• Tidak ada hasil yang ditemukan

AN ANALYSIS OF GRICE S COOPERATIVE PRINCIPLE IN SUNDANESE S COMIC SI MAMIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AN ANALYSIS OF GRICE S COOPERATIVE PRINCIPLE IN SUNDANESE S COMIC SI MAMIH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Open Access: http://ejournal.lldikti10.id/index.php/kata

AN ANALYSIS OF GRICE’S COOPERATIVE PRINCIPLE IN

SUNDANESE’S COMIC “SI MAMIH”

ANALISIS KEPATUHAN TERHADAP PRINSIP KERJA SAMA GRICE

DALAM KOMIK SUNDA SI MAMIH

Hera Meganova Lyra1, Gugun Gunardi2, Teddi Muhtadin3

Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

1

email: hera.meganova.lyra@unpad.ac.id,2 email: gugun.gunardi@unpad.ac.id 3email: teddi.muhtadin@unpad.ac.id

Article history: Abstract

Received 31 Oktober 2019

Si Mamih is a Sundanese comic character created by the cartoonist Edyana Latief. This obese female cartoon character, identical with black spotted shirt and crested hair, may deliver a comical communication that brings smiles and laughs as the Sundanese people character’s assertion that are fond of humor. Evidently, in delivering her humor, Si Mamih does not always disobey the cooperative principle. There is obedience toward Grice’s theory performed by Si Mamih. This obedience can be observed in maxims of quality, quantity, relevance and manner. The obedience of Si Mamih toward the cooperative principle is intentionally performed by its cartoonist creator as a uniqueness of delivering creativity and imagination which bring smiles and laughs.

Abstrak

Si Mamih adalah tokoh komik Sunda yang diciptakan oleh kartunis Edyana Latief. Tokoh kartun wanita yang berperawakan gendut, identik dengan baju totol-totol hitam dan rambut jambul mampu menyuguhkan komunikasi yang mengundang senyum dan tawa sebagai penegas karakter orang Sunda yang memang suka terhadap humor. Dalam menyuguhkan humornya ternyata Si Mamih tidak selalu melanggar prinsip kerja sama. Ada kepatuhan yang dilakukan Si Mamih terhadap teori Grice. Kepatuhan itu muncul pada maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan pelaksanaan. Kepatuhan Si Mamih terhadap prinsip kerja sama disengaja dilakukan oleh kartunis penciptanya sebagai bentuk keunikan penyaluran kreativitas dan imajinatif yang mengundang senyum dan tawa.

Received in revised form 12 Februari 2020 Accepted 08 April 2020 Available online Mei 2020 Keywords:

Sundanese Comic; Pragmatics; Cooperative Principle; Maxim.

Kata Kunci:

Komik Sunda; Pragmatik; Prinsip Kerja Sama; Maksim.

DOI

10.22216/kata.v4i1.4702

PENDAHULUAN

Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang dalam perkembangannya masih dianggap cukup baik jika dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya khususnya di bagian Indonesia timur. Hal itu disebabkan bahasa Sunda cenderung masih produktif digunakan baik secara lisan ataupun tulisan. Secara lisan, bahasa Sunda masih dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan keluarga pedesaan. Secara tulisan, bahasa Sunda masih digunakan dalam kesusastraan, seperti misalnya dalam sajak, cerita anak, novel, majalah, buku pelajaran, bahkan dalam komik.

Majalah berbahasa Sunda yang masih eksis sampai sekarang adalah majalah Mangle. Majalah ini terbit seminggu sekali. Majalah Mangle pertama kali terbit pada tanngal 21 November 1957 di Bogor dengan sampul muka Ika Rostika, juru kawih binaan Mang Koko. Majalah Mangle sampai saat ini sudah berusia 62 tahun dengan nomor terbitan 2753. Kesustraan berbahasa Sunda yang diwujudkan dalam bentuk sajak, cerita anak, dan novel mendapat apresiasi berupa penghargaan Rancage. Pada tahun ini yang mendapatkan hadiah

(2)

Rancage adalah penulis kumpulan sajak berbahasa Sunda Serah dan penulis karya sastra anak Pohaci Nawang Wulan.

