• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai

Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Balai

Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Disusun oleh:

ABKARINA MUSA’ADAH NIM. A2D009044

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Abkarina Musa‟adah

NIM : A2D009044

Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung” benar-benar merupakan karya saya sendiri, bukanlah hasil jiplakan baik sebagian maupun seluruhnya dari karya ilmiah orang lain. Semua sumber yang diperoleh dari bahan pustaka, maupun sumber lain berdasarkan tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.

Semarang, 16 September 2013

Yang menyatakan,

Abkarina Musa‟adah NIM A2D009044

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.” (Evelyn Underhill)

“Sampai dimana anda hari ini, dan akan sampai kemana anda besok, ditentukan oleh pikiran anda.”(James Allen)

PERSEMBAHAN

Dengan selesainya skripsi ini, Penulis mempersembahkan kepada :  Kedua Orang tuaku, Bapak Zidni Nuri dan Ibu Waliyati tercinta,

terimakasih atas do‟a dan pengorbanan yang telah diberikan.  Nenekku tercinta

 Keluargaku tercinta  Sahabat2 tersayang  Teman angkatan 2009

(4)
(5)
(6)

vi

PRAKATA

Assalamu’alaikum, wr.wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam mengakses Informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung”.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan partisipasi berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Sudharto P Hadi, MES., Ph.D. selaku Rektor Universitas Diponegoro.

2. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

3. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

(7)

vii

5. Kepada pengurus yang telah mengizinkan melakukan penelitian di perpustakaan balai rehabilitasi sosial dan memberikan bantuannya selama penelitian.

6. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan waktunya untuk penulis.

7. Bapak Zidni Nuri, Ibu Waliyanti dan keluarga nenekku tercinta yang telah memberikan do‟a dan motivasi.

8. Amelia Indira, Jefsicca, Yusi Fibriyanti, Tri Wulandari, dan Tentya yang selalu setia dan memberikan bantuan serta semangat selama ini.

9. Farouki Dinda Rassarandi orang spesial yang telah setia, dan tidak pernah bosan mendengarkan keluhan, selalu membantu serta memberi motivasi dan semangat.

10. Teman-teman seperjuangan saat bimbingan Nadia, Esti, Win, Nafsil, Ricky, Anri, dan Farid terimakasih atas bantuannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pengembangan Ilmu Perpustakaan.

Semarang, 16 September 2013 Penulis

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 5

1.6 Kerangka berfikir ... 5

1.7 Batasan Istilah ... 6

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Perpustakaan ... 7

2.2 Pemakai ... 8

(9)

ix

2.4 Informasi ... 10

2.5 Kebutuhan Informasi ... 11

2.6 Perilaku Pencarian Informasi ... 13

2.7 JAWS screen Reader ... 17

2.8 Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode penelitian ... 20

3.2 Objek dan Subjek Penelitian ... 21

3.3 Informan ... 21

3.4 Jenis dan Sumber data ... 22

3.5 Variabel dan indikator ... 22

3.6 Teknik Pengumpulan data ... 23

3.7 Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV GAMBARAN UMUM Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung 4.1 Sejarah Singkat ... 27

4.2 Visi dan Misi Perpustakaan Daerah Jawa Tengah ... 28

4.3 Struktur organisasi ... 29

4.4 Anggota ... 30

4.5 Koleksi ... 30

4.6 Layanan Perpustakaan ... 31

4.6 Sarana dan Prasarana Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung ... 33

(10)

x

BAB V KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PEMAKAI TUNANETRA

5.1 Informan ... 35

5.2 Informasi ... 36

5.3 Kebutuhan Informasi ... 38

5.3.1 Latar Belakang kebutuhan Informasi ... 38

5.3.2 Pendidikan ... 39

5.3.3 Tujuan Menambah Wawasan ... 40

5.3.4 Tuntutan Pekerjaan... 41

5.3.5 Menambah Informasi ... 41

5.3.6 Rasa Ingin Tahu dan Lingkungan ... 42

5.3.7 Kesuaian kebutuhan Informasi ... 42

5.4 Perilaku Pencarian Informasi ... 45

5.4.1 Jenis Informasi ... 45

5.4.2 Bentuk Informasi ... 46

5.4.3 Tempat Mendapatkan Informasi ... 47

5.4.4 Kapan dan Bagaimana mengenal JAWS... 48

5.4.5 Tahapan Pencarian Informasi ... 50

5.4.6 Pemanfaatan Informasi... 53

5.4.7 Kepuasan Informan terhadap informasi ... 54

5.5 Motivasi ... 57

5.6 Kendala-Kendala ... 58

(11)

xi

5.6.2 Perilaku Pencarian Informasi ... 60

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Penulis ... 67

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan wawancara ... 68

Lampiran 3 Hasil Reduksi wawancara ... 69

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ... 83

Lampiran 5 Lembar konsultasi ... 86

Lampiran 6 Surat keterangan penelitian ... 88

(13)

xiii ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan dan perilaku pencarian informasi pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu karena hanya mengambil informan yang memenuhi kriteria yang digunakan penulis untuk penelitian. Informan yang penulis pilih dengan kriteria sering datang ke perpustakaan, terdiri dari 6 tunanetra Balai Rehabilitasi Sosial yang dipilih dari 1 tunanetra dari pengurus Balai dan 5 tunanetra yang tinggal di asrama panti Balai Rehabilitasi Sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua tunanetra membutuhkan informasi yang dilatarbelakangi dan tuntutan pekerjaan dan rasa ingin tahu. Di samping itu, Mereka membutuhkan informasi untuk menambah wawasan. Sebagian tunanetra membutuhkan informasi karena tidak mau tertinggal dengan orang normal. Dalam melakukan pencarian informasi tunanetra lebih memilih menggunakan komputer bicara atau “software JAWS” dengan akses internet. Selain itu, juga menggunakan media lain dalam pencarian informasi yaitu membaca buku-buku braille di perpustakaan, meminjam buku digital, mendengarkan berita di radio, mendengarkan siaran televisi, mengunjungi perpustakaan yang lebih lengkap dan bertanya kepada teman yang lebih tahu. Sebagian tunanetra merasa ada kendala terhadap informasi yang mereka cari karena masih banyaknya hambatan serta keinginan untuk mendapatkan informasi tersebut. Namun, ada juga yang sudah merasa cukup dengan media yang dapat mereka gunakan untuk mencari informasi.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah perpustakaan sudah tidak asing lagi bagi kita di era modern sekarang ini. Di mana perpustakaan sebagai pusat informasi mempunyai fungsi penting bagi perkembangan kegiatan belajar mengajar. Namun tak hanya sebagai kegiatan belajar mengajar, perpustakaan sekarang ada dan berkembang dengan berbagai jenis dan bentuk koleksi bahan pustaka. Sehingga kebutuhan informasi pemakai dapat terpenuhi sesuai dengan minat, jenjang pendidikan serta kebutuhan informasi yang berbeda-beda.

Perpustakaan sebagai sumber informasi dituntut untuk dapat memberikan layanan informasi yang baik, layak, dan tepat guna karena kebutuhan informasi tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang normal saja, tetapi juga dibutuhkan oleh pengguna yang mempunyai kekurangan dalam penglihatan yaitu tunanetra. Istilah tunanetra sering digunakan untuk orang yang mempunyai keterbatasan pada indra penglihatannya.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai tunanetra, perpustakaan menyediakan berbagai sumber informasi diantaranya koleksi bahan pustaka dengan format braille. Namun seiring perkembangan jaman pemakai tunanetra sekarang memiliki kecenderungan untuk lebih memilih sumber informasi elektronik dalam memenuhi kebutuhan.

