1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, banyak mengalami perkembangan yang
pesat di segala bidang. Salah satunya adalah perkembangan di bidang perdagangan. Segala
macam bentuk perdagangan terjadi di Surabaya, termasuk juga perdagangan hasil bumi seperti
buah-buahan dan sayuran.
Dengan berkembangnya perdagangan di kota Surabaya maka secara otomatis banyak
dijumpai bangunan berupa pasar, baik itu pasar besar maupun pasar kecil. Kondisi pasar di
Surabaya saat ini pada umumnya masih bisa dibilang kurang layak baik ditinjau dari segi fisik,
kebersihan maupun penataannya. Hal tersebut kebanyakan terjadi pada pasar yang menjual
buah-buahan dan sayur. Selain mayoritas kondisinya yang kurang layak, pasar buah-buah-buahan dan sayur
yang ada di Surabaya lokasinya juga masih terpisah-pisah.
Pemerintah kota Surabaya kemudian merencanakan pembangunan Pasar Induk baru yang
berada di wilayah Tambak Osowilangun. Lokasi tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan,
antara lain :
- Lahan yang tersedia cukup luas yaitu sekitar 6 hektar;
- Lokasinya dekat dengan Terminal Bus Antar Kota Tambak Osowilangun;
- Akses jalannya bagus;
- Tidak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak;
- Dekat dengan akses tol.
(Sumber : http://www.surabayapost.co.id)
Dengan dibangunnya Pasar Induk di wilayah Tambak Osowilangun ini diharapkan pasar
buah-buahan dan sayur yang ada di kota Surabaya dapat tersentralisasi.
Namun di lain pihak pembangunan Pasar Induk Osowilangun ini diperkirakan akan
berdampak terhadap lalu lintas di beberapa ruas jalan dan persimpangan di sekitar kawasan Pasar
Induk Osowilangun. Perubahan dan intensitas aktivitas penggunaan lahan tentu akan membawa
perubahan peningkatan volume lalu lintas. Perubahan penggunaan lahan ini apabila tidak
dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan ketidak seimbangan. Ketidakseimbangan dapat
terjadi antara jumlah lalu lintas yang dibangkitkan (generated traffic) dengan kapasitas jalan di
sekitarnya atau kapasitas sistem lalu lintas jalan pada umumnya. Selain itu, akan ada dampak
langsung akibat keluar masuknya kendaraan pada kawasan Pasar Induk Osowilangun. Jika hal
ini terjadi tentunya akan menimbulkan berbagai masalah lalu lintas. Berdasarkan kondisi tersebut
maka perlu untuk dilakukan suatu Kajian Manajemen Lalu-Lintas sebagai upaya pengendalian
dampak lalu lintas.
1.2.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja persimpangan di sekitar lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun
(PIOS) dioperasikan?
2. Berapa besar tarikan yang terjadi akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS)?
3. Bagaimana kinerja persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk
Osowilangun (PIOS) beroperasi?
4. Bagaimana manajemen lalu lintas pada persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal
Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi apabila DS > 0,75?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kinerja persimpangan disekitar lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun
(PIOS) dioperasikan.
2. Mengetahui besarnya tarikan lalu lintas yang terjadi akibat beroperasinya Pasar Induk
Osowilangun (PIOS).
2
Pasar Induk Osowilangun (PIOS)
Simpang Margomulyo Simpang
Romokalisari
3. Mengetahui kinerja persimpangan disekitar lokasi studi pada saat awal Pasar Induk
Osowilangun (PIOS) beroperasi.
4. Mengetahui manajemen lalu lintas pada persimpangan di sekitar lokasi studi pada saat awal
Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi apabila DS > 0,75.
1.4.
Batasan Masalah
Dalam penulisan Tugas Akhir ini waktu dan biaya yang disediakan cukup terbatas, sehingga
perlu dijelaskan mengenai batasan masalah yang akan digunakan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini agar pembahasan materi lebih terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Batasan
masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Perhitungan Lalu Lintas hanya dilakukan di lokasi studi.
2. Metode perhitungan yang dipakai, mengacu pada MKJI 1997.
3. Data lalu lintas yang digunakan adalah data primer.
1.5.
Lokasi Studi
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, lokasi studi yang ditinjau adalah daerah Tambak
Osowilangun dan sekitarnya. Lokasi studi dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1. Lokasi Studi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Simpang Tak Bersinyal
Metoda dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar empiris.
Alasannya adalah bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak bersinyal dalam hal aturan
memberi jalan, disiplin lajur dan aturan antri sangat sulit digambarkan dalam suatu model
perilaku seperti model berhenti/beri jalan yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku
pengemudi berbeda sama sekali dengan yang ditemukan di kebanyakan negara Barat, yang
menjadikan penggunaan Metoda manual kapasitas dari negara Barat menjadi tidak mungkin.