Selain disajikan dalam bentuk sajak, cerita anak, dan majalah, bahasa Sunda pun disajikan dalam bentuk komik, contohnya saja komik Si Mamih. Komik Si Mamih merupakan komik berbahasa Sunda yang dibuat oleh kartunis Edyana Latif Karung yang menampilkan tokoh utama wanita dengan perawakan gendut, identik dengan baju totol-totol hitam dan rambut jambulnya. Si Mamih merupakan tokoh utama sekaligus tokoh sentral dalam komik tersebut. Komik berbahasa Sunda ini mampu menyuguhkan pesan yang mengundang senyum dan tawa bagi pembacanya. Saat ini komik Si Mamih sudah dibukukan menjadi dua jilid buku Si Mamih 1 (Latief, 2004) dan Si Mamih 2 (Latief, 2006).

Berbicara mengenai komik, berarti kita berbicara tentang salah satu media komunikasi visual dengan kemasan unik dan menarik. Komik merupakan susunan cerita bergambar yang pada umumnya lucu dan mudah dicerna. Lewat ekspresi wajah dalam ilustrasi dan reaksi verbal yang terungkap dalam balon teks, pembaca dibawa ke dalam situasi yang menghadirkan imaji-imaji bebas dengan impresi dan apresiasi masing-masing. Kolaborasi gambar dan teks melahirkan sebuah pesan yang adaftif. Gambar membuat cerita mudah diserap. Teks menjadikan pesan mudah dimengerti. Itulah yang menjadi keunggulan komik yang memiliki kekuatan menyampaikan informasi yang mendidik dan mudah dimengeti (Aris Hasyim, 2011). Sejalan dengan Hasyim, (Afrinda, n.d.) menyatakan komik merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan dan menyampaikan pesan ataupun kritikan. Komik dapat menjadi sarana kebahasaan untuk menciptakan humor secara nonverbal

Komik menurut Eisner (Indira Maharsi, 2011) didefinisikan sebagai susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisir sesuatu. Dalam perjalanan sejarah komik Indonesia, dulu penyebutan komik dikenal dengan istilah cergam (cerita bergambar). Komik Indonesia dimulai pada era 30-an berupa komik strip, yaitu komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya muncul di surat kaar atau majalah.

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas prinsip kerja sama Grice. Dalam tulisan itu dideskripsikan bagaimana prinsip kerja sama Grice dilanggar untuk mengejar asfek kelucuan. Berbeda dengan tatarucingan, dalam komik Si Mamih penyaluran kreativitas dan imajinatif dapat dituangkan dengan tanpa melanggar prinsip kerja sama Grice.

Tulisan sebelumnya mengambil objek kajian tatarucingan (teka-teki Sunda). Dalam

tatarucingan, pelanggaran terhadap teori Grice sengaja dilakukan oleh pembuat tatarucingan

untuk menciptakan kelucuan. Penggunaan bahasa dalam tatarucingan memang agak berbeda dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi pada umumnya. Seorang pembuat

tatarucingan menyusun wacana tatarucingannya sedemikian rupa sehingga menggandung

unsur ambigu. Unsur ini sengaja dibuat dengan maksud mengaburkan informasi. Semakin ambigu sebuah tatarucingan biasanya akan semakin mampu menimbulkan keingintahuan sekaligus menarik perhatian untuk ditebak. Tidak mengherankan jika pertanyaan

tatarucingan tidak nyambung dengan jawabannya, dengan kata lain melanggar maksim

kerja sama (Hera Meganova Lyra, 2010).

Naon basa Arabna nanjak?

‘Apa bahasa Arabnya menanjak?’ Jawaban:

Lammaa ta’ mudun

‘lama tidak menurun’

Dalam tatarucingan di atas, permainan bunyi dalam hal pelafalan menjadi unsur pelanggar terhadap prinsip kerja sama Grice. Jika berpatokan pada teori Grice seharusnya jawaban dari pertanyaan itu adalah yarfau, akan tetapi karena ini tatarucingan, bunyi khas

(3)

(logat) dan sistem harkat dalam bahasa Arab dimanfaatkan menjadi unsur pelanggarnya. Jawaban lammaa ta’ mudun ‘lama tidak menurun’ menjadi sah-sah saja malah berkesan mengg

Berbeda dengan tatarucingan, kartunis Edyana Latief Kurung dalam menyuguhkan kejenakaannya cenderung tidak melanggar prinsip kerja sama. Ada kepatuhan yang dilakukan

Si Mamih terhadap prinsip kerja sama Grice. Kepatuhan Si Mamih itu disengaja dilakukan

sebagai bentuk penyaluran kreativitas dan imajinatif untuk mendapatkan keunikan yang mengundang senyum dan tawa.

KOMUNIKASI DAN PRINSIP KERJA SAMA GRICE

Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari gerakan tubuh, mimik muka, atau dengan menggunakan alat. Alat komunikasi yang utama bagi manusia adalah bahasa.