(15)

Kehadiran beranekaragam teknologi informasi dewasa ini mengakibatkan adanya perubahan dalam bentuk sumber informasi. Sumber informasi yang semula dalam bentuk format tercetak dengan adanya perkembangan sehingga berubah ke dalam format elektronis. Perubahan sumber informasi yang dipilih dan digunakan diikuti dengan perubahan perilaku pencarian informasi.

Pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan setidaknya mempunyai dasar dan latar belakang yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan seperti pengetahuan yang dimiliki dan pengetahuan yang diinginkan para pemakai tunanetra. Sehingga dari pengetahuan timbul adanya kesenjangan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut pemakai tunanetra akan mencari informasi yang mengakibatkan perilaku pencarian informasi.

Dalam pencarian informasi tunanetra lebih mencari dari sumber elektronik menggunakan Job Acces With Speech (JAWS) yaitu sebuah

software pembaca layar yang memiliki kemampuan untuk mengubah

informasi yang ditampilkan pada layar komputer ke dalam bentuk suara (text

to speech) atau ke dalam braille display, selain itu keyboard yang digunakan

lebih komprehensif dalam kemampuannya berinteraksi dengan komputer. Kebutuhan pengguna akan informasi, tidaklah dapat terpenuhi dengan sendirinya tanpa adanya usaha dari pengguna itu untuk mencari informasi yang dipenuhi (Laloo, 2002: 176). Dengan adanya Job Acces With Speech (JAWS) memungkinkan pemakai tunanetra menggunakan dan melakukan

(16)

pencarian informasi melalui internet, sehingga dapat memperluas pemakai tuananetra dalam mendapatkan informasi serta kemudahan dalam mengakses informasi. Di samping memudahkan dalam pencarian informasi, tunanetra lebih terbantu dengan adanya Job Acces With Speech (JAWS) sehingga bisa melakukan pencarian informasi secara mandiri dengan keterbatasan indra penglihatan yang dimilikinya untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan potensi diri.

Pencarian informasi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang menimbulkan perbedaan antara satu pemakai tunanetra dengan pemakai tunanetra yang lain, beberapa di antaranya yaitu perbedaan perilaku sosial yang mereka dapatkan sebagai tunanetra, keterbatasan indra penglihatan yang dimiliki oleh pemakai, dan motivasi yang mendorong perilaku pemakai tunanetra untuk pencarian informasi. Dari perbedaan perilaku pencarian informasi inilah yang membuat penulis tertarik ingin mengkaji mengenai “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpusatakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang ingin penulis kaji adalah apa kebutuhan dan bagaimana perilaku pencarian informasi pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung.

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apa kebutuhan pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung?

2. Bagaimana perilaku pencarian informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung?

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Memberikan gambaran dan pemasukan kepada Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung agar dapat meningkatkan pelayanan sehingga para pemakai tunanetra dapat mencari dan memperoleh informasi.

2. Untuk bahan pertimbangan bagi Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung dalam pengembangan software JAWS, menambah koleksi audio dan menambah koleksi braile. 3. Untuk penelitian lebih lanjut dan referensi bagi peneliti-peneliti lain

(18)

1.5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung. Waktu penelitian berlangsung 2 bulan antara bulan Juli-Agustus 2013 dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mendapat data yang relevan.

1.6. Kerangka Berpikir Pengetahuan yang dimiliki pemakai tunanetra Perilaku pencarian informasi Pengetahuan yang diinginkan Pemakai tunanetra Kebutuhan Informasi tunanetra Kesenjangan

(19)

1.7. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian dan untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang digunakan antara lain :

1. Perilaku pencarian informasi

Perilaku pencarian informasi adalah perilaku pemustaka saat mencari berbagai macam sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2. Tunanetra

Tunanetra adalah seseorang yang mempunyai penglihatan tetapi mengalami keterbatasan pada indra penglihatannya sehingga mereka kesulitan dalam membaca tulisan meskipun sudah menggunakan alat bantu kaca pembesar/ kacamata.

3. JAWS Software (Job Access With Speech)

Sebuah software pembaca layar yang memiliki kemampuan untuk mengubah informasi yang ditampilkan pada layar komputer ke dalam bentuk suara (text to speech) atau ke dalam braille display, selain itu keyboard yang digunakan lebih komprehensif dalam kemampuannya berinteraksi dengan komputer.

(20)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Perpustakaan

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi para pemustaka”. International Federation of

Library Associations and Institutions atau IFLA (Sulistyo-Basuki, 1991: 4)

memberi definisi “perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sebuah gedung atau institusi yang menyimpan dan mengelola koleksi baik materi tercetak maupun media noncetak disusun sistematis untuk memenuhi kebutuhan serta dimanfaatkan para pemustaka / masyarakat pemakai.

2.3. Pemakai

Pemakai perpustakaan atau dapat disebut pelanggan, atau konsumen merupakan target dan sasaran utama penyelenggaraan perpustakaan. Karena

(21)

dengan adanya pemakai diharapkan masyarakat dapat lebih berkompetensi dan diharapkan pemakai dapat semakin berkembang dari waktu ke waktu (Sutarno, 2006: 118).

Menurut Sulistyo-Basuki (1992: 199) Pemakai merupakan titik fokal semua informasi karena tujuan utama sistem informasi adalah mempermudah transfer informasi antara dua pihak/ kutub atau lebih tanpa memandang waktu maupun jarak. Salah satu pihak ini ialah pemakai.

Menurut Powell (dalam Suwanto, 2000: 382) terdapat dua istilah untuk mengkaji pemakai, yaitu House survey of users bagi pemakai yang menjadi anggota suatu perpustakaan, dan Community analysis untuk pemakai baik yang menjadi anggota mupun bukan anggota perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki, (1992: 201) jenis pemakai dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Pemakai yang belum terlibat dalam kehidupan akif seperti mahasiswa.

2. Pemakai yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Kelompok ini digolongkan berasarkan aktivitas utama (manajemen, riset, pengembangan, produksi, jasa), berdasarkan cabang aktivitas dan/ atau bidang spesialis (pegawai negeri, pertanian, industri) dan berdasarkan tingkat pendidikan tanggung jawab (profesional, teknisi, asisten, adminstrasi).

3. Pemakai umum yang memerlukan informasi umum untuk keperluan khusus

Jadi bisa disimpulkan bahwa pemakai adalah pelanggan atau konsumen yang menjadi target perpustakaan dan terfokus pada apa yang dikerjakan pemakai melainkan bukan pada sebuah perpustakaan tersebut sehingga diperoleh transfer informasi tanpa adanya jarak dan waktu.

(22)

2.4. Tunanetra

Keterbatasan indra penglihatan bukan berarti seseorang tidak dapat mengakses informasi. Karena tidak semua orang memiliki panca indra yang lengkap. Istilah bagi orang yang mempunyai keterbatasan indra penglihatan adalah tunanetra.

Pertuni mengungkapkan bahwa „tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas)‟. (http://bamperxii. blogspot. com/2008/11/pengertian-tunanetra.html) diakses Kamis, 02 Mei 2012 pukul 11:43.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah mereka yang mempunyai penglihatan tetapi mereka kesulitan dalam membaca tulisan meskipun sudah menggunakan alat bantu kaca pembesar/ kacamata.

2.5. Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang (Sutabri, 2005:15).

(23)

Untuk memperjelas apa itu informasi maka Laloo (2002: 5) mengemukakan bahwa terdapat beberapa ciri informasi :

1. Informasi tidak akan habis saat digunakan

2. Informasi bisa disebarkan dan digunakan secara bersamaan oleh banyak orang

3. Informasi bisa digunakan oleh siapapun

4. Informasi adalah sesuatu yang dinamis, terus-menerus tumbuh tanpa ada akhirnya

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi maka muncullah informasi dengan begitu banyak ragam dan jenisnya.