Hasil yang paling menentukan dari perilaku lalu-lintas adalah bahwa rata-rata hampir dua pertiga
dari seluruh kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi simpang dengan perilaku "tidak
menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa lewat adalah sangat rendah
yaitu sekitar 2 detik.
Ukuran-ukuran kinerja berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan
dengan geometri, lingkungan dan lalu-lintas dengan metoda yang diuraikan dalam bab ini
- Kapasitas
- Derajat kejenuhan
- Tundaan
- Peluang antrian
Karena metoda yang diuraikan dalam manual ini berdasarkan empiris, hasilnya sebaiknya selalu
diperiksa dengan penilaian teknik lalu-lintas yang baik. Hal ini sangat penting khususnya apabila
metoda digunakan di luar batas nilai variasi dari variabel dalam data empiris. Batas nilai ini
ditunjukkan pada Tabel 2.1. Penggunaan data tersebut akan menyebabkan kesalahan perkiraan
kapasitas yang biasanya kurang dari ± 20%.
Tabel 2.1.
Batas nilai variasi dalam data empiris untuk variabel-variabel masukan (berdasarkan
dalam kendaraan)
Variabel
4 lengan 3 lengan
Min Rata
-rata Maks Min
Rata
-rata Maks
Lebar Masuk 3.5 5.4 9.1 3.5 4.9 7
Rasio belok-kiri 0.1 0.17 0.29 0.06 0.26 0.5
Rasio belok-kanan 0 0.13 0.26 0.09 0.29 0.51
Rasio arus jalan simpang 0.27 0.38 0.5 0.15 0.29 0.41
%-kend ringan 29 56 75 34 56 78
%- kend berat 1 3 7 1 5 10
%-sepeda motor 19 33 67 15 32 54
Rasio Kend.tak bermotor 0.01 0.08 0.22 0.01 0.07 0.25
Sumber : MKJI 1997
Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (C
o)
yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Bentuk model kapasitas ditunjukkan pada persamaan berikut
C = C
o× F
W× F
M× F
CS× F
RSU× F
LT× F
RT× F
MIVariabel masukan untuk perkiraan kapasitas (smp/jam) dengan menggunakan model tersebut
ditunjukkan pada Tabel 2.2.
4
Tabel 2.2.
Ringkasan variabel-variabel masukan model kapasitas
Tipe variabel Uraian variabel dan nama masukan
Faktor model
Geometri Tipe Simpang IT
Lebar rata-rata pendekat W1 FW
Tipe median Jalan utama M FM
Lingkungan Kelas Ukuran kota CS FCS
Tipe lingkungan jalan RE
Hambatan samping SF
Rasio kendaraan tak bermotor PUM FRSU
Lalu lintas Rasio belok-kiri PLT FLT
Rasio belok-kanan PRT FRT
Rasio arus jalan minor QMI/QTOT FMI
Sumber : MKJI 1997
Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang (DS), dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut:
DS = Qsmp / C
dimana:
DS = Derajat Kejenuhan
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut:
Qsmp = Qkend × Fsmp
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai berikut:
Fsmp = (empLV×LV%+empHV×HV%+empMC×MC%)/100
dimana empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC% adalah emp dan
komposisi lalu lintas untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda
motor
C
= Kapasitas (smp/jam)
Tundaan simpang (D)
Tundaan simpang dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. D = DG + DTI
Dimana :
D = Tundaan simpang (det/smp)
DG = Tundaan geometrik simpang (det/smp) DTI= Tundaan lalu lintas simpang (det/smp)
2.2. Simpang Bersinyal
Kapasitas
Kapasitas suatu pendekat pada simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut.
C = S × g/c
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
S = Arus Jenuh, yaitu arus berangkat rata – rata dari antrian dalam pendekat selama sinyal hijau
(smp/jam hijau = smp per-jam hijau).
g = Waktu hijau (det).
c = Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap (yaitu antara
dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama).
5
Arus jenuh ( S ) dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar ( So )
yaitu arus jenuh pada keadaan standar, dengan faktor penyesuaian ( F ) untuk penyimpangan dari
kondisi sebenarnya, dari suatu kumpulan kondisi – kondisi (ideal) yang telah ditetapkan
sebelumnya
S = So × F1 × F2 × F3 × F4 ×….× Fn
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif
pendekat ( We ) :
So = 600 × We
Waktu Siklus
Waktu siklus ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
c = (1,5 x LTI + 5) / (1 - ∑FRcrit)
Dimana :
c = Waktu siklus sinyal (detik)
LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik) FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)
FRcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal.
Σ (FRcrit) = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut.