Dalam komunikasi ada beberapa unsur yang berperan, yaitu penutur, mitra tutur, pesan, saluran komunikasi, kode, dan acuan. Penutur adalah orang yang menyampaikan pesan; dapat terdiri dari individu maupun kelompok. Mitra tutur adalah orang yang menerima pesan; dapat terdiri dari individu atau kelompok. Pesan adalah objek komunikasi; serangkaian informasi yang disampaikan. Saluran komunikasi adalah sarana berkomunikasi; kadang-kadang dilakukan secara langsung atau kadang-kadang menggunakan media. Kode adalah keseluruhan tanda da aturan; kode harus berdasarkan konvensi agar dapat dipahami oleh penerima. Terakhir adalah acuan, sesuatu yang diacu oleh pesan yang disampaikan pengirim.

Komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Seringkali pesan tidak diterima seluruhnya, hanya sebagian saja yang sampai pada mitra tutur. Tidak jarang pula pesan yang sama sekali tidak sampai pada mitra tutur, dalam hal ini dapat dikatakan tidak terjadi komukasi atau kegagalan komunikasi (Zaimar, Okke Kusa Sumantri, 2011).

Dalam kegiatan komunikasi, agar pesan yang dinyatakan dapat sampai dengan baik pada peserta tutur, maka komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan sejumlah prinsip, yaitu (1) prinsip kejelasan (clarity), (2) prinsip kepadatan (conciseness), dan (3) prinsip kelangsungan (directness). Pada intinya, pesan yang disampaikan itu harus jelas, harus padat, dan harus berciri langsung, agar dapat dipahami secara baik oleh mitra tutur atau pembaca.

Prinsip-prinsip di atas secara lengkap kemudian dituangkan ke dalam prinsip kerja

sama Grice (Rahardi; 2009). Prinsip kerja sama meliputi empat maksim, yaitu: (1) maksim

kuantitas (maxim of quantity), (2) maksim kualitas (maxim of quality), (3) maxim relevansi (maxim of relevance), dan (4) maxim pelaksanaan (maxim of manner).

Berikut ini, setiap maksim dalam prinsip kerjasana itu dijelaskan satu demi satu agar memudahkan untu memahami dengan baik terhadap prinsip kerja sama.

(a) Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap penutur memberikan informasi yang benar-benar cukup, benar-benar memadai, dan berciri seinformatif dan sejelas mungkin. Informasi tidak boleh melebihi informasi yang dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan oleh mitra tutur dapat dikatakan melanggar maksim kuntitas dalam prinsip kerja sama Grice. Dan sebaliknya, jika tuturan mengandung informasi yang berlebihan pun dikategorikan bahwa tuturan itu melanggar maksim kuantitas.

(b) Maksim Kualitas

Maksim ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya, menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan terukur. Sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik jika tuturan itu sesuai dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak mengada-ngada, tidak dibuat-buat, tidak

(4)

direkayasa, sehingga informasi yang demikian itu menjadi sangat tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketidaksesuaian itu akan menjadikan kualitas penuturan semakin rendah. (c) Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang sesuai dengan tentang sesuatu yang sedang dibicarakan. Setiap orang yang terlibat dalam pertuturan harus berkontribusi secara relevan terhadap setiap aktivitas pertuturannya. Sebagai contoh, jika dalam praktik pertuturan terdapat pihak yang menjawab pertanyaan secara tidak relevan dengan hal yang ditanyakan maka kelucuan dan kejenakaanlah yang akan dilahirkan.

(d) Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Orang bertutur yang dengan tidak cermat mempertimbangkan hal-hal yang disampaikan dapat dikatakan sebagai pelanggar terhadap pinsip kerja sama Grice.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dan kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan kajian distribusional. Penggunaan metode deskriptif dipertimbangkan atas pemusatan perhatian pada ciri-ciri dan sifat-sifat data bahasa secara alami, sehingga dihasilkan pemerian data yang sahih untuk dapat dianalisis (lihat Djajasudarma, 2010). Menurut Sudaryanto, (1992) metode deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang sifatnya apa adanya.

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti;

2) Pengumpulan data, dengan cara menggunakan catatan dan pengkartuan (data tertulis). Dilakukan melalui tahap:

a) Membaca wacana tuturan yang terdapat dalam wacana humor komik si Mamih 1 dan 2.

b) Menandai data tuturan yang menunjukkan adanya kepatuhan pada prinsip kerja sama Grice

c) mentransliterasi data ke dalam kartu data; 3) Pengklasifikasian data;

4) Penganalisisan data dengan teori yang ada;

5) Penyimpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah yang diteliti.

Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian distribusional, yaitu suatu kajian yang unsur-unsur penentunya terdapat dalam bahasa itu sendiri (lihat (Djasudarma, 2010). Teknik kajian yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu membagi satuan bahasa yang dikaji secara langsung dengan memerikan istilah-istilah pragmamatik sesuai penentu unsur bahasa tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEPATUHAN TERHADAP PRINCIP KERJA SAMA GRICE DALAM KOMIK SUNDA SI MAMIH

Dalam tuturan wacana humor terkadang kita jumpai banyak pelanggaran yang terjadi terrhadap prinsip kerja sama Grice. Pelanggaran itu sengaja diciptakan untuk melahirkan kelucuan atau kejenakaan. Komik Si Mamih merupakan komik berbahasa Sunda yang

(5)

menghadirkan senyum dan tawa. Tetapi, jika diamati ternyata tuturan dalam wacana humor Si

Mamih itu cenderung mematuhi prinsip kerja sama. Dalam artinya, walaupun berhumor Si Mamih masih tetap patuh pada Grice. Teori kerja sama tetap dia laksanakan dan senyum

atau tawa pun tetap dia hadirkan Berikut akan disajikan wacana Si Mamih yang mematuhi prinsip kerja sama. Data diambil dari komik Si Mamih 1 dan 2.

(1) Si Mamih yang Patuh terhadap Maksim Kualitas

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya, sesuai dengan fakta dan kenyataan. Si Mamih melakukan hal itu. Ia menyampaikan sebuah kebenaran yang sesuai dengan kenyataan, bahwa barang yang ia berikan kepada suaminya sebagai wadah untuk soto adalah barang yang baru saja dibelinya dari toko. Si Mamih berpendapat bahwa barang itu masih baru jadi mengapa harus jijik. Kepolosan Si Mamih ini yang menimbulkan kelucuan karena ia tidak mempermasalahkan pispot itu apa. Dia lebih fokus pada kondisi barang itu masih baru dan layak untuk digunakan.

Dalam wacana 2 pun Si Mamih mematuhi maksim kualitas. Si Mamih menyatakan kebenarana dari tindakannya, bahwa ia tiduran (terlentang) di atas rel kereta api yang sudah tidak dipakai itu adalah hal yang ia sengaja karena dia tidak ingin terlindas kereta api. Di sini mitra tuturnya terlalu jauh dalam mempersepsi tingkah Si Mamih. Dia tidak menyadari bahwa Si Mamih itu mempunyai tingkah yang iseng, yang ingin tiduran di atas rel kereta api.

(6)

(2) Si Mamih yang Patuh kepada Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tuturan memberikan informasi yang cukup dan seinformatif mungkin. Informasi tidak boleh melebihi informasi yang dibutuhkan si mitra tuturan.

Peserta percakapan (si anak) dalam wacana 3 di atas memberikan kontribusi yang secukupnya dalam berkomunikasi. Dia menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya dengan singkat dan jelas. Ini menunjukkan kepatuhan si anak terhadap maksim kuantitas. Dalam wacana 3 terjadi juga kepatuhan terhadap maksim kualitas. Si anak menyampaikan informasi apa adanya, sesuai fakta yang terjadi yaitu si Mamih memang sedang makan meja seperti terlihat pada gambar. Jawaban makan meja yang singkat, jelas, dan apa adanya itulah yang menjadi inti kelucuan.

Begitu juga dengan wacana 4. Maksim kuantitas dipatuhi oleh peserta tuturan. Laki-laki (lawan komunikasi si Mamih) menjawab pertanyaan si Mamih dengan singkat. Walaupun singkat, tapi jawabannya berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Bunga

(7)

dengan tangkai, kambing dengan golok. Bukankah golok berkolokasi dengan kambing sebagai media untuk menyembelih.

(3) Si Mamih yang Patuh kepada Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta tuturan memberikan informasi secara langsung, tidak kabur, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Dalam maksim pelaksanaan kesinambungan menjadi titik tolak kerberhasilan dalam proses komunikasi.

