus hidup (MMR, Varicela, BCG, Yellow fever, HPV)

• Boleh : Influenza, Hep A, Hep B, Difteri/tetanus, Meningokokus, Pneumokokus Pada TM 2

(22)

Penderita (Kasus no.2) berencana untuk naik haji 2 bulan lagi. Rekomendasi yang PALING TEPAT yang saudara berikan adalah:

A. Penderita disarankan untuk menunda keberangkatan haji sampai selesai melahirkan

B. Dapat diberikan vaksinasi meningokok sebelum berangkat haji C. Penderita dapat berangkat haji tanpa perlu menerima vaksinasi D. Penderita disarankan meminum antibiotik profilaksis sebelum berangkat haji

E. Penderita dapat berangkat haji pada saat usia kehamilan kurang dari 14 minggu

Ç

Vaksin Ibu Hamil

• Tidak boleh virus hidup (MMR, Varicela, BCG, HPV)

(23)

ALERGI

MAKANAN

(24)

• reaksi alergi yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh kita keliru merespons protein yang berasal dari makanan dan menganggapnya sebagai suatu ancaman

• Alergi makanan pada orang dewasa  diperantarai igE (urtikaria, angioedema, dermatitis atopi) maupun tidak diperantarai igE

(dermatitis herpetiformis)

(25)
(26)

Pemeriksaan

• Tes kulit

• RAST (radio-allergosorbent test)

• Double blind placebo controlled food challenge  gold standard

Pasien pantang makanan terduga 2 minggu, antihistamin dihentikan. Makanan diberikan dalam bentuk kapsul.

(27)

Urtikaria

• Penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit superfisial

setempat dengan ukuran bervariasi sering dikelilingi oleh halo eritem yang disertai rasa gatal atau panas

• Timbul cepat dan hilang perlahan-lahan dalam 1-24 jam • Reaksi Hipersensitivitas tipe 1

• Angioedema :

urtikaria yang terjadi pada lapisan dermis bagian bawah atau

subkutis, sering mengenai wajah dan membran mukosa seperti bibir, laring dan genetalia

(28)

Jenis urtikaria berdasarkan waktu : 1. Akut (< 6 minggu)

2. Kronis (> 6 minggu) Etiologi :

1. Obat  Imunologik tipe 1 atau 2 (penisilin, sulfonamide, analgesic, pencahar, hormone, diuretic) atau Non imunologik yang langsung merangsang sel mast mengeluarkan histamin (kodein, opium, zat kontras)

2. Makanan 3. Gigitan serangga 4. Bahan fotosensitizer 5. Inhalan 6. Kontaktan 7. Trauma fisik 8. Infeksi 9. Psikis 10. Genetik

(29)
(30)
(31)

Seorang laki-laki, 25 tahun, datang ke poli interna dengan keluhan gatal di tubuhnya yang sudah berlangsung selama 1 bulan ini, terutama setelah mandi dengan air

hangat dan akan menghilang sendiri beberapa jam kemudian. Pada pemeriksaan

fisik tampak bentol yang terasa gatal di lengan, kaki dan wajah penderita, berbatas

jelas dan dikelilingi daerah eritematous dengan kepucatan di bagian tengahnya.

Penderita memiliki riwayat asma sejak kecil dan selalu membawa inhaler yang digunakan bila sesak kambuh. Penderita sudah hampir 3 bulan ini tidak pernah mengalami serangan asma. Penderita minum cetirizine 10 mg dan

methylprednisolon 4 mg semalam untuk mengurangi gatal. Diagnosis yang paling

TEPAT untuk penderita ini adalah:

A. Aquagenic urticaria B. Cholinergic urticaria C. Solar urticarial

D. Contact urticaria E. Pressure urticaria

(32)

Bila Penderita ingin menjalani skin prick test, maka yang paling TEPAT

dianjurkan adalah:

A. Penderita dapat langsung menjalani skin prick test pada saat kunjungan B. Menghentikan cetirizine dan methylprednisolon selama 3 hari sebelum dilakukan skin prick test

C. Menghentikan cetirizine dan methylprednisolon selama 7 hari sebelum dilakukan skin prick test

D. Menghentikan methylprednisolon selama 3 hari sebelum dilakukan skin prick test, sementara cetirizine dapat dilanjutkan

E. Menghentikan cetirizine selama 7 hari sebelum dilakukan skin prick test, sementara methylprednisolon dapat dilanjutkan

AH generasi 1  stop 72 jam sebelum tes

AH generasi 2  stop minimal 1 minggu sebelum tes

KS jangka singkat dosis rendah (<20 mg)  stop 3 hari sebelum tes KS jangka singkat dosis tinggi (>20 mg)  stop 1 minggu sebelum tes KS jangka lama  stop minimal 3 minggu

KS topical  stop 1 hari sebelum tes Teofilin  tidak perlu di stop

(33)

Berikut ini beberapa persiapan sebelum dilakukan skin prick test (tes tusuk) yang kurang tepat adalah :

A. Antihistamin generasi pertama harus dihindari minimal 72 jam sebelum tes

B. Antihistamin generasi kedua harus dihindari minimal satu minggu sebelumnya

C. Pemakaian kortikosteroid sistemik jangka singkat dosis rendah dihentikan minimal 3 hari

D. Pemakaian steroid jangka lama perlu dihentikan minimal 3 minggu E. Kortikosteroid topikal dihentikan minimal 1 minggu

AH generasi 1  stop 72 jam sebelum tes

AH generasi 2  stop minimal 1 minggu sebelum tes

KS jangka singkat dosis rendah (<20 mg)  stop 3 hari sebelum tes KS jangka singkat dosis tinggi (>20 mg)  stop 1 minggu sebelum tes KS jangka lama  stop minimal 3 minggu

KS topical  stop 1 hari sebelum tes Teofilin  tidak perlu di stop

(34)

Seorang wanita usia 35 tahun datang ke klinik kesehatan dengan

masalah lesi urtikaria yang kadang juga meninggalkan bekas perubahan warna kulit sejak 6 bulan ini. Dia juga menderita nyeri sendi. Laju endap darah 85 mm/jam. Langkah yang seharusnya dilakukan untuk

menegakkan diagnosa pada kasus ini adalah? A. skin tes alergi

B. Pemeriksaan konsentrasi serum IgE total C. Pemeriksaan aktivitas C1 esterase inhibitor. D. Biopsi kulit

(35)

Seorang wanita 28 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan adanya bentol-bentol yang kemerahan diseluruh badan dan disertai rasa gatal. Keluhan dialami pasien setelah selesai makan bakso di kantin rumah sakit saat mengantarkan orangtuanya berobat ke poli Jantung rumah sakit tersebut. Pasien mengaku seringkali mengalami kejadian seperti ini sejak tiga tahun lalu. Saat muncul keluhan seperti ini, pasien meminum loratadine 10 mg/hari, dan keluhan menghilang setelah meminum obat tersebut. Pemeriksaan penunjang baku emas (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pada pasien adalah?

A. Pemeriksaan Ig E spesifik B. Prick Test

C. Radio-allergosorbent test

D. Double blind placebo controlled food challenge E. Biopsi kulit

(36)

Seorang laki-laki, 25 tahun, datang ke poli interna dengan keluhan gatal di tubuhnya yang sudah berlangsung selama 1 bulan ini, terutama setelah mandi dengan air hangat, dan akan menghilang sendiri beberapa jam kemudian. Pada pemeriksaan fisik tampak bentol yang terasa gatal di lengan, kaki dan wajah penderita, berbatas jelas dan dikelilingi daerah eritematous dengan kepucatan di bagian tengahnya. Penderita memiliki riwayat asma

sejak kecil dan selalu membawa inhaler yang digunakan bila sesak kambuh. Penderita sudah hampir 3 bulan ini tidak pernah mengalami serangan asma. Penderita minum cetirizine 10 mg dan methylprednisolon 4 mg semalam untuk mengurangi gatal. Diagnosis yang paling TEPAT untuk penderita ini adalah: A. Aquagenic urticarial B. Cholinergic urticarial C. Solar urticarial D. Contact urticarial E. Pressure urticaria  Air  Cahaya  Bahan kimia  Tekanan

(37)

Bila Penderita tersebut ingin menjalani skin prick tēst, maka yang paling

TEPAT dianjurkan adalah:

A. Penderita dapat langsung menjalani skin prick test pada saat kunjungan B. Menghentikan cetirizine dan methylprednisolon selama 3 hari sebelum dilakukan skin prick test

C. Menghentikan cetirizine dan methylprednisolon selama 7 hari sebelum dilakukan skin prick test

D. Menghentikan methylprednisolon selama 3 hari sebelum dilakukan skin prick test, sementara cetirizine dapat dilanjutkan

E. Menghentikan cetirizine selama 7 hari sebelum dilakukan skin prick test, sementara methylprednisolon dapat dilanjutkan