Persamaan berikut adalah persamaan untuk menghitung waktu hijau gi = (c - LTI) x FRcrit, / Σ(FRCrit)
Dimana :
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (detik) c = Waktu siklus sinyal (detik)
LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
Frcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal. Σ (FRcrit) = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan diperoleh sebagai: DS = Q/C = (Q×c) / (S×g) Dimana :
DS = Derajat Kejenuhan Q = Volume Lalu Lintas C = Kapasitas Lalu Lintas S = Arus Jenuh
c = Waktu Siklus Sinyal g = Tampilan waktu hijau Tundaan
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal :
1. TUNDAAN LALU LINTAS (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang.
2. TUNDAAN GEOMETRI (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan / atau terhenti karena lampu merah.
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai :
Dj = DTj + DGj
Dimana:
6
DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
Tundaan lalu lintas rata – rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut (didasarkan pada Akcelik 1988) :
(
)
(
)
C x NQ DS x GR GR x x c DT 3600 1 1 5 , 0 2 1 + − − = Dimana:DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp) GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas (smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh faktor-faktor "luar" seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir, pengaturan oleh polisi secara manual dsb.
Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut : DGj = (1-Psv) × PT × 6 + (Psv×4)
Dimana:
DGj = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp) Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti dan 4 detik untuk yang berhenti didasarkan anggapan – anggapan sebagai berikut :
1) kecepatan = 40 km/jam;
2) kecepatan belok tidak berhenti = 10 km/jam; 3) percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det2.
kendaraan berhenti melambat untuk meminimumkan tundaan, sehingga menimbulkan hanya tundaan percepatan.
2.3.
Analisa BangkitanBangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup:
• lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi • lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.
7
pergerakan yang
berasal dari zona i
i
d
pergerakan yang
menuju ke zona d
Gambar 2.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan
Akibat adanya pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya, volume lalu lintas yang ada saat ini akan mengalami pertambahan yang signifikan. Jumlah arus lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya disebut sebagai tarikan, yang dihitung dengan perumusan :
Bangkitan (smp/jam) = tingkat bangkitan x luas bangkitan Tarikan (smp/jam) = tingkat tarikan x luas bangkitan (Tamin, 2000).
8
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Identifikasi Masalah
Tahap ini mempelajari tentang latar belakang pengambilan judul, bagaimana
mengidentifikasikan permasalahan yang timbul dan merumuskannya menjadi suatu tujuan yang
harus diselesaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk mempermudah pembahasan
dan agar tidak menyimpang terlalu jauh maka diberikan suatu batasan studi, dimana didalamnya
memuat hal–hal yang harus dikerjakan dan hal–hal yang tidak perlu dikerjakan dalam studi, serta
asumsi–asumsi yang diambil untuk mempermudah penyelesaian studi ini.
3.2.
Studi Pustaka
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui lebih banyak mengenai masalah–masalah yang
dihadapi sehingga nantinya dalam memecahkan masalah tersebut dapat sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Literatur yang dipelajari atau distudi adalah buku–buku atau referensi lain yang
mengungkapkan teori – teori mengenai :
a. Simpang Tidak Bersinyal.
b. Peramalan Model Bangkitan Perjalanan.
3.3.
Survey Pendahuluan
Langkah awal sebelum melakukan studi ini adalah melakukan tinjauan awal terhadap
kondisi di wilayah lokasi studi yang dipilih untuk menghindari ketidak sesuaian antara tujuan
awal dan pengetahuan penulis terhadap kondisi obyek studi yang sebenarnya di lapangan.
3.3.1. Lokasi Pasar Induk Osowilangun (PIOS) Surabaya
Pasar Induk Osowilangun (PIOS) terletak diantara persimpangan Margomulyo dan
persimpangan Romokalisari tepatnya di jalan Tambak Osowilangun, ini berarti keberadaannya
akan merubah arus lalu lintas yang selama ini ada sehingga mempengaruhi kinerja persimpangan
yang ada terutama persimpangan Margomulyo dan persimpangan Romokalisari.
3.3.2. Lokasi persimpangan
Persimpangan yang ada di lokasi studi merupakan simpang empat (simpang
Romokalisari), dan simpang tiga (simpang Margomulyo). Lokasi Pasar Induk Osowilangun
(PIOS) dan lokasi persimpangan dapat dilihat pada gambar 1.1.
3.4.
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Data Primer
• Volume lalu lintas simpang Margomulyo.
• Volume lalu lintas simpang Romokalisari.
• Volume parkir Pasar Mangga Dua.
• Volume parkir Pasar Peneleh.
• Volume parkir Pasar Keputran.
• Survey wawancara
Survey wawancara ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kendaraan yang akan
melewati pintu keluar tol Margomulyo dan Romokalisari. Survey wawancara dilakukan di
dua lokasi yaitu : Pasar Peneleh dan Pasar Keputran. Alasan dipilihnya kedua pasar
tersebut sebagai lokasi survey wawancara karena nanti seluruh pedagang yang ada di Pasar
9
Peneleh dan Pasar Keputran akan direlokasi ke Pasar Induk Osowilangun Surabaya
(PIOS).
b. Data Sekunder
• Denah Pasar Induk Osowilangun (PIOS) didapat dari Konsultan.
• Jumlah kendaraan bermotor (MC, LV, dan HV) didapatkan dari Biro Pusat Statistik kota
Surabaya.