Shera (dalam Laloo, 2002: 6) membagi jenis informasi sebagai berikut: 1. Conceptual informasi

Informasi yang berhubungan dengan ide-ide, teori, dan hipotesis tentang hubungan antar variabel dalam sebuah bidang/subjek.

2. Emperical information

Berhubungan dengan data dan pengalaman dari suatu penelitian yang mungkin ada dalam pikiran seseorang atau yang dikomunikasikan ke orang lain.

3. Procedural information

Informasi yang berhubungan dengan menghasilkan, memanipulasi, dan menguji data.

4. Stimulatory information

(24)

5. Policy information

Informasi yang berfokus pada proses pembuatan keputusan.

6. Directive information

Informasi yang digunakan untuk mengkoordinasi dan memungkinkan keefektifasan kegiatan kelompok.

Jadi, dapat disimpulkan informasi merupakan data yang dapat digunakan oleh siapapun yang tidak akan habis digunakan terus-menerus dan tumbuh tanpa ada akhirnya.

2.6. Kebutuhan Informasi

Wilson (2000: 51) mengemukakan bahwa "kebutuhan informasi" bukan kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan tempat tinggal atau keperluan untuk bertahan hidup, tetapi juga merupakan kebutuhan sekunder yang muncul dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan primer.

Menurut Line (dalam Laloo, 2002:12) kebutuhan informasi adalah sesuatu yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan.

Dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan tersebut, maka banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, antara lain seperti yang diusulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Has (dalam Yusup, 2009: 3) adalah sebagai berikut :

(25)

1. Kebutuhan Kognitif

Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasaan dan hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

2. Kebutuhan afektif

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan.

3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative Needs),

Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan, kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

4. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Integrative Needs),

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

5. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs)

Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah kebutuhan yang sebaiknya dimiliki seseorang yang muncul dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan primer yang dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong seseorang mencari informasi.

2.7. Perilaku Pencarian Informasi

Dalam memenuhi kebutuhan informasi para pemakai tunanetra melakukan pencarian informasi sehingga dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan. Wilson (dalam Laloo, 2002: 14) mendefinisikan bahwa perilaku

(26)

informasi sebagai aktifitas seseorang yang saling berhubungan, ketika orang tersebut mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi dengan menggunakan berbagai macam cara atau mentransfer informasi tersebut.

Jadi perilaku pencarian informasi adalah tingkah laku seseorang yang melakukan aktifitas untuk mencari informasi sebagai suatu kebutuhan dalam mengakses informasi.

Menurut Ellis, Cox, dan Hall (dalam Laloo, 2002 :16) proses pencarian informasi terbagi dalam delapan tahap, yaitu starting, chaining,

browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying dan ending.

Karakteristik dari tiap tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Starting : Kegiatan-kegiatan yag dilakukan untuk melakukan

pencarian informasi

2. Chaining : Kegiatan untuk mengikuti rangkaian kutipan atau bentuk

perujukan antar bahan informasi(literatur) lainnya.

3. Browsing : Pencarian semi terarah di wilayah dari bahasan yang

lebih spesifik yang diminati.

4. Differentiating : kegiatan pemilihan berdasarkan ciri-ciri dalam

sumber informasi sebagai patokan untuk memeriksa kualitas isi/ informasi.

5. Monitoring : Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar pengguna

tetap mendapatkan informasi yang mutakhir.

6. Extracting : Mengidentifikasi secara selektif bahan sumber informasi

(27)

7. Verifying : Pengujian ketepatan adalah tahap pencarian informasi

mengontrol apakah informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan kebutuhannya.

8. Ending : Tahap terakhir adalah tahap pencari informasi mengakhiri

kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya topik yang ditulisnya. Dengan penelitian perilaku pencarian informasi ini dapat dilihat seberapa jauh pustakawan berperan penting dalam menyedikan kebutuhan informasi (literatur) bagi para pengguna. Sehingga dari hasil penelitian ini perpustakaan dapat meningkatkan kinerja layanan yang akan memuaskan para pengguna. Di bawah ini terdapat diagram yang menjelaskan mengenai hubungan antar kelompok kegiatan tersebut dalam urutan :

Gambar 1. Model pencarian informasi menurut Ellis Browsing

Starting Chaining Differentiating Extracting Verifying Ending

Monitoring

Selain Ellis, Kuhlthau juga mengemukakan teori perilaku pencarian informasi, yaitu teori information search process (ISP). Menurut Kuhlthau (1991: 361), ISP adalah suatu aktifitas yang memudahkan pengguna dalam menemukan arti dari informasi atau pengetahuan yang dicari untuk

(28)

menyelesaikan suatu masalah atau topik. Kuhlthau (1991: 366-368), menyatakan bahwa ada enam hal yang harus diperhatikan untuk melakukan pencarian informasi, antara lain :

1. Inisiasi : pengenalan kebutuhan informasi

2. Seleksi : Mengidentifikasi dan menyeleksi topik umum

3. Eksplorasi : karakteristik dari perasaan binggung, ketidakpastian, dan keraguan dimana frekuensi bertambah setiap waktu, yang menginginkan pengguna untuk melakukan pencarian informasi. 4. Formulasi : suatu fokus atau kejelasan akan informasi yang sudah

ditemukan dalam pencarian informasi.

5. Koleksi : Perhubungan suatu informasi yang difokuskan dalam suatu topik. Misalnya suatu interaksi antara pengguna dengan sebuah informasi secara efektif dan efisien.

6. Presentasi : Memaparkan apa yang telah dicari dan ditemukan.

Ada beberapa penjelasan tentang perilaku kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan pencarian informasi.

(29)

Pada gambar 2 di bawah ini model pencarian informasi:

Gambar 2 Model Perilaku Informasi

Sumber : Wilson, T.D (dalam Case 2002: 188)

“Wilson (dalam Pendit) menjelaskan bahwa perilaku informasi merupakan proses melingkar yang langsung berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan informasi dalam kehidupan seseorang. Namun, perilaku mencari informasi tidak langsung terjadi akibat adanya kebutuhan semata. Kebutuhan tersebut harus dipicu terdahulu dengan pengetahuan pribadi seseorang tentang dunianya.”(http://iperpin/wordpress.com/2008/08/07/)(Rabu,10Oktober 2012) Menurut Wilson (dalam Pendit) terdapat lima faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut:

1. Kondisi psikologis seseorang. Di mana berhubungan dengan kondisi pikiran dan emosi seseorang. Sehingga menyebabkan adanya perilaku informasi yang berbeda-beda.

(30)

2. Demografis dalam arti luas berhubungan dengan kondisi sosial budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan.

3. Peran seseorang dalam masyarakat yang berhubungan dengan interpersonal sehingga mempengaruhi perilaku informasi.

4. Lingkungan tempat seseorang menjalani kehidupannya.

5. Karakteristik sumber informasi yang digunakan untuk mengakses informasi.

2.8. JAWS Screen Reader

JAWS merupakan kepanjangan dari Job Access With Speech adalah pembaca layar dari sebuah program perangkat lunak yang digunakan untuk pengguna tunanetra, di produksi oleh Blind and Low Vision Group di

Freedom Scientific. (http://www.dadamac.net/technology/hardware-and-software/jaws-job-access-speech) diakses hari Kamis, 02 Mei 2013 pukul 12:58

Screen reader adalah bagian penting dari perangkat lunak untuk

tunanetra. Screen Reader mengirimkan teks apa saja yang ditampilkan pada layar komputer menjadi bentuk yang dapat diakses oleh tunanetra (biasanya dengan sentuhan, auditori atau kombinasi antara keduanya). (http://usabilitygeek.com/10-free-screen-reader-blind-visually-impaired-users/) diakses kamis, 02 Mei 2013.