AH generasi 1  stop 72 jam sebelum tes

AH generasi 2  stop minimal 1 minggu sebelum tes

KS jangka singkat dosis rendah (<20 mg)  stop 3 hari sebelum tes KS jangka singkat dosis tinggi (>20 mg)  stop 1 minggu sebelum tes KS jangka lama  stop minimal 3 minggu

KS topical  stop 1 hari sebelum tes Teofilin  tidak perlu di stop

(38)

ASMA BRONKIAL

dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD

(39)

• Penyakit dengan manifestasi yang heterogen yang dicirikan

dengan inflamasi kronik saluran napas. • Asma umumnya ditandai dengan gejala

saluran napas seperti sesak, napas

pendek, bunyi napas mengi (wheezing), batuk yang timbul dengan intensitas

yang berbeda pada waktu yang berbeda, serta adanya keterbatasan saat

ekspirasi. (GINA, 2017)

(40)
(41)

Patofisiologi Asma

Inflamasi saluran

nafas atas dan bawah

Perubahan struktur jaringansaluran nafas

Bronkokonstriksi

Hipereaktivitas bronkus

(42)
(43)

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran VEP 1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik) dan KVP (Kapasitas vital paksa) serta pengukuran APE (Arus puncak eskpirasi)

Spirometri :

Peningkatan VEP 1 ≥ 12% dan 200 cc setelah pemberian bronkodilator

Peningkatan APE 60 L/menit (atau ≥ 20% dari APE pre bronkodilator) atau variasi diurnal lebih dari 20% (lebih dari 10% dengan pemeriksaan 2x/hari)

(44)

Uji provokasi

bronkus

• Dilakukan bila hasil spirometri normal

• Histamin, metakolin, kegiatan jasmani, larutan garam hipertonik, aqua destilata

• Kegiatan jasmani : pasien diminta lari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum.

• Bermakna : penurunan VEP1 ≥ 20% atau penurunan APE ≥ 10%

(45)
(46)
(47)

Tatalaksana

Asma

Eksaserbasi

Akut

Oksigen dengan target SO2 95%

B2 agonis inhalasi (tiap 20 menit selama 1 jam pertama, selanjutnya setiap jam) Kombinasi B2 agonis + ipratoprium bromide Kortikosteroid Metilsantin tidak dianjurkan. Teofilin dapat digunakan jika b2

agonis inhalasi tidak tersedia

Mg sulfat 2 gram IV pada pasien eksaserbasi

berat yang tidak respon dg bronkodilator dan KS

sistemik

Antibiotik (bila ada infeksi)

(48)
(49)
(50)

© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org

(51)

© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org

(52)

© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org

(53)
(54)
(55)

Tatalaksana Asma Eksaserbasi Akut

1. Oksigen dengan target SO2 95%

2. B2 agonis inhalasi (tiap 20 menit selama 1 jam pertama, selanjutnya setiap jam)

3. Kombinasi B2 agonis + ipratoprium bromide 4. Kortikosteroid

5. Metilsantin tidak dianjurkan. Teofilin dapat digunakan jika b2 agonis inhalasi tidak tersedia

6. Mg sulfat 2 gram IV pada pasien eksaserbasi berat yang tidak respon dg bronkodilator dan KS sistemik

(56)

Seorang laki-laki, 40 tahun datang ke IRD dengan keluhan sesak sejak 1 jam sebelum ke RS. Sesak dirasakan tiba-tiba saat penderita sedang mengajar. Penderita memiliki riwayat merokok sejak lama dan juga riwayat asma sejak kecil. Ayah penderita memiliki riwayat

gatal-gatal bila makan telur dan ayam. Penderita mengalami keluhan yang sama seperti ini

3 hari yang lalu dan sering terbangun di malam hari karena sesak dalam 1 minggu terakhir ini. Penderita menjadi sulit untuk beraktivitas mengajar. Penderita memiliki riwayat sakit asma sejak kecil dan selalu membawa inhaler untuk mengatasi serangan asma yang mendadak, selain itu penderita juga mendapat obat inhaler lain yang harus selalu disemprotkan setiap hari sekalipun tidak-dalam serangan. Anjuran terapi yang TIDAK TEPAT

diberikan pada penderita ini saat pulang ke rumah, adalah:

A. Penderita diberikan inhaler β2 agonis aksi cepat dan leukotriene modifier

B. Penderita diberikan inhaler β2 agnois aksi cepat dan ICS dosis rendah ditambah agonis β2 agonis aksi panjang

C. Penderita diberikan inhaler β2 agonis aksi cepat dan ICS dosis rendah ditambah teofilin lepas lambat

D. Penderita diberikan inhaler β2 agonis aksi cepat dan ICS dosis rendah ditambah leukotriene modifier

(57)

Seorang laki-laki 50 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas hebat sejak 1 hari yang lalu disertai batuk dan nafas berbunyi. Riwayat sesak bila terpapar debu rumah dan batuk-batuk pada dini hari. Selama 2 bulan terakhir frekuensi sesak nafas 2-3 kali seminggu lebih sering pada malam dan dini hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran CM, suhu 36,8°C, TD 120/80 mmHg, frek nafas 32x/mnt, nadi 100x/mnt, regular. Pada pemeriksaan paru tampak retraksi sela iga dan wheezing. Tidak didapatkan jari tabuh dan edema tungkai. Hasil laboratorium Hb 12,5g/dL, leukosit 910/mL, hitung jenis 0/5/6/50/35/4. Penatalaksanaan yang tepat untuk kasus di atas adalah: A. Drip aminofilin

B. Injeksi adrenalin C. Injeksi terbutalin D. Nebulizer β2 agonis E. Injeksi dexametason

(58)

Inflamasi pada pembuluh darah Large vessel-medium vessel-small vessel

Manifestasi klinis : demam, kelelahan, BB turun, myalgia, anoreksia

(59)
(60)
(61)

Berikut ini merupakan vaskulitis pembuluh darah kecil, KECUALI: A. Sindroma Churg-Strauss B. Poliarteritis nodosa C. Poliarteritis mikroskopik D. Purpura Henoch-Schonlein E. Granulomatosis Wagener

(62)

Seorang wanita, 35 tahun datang klinik dengan keluhan pegal-pegal di lengan atas terutama setelah beraktivitas, dan dirasakan lemah. Didapatkan juga keluhan sakit kepala. Tidak didapatkan panas badan ataupun berat badan yang menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistolik sebelah kiri 100 mmHg, sementara sebelah kanan 130 mmHg. Didapatkan juga bruit pada arteri subklavia kiri. Pemeriksaan jantung paru dalam batas normal. Kemungkinan diagnosis yang paling mungkin pada penderita ini adalah: A. Arteritis Temporalis B. Arteritis Takayasu C. Penyakit Kawasaki D. Poliarteritis Nodosa E. Sindroma Churg-Strauss

 GCA  Usia lanjut

 Necrotizing nongranulomatous vasculitis  fever, abdominal pain, hipertensi, mononeuritis multiplex, lividereticularis

Asma, eosinofilian, infiltrat pulmonary, neuropati (mononeuritis multiplex), cardiac (coronary arteritis, myocarditis, CHF, valvular insufisiensi)

(63)

Seorang kasus wanita, 72 tahun dirawat di RS karena panas badan dan mengeluh nyeri kepala dan nyeri badan selama beberapa minggu ini. Didapatkan penurunan berat badan selama 1 bulan terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu aksiler 41°C dan nyeri tekan di daerah temporalis kiri. Pemeriksaan darah didapatkan Hb 11,6 g/dL, leukosit 11.500/ 𝑚𝑚3 , trombosit 367.000/ 𝑚𝑚3 , LED 85 mm/jam. Hasil biopsi menunjukkan ada inflamasi granulomatosa, Diagnosis yang paling tepat pada penderita ini, adalah

A. Penyakit Kawasaki B. Giant Cell Arteritis

C. Vaskulitis Krioglobulinemia D. Arteritis Takayasu

Referensi

Dokumen terkait

Firdha : saya merasa bahwa saya itu anak yang tak bisa berteman dengan sesama, saya selalu diam dan jarang sekali saya beradaptasi dengan teman saya, sampai saat ini

  Australia  mendukung  kemajuan  penelitian  ITU‐R  mengenai  masalah  teknis  dan  regulasi  mengenai  fixed  service    pada  pita  diantara  71  GHz  dan 

Penyakit sistemik (peny. Kolagen, keganasan, vesico-bulosa).. Laki-laki, 42 tahun, turis asing dari Italia yang melancong ke Palembang datang ke poliklinik penyakit

Banyak pengusaha telah membangun usaha yang sukses dengan kreatif menggunakan publisitas dan Public Relation sebagai strategi utama

Misalnya, dalam ilmu ekonomi kita harus selalu berpegang pada postulat atau asumsi dasar bahwa “setiap pelaku ekonomi adalah rasional, sehingga akan selalu berupaya

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada seluruh pasien rawat inap di KSH yang menjadi responden diperoleh hasil bahwa variabel kepuasan konsumen terbukti secara

Emotion focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respons emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu ekstraksi terbaik dan perbandingan jumlah serbuk simplisia daun sirsak (Annona muricata L) yang