• Data bangunan analogi :
1. Pasar Mangga Dua;
2. Pasar Peneleh;
3. Pasar Keputran.
3.5.
Evaluasi Kondisi Eksisting
Pada tahap ini dianalisa kondisi lalu lintas sebelum adanya pembangunan Pasar Induk
Osowilangun (PIOS) dengan mengacu pada data–data yang didapat. Perhitungan dilakukan
dengan terlebih dahulu merubah data volume lalu lintas yang masih dalam satuan kendaraan
menjadi satuan mobil penumpang (smp), dengan cara mengalikan dengan faktor ekivalen mobil
penumpang (emp) yaitu untuk HV adalah 1.3, LV adalah 1, dan emp untuk MC adalah 0.25.
Kemudian yang harus dilakukan adalah mencari peak hour volume (smp/jam), jika hasilnya
sudah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data (kend/jam) tersebut ke
dalam sofware KAJI.
Evaluasi ini nantinya akan memperlihatkan kinerja persimpangan Margomulyo dan
persimpangan Romokalisari pada saat ini (existing).
3.6.
Perkiraan Penambahan Beban
Disini dihitung perkiraan penambahan beban lalu lintas yang akan terjadi setelah adanya
Pasar Induk Osowilangun (PIOS). Langkah yang dilakukan adalah terlebih dahulu mencari
model tarikan perjalanan yang terjadi pada pasar Mangga Dua, pasar Peneleh dan pasar
Keputran. Setelah itu dihitung besarnya tarikan perjalanan yang akan terjadi di Pasar Induk
Osowilangun (PIOS), besarnya volume perjalanan ini nantinya akan ditambahkan pada volume
lalu lintas pada saat Pasar Induk Osowilangun (PIOS) mulai beroperasi. Volume lalu lintas saat
Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dibuka merupakan hasil perkalian antara faktor pertumbuhan
lalu lintas dengan volume lalu lintas kondisi eksisting.
3.7.
Perhitungan Kinerja Persimpangan
Pada tahap ini dianalisa kondisi lalu lintas yaitu kinerja persimpangan Margomulyo dan
persimpangan Romokalisari setelah adanya penambahan volume lalu lintas akibat tarikan
perjalanan. Kinerja ruas jalan dan persimpangan dianggap baik jika derajat kejenuhan (DS) <
0,75.
3.8.
Manajemen Lalu Lintas
Dari hasil analisa kinerja lalu lintas dapat diketahui :
1. DS <
0,75 hal ini berarti persimpangan yang ditinjau tidak terpengaruh oleh pembangunan
Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dan tidak perlu diberikan alternatif perbaikan.
2. DS > 0,75 maka diperlukan suatu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya atau solusi
yang diambil dalam rangka mengatasi dampak akibat pembangunan Pasar Induk Osowilangun
(PIOS) seperti perencanaan rambu–rambu lalu lintas dan perbaikan geometrik jalan.
3.9.
Kesimpulan
Tahap ini berisi kesimpulan dari setiap langkah yang diambil. Tahapan metodologi secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1.
10
Gambar 3.1. Bagan alir metodologi
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Survai Pendahuluan
Pengumpulan Data : • Primer :
1. Volume lalu lintas; 2. Volume parkir; 3. Survey wawancara. • Sekunder :
1. Denah Pasar Induk Osowilangun (PIOS),
2. Jumlah kendaraan bermotor, 3. Bangunan Analogi:
- Pasar Mangga Dua - Pasar Peneleh
-
Pasar KeputranEvaluasi dan Manajemen Lalu Lintas Kondisi Eksisting
Perkiraan Penambahan Beban Lalu Lintas
Manajemen Lalu Lintas Tidak Kesimpulan Ya Kinerja Persimpangan DS < 0,75
11
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Kondisi Eksisting 4.1.1 Kondisi geometrik
Lokasi Pasar Induk Osowilangun (PIOS) berada di kelurahan Tambak Osowilangun kecamatan Benowo tepatnya di Jl. Raya Osowilangun no. 236. Keberadaan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) diperkirakan akan berpengaruh terhadap kinerja persimpangan disekitarnya yaitu :
1. Persimpangan Jl. Raya Greges – Jl. Margomulyo;
2. Persimpangan Jl. Raya Osowilangun – Jl. Romokalisari – Akses Tol Gresik (Romokalisari). Kondisi geometrik kedua persimpangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Simpang Jl. Raya Greges – Jl. Margomulyo
• Jumlah lengan = 3 lengan
• Tipe lingkungan jalan = komersial
• Kelas hambatan samping = rendah
• Lebar pendekat : Jalan minor
Jalan Margomulyo (WA) = 12.00 m
Jalan utama
Jalan Raya Greges (Timur) (WB) = 3.75 m
Jalan Raya Greges (Barat) (WD) = 20.00 m
2. Simpang Jl. Raya Osowilangun – Jl. Romokalisari – Akses Tol Gresik
• Jumlah lengan = 4 lengan
• Tipe lingkungan jalan = pemukiman
• Kelas hambatan samping = tinggi
• Lebar pendekat Jalan minor
Jalan Romokalisari (Utara) (WA) = 15.50 m
Akses Tol (WC) = 11.50 m
Jalan utama
Jalan Raya Osowilangun (WB) = 13.50 m
Jalan Romokalisari (Barat) (WD) = 10.00 m
4.1.2 Analisa Derajat Kejenuhan (DS)
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kinerja persimpangan di lokasi studi sebelum Pasar Induk Osowilangun (PIOS) beroperasi. Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) menggunakan program bantu KAJI. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.3.