(31)

Masih menurut (http://usabilitygeek.com/10-free-screen-reader-blind-visually-impaired-users/) Cara kerja Screen reader yaitu dengan mengeluarkan suara sintetis yang akan membaca teks dengan mengeluarkan suara keras, orang lain juga bisa mengkomunikasikan data melalui tampilan braille. Selain itu, Screen Reader tersebut menggunakan kristal yang dapat mengembang saat terkena tingkat tegangan tertentu (dikenal sebagai efek

Piezo), sehingga memungkinkan pengguna tunanetra untuk mengetik

menggunakan keyboard komputer yang membaca teks dan ditampilkan pada layar.

JAWS screen reader mempunyai sepuluh standar bahasa, yaitu

American English, British English, Castilian Spanish, Latin American Spanish, French, French Canadian, German, Italian, Brazilan Portuguese, dan Finnish. JAWS juga bisa dijalankan dengan menggunakan berbagai operating system dari windows. Prameswary (dalam Dewi, 2012:16).

Dengan adanya JAWS sangat membantu tunanetra dalam mengakses informasi karena memiliki kemampuan untuk mengubah informasi yang ditampilkan pada layar komputer ke dalam bentuk suara (text to speech) atau kedalam braille display.

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang tunanetra pernah diteliti sebelumnya oleh Ana Pujiastuti (08140049) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Penelitian ini berjudul “Perilaku Pencarian Informasi

(32)

Mahasiswa Tunanetra di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.” Tujuan penelitian ini untuk membentuk pola atau rumusan mengenai perilaku pencarian mahasiswa tunanetra tersebut.

Dari penelitian tersebut dapat dilihat perbedaan penelitian Ana Pujiastuti dengan penelitian ini yaitu menggunakan subyek khusus mahasiswa tunanetra UIN Sunan Kalijaga sedangkan subyek penenlitian ini mengambil semua pengguna tunanetra Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi. Kemudian penelitian ini menjelaskan lebih mendalam mengenai kebutuhan dan pencarian informasi serta perpustakaan khusus tunanetra yang menyediakan koleksi braille dan terdapat beberapa alat bantu JAWS yang dapat membuat pengguna tunanetra menambah wawasan dan lebih mandiri. Sedangkan penelitian Ana Pujiastuti hanya sebatas menerangkan mengenai perilaku pencarian mahasiswa tunanetra tersebut.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Penelitian

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung yaitu menggunakan model penelitian kualitatif. Model kualitatif dipilih karena model ini menjelaskan mengenai fenomena yang ada di lingkungan masyarakat sehingga untuk mencari, menemukan, dam memahami fenomena tersebut dengan memperoleh gambaran dari masyarakat yang diteliti berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5)(dalam Nurastuti: 2007: 90) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif mencoba mencari deskriptif yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, objek, proses, dan manusia” (Sulistyo-Basuki, 2006: 110).

(34)

Jenis yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini menggunakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan suatu kajian mendalam tentang suatu peristiwa, lingkungan dengan situasi tertentu yang mengungkapkan atau memahami sesuatu hal (Sulistyo-Basuki, 2006 : 113).

Jadi penelitian ini mengungkapkan mengenai suatu peristiwa yang terjadi sehingga dapat memberikan gambaran dari individu atau kelompok tertentu tentang keadaan, aktifitas dan gejala yang terjadi.

3.2. Objek dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pemakai tunanetra. Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah kebutuhan dan pencarian informasi pemakai tunanetra yang menggunakan dan mengakses informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung.

3.3. Informan

Informan dalam penelitian kualitatif penting untuk memberikan informasi dari topik yang diteliti. Karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel. Untuk dapat memilih informan diperlukan berbagai macam pertimbangan yang didasarkan pada pemahaman serta penguasaan dari topik yang diteliti, orang yang mudah ditemui dan diwawancarai sehingga dapat memudahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

(35)

Pemilihan informan dalam penelitian ini didasarkan pada teknik

purposive sampling atau sampel bertujuan. Sampling tujuan atau purposive sampling adalah untuk memperoleh sampel orang yang memenuhi kriteria

yang sudah ditentukan sebelumnya (Cozby, 2009: 229). Alasan penggunaan sampel bertujuan adalah karena hanya mengambil informan yang memenuhi kriteria yang digunakan peneliti untuk penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dari petugas Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi, Peneliti akan memilih 6 informan yang sering datang ke perpustakaan.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan secara langsung, yang termasuk data primer dalam penelitian ini yaitu hasil observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, yang termasuk dalam data sekunder yaitu penelitian sebelumnya dan literatur.

3.5. Variabel dan Indikator

Variabel X dalam penelitian ini adalah Kebutuhan dan variabel Y adalah Perilaku Pencarian informasi pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung. Indikator dari variabel tersebut adalah

(36)

1. Latar Belakang - Jenjang Pendidikan - Tujuan - Minat - Status sosial-ekonomi 2. Perilaku Pencarian Informasi - Jenis Informasi - Bentuk Informasi

- Bagaimana mencari informasi - Pemanfaatan informasi

3. Kebutuhan Informasi - Apa yang melatarbelakangi kebutuhan informasi

- Pendidikan - Tujuan - Lingkungan

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian terdapat kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data ini menggunakan beberapa teknik yang berlaku dalam sebuah proses penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Observasi

Observasi dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi yang dilakukan dengan mengamati obyek penelitian dari dekat di

(37)

lokasi penelitian. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, dimana penulis secara langsung mengamati dalam penelitian ini. Metode ini digunakan untuk mengkaji kebutuhan dan perilaku pencarian informasi di perpustakaan balai rehabilitasi sosial. Observasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan 2 bulan pada bulan Juli-Agustus.

2. Wawancara Mendalam

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari informan maka dilakukan wawancara secara mendalam. Wawancara mendalam ini digunakan peneliti untuk meneliti hal-hal yang tidak bisa diamati seperti kepuasan terhadap informasi yang diperoleh dan memahami kebutuhan informasi pemakai. Karena dengan melakukan wawancara mendalam penulis dapat menggali lebih dalam mengenai apa yang belum tersampaikan saat melakukan observasi. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan proses tanya jawab dalam mendapatkan data langsung secara lisan dari informan sebagai sumber informasi. Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 6 orang tunanetra.

Sulistyo-basuki menyebutkan bahwa tujuan wawancara mendalam ialah mengumpulkan informasi yang kompleks, sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi. Sasaran wawancara mendalam ialah menyelenggarakan wawancara yang memungkinkan

(38)

para responden membahas secara mendalam sebuah subyek (Sulistyo-Basuki, 2006: 173)

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis penulisan kualitatif pada umumnya berawal dari pengumpulan data melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Adapun teknik analisis data menurut Miles dan Huberman (dalam Prastowo, 2011: 242-245) yaitu :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum semua bahan yang telah terkumpul setelah dilakukan wawancara dan observasi dengan memilih dan menfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang tidak perlu dibuang dan dilakukan pengecekan terhadap kelayakan serta kelengkapan data diorganisir dan dikelompokkan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah relevan yang isinya telah terfokus

2. Penyajian Data

Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyusun data hasil reduksi yang telah relevan menjadi sebuah informasi yang mudah dipahami. Penyusunan data akan dimulai dari data tahap awal sampai data penggunaan informasi. Penyajian data dengan sistematika tersebut akan memudahkan keterkaitan keterbacaan informasi antara data yang satu dengan data yang lain.