Dalam wacana 5 terjadi kesinambungan dalam proses tuturan. Maksim pelaksanaan dipatuhi peserta komunikasi dengan memadukan bahasa verbal dan nonverbal. Perpaduan bahasa verbal dan nonverbal itu mampu memberikan informasi secara langsung, tidak kabur, tidak berlebih-lebihan, dan tetap menimbulkan kejenakaan. Ketika penjahat memerintahkan mengangkat tangan pada suami si Mamih, sesuai dengan maksim pelaksanaan maka mitra tutur wajib melakukan apa yang diperintahkan. Suami si Mamih pun melakukan itu tanpa mempedulikan bahwa dia sedang berhanduk. Alhasil ketika suami si

(8)

Mamih mengangkat tangan, handuknya melorot dan ia menjadi telanjang. Hal itu menyebabkan si penjahat menjadi kabur tidak jadi menodong suami si Mamih.

Senada dengan wacana 5, wacana 6 juga menyuguhkan informasi yang runtut dari sebuah kejadian penondongan. Peserta tuturan (si penodong dan si Mamih) menyampaikan informasi yang langsung dan tidak berlebihan. Ketika si penodong meminta uang, si Mamih langsung meresponnya dengan memberikan uangnya. Begitu juga ketika si penodong memberikan komentar bahwa pistol yang dipakainya itu palsu, si mamih meresponnya dengan tuturan bahwa uang yang ia berikan pun palsu. Dalam wacana 6 ini, tidak terjadi kekaburan informasi, semuanya disampaikan peserta percakapan dengan jelas dan saling berkesinambungan.

(4) Si Mamih yang Patuh kepada Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang sesuai dengan sesuatu yang ditanyakann.

(9)

Profesor dalam komunikasi wacana 7 memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan si Mamih, mengapa robot itu makan terus? Profesor memjawab robot ciptaannya itu menjadi makan terus (hobi makan) karena salah program. Tadinya dia akan membuat robot tukang mencatut (nyatut) tapi karena huruf T nya tidak terprogram maka yang jadi adalah robot tukang nyatu (makan)

SIMPULAN

Dalam komunikasi humor pelanggaran terhadap prinsip kerja sama merupakan suatu hal yang disengaja, tetapi itu tidak terjadi pada komik Sunda si Mamih. Dalam humor komik

si Mamih kepatuhan terhadap prinsip kerja sama Grice dengan sengaja dilakukan oleh

kartunis si Mamih. Kepatuhannya meliputi kepatuhan pada maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan kerja sama. Kepatuhan tersebut merupakan manisfestasi bentuk penyaluran kreativitas dan imajinatif kartunis untuk mendapatkan keunikan yang mengundang senyum dan tawa.

DAFTAR PUSTAKA

Afrinda, P. D. (n.d.). Komik Dari Twit-Nya Raditya Dika. 304–316.

Aris Hasyim. (2011, April). Mendidik lewat Komike. Harian Media Indonesia.

Djajasudarma, F. (2010). Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Refika Aditama.

Hera Meganova Lyra. (2010). Pelanggaran terhadap Maksim Kerja sama dalam

Tatarucingan ‘Teka-teki Sunda.’ Universitas Padjadjaran.

Indira Maharsi. (2011). Komik: Dunia Kreatif tanpa Batas. Kata Buku. Latief, E. (2004). Si Mamih 1. Kiblat Buku Utama.

Latief, E. (2006). Si Mamih 2. Kiblat Buku Utama.

Sudaryanto. (1992). Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Gadjah mada University Press.

Zaimar, Okke Kusa Sumantri, A. B. (2011). Telaah Wacana Teori dan Penerapannya. Komodo Books.

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan Pasal 3 huruf (a) dan (b) tersebut diatas, menerangkan bahwa sesuai dengan kelaziman yang berlaku secara Internasional, bahwa badan perwakilan negara

ditingkatkan ini sejalan dengan persepsi peserta didik yaitu : tidakmenentukan tujuan pembelajaran yang lengkap, tidakmenentukan sumber/media/alat peraga untuk proses

a) Orang-orang yang mendirikan dan yang nantinya menjadi anggota Koperasi harus mempunyai kegiatan dan atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal itu mengandung arti

Sahabat MQ/ Kerajan Arab Saudi/ mengharamkan peringatan Hari Valentin yang jatuh pada 14 Februari// Sejumlah polisi syariah/ Kamis kemarin membubarkan toko-toko

Isomer β tidak membentuk gulungan seperti isomer α, tetapi selaras dalam berbasis pararel oleh ikatan hidrogen diantara kelompok hidroksil pada rantai yang berdekatan.Hal

Free Conversion of Alkali Cellulose to Fine Carboxymethyl Cellulose at Mild Conditions.World apllied science journal (6).. (2013).,Preparation and Characterization

Penelitian ini akan melihat bagaimana pembentukan dan orientasi dari konsep diri perempuan Jawa yang hidup dalam budaya patriarki dan stereotipe- stereotipe

[r]