Tabel 4.1. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Pagi
Sumber : Hasil Analisa
No
Nama Volume Kapasitas Derajat
Simpang lalu lintas Kejenuhan
(smp/jam) (smp/jam) (DS)
1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 7698 5234 1.47 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari -
12
Jumlah
Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (N Q) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1769 0,709 6,85 25 11219
Pagi Timur (GRT) Jl. Greges T imur 1130 0 0 0 0 9,78 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1122 0,197 9,19 13 13998
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1303 0,548 4,50 15 7177
Siang Timur (GRT) Jl. Greges T imur 950 0 0 0 0 9,03 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 799 0,147 6,39 9 9406
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1724 0,771 7,96 28 13389
Sore Timur (GRT) Jl. Greges T imur 1557 0 0 0 0 9,92 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1086 0,213 8,87 12 14070 `
Nama Jalan Pendekat
Periode
Tabel 4.2. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Siang
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 4.3. Derajat Kejenuhan (DS) Pada Puncak Sore
Sumber : Hasil Analisa
4.2. Manajemen Lalu Lintas Kondisi Eksisting
Mengacu pada hasil analisa kondisi eksisting seperti yang tersaji pada Tabel 4.1 s/d 4.3 maka dilakukan manajemen lalu lintas berupa perencanaan simpang bersinyal. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4. Analisa simpang bersinyal Margomulyo kondisi eksisting
Sumber : Hasil Analisa
No
Nama Volume Kapasitas Derajat
Simpang lalu lintas Kejenuhan
(smp/jam) (smp/jam) (DS) 1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 4176 5459 0.77 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari - Akses Tol 3870 7226 0.54 No Nama Volume Kapasitas Derajat
Simpang lalu lintas Kejenuhan
(smp/jam) (smp/jam) (DS)
1 Jl. Margomulyo - Jl. Greges 4176 5459 0.77 2 Jl. Osowilangun - Jl Romokalisari -
13
Jumlah
Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1442 0,419 6,26 20 10741
Pagi Selatan (T OL) Akses Tol 651 0,072 0,88 3 1582 12,64 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 738 0,521 8,76 24 14307
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1235 0,470 7,13 22 12086
Siang Selatan (T OL) Akses Tol 545 0,073 0,89 3 1602 13,22 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 622 0,415 6,76 18 11023
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1641 0,751 13,30 40 23304
Sore Selatan (T OL) Akses Tol 523 0,048 0,58 3 1044 13,47 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 829 0,561 9,62 26 15781 `
Periode Pendekat Nama Jalan
MC Truk Total MC Truk Total
Pribadi P ick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam ) Pribadi Pick up (kend /jam) (ken d/jam) (smp/jam)
1 21.00 ‐ 22.00 14 5 49 0 44 20 8 54 0 55 2 22.00 ‐ 23.00 25 10 88 1 80 36 11 94 0 94 3 23.00 ‐ 00.00 31 11 97 0 91 15 12 121 0 88 4 00.00 ‐ 01.00 29 22 109 0 106 29 33 145 1 136 5 01.00 ‐ 02.00 26 30 112 0 112 31 50 239 0 201 6 02.00 ‐ 03.00 24 19 140 0 113 22 8 99 0 80 7 03.00 ‐ 04.00 4 2 81 0 47 0 1 59 0 31 8 04.00 ‐ 05.00 1 2 60 0 33 3 0 48 0 27 9 05.00 ‐ 06.00 3 1 39 0 24 1 0 43 0 23 Waktu No Kendaraan Keluar Pasar Mangga Dua Kendaraan Masuk Pasar Mangga Dua LV (kend/jam) LV (kend/jam)
Tabel 4.5. Analisa simpang bersinyal Margomulyo kondisi eksisting
Sumber : Hasil Analisa
4.3. Analisa Peramalan Lalu Lintas Dengan Adanya Pembangunan Pasar Induk Osowilangun (PIOS)
4.3.1. Bangkitan perjalanan
Setelah terbangun dan dioperasikannya PIOS maka akan menimbulkan tarikan maupun bangkitan kendaraan. Dengan munculnya bangkitan perjalanan tersebut tentunya volume lalu lintas yang ada saat ini akan bertambah dan selanjutnya menjadi beban lalu lintas tambahan pada persimpangan di wilayah studi.
Model atau teknik asumsi yang digunakan sebagai penentu besarnya bangkitan dari Pasar Induk Osowilangun (PIOS) adalah dengan metode perbandingan dari Pasar Mangga Dua, Pasar Keputran dan Pasar Peneleh.
Selanjutnya tahapan analisa untuk menentukan prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat Pasar Induk Osowilangun (PIOS) adalah dengan pengumpulan data kendaraan yang menuju dan meninggalkan (masuk – keluar) bangunan pembanding, sebagaimana Tabel 4.6 s/d Tabel 4.8.
Tabel 4.6. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Mangga Dua
14
MC Truk Total MC Truk Total
Pribadi P ick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam) Pribadi Pick up (kend/jam) (kend/jam) (smp/jam)
1 17.00 ‐ 18.00 0 1 7 0 5 0 5 12 0 11 2 18.00 ‐ 19.00 1 4 10 0 10 2 10 22 1 24 3 20.00 ‐21.00 4 7 13 0 18 6 12 37 1 38 4 21.00 ‐ 22.00 4 6 37 2 31 5 17 64 2 57 5 22.00 ‐ 23.00 5 11 87 1 61 4 21 89 1 71 6 23.00 ‐ 00.00 4 13 96 2 68 3 37 108 0 94 7 00.00 ‐ 01.00 2 21 107 0 77 0 40 110 0 95 8 01.00 ‐ 02.00 0 29 146 0 102 0 29 244 0 151 9 02.00 ‐ 03.00 0 44 146 0 117 0 3 131 0 69 10 03.00 ‐ 04.00 0 22 91 0 68 0 0 50 0 25 11 04.00 ‐ 05.00 0 9 83 0 51 2 0 24 0 14 12 05.00 ‐ 06.00 2 0 74 0 39 0 0 0 0 0 LV (kend/jam) No Waktu Kendaraan Keluar Kendaraan Masuk LV (kend/jam)
Pasar Keputran Pasar Keputran
MC Truk Total MC Truk Total
Pribadi P ick up (kend/jam) (kend/jam) (sm p/jam) Pribadi Pick up (kend /jam) (kend/jam) (smp/jam)
1 17.00 ‐ 18.00 0 1 1 0 2 0 4 5 2 9 2 18.00 ‐ 19.00 0 3 5 0 6 2 6 10 0 13 3 20.00 ‐21.00 5 5 10 1 16 14 5 18 1 29 4 21.00 ‐ 22.00 10 3 20 1 24 13 4 18 1 27 5 22.00 ‐ 23.00 11 6 24 1 30 8 6 23 1 27 6 23.00 ‐ 00.00 7 9 29 1 32 2 11 33 0 30 7 00.00 ‐ 01.00 4 9 28 1 28 0 10 35 0 28 8 01.00 ‐ 02.00 0 8 29 1 24 0 10 30 0 25 9 02.00 ‐ 03.00 0 8 31 0 24 0 8 26 0 21 10 03.00 ‐ 04.00 0 4 22 0 15 0 0 17 0 9 11 04.00 ‐ 05.00 0 5 15 0 13 0 0 0 0 0 12 05.00 ‐ 06.00 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0 No Waktu Kendaraan Keluar Kendaraan Masuk Pasar Pen eleh Pasar Peneleh LV (kend/jam) LV (kend/jam)
Tabel 4.7. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Keputran
Sumber : hasil survey
Tabel 4.8. Data kendaraan yang masuk dan keluar Pasar Peneleh
Sumber : hasil survey
4.3.1.1. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk – keluar pada Pasar Mangga Dua
Dari tabel 4.6 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Mangga Dua. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 01.00 s/d 02.00, yaitu sebesar 201 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 02.00 s/d 03.00, yaitu sebesar 113 smp/jam.
Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Mangga Dua) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama. Selain itu jumlah kendaraan keluar maupun masuk juga dianggap sama besarnya, hal ini digunakan sebagai faktor keamanan dan diambil angka yang paling besar atau maksimum (ekstrim). Dari data-data tersebut diatas yang digunakan sebagai perhitungan prediksi bangkitan perjalanan adalah sebesar 136 smp/jam. Tabel 4.9 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS).
15
Nama Gedung
Pasar Mangga Dua 7,500.00 m² 201 smp/jam = 0.027
12,719.09 m² 0.027 x 12719.09 = 341 smp/jam
341 smp/jam
Bangkitan Akibat P asar Induk Osow ilangun (PIOS)
Luas Efektif Bangkitan Perjalanan
(smp/jam)/m² PIOS
Nama Gedung
Pasar Keputran 8,500.00 m² 151 smp/jam = 0.018
12,719.09 m² 0.018 x 12719.09 = 226 smp/jam
226 smp/jam
Luas Efektif Bangkitan Perjalanan
(smp/jam)/m² PIOS
Bangkitan Akibat P asar Induk Osow ilangun (PIOS)
Tabel 4.9. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Mangga Dua
Sumber : hasil survey
4.3.1.2. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk – keluar pada Pasar Keputran
Dari tabel 4.7 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Keputran. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 01.00 s/d 02.00, yaitu sebesar 151 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 02.00 s/d 03.00, yaitu sebesar 117 smp/jam.
Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Keputran) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama. Selain itu jumlah kendaraan keluar maupun masuk juga dianggap sama besarnya, hal ini digunakan sebagai faktor keamanan dan diambil angka yang paling besar atau maksimum (ekstrim). Dari data-data tersebut diatas yang digunakan sebagai perhitungan prediksi bangkitan perjalanan adalah sebesar 112 smp/jam. Tabel 4.10 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS).
Tabel 4.10. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Keputran
Sumber : hasil survey
4.3.1.3. Analisa bangkitan perjalanan berdasarkan data kendaraan masuk – keluar pada Pasar Peneleh
Dari tabel 4.8 dapat diketahui jumlah maksimum kendaraan menuju/masuk dan keluar/meninggalkan Pasar Peneleh. Kendaraan masuk maksimum/jam terjadi pada pukul 21.00 s/d 22.00, yaitu sebesar 30 smp/jam dan maksimum kendaraan keluar terjadi pada pukul 00.00 s/d 01.00, yaitu sebesar 32 smp/jam.
Setelah mengetahui besarnya kendaraan yang masuk dan keluar dari gedung pembanding (Pasar Peneleh) tersebut maka tahap selanjutnya dilakukan konversi berdasarkan luasan dari gedung pembanding tersebut, dengan begitu selanjutnya jumlah bangkitan perjalanan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) dapat diperkirakan. Untuk memudahkan perhitungan, besarnya bangkitan perjalanan pada puncak pagi, siang dan sore dianggap sama.Tabel 4.11 berikut adalah prediksi besarnya bangkitan perjalanan akibat beroperasinya Pasar Induk Osowilangun (PIOS).
16
Nama GedungPasar Peneleh 1,300.00 m² 32 smp/jam = 0.025
12,719.09 m² 0.025 x 12719.09 = 313 smp/jam
313 smp/jam
Luas Efektif Bangkitan Perjalanan
(smp/jam)/m² PIOS
Bangkitan Akibat P asar Induk Osow ilangun (PIOS)
4 PIOS 1 2 5 6 4 5 6 7 1 2 3 M R
Tabel 4.11. Besarnya bangkitan berdasarkan data kendaraan dan luas efektif Pasar Peneleh
Sumber : hasil analisa
4.3.2. Pembebanan kawasan
Tahapan ini merupakan kombinasi pembebanan dari volume lalu lintas hasil bangkitan dan volume lalu lintas. Pembebanan lalu lintas ini adalah dasar untuk mengestimasi apakah jaringan jalan dapat menampung tambahan lalu lintas akibat bangkitan oleh rumah sakit baru tersebut. Tahapan ini akan menunjukan hasil kinerja lalu lintas yaitu derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan serta volume kendaraan di tiap persimpangan yang ditinjau. Gambar 4.1 menunjukkan pergerakan kendaraan yang akan menuju dan meninggalkan pusat bangkitan (Pasar Induk Osowilangun).
Gambar 4.1. Arah pergerakan kendaraan yang menuju dan meninggalkan PIOS 4.3.2.1. Perhitungan pembebanan akibat tarikan yang ditimbulkan oleh PIOS
Dari data yang didapatkan pada saat survey wawancara kendaraan yang melalui pintu tol Margomulyo sebesar 77% sedangkan yang melalui pintu tol romokalisari sebesar 23%.
1. Pembebanan lalu lintas pergerakan M5 Puncak pagi
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 269
= 532 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam
Volume lalu lintas = 263 + 297 = 604 smp/jam Puncak sore
17
= 263 smp/jam
Volume lalu lintas = 263 + 259 = 522 smp/jam 2. Pembebanan lalu lintas pergerakan R5
Puncak pagi
Besarnya pembebanan = 0,23 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 32 = 110 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 24 = 102 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 21 = 99 smp/jam 3. Pembebanan lalu lintas pergerakan R1
Puncak pagi
Besarnya pembebanan = (287/(269+32+287)) x 341 smp/jam = 166 smp/jam
Volume lalu lintas = 166 + 287 = 453 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = (330/(297+24+330))x 341 smp/jam = 173 smp/jam
Volume lalu lintas = 173 + 330 = 503 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan = 227/(259+21+227))x 341 smp/jam = 153 smp/jam
Volume lalu lintas = 153 + 227 = 380 smp/jam
4.3.2.2. Perhitungan pembebanan akibat bangkitan yang ditimbulkan oleh PIOS 1. Pembebanan lalu lintas pergerakan M1
Puncak pagi
Besarnya pembebanan=(95/(95+287+13+147))x341 smp/jam = 60 smp/jam
Volume lalu lintas = 166 + 60 = 226 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = (99/(99+130+21+301))x341 smp/jam = 61 smp/jam
Volume lalu lintas = 61 + 99 = 160 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan=(88/(88+169+24+232))x341 smp/jam = 58 smp/jam
Volume lalu lintas = 58 + 88 = 146 smp/jam 2. Pembebanan lalu lintas pergerakan M2
Puncak pagi
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam Volume lalu lintas = 263 + 287
= 550 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam
18
Jumlah
Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Kejenuhan Antri Antrian Total Rata-rata Pelayanan (Q) (DS) (N Q) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 2032 0,709 6,85 25 11219
Pagi Timur (GRT) Jl. Greges T imur 1130 0 0 0 0 9,78 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1516 0,197 9,19 13 13998
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1610 0,548 4,50 15 7177
Siang Timur (GRT) Jl. Greges T imur 950 0 0 0 0 9,03 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1123 0,147 6,39 9 9406
Puncak Selatan (MRG) Jl. Margomulyo 1987 0,771 7,96 28 13389
Sore Timur (GRT) Jl. Greges T imur 1557 0 0 0 0 9,92 B
Barat (GRB) Jl. Greges Barat 1407 0,213 8,87 12 14070 `
Periode Pendekat Nama Jalan
Volume lalu lintas = 263 + 130 = 393 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 263 smp/jam
Volume lalu lintas = 263 + 169 = 432 smp/jam 3. Pembebanan lalu lintas pergerakan R6
Puncak pagi
Besarnya pembebanan = 0,23 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 13 = 91 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 21 = 99 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan = 0,77 x 341 smp/jam = 78 smp/jam
Volume lalu lintas = 78 + 24 = 102 smp/jam 4. Pembebanan lalu lintas pergerakan R7
Puncak pagi
Besarnya pembebanan=(147/(95+287+13+147))x341 smp/jam = 93 smp/jam
Volume lalu lintas = 93 + 147 = 240 smp/jam Puncak siang
Besarnya pembebanan=(301/(99+130+21+301))x341 smp/jam = 186 smp/jam
Volume lalu lintas = 186 + 301 = 487 smp/jam Puncak sore
Besarnya pembebanan=(232/(88+169+24+232))x341 smp/jam = 154 smp/jam
Volume lalu lintas = 154 + 232 = 386 smp/jam
4.3.4. Analisa simpang bersinyal setelah beroperasinya PIOS
Analisa simpang bersinyal setelah beroperasinya PIOS dihitung dengan menggunakan program bantu KAJI. Hasil perhitungannya ditabelkan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
Tabel 4.12 Analisa simpang Margomulyo setelah PIOS beroperasi
19
Jumlah
Volume Derajat Kend. Panjang Tundaan Tundaan Tingkat Kejenuhan Antri Antrian Total R ata-rata Pelayanan (Q) (DS) (NQ) (QL) (DxQ) LOS smp/jam smp meter detik/smp detik/smp
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1919 0,419 6,26 20 10741
Pagi Selatan (T OL) Akses Tol 870 0,072 0,88 3 1582 12,64 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1077 0,521 8,76 24 14307
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 1688 0,470 7,13 22 12086
Siang Selatan (T OL) Akses Tol 741 0,073 0,89 3 1602 13,22 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1022 0,415 6,76 18 11023
Puncak Utara (RKU) Jl. Romokalisari 2145 0,751 13,30 40 23304
Sore Selatan (T OL) Akses Tol 692 0,048 0,58 3 1044 13,47 B
Timur (TOW) Jl. Tambak Osowilangun 1231 0,561 9,62 26 15781 `
Periode Pendekat Nama Jalan
Tabel 4.13 Analisa simpang Romokalisari setelah PIOS beroperasi
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa dan perhitungan menggunakan program KAJI maka dalam Tugas Akhir ini dapat disimpulkan :
1. Pada kondisi sebelum dioperasikannya PIOS didapatkan kinerja simpang sebagai berikut : a. Simpang Margomulyo
• Periode puncak pagi DS = 1,47 • Periode puncak Siang DS = 0,77 • Periode puncak sore DS = 1,65 b. Simpang Romokalisari
• Periode puncak pagi DS = 0,75 • Periode puncak Siang DS = 0,54 • Periode puncak sore DS = 0,85
2. Dari perhitungan bangkitan dengan metode perbandingan didapatkan bangkitan sebesar 341 smp/jam
3. Pada kondisi sebelum dioperasikannya PIOS didapatkan kinerja simpang sebagai berikut untuk a. Simpang Margomulyo
• Periode puncak pagi Tingkat Pelayanan B • Periode puncak Siang Tingkat Pelayanan B • Periode puncak sore Tingkat Pelayanan B b. Simpang Romokalisari
• Periode puncak pagi Tingkat Pelayanan B • Periode puncak Siang Tingkat Pelayanan B • Periode puncak sore Tingkat Pelayanan B 5.2. Saran
Dalam perhitungan kinerja ruas jalan dan persimpangan, hendaknyatidak membahas hanya pada satu kegiatan saja tetapi pada beberapa kegiatan yang berada disekitar persimpangan jalan tersebut.