(39)

3. Pengambilan Kesimpulan

Setelah keseluruhan informasi telah membentuk gambaran penelitian yang utuh, maka langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari keseluruhan informasi tersebut.

4. Trianggulasi

Untuk menguji validitas penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. (Moleong, 2007:330)(dalam Prastowo, 2011:269). Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara menanyakan hal yang sama dan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi, dokumentasi. Dengan trianggulasi ini dapat dilihat dari cara narasumber memberikan jawaban yang sama atau tidak. Apabila narasumber memberikan jawaban yang berbeda berarti datanya belum kredibel.

(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1. Sejarah singkat Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung

Dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra yang bertempat tinggal di asrama Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi yang beralamatkan di Jalan Suyoto No.70 Temanggung, Balai Rehabilitasi mendirikan sebuah perpustakaan yang dikhususkan bagi para penyandang tunanetra. Balai Rehabilitasi ini berdiri sejak

- Tahun 1950-1953 dengan nama Balai Sosial untuk remaja gelandangan.

- Tahun 1953-1959 sebagai perawatan orang miskin “Budi Mulyo”. - Tahun 1959-1963 diganti menjadi Panti Penyantunan wisma

Penganthi yang menyantuni anak tunanetra dan tunanetra jompo. - Tahun 1963-1979 berubah menjadi pusat latihan kegunaan tunanetra. - Tahun 1979-1988 diganti dengan sasana rehabilitasi penderita cacat

netra.

- Tahun 1988-1994 menjadi sasana rehabilitasi penderita cacat netra “Wisma Penganthi”

- Tahun 1994-2002 Berdasarkan Kep. Mensos RI No. 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 berubah menjadi Panti Sosial Bina Netra “Penganthi”

(41)

- Tahun 2002-2010 Berdasarkan Perda Prov. Jateng No.1 Tahun 2002 berubah menjadi Panti Tuna Netra dan Tuna Rungu Wicara “Penganthi”

- Tahun 2010 Berdasarkan Pergub Prov. Jateng No. 111 Tahun 2010 berubah menjadi Balai Resos “Penganthi”

Sebelum didirikan sebuah perpustakaan, Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung memiliki beberapa koleksi braille yang hanya diletakkan di rak. Namun, dengan koleksi yang semakin bertambah serta teknologi yang semakin berkembang sehingga membutuhkan beberapa ruangan yang luas agar dapat menampung koleksi dan peralatan yang ada. Akhirnya dibangunlah perpustakaan dengan 3 ruang perpustakaan yang terpisah yaitu ruang perpustakaan braille, ruang perpustakaan digital, dan ruang komputer bicara. Perpustakaan ini bersifat khusus karena hanya menampung koleksi buku braille serta perpustakaan digital yang menampung koleksi digital dan peralatan yang ditujukan untuk pengguna tunanetra agar mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi.

4.2. Visi dan Misi Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung

1. Visi

(42)

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas, efektifitas, dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat netra.

b. Meningkatkan optimalisasi, kualitas, dan profesionalisme sumber daya manusia sebagai pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra.

c. Meningkatkan kerjasama intas sektor dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra.

d. Mengembangkan, memperkuat system yang mendukung pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial

e. Meningkatkan optimalisasi dan efektifitas pendayagunaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra.

4.3. Stuktur Organisasi Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung

Gb. 1. Sumber Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung KEPALA BALAI

Sub Bagian Tata Usaha

Jabatan Fungsional Pekerja Sosial

Seksi Penyantunan Seksi Pelayanan dan Resos

(43)

4.4. Anggota

Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung memiliki anggota dari seluruh tunanetra yang ada di panti asrama balai rahabilitasi tersebut. Perpustakaan ini tidak hanya melingkupi komunitas tunanetra panti asrama saja yang dapat meminjam, tetapi juga para tunanetra dari luar asrama yang berkenan untuk mencari dan membutuhkan informasi diperbolehkan meminjam dengan menaati peraturan yang telah ditetapkan.

4.5. Koleksi

Koleksi yang ada di perpustakaan rehabilitasi berbeda dengan perpustakaan pada umumnya. Dikarenakan keterbatasan indra penglihatan yang dimiliki para tunenetra sehingga kebutuhan informasi mereka juga berbeda. Di Balai Rehabilitasi ini disediakan 3 ruang perpustakaan yang terpisah yaitu ruang perpustakaan braille, ruang perpustakaan digital, dan ruang komputer bicara.

Di dalam ruang perpustakaan braille, seluruh koleksinya sebagian besar berupa koleksi braille. Koleksi yang disediakan terdiri dari berbagai macam judul buku yang mana perpustakaan ini sudah memiliki lebih dari 100 judul buku braille. Buku-buku braille tersebut diperoleh dari sumbangan Abiyoso Bandung dan dari Yayasan Mitra Netra. Subyek buku braille yang dimiliki perpustakaan terdiri dari koleksi agama, majalah, buku fiksi, dan buku non fiksi.

(44)

Sedangkan di ruang perpustakaan digital terdapat peralatan berupa DVD player, sound system, tape, kaset tape, dan juga berbagai buku digital yang disimpan dalam bentuk compact disk. Serta di ruang komputer terdapat 3 unit komputer dengan software JAWS sehingga dapat membuat komputer mengeluarkan suara, juga disediakan wifi/hotspot internet yang dapat memudahkan tunanetra dalam menambah wawasan.

Selain itu di Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung juga terdapat koleksi braille yang ditempatkan di ruang tunggu panti pijat tunanetra dikhususkan untuk pelanggan tunanetra apabila menunggu antrian pijat. Orang normal diperbolehkan meminjam dengan syarat buku braille tersebut dipinjam di tempat atau tidak boleh dibawa pulang. Serta beberapa koleksi yang terdapat di masjid, tersedia Al-Qur‟an braille bagi tunanetra yang akan membaca dan memanfaaatkan koleksi tersebut.

4.6. Layanan Perpustakaan

Layanan yang ada di perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung ini sedikit berbeda dengan perpustakaan umum lainnya, karena perpustakaan ini lebih memfokuskan pada kebutuhan para tunanetra. Adapun layanan yang tersedia di sini adalah

1. Layanan sirkulasi perpustakaan digital adalah layanan yang digunakan sebagai tempat sirkulasi dan dapat melakukan

(45)

peminjaman dan pengembalian buku digital yang berupa CD, atau kaset tape.

2. Layanan ruang baca braille, Layanan ruang baca yang disediakan perpustakaan di mana pemakai tunanetra dapat menggunakan fasilitas perpustakaan ini untuk membaca, belajar, dan sharing dengan tunanetra lain.

3. Layanan koleksi braille, layanan yang sangat penting untuk berdirinya suatu perpustakaan. Perpustakaan menyediakan buku-buku braille yang dibutuhkan para tunanetra agar dapat memperoleh informasi.

4. Layanan komputer bicara, Layanan komputer bicara ini disediakan untuk memudahkan tunanetra dalam mengakses infomasi dan menambah wawasan, karena komputer bicara sangat membantu tunanetra dalam memperoleh infomasi sehingga diharapkan informasi yang di dapat tidak kalah dengan orang normal meskipun dengan keterbatasan indra penglihatan.

Layanan Perpustakaan braille Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi mempunyai jam buka layanan setiap hari, karena letak perpustakaan yang berada di panti asrama sehingga diharapkan memudahkan pemakai tunanetra dalam mendapatkan informasi. Untuk layanan perpustakaan digital buka dari senin sampai jum‟at mulai jam 08-13.00 WIB. Sedangkan perpustakaan komputer bicara buka jam 13.00-15.00 WIB dengan penjadwalan setiap hari 3 orang tunanetra yang dapat memanfaatkan komputer bicara tersebut.

(46)

4.7. Sarana Prasarana Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik balai rehabilitasi sosial menyediakan sarana prasarana yang dapat memajukan dan mengasah kemampuan dari para penyandang tunanetra. Dengan adanya pelayanan yang baik dan lengkap akan membuat nyaman dengan suasana balai rehabilitasi. Beberapa sarana dan prasaran yang disediakan panti antara lain :

1. Studio Musik adalah ruangan yang digunakan untuk berlatih musik. Para penyandang tunanetra di bimbing dan dilatih agar bisa memanfaatkan alat musik.

2. Karawitan, Angklung, Rebana, dan Kulintang

3. Studio Siar mini di ruangan ini layaknya studio siaran radio, karena ruang ini menyediakan fasilitas pengeras suara yang terhubung di setiap kamar asrama penyandang tunanetra sehingga informasi yang disampaikan dapat sekaligus di tangkap oleh seluruh tunanetra.

4. Komputer bicara, terdapat 3 unit komputer dan wifi/hotspot yang dapat dimanfaatkan tunanetra untuk mencari informasi mengenai dunia luar dari internet.

5. Audio Book, tersedia beberapa koleksi caset tape dan compact disk beserta peralatan lain untuk mendukung dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

6. Pepustakaan Braille, balai rehabilitasi menyediakan 100 judul lebih koleksi braille dengan setiap bulan mendapatkan tambahan 5 buku braille

(47)

baru yang dapat dimanfaatkan tunanetra untuk menunjang kebutuhan informasi mereka.

7. Penyediaan Al-Qur‟an Braille, Al-Qur‟an braille yang disediakan di masjid dapat langsung dimanfaatkan untuk menambah iman kepada Allah SWT.

(48)

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai hasil penelitian berdasarkan pada data yang telah diperoleh dari pengamatan di lapangan dan berkaitan dengan kebutuhan dan perilaku pencarian informasi pemakai tunanetra. Hasil data yang telah diperoleh melalui wawancara dari pertanyaan yang ditanyakan peneliti dan dari hasil observasi kemudian dilakukan analisis data. Adapun peneliti dalam melakukan analisis data sebagai berikut:

1. Informasi

2. Kebutuhan Informasi

3. Perilaku Pencarian Informasi 4. Motivasi

5. Kendala-kendala yang dihadapi

5.1. Informan

Informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 6 orang tunanetra yang terdiri dari 1 informan tunanetra yang bertugas sebagai pengurus balai rehabilitasi dan 5 informan dari tunanetra yang tinggal di balai rehabilitasi. Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(49)

No. Nama Usia Wawancara 1. Bambang 54 Tahun 02 September 2013 2. Rizki 20 tahun 02 September 2013 3. Noviyanto 21 tahun 02 September 2013 4. Kamal 48 tahun 02 September 2013 5. Wawan 30 tahun 02 September 2013

6. Fiki 16 tahun 02 September 2013

5.2. Informasi

Informasi bagi penyandang tunanetra sangatlah penting, karena meskipun mereka tidak mempunyai indra penglihatan yang sempurna, mereka sebagai tunanetra tetap tidak ingin tertinggal dalam mendapatkan informasi. Bahkan informasi yang mereka butuhkan jauh lebih banyak daripada seseorang yang mempunyai indra penglihatan normal. Tidak hanya itu, Informasi yang dibutuhkan disini karena mereka merasa perlu untuk bersosialisasi dengan orang lain, tidak hanya di lingkup para penyandang tunanetra tapi juga lingkungan masyarakat. Untuk lebih jelasnya penulis menanyakan informan mengenai mengapa penyandang tunanetra membutuhkan informasi, dan mereka menjawab sebagai berikut:

“ya, supaya lebih tahu karena dengan adanya informasi walaupun kita tunanetra, kita tetap tidak mau ketinggalan dengan orang-orang awas/ normal.” (Bambang)

(50)

Selain bambang sebagai staf tunanetra dari balai rehabilitasi, Wawan dan Fiki juga memberikan pendapat, berikut:

“ya, sebagai penyandang tunanetra saya membutuhkan informasi biar saya tahu mengenai informasi-informasi di dunia luar, tapi kalo disini lebih banyak ke informasi tentang pelajaran, terutama pelajaran pijat, dan informasi mengenai anatomi yang kita butuhkan sekali.” (Wawan)

“Karena informasi itu ya sangat penting untuk saya memperoleh informasi.” (Fiki)

Dari jawaban Wawan dan Fikri dapat kita ketahui bahwa penyandang tunanetra beranggapan informasi itu sangat penting bagi mereka untuk mengetahui berbagai informasi dunia luar dan terutama informasi mengenai pelajaran pijat dan anatomi. Berikut jawaban dari Rizki dan Noviyanto:

“Karena pengin mencari suatu berita, lebih dalamnya untuk menambah wawasan dan pengalaman.” (Rizki)

“Karena supaya kita tahu bagaimana berkomunikasi dan untuk keperluan kita dalam bersosialisasi dengan orang lain dan masyarakat.” (Noviyanto)

Data di atas menunjukkan bahwa informasi itu sangat penting bagi penyandang tunanetra dalam menambah wawasan, pengalaman serta untuk mencari berita dan bagi mereka informasi tersebut tidak hanya untuk mengetahui lebih dalam tentang informasi-informasi yang ada di dunia luar tetapi juga sebagai keperluan untuk bagaimana berkomunikasi dan dapat bersosialisasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu Kamal juga memberi pendapat yang sedikit berbeda, berikut jawabannya:

“Informasi dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari terutama dalam hal perubahan yang terjadi di sekitar kita yang terus bergerak sehingga kita harus perlu mengikuti.” (Kamal)

(51)

Dari hasil jawaban di atas, informasi sangat dibutuhkan tunanetra untuk perkembangan ke depan, karena kehidupan yang terus semakin berkembang menjadikan informan membutuhkan informasi lebih banyak. Serta dibutuhkan kemauan keras dari setiap individu untuk dapat mengikuti dan mendapatkan informasi terbaru.

5.3. Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi diperlukan karena adanya perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang. Dengan latar belakang dan lingkungan yang berbeda, menjadikan adanya hal-hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Agar lebih jelas, penulis menanyakan tentang kebutuhan informasi yang dibutuhkan para penyandang tunanetra.

5.3.1 Latar Belakang Kebutuhan Informasi

Secara keseluruhan para penyandang tunanetra dalam memenuhi kebutuhan informasi karena dilatarbelakangi oleh adanya berbagai hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari dan kebutuhan informasi individu yang berbeda-beda. Seperti halnya dari pendidikan yang mereka peroleh, tujuan untuk menambah wawasan, pekerjaan yang menuntut untuk bekerja lebih baik, dan juga rasa ingin tahu dari tunanetra tersebut.

(52)

5.3.2. Pendidikan

Kebutuhan informasi yang dibutuhkan para penyandang tunanetra, mereka dapatkan dari adanya pendidikan di kelas bimbingan Balai Rehabilitasi Sosial. Dari pendidikan yang diperoleh tersebut, mereka mendapatkan pelajaran di kelasnya masing-masing. Sesuai dengan kelasnya pelajaran yang diperolehpun berbeda-beda saat berlangsungnya kegiatan belajar di kelas, Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh hasil wawancara dengan informan jawabannya sebagai berikut:

“yang saya butuhkan tentang pelajaran disini, terutama fisiologi dan anatomi.” (Fiki)

Dari pendapat Fiki di atas, Fiki membutuhkan informasi karena adanya dorongan untuk dapat mengikuti dan menambah pengetahuannya mengenai pelajaran tentang anatomi dan fisiologi yang diajarkan di kelas, sehingga informasi yang dicari lebih ke pelajaran ilmu pengetahuan. Tetapi bagi Noviyanto tidak hanya tentang informasi pelajaran anatomi, IPA, dan fisiologi tapi semua informasi juga penting, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan dan praktek pijat. Seperti yang diutarakan berikut:

“Menurut saya semua informasi penting, tapi untuk disini yang lebih pentingnya lagi bagi tunanetra yaitu ilmu yang dipelajari di sini terutama yang berhubungan dengan praktek keterampilan dan praktek pijat dan informasi pelajaran IPA, anatomi, fisiologi.” (Noviyanto)

Berdasarkan jawaban Noviyanto di atas, dapat diketahui kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh penyandang tunanetra tidak hanya dari pendidikan, tapi juga yang berhubungan dengan kegiatan sebagai tunanetra yaitu sebagai tukang pijat tunanetra, dan praktek keterampilan. Berbeda

(53)

dengan hasil jawaban dari Kamal karena sebagai tunanetra baru, jadi yang dibutuhkan masih tidak terlepas dari pendidikan yang diperolehnya dahulu. Sebagai berikut hasil wawancara yang diperoleh:

“Sering saya butuhkan berita aktual, artikel pengetahuan, berita, politik, budaya, dan ilmu pengetahuan.”(Kamal)

Dari beberapa jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan informan sangat mempengaruhi kebutuhan informasi para tunanetra. Dan bisa dilihat bahwa informan berusaha untuk membekali dirinya dengan informasi terbaru sesuai dengan bidang yang diminatinya.

5.3.3. Tujuan Menambah Wawasan

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, seseorang memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut ada karena menurut mereka informasi sangat bermanfaat dan berguna bagi seseorang bahkan orang banyak. Dengan adanya informasi dari orang yang tidak tahu sehingga menjadi tahu. Namun, dengan adanya informasi diperlukan kemauan untuk memanfaatkan informasi tersebut. Sehingga informasi yang ada dapat di gunakan secara maksimal. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk menambah wawasan mulai dari adanya tuntutan pekerjaan, menambah informasi, rasa ingin tahu dan lingkungan sekitar. Uraiannya sebagai berikut:

5.3.4. Tuntutan Pekerjaan

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dua informan yaitu Wawan dan Rizki menyatakan bahwa mereka lebih membutuhkan

(54)

informasi karena adanya tuntunan pekerjaan, jawaban mereka sebagai berikut:

“informasi yang berhubungan dengan pekerjaan saya sebagai tukang pijat jadi ya informasinya lebih butuh mengenai pijat memijat.” (Wawan) “Ya, mungkin tentang kebutuhan sehari-hari, kalo saya kan lebih mendalami tentang pijat, dan pengobatan.” (Rizki)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi tunanetra yang dibutuhkan tidak hanya sebatas dalam ilmu pengetahuan dari pelajaran yang mereka peroleh tetapi juga lebih berhubungan dengan pekerjaannya sebagai tukang pijat memijat dan untuk mendapatkan informasi tentang pengobatan.

5.3.5. Menambah Informasi

Dari beberapa informan yang diwawancarai di antaranya ada yang membutuhkan informasi karena untuk tujuan menambah informasi kebutuhan individu. Namun, sebagian besar lebih ke informasi yang hanya mereka butuhkan. Bagi Bambang dan Rizki kebutuhan informasi yang dibutuhkan melingkupi semua informasi untuk menambah wawasan dan supaya tidak ketinggalan. Seperti yang dikemukakan berikut:

“ya, semua informasi jika memungkinkan untuk bisa ditangkap untuk menambah informasi kita gunakan, supaya lebih tahu dan tidak ketinggalan dengan mereka yang normal.” (Bambang)

“Untuk menambah wawasan dan pengalaman.”(Rizki) 5.3.6. Rasa Ingin Tahu dan Lingkungan

Dari hasil jawaban informan di atas dapat dikatakan bahwa tidak hanya pelajaran dan pekerjaan saja yang membutuhkan informasi. Tetapi juga

(55)

keinginan yang datang dari dalam diri masing-masing. Berikut Kamal memberikan jawaban:

“Rasa ingin tahu saya dan mengikuti perubahan.” (Kamal) “Karena untuk supaya kita tahu bagaimana berkomunikasi dalam masyarakat.”(Noviyanto)

Melihat jawaban di atas kebutuhan informasi yang dibutuhkan Kamal sebagai penyandang tunanetra adalah adanya rasa ingin tahu dari dalam diri mereka sendiri dan kemauan untuk mengikuti perubahan, perkembangan jaman agar tidak tertinggal. Seperti juga telah diutarakan Noviyanto, dia ingin tahu bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat luas. Karena bagaimanapun mereka menginginkan supaya dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, dan tidak hanya terbatas pada lingkungan para penyandang tunanetra. Rasa keingintahuan ini muncul karena adanya hal-hal yang ada diluar pengetahuan informan, sehingga sangat mendorong informan untuk mencari informasi agar dapat lebih berkembang.

5.3.7. Kesesuaian Informasi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informan

Dengan bermacam-macam kebutuhan informasi yang mereka butuhkan peneliti menanyakan mengenai kebutuhan informasi yang disediakan perpustakaan balai rehabilitasi sosial, apakah informasi yang disediakan sudah sesuai dan mencukupi kebutuhan mereka atau belum. Berikut para penyandang tunanetra menjawab:

“Kalau menurut saya cukup dengan tersedianya komputer, buku-buku braille yang setiap bulan mendapatkan 5 kiriman buku braille baru dari mitra netra.” (Bambang)

(56)

“Sampai saat ini sih sudah sesuai kebutuhan, terutama disini banyak buku-buku pengobatan, tapi sejauh ini saya belum menjelajahi dan mencari dari semua buku.” (Rizki)

Menurut Bambang dan Rizki kebutuhan informasi yang disediakan perpustakaan balai rehabilitasi sudah sesuai dan cukup karena dengan adanya komputer dan buku-buku braille yang setiap bulan bertambah serta buku braille yang dibutuhkan sudah tercukupi terutama tentang pengobatan. Sedangkan menurut Fiki informasi yang disediakan masih belum sesuai, seperti pernyataan berikut:

“Ya, sebetulnya ada yang belum sesuai karena kebanyakan buku-buku braille yang ada majalah dan Al-Qur‟an.” (Fiki)

Bagi Wawan dan Noviyanto kebutuhan informasi mereka belum tercukupi karena merasa kurang lengkap dan sempurna dengan informasi yang disediakan perpustakaan balai rehabilitasi sosial. Seperti yang diutarakan berikut

“Sudah sesuai sih, tapi belum sempurna.”(Wawan)

“Kalau untuk di sini, dari penyediaan buku dari pihak kantor itu sudah tercukupi tapi sekarang kadang-kadang bukunya gak ada, bisa dibilang belum 100% tercukupi.” (Noviyanto)

Dari pernyataan Wawan yang mengetahui bahwa kantor telah menyediakan tapi buku-buku braille yang dibutuhkan kadang-kadang tidak ada sehingga merasa belum tercukupi dengan sempurna. Tetapi jika menurut kamal bukan dari pihak kantor dan perpustakaan balai rehabilitasi melainkan kebutuhan informasi yang disediakan perpustakaan tidak sesuai dengan kebutuhan informasinya, Berikut dari pernyataannya:

(57)

“Belum, karena saya tunanetra baru, jadi saya belum bisa beradaptasi dan tangan saya belum peka dengan huruf braille.”(Kamal)

Dari pernyataan Kamal di atas dapat kita lihat bahwa tidak semuanya informasi yang disediakan perpustakaan belum sesuai dengan kebutuhan mereka melainkan karena Kamal sebagai tunanetra baru, belum begitu menguasai dan tangannya yang belum peka terhadap tulisan braille. Sehingga dibutuhkan kemauan untuk belajar menguasai huruf braille agar kebutuhan informasinya sebagai tunanetra dapat terpenuhi.

Dari hasil wawancara mengenai kebutuhan informasi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi para penyandang tunanetra sangat beragam dari ilmu pengetahuan, dan berupa rasa ingin tahu dalam diri masing-masing individu serta disesuaikan dengan pekerjaan dan perbedaan kesesuaian informasi dengan kebutuhan tunanetra terhadap informasi yang disediakan perpustakaan Balai Rehabilitasi tersebut.

5.4. Perilaku Pencarian Informasi

Kemajuan teknologi yang berkembang semakin cepat membuat perubahan dalam melakukan pencarian informasi. Tidak terkecuali bagi para penyandang tunanetra yang mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi dan mencari informasi sehingga mampu mengikuti perkembangan pengetahuan agar selalu up to date dan tidak ketinggalan, untuk mendukung pemenuhan kebutuhan informasi dan pekerjaan yang membutuhkan informasi lebih dalam maka para penyandang tunanetra melakukan pencarian informasi.

(58)

Pencarian informasi para penyandang tunanetra untuk memenuhi kebutuhan informasi sebagian besar sama, karena mereka mencari informasi melalui perpustakaan terlebih dahulu atau dengan komputer bicara dan audiovisual.

5.4.1. Jenis Informasi

Jenis Informasi yang dibutuhkan setiap orang berbeda tergantung dari kesesuaian dengan kebutuhan informasi yang mereka butuhkan dan terkadang bisa menyangkut tentang pekerjaan maupun pendidikan serta lingkungan sekitar yang mempengaruhi pola pikir mereka untuk mendapatkan informasi. Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari informan mengenai jenis informasi yang mereka cari, sebagai berikut:

“Informasi yang sering saya cari mengenai anatomi, fisiologi dan musik.”(Bambang)

“Kalau di internet saya seringnya mencari pelajaran anatomi untuk lebih tahu tentang tubuh-tubuh manusia dan fungsi organ, kelainan dan informasi berita-berita lainnya. Seperti saya kan senang olahraga sepakbola ya saya mencari informasi tentang itu.”(Noviyanto)

“Kalau di internet sih saya sering mencari tentang islam-islam di dunia, terus tentang kabar perkembangan dunia luar.”(Rizki)

“Kalau yang saya cari tentang ilmu pengetahuan karena basic saya kan geografi, jadi saya mencari informasi tentang yang berhubungan dengan geografi.”(Kamal)

“Pelajaran yang diajarkan disini yaitu fisiologi.”(Fiki)

“Biasanya saya mencari tentang anatomi, massage, dan dunia tunanetra gitu.”(Wawan)

Berdasarkan beberapa jawaban yang dipaparkan di atas, jenis informasi yang dibutuhkan para penyandang tunanetra bermacam-macam

(59)

tergantung pada ketertarikan pada suatu hal dan kebutuhan informasi mereka sehari-hari.

5.4.2. Bentuk Informasi

Informasi agar bisa dimanfaatkan oleh pengguna dibutuhkan keberagaman bentuk informasi agar memudahkan pemakai. Terlebih lagi bagi tunanetra dalam memperoleh informasi membutuhkan kecanggihan alat yang dapat memudahkan dan memperdalam tunanetra mengakses informasi. Di sini peneliti menanyakan mengenai bagaimana para tunanetra dalam melakukan pencarian informasi, dan jawabannya sebagai berikut:

“Dengan memanfaatkan media cetak yaitu dengan membaca buku, dan saya terus mencari yang ada disini dengan mendengarkan, media elektronik digunakan untuk mendengarkan misalnya VCD anatomi dan fisiologi.”(Noviyanto)

Jawaban di atas Noviyanto menyatakan bahwa untuk melakukan pencarian informasi para tunanetra memanfaatkan media cetak dan media elektronik terutama berupa audio bahkan buku-buku pelajaran yang dicari berupa VCD untuk didengarkan. Berikut jawaban dari Rizki:

“Menggunakan komputer sama buku braille dan radio.”(Rizki)

Berdasarkan jawaban Rizki di atas, bahwa dalam pencarian informasi yang mereka gunakan berupa buku dan radio. Dengan adanya alat-alat yang berupa audio dirasakan sangat penting untuk tunanetra dalam mendapatkan informasi.

“ya, yang pertama saya mencari dari buku-buku dan kedua dari komputer.”(Bambang)

(60)

“Saya biasanya mencari di internet”(Fiki)

“Saya biasanya terutama menggunakan buku-buku braille dan kaset-kaset yang disediakan di sini. ”(Wawan):

“Kalau saya lebih banyak mencari informasi dari audiovisual, mendengarkan televisi dan internet.”(Kamal)

Jadi dapat disimpulkan bahwa para penyandang tunanetra sangat membutuhkan bantuan audio. Informasi yang biasa mereka peroleh tidak hanya dengan mencari di buku dan internet bahkan mereka lebih memilih untuk mendengarkan televisi,dan audio lain.

5.4.3. Tempat Mendapatkan Informasi

Walaupun penyandang tunanetra sebagian besar menggunakan sumber informasi yang disediakan oleh perpustakaan balai rehabilitasi sosial, tapi tidak menutup kemungkinan untuk mereka mencari sumber informasi di luar. Seperti yang dilakukan oleh beberapa informan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukannya, baik itu dengan mendatangi perpustakaan daerah atau mencari informasi dengan menggunakan internet, berikut jawaban dari informan:

“ya, pertama mencari informasi dari buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan kita. Di sini kan sudah disediakan perpustakaan, kalau informasi yang kita cari gak ada, kita bisa mencari di perpustakaan daerah. Para penyandang tunanetra sini juga sering ke sana kalau di perpustakaan balai rehabilitasi sosial koleksi yang dicari tidak ada, kita lebih memilih untuk mengunjungi perpustakaan daerah.”(Rizki)

“Ya, kalau misal koleksi yang ada di perpustakaan sini kurang ya kita ke perpustakaan daerah karena di perpustakaan daerah lebih lengkap.” (Wawan)

“Kalau saya mencari di buku dulu apabila tidak ada saya mencari ke perpustakaan lain dan mencari di internet.”(Noviyanto)

Gambar

Gambar 2 Model Perilaku Informasi

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ANALISIS PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA BERDASARKAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI GAYA BERPIKIR (Penelitian pada Siswa Kelas X SMA

Praktek mengkonstruksi berbagai pola dasar ataupun pola busana sesuai topik pada setiap tatap muka, yang dibuat dalam bentuk laporan.. Skor

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian pertama yang berbunyi average abnormal return pada periode sebelum event Idul Fitri (September 2010) lebih besar

Simpulan Kombinasi EEKD 10 mg : EEJB 20 mg adalah komposisi terbaik dan mempunyai potensi yang setara dengan obat simvastatin dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL

: (3490042) Pekerjaan Konstruksi Pembangunan / Rehabilitasi Kamar Mandi dan Doorlop Balatkop dan UMKM Provinsi Jawa Tengah..

Finally, by setting self efficacy as an intervening variable between job autonomy and work outcomes (performance, satisfaction and job stress), this research is going to explain the

[r]

Aktivitas dosen: menyampaikan materi konsep gender dalam kajian politik, memfasilitasi diskusi, bersama mahasiswa menyimpulkan hasil diskusi. perkembanga n gender dalam