1
p-ISSN 2085-8507
e-ISSN 2722-3280
TECHNOLOGIC
VOLUME 12 NOMOR 1 | JUNI 2021
POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II Jakarta Utara 14330
Telp. 021 651 9555, Fax. 021 651 9821
www.polman.astra.ac.id
i
DEWAN REDAKSI
Technologic
Ketua Editor:
Dr. Setia Abikusna, S.T., M.T.
Dewan Editor:
Lin Prasetyani, S.T., M.T.
Rida Indah Fariani, S.Si., M.T.I
Yohanes Tri Joko Wibowo, S.T., M.T.
Mitra Bestari:
Abdi Suryadinata Telaga, Ph.D.
(Politeknik Manufaktur Astra)
Dr. Eng. Agung Premono, S.T., M.T. (Universitas Negeri Jakarta)
Harki Apri Yanto, Ph.D.
(Politeknik Manufaktur Astra)
Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM
(Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya)
Dr. Sirajuddin, S.T., M.T.
(Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Dr. Eng. Syahril Ardi, S.T., M.T.
(Politeknik Manufaktur Astra)
Dr. Eng. Tresna Dewi, S.T., M.Eng
(Politeknik Negeri Sriwijaya)
Administrasi:
Asri Aisyah, A.md.
Kristina Hutajulu, A.md.
Kantor Editor:
Politeknik Manufaktur Astra
Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II Jakarta Utara 14330
Telp. 021 651 9555, Fax. 021 651 9821
www.polman.astra.ac.id
ii
EDITORIAL
Pembaca yang budiman,
Puji syukur kita dapat berjumpa kembali dengan Technologic Volume 12 No. 1, Edisi
Juni 2021.
Pembaca, Jurnal Technologic Edisi Juni 2021 kali ini berisi 10 manuskrip.
Atas nama Redaksi dan Editor, di tengah pandemi covid-19 yang masih belum usai, kami
do’akan semoga dalam keadaan sehat selalu, tetap menjaga Protokol Kesehatan, dan
kami haturkan terima kasih atas kepercayaan para peneliti dan pembaca, serta selamat
menikmati dan mengambil manfaat dari terbitan Jurnal Technologic kali ini.
iii
DAFTAR ISI
PENGARUH TEMPERATUR PREHEAT TERHADAP DISTORSI DAN STRUKTUR MIKRO
SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON ASTM A36 DAN BAJA TAHAN KARAT
AUSTENITIK AISI 304 MENGGUNAKAN GMAW
1
Danny Wicaksono, Mochammad Noer Ilman
MODIFIKASI SISTEM KONTROL PROSES PRODUKSI PADA MESIN CBC GRAFIR DAN MESIN
AUTOLOADER BERBASIS PLC CJ1M
7
Lin Prasetyani, Rizqi Iman Yulianto
PENGEMBANGAN MODUL DAN ALAT PERAGA UNTUK MENGHILANGKAN VARIASI PROSES
PRAKTIK PADA MATA KULIAH PPM DI LABORATORIUM ERGONOMI POLMAN ASTRA
13
Heri Sudarmaji , Anisa Budiarti
MENURUNKAN LEAD TIME SERVICE BERKALA KELIPATAN 40.000 KM DENGAN MENURUNKAN
WAKTU PROSES PENGGANTIAN OLI TRANSMISI MANUAL DAN OLI DIFFERENTIAL
MENGGUNAKAN SST DI AUTO 2000 ABC
18
Setia Abikusna, Teguh Triantoro
MENAIKKAN PERFORMA UNIT BULLDOZER D155-6R DENGAN PERBAIKAN SISTEM
MAINTENANCE DI DISTRIK SANGATA KALIMANTAN TIMUR
23
Vuko A.T Manurung, Yohanes Trijoko, Laurentius Nandy K
MENINGKATKAN EFISIENSI MAN POWER LINE MACHINING AXLE SHAFT A MENGGUNAKAN
METODE PENYEIMBANGAN BEBAN KERJA OPERATOR DI PT INTI GANDA PERDANA
27
Nensi Yuselin, Hasbianto
PENGEMBANGAN DESAIN KONSTRUKSI MOLD MODULE BOX COVER DI POLITEKNIK
MANUFAKTUR ASTRA
33
Fitri Yuni Astuti, Eko Ari Wibowo
RANCANG BANGUN PORTAL WEB PELAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
MELALUI PENDEKATAN BUSINESS PROCESS IMPROVEMENT (BPI) DAN PURWARUPA (STUDI
KASUS PT PAMAPERSADA NUSANTARA)
39
Nindy Okta Novianti, Aisyah Milania, Suhendra
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI TOKO BAJU SHIENA WEAR
45
Riesta Pinky Nurul Arifah, Rifqih Syahrial Anwar, Arie Kusumawati dan Indah Cyithia Devi
PERANCANGAN AUTOMATIC GUIDED VEHICLE (AGV) UNTUK MENUNJANG PROSES
PEMBELAJARAN DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
51
27
MENINGKATKAN EFISIENSI MAN POWER LINE MACHINING AXLE
SHAFT A MENGGUNAKAN METODE PENYEIMBANGAN BEBAN
KERJA OPERATOR DI PT INTI GANDA PERDANA
Nensi Yuselin
1, Hasbianto
21,2. Teknik Produksi dan Proses Manufaktur, Polman Astra, Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter 2, Jakarta, 14330, Indonesia
E-mail : [email protected], [email protected]2
Abstrak-- Masa globalisasi seperti saat ini, industri berlomba-lomba untuk dapat menjalankan
produksinya dengan efisien. Semakin efisien suatu proses yang dijalankan maka semakin rendah cost produksi yang dikeluarkan. Hal ini yang terjadi pada PT IGP plant 2 Line Machining Axle Shaft A dimana masih terdapat MUDA menunggu yang menyebabkan kerja man power tidak efisien. Banyaknya muda menunggu membuat efisiensi man power Line Machining Axle Shaft A rendah yaitu sebesar 72%, MUDA menunggu pada
line axle shaft A disebabkan oleh beban kerja antar operator yang tidak seimbang. Dengan menggunakan
metode penyeimbangan beban kerja operator dengan membagi 3 element kerja yaitu Non-Valuable Work,
Walking dan Valuable Work. Element kerja Non-Valuable Work dapat di eliminasi. Salah satunya adalah
MUDA menunggu akan dapat dikurangi sehingga dapat meningkatkan efisiensi man power yang awalnya 72% meningkat 15% menjadi 87%.
Kata Kunci: MUDA menunggu, line axle shaft A, penyeimbang beban kerja operator.
I. PENDAHULUAN
Industri otomotif di Indonesia kini telah berkembang pesat, dengan menjadi basis produksi kendaraan jenis MPV, truck, dan pick up. Produksi kendaraan tidak hanya memenuhi pasar domestik saja tapi juga eksport. Permintaan yang meningkat menyebabkan banyaknya perusahaan otomotif yang berkembang di Indonesia, salah satu perusahaan supplier otomotif yang ada di Indonesia adalah PT Inti Ganda Perdana, perusahaan yang bergerak dibidang komponen under body dimana bisnis utama terletak pada proses assembly dan machining. PT IGP memproduksi Rear Axle Assy, Propeller Shaft Assy, dan Transmission Assy, untuk kategori 1, 2 dan 3. Kategori 1 adalah untuk mobil penumpang dan kategori 2 & 3 adalah untuk mobil komersial (truck dan bus).
Tuntutan kualitas produk yang tinggi dari konsumen dengan harga produk yang murah dan biaya produksi yang naik setiap tahunnya menyebabkan perusahaan-perusahaan otomotif di Indonesia harus mampu bersaing agar bisa memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini berdampak terhadap PT Inti Ganda Perdana yang harus melakukan perubahan dan perbaikan secara berkesinambungan agar mampu bersaing dengan perusahaan- perusahaan kompetitor-nya. Pada departemen produksi 2 plant 2 terdapat 3 line
machining process dimana produk yang dihasilkan
yaitu axle shaft. Pada Line Machining Axle Shaft A saat ini masih terdapat MUDA menunggu yang me-nyebabkan man power Line Machining Axle Shaft A kurang efisien.
Dari literature penelitian sebelumnya dengan Judul Optimalisasi Beban Kerja Operator menggunakan Metode Work Load Analysis (WLA) pada operator Filling Liquid dengan menganalisis elemen-elemen kegiatan beban kerja pekerja filling. Dalam metode workload analysis yang diamati dari sampling setiap bagian kerja persentase produktifitas dan non produktifitas, performance rating, allowance sampai dengan beban kerja. Dengan metode ini akan dapat diukur seberapa besar beban kerja filling produk dalam proses pengemasan. Penelitian dengan judul Analisis Produktivitas Kerja Menggunakan Tabel Standar Kerja (TSK) dan Loading Chart pada Proses Produksi menjelaskan bahwa kelemahan produktivitas produk dan efisiensi tenