• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya. cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya. cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah disahkan awal tahun 2014 memberikan jaminan otonomi kepada pemerintah desa lebih besar dari yang sebelumnya. Salah satu hal yang menonjol dalam undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya rata-rata 100-200 juta per desa akan mengalami peningkatan sebesar 800-1 Milyar per desa per tahunnya. Hal ini tentu saja menjadikan pemerintah desa harus memiliki kesiapan dalam pengelolaan anggaran dengan jumlah yang cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang.

Jauh sebelum Undang-Undang Desa disahkan, pemerintah Kota Banjar telah memberikan alokasi dana desa yang lebih besar daripada pemerintah kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat. Hal ini telah dimulai sejak Tahun 2007 yang lalu dimana Pemerintah Kota Banjar memulai program bantuan keuangan desa yakni operasional satu desa satu milyar. Menurut Kristianto, Kasi pemerintahan desa pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan politik Kota Banjar menyebutkan:

(2)

2 “Alokasi Bantuan Operasional untuk desa sebesar satu desa satu milyar sudah dimulai sejak tahun 2007 di Kota Banjar, waktu itu bentuknya masih bantuan keuangan desa, lalu diganti mekanismenya dengan alokasi dana desa ditambah bantuan desa tapi totalnya untuk APBDes tidak boleh kurang dari satu milyar satu desa, mulai 2013 Alokasi Dana Desa nya sendiri jumlahnya sudah mulai berjumlah 1 Milyar secara bertahap dan di 2014 besar alokasi dana desa di semua desa sudah lebih dari 1 Milyar per desa, kalau dijumlah dengan bantuan keuangan desa, dan dana yang lain lain ya operasional desa yang masuk ke APBDes mencapai sekitar 1,7 M per desanya” (Kasi Pemerintahan Desa Kantor PMPDKPol, 5 Agustus 2014)

Hal tersebut merupakan hal yang relatif baru yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah khususnya Provinsi Jawa Barat. Walikota Banjar Periode (2004-2009, 2009-2013) menyampaikan bahwa desa adalah tempat masyarakat berada oleh karena itu desa harus mendapat perhatian khusus karena desa adalah dasar pembangunan masyarakat di kota Banjar (Dokumen Bag Humas, Setda Kota Banjar tanggal 23 Juni 2010). Program tersebutlah yang membedakan Kota Banjar dari daerah lain di wilayah Provinsi Jawa Barat. Perbandingan transfer bantuan untuk pemerintah desa di wilayah Jawa Barat pada Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

(3)

3 Tabel 1.1 Besaran Transfer Pemerintah Desa di Wilayah Jawa Barat

(Dalam jutaan)

NO Kabupaten/Kota Rata-rata Besaran per

desa 1 Kab. Bandung 518, 787 2 Kab. Bekasi 210,278 3 Kab. Bogor 672,949 4 Kab. Ciamis 345,270 5 Kab. Cianjur 189,288 6 Kab. Cirebon 194,029 7 Kab. Garut 167,913 8 Kab. Indramayu 227,689 9 Kab. Karawang 311,649 10 Kab. Kuningan 121,019 11 Kab. Majalengka 158,546 12 Kab. Purwakarta 33,854 13 Kab. Subang 314,929 14 Kab. Sukabumi 250,807 15 Kab. Sumedang 179,207 16 Kab. Tasikmalaya 257,237

17 Kab. Bandung Barat 759,261

18 Kab. Pangandaran 396,658

19 Kota Banjar 1.256, 117

(4)

4 Dari data di atas dapat dilihat bahwa besaran alokasi anggaran pemerintah yang diberikan kepada pemerintah desa di Kota Banjar jauh lebih besar dari yang diterima oleh wilayah lain di Jawa Barat. Alokasi Dana Desa di Kota Banjar sendiri mengalami perkembangan setiap tahunnya bergantung pada APBD Kota Banjar. Perkembangan alokasi dana desa yang ada di Kota Banjar mulai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1.2

Selain itu desa adalah salah satu strong point dalam percepatan pembangunan untuk berbagai tujuan pembangunan maupun penganggulangan kemiskinan. Untuk itu desa perlu menjadi mandiri agar dapat memenuhi tujuan pembangunan, dan pengembangan anggaran desa merupakan salah satu program untuk menjadikan desa dapat membangun secara mandiri. Pembangunan Desa adalah dasar bagi pembangunan kota secara umum, setidaknya hal tersebut yang diyakini oleh pemerintah Kota Banjar sehingga salah satu visi yang ada pada pemerintah Kota banjar adalah

“Desa yang kuat merupakan dasar Kota yang kuat”. „

Hal ini menyebabkan pemerintah mengalokasikan transfer dana yang cukup besar untuk alokasi dana desa. Kristianto, Kasi pemerintahan desa pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan politik Kota Banjar menyebutkan:

(5)

5 “ADD Kota Banjar sebelum adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 besarnya 10 % dari APBD setelah dikurangan DAK dan Belanja pegawai, Tahun ini masih menggunakan rumus seperti tahun sebelumnya yakni dana perimbangan dengan dikurangi belanja pegawai yang nilainya 30% besarnya dana transfer ke pemerintah desa mencapai 18 Milyar sementara jumlah desa di Kota hanya 16 jadi masing-masing desa rata-rata mendapat 1,12 Milyar tergantung kriteria desa, Jika Tahun depan berarti besarnya akan lebih dari jumlah tersebut karena besaran transfernya tidak lagi di kurangi oleh belanja pegawai melainkan langsung 10 % dana perimbangan, asumsinya dana perimbangan tahun ini sekitar 320 Milyar berarti besaran transfer untuk desa bisa mencapai 32 Milyar dibagi 16 desa berarti tiap desa ADD bisa naik sampai 2 M” (Kantor PMPDKPol, 5 Agustus 2014)

Sehingga dapat dipastikan bahwa alokasi dana desa pada 2015 akan mengalami peningkatan signifikan sampai lebih dari 2 Milyar, sehingga perlu dilakukan persiapan yang matang untuk pengelolaan alokasi dana desa.

Namun demikian banyak hal juga yang telah dicapai selama program tersebut berjalan. Dilihat dari infrastruktur desa, sudah lebih baik daripada sebelum desa nmenjadi pusat kebijakan pembangunan pemerintah Kota Banjar diantaranya jalan desa yang menjadi lebih bagus, malah susah untuk mencari jalan desa yang berlubang dikota ini, juga pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat desa (polindes) yang meningkat dari tahun ke tahun (Sumber: Bappeda Kota Banjar, data diolah)

(6)

6 Tabel 1.2 Alokasi Dana Desa Pemerintah Kota Banjar Tahun 2010-2014

NO KECAMATAN DESA BESARAN ALOKASI DANA DESA

2010 2011 2012 2013 2014

1 BANJAR BALOKANG 932,582,270 577,759,920 720,604,052 1,013,570,943 1,318,740,822

CIBEUREUM 777,536,691 426,011,662 497,338,282 690,635,509 1,015,646,290

NEGLASARI 855,298,703 503,225,174 641,217,706 909,906,729 1,085,851,939

SITUBATU 872,511,359 477,934,369 630,187,591 Menjadi Kelurahan Menjadi Kelurahan

JAJAWAR 784,671,446 444,086,258 543,483,053 694,673,594 1,055,104,204 2 PURWAHARJA RAHARJA 786,289,919 452,787,080 548,362,124 794,602,163 1,050,955,944 MEKARHARJA 789,961,086 472,707,281 550,166,298 764,337,516 1,119,048,858 3 PATARUMAN MULYASARI 901,193,814 519,474,745 689,259,205 852,347,194 1,140,369,984 BATULAWANG 852,058,804 563,778,656 646,339,291 871,266,675 1,090,082,496 KARYAMUKTI 948,106,421 530,800,756 655,015,409 881,553,120 1,119,764,577 BINANGUN 893,532,985 572,477,914 616,562,357 854,103,283 1,120,650,242 SUKAMUKTI 851,982,204 490,842,283 588,046,360 791,250,088 1,083,994,721 SINARTANJUNG 819,525,642 486,138,341 620,117,516 823,065,073 1,117,653,800 4 LANGENSARI LANGENSARI 927,712,412 574,425,938 680,409,291 880,409,981 1,211,865,955 REJASARI 962,741,944 625,979,851 730,645,500 1,036,064,837 1,206,902,107 WARINGINSARI 920,364,117 610,456,717 678,194,791 941,943,755 1,284,139,172 KUJANGSARI 923,930,183 648,652,973 738,204,398 1,012,296,245 1,278,600,477 JUMLAH 14,800,000,000 8,977,639,920 10,774,153,225 13,812,026,704 18,099,371,588 Sumber : Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjar (Data diolah)

(7)

7 Dengan demikian pemerintah desa di Kota Banjar telah mengelola ADD yang nilainya sangat signifikan 4 tahun lebih dahulu dibanding daerah lain, seharusnya pemerintah desa di Kota Banjar memiliki persiapan yang lebih baik dalam pengelolaan besaran ADD yang akan meningkat pada Tahun 2015. Namun apakah peningkatan anggaran tersebut memberikan perubahan yang besar terhadap pembangunan desa yang ada di Kota Banjar. Hal ini dikarenakan ada beberapa permasalahan yang timbul dari pengelolaan Alokasi Dana Desa yang berjumlah besar tersebut. Beberapa penyelewengan terkait ADD yang muncul ke permukaan antara lain penyelewengan ADD pada Desa Situbatu Tahun 2009 terkait alokasi dana pembangunan yang dialokasikan kepada pembelian aset kendaraan bermotor untuk Kepala Desa dan Perangkat Desa kemudian penyelewengan ADD pada Desa Batulawang Tahun 2010 yang sedang dalam proses penyelidikan pihak kejaksaan dan beberapa masalah yang muncul mengenai pengelolaan dana pembangunan dari ADD pada Desa Rejasari, Kujangsari, Neglasari yang baru mulai diproses pihak kepolisian (Sumber : Kantor PMDKPol, 5 Agustus 2014)

Namun demikian banyak hal juga yang telah dicapai selama program tersebut berjalan. Dilihat dari infrastruktur desa, sudah lebih baik daripada sebelum desa nmenjadi pusat kebijakan pembangunan pemerintah Kota Banjar diantaranya jalan desa yang menjadi lebih bagus, malah susah untuk mencari jalan desa yang berlubang dikota ini, juga pembangunan fasilitas kesehatan masyarakat desa (polindes) yang meningkat dari tahun ke tahun (Sumber: Bappeda Kota Banjar, data diolah)

(8)

8 Oleh karena itu kami ingin mengetahui selama pelaksanaan program Alokasi Dana Desa bagaimana tingkatan ketercapaian program ADD dimaksud terhadap tujuan ADD yang dirumuskan dalam Peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2010 tersebut. Hal ini dilakukan karena pemerintah desa telah diberikan tanggung jawab untuk membangun desa dengan otonomi desa, sehingga perlu dilihat apakah alokasi dan desa yang selama ini dilaksanakan telah efektif mencapai tujuan pembangunan desa atau belum.

Selain itu evaluasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi yakni pemerintah desa dan secara luas nantinya dapat berpengaruh pada pemerintah daerah yang bersangkutan. Jika kebijakan alokasi dana desa efektif dalam menggerakan pembangunan di desa, maka secara makro pembangunan daerah juga akan meningkat. Dari hal-hal di atas kami ingin mengetahui bagaimana efektifitas alokasi dana desa yang telah dilaksanakan pada pemerintah Kota Banjar.

1.2. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang sebagaimana disebutkan diatas, maka rumusan masalah yang kami ajukan adalah:

“Bagaimana efektivitas pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang telah dilaksanakan di Kota Banjar?”

(9)

9

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pokok dari penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan alokasi dana desa yang mencakup gambaran umum pelaksanaan kegiatan, ketercapaian tujuan kegiatan kegiatan yang didanai oleh ADD serta dampaknya terhadap masyarakat.

1.4. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademis

Sebagai masukan dalam kajian administrasi publik yakni kajian mengenai evaluasi pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang telah dilaksanakan di Kota Banjar.

b. Manfaat Praktis

Dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan alokasi dana desa yang telah dilakukan di Kota Banjar, dapat diperoleh gambaran mengenai program tersebut seberapa efektif digunakan dalam pembangunan desa.

Referensi

Dokumen terkait

Sekitar 74% warga Jakarta puas atau sangat puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur, meningkat dari 69% pada temuan sebelumnya.  Kebijakan-kebijakan pemerintah

Se- mua imitasi tersebut khayalan dan pengamatan siswa tersebut dalam berimajinasi menirukan sebuah bentuk yang dirangkai menggunakan hitungan 1x8 selama 3 menit

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul bimbingan belajar yang layak dan efektif sebagai pengembangan media layanan bimbingan belajar untuk

Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik mahasiswa dengan persepsi caring pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di FK UNUD... viii

Pada minggu ke-10 didapatkan hasil untuk semua parameter pertumbuhan, hasil untuk perlakuan variasi dosis biofertilizer dengan nilai rerata tertinggi untuk

 Pemberian kortikosteroid sistemik dengan obat sitotoksik dan plasmaferesis mungkin dapat bermanfaat pada penderita hemoptisis masif akibat perdarahan alveolar

Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk penghayatan terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk praktik pencegahan : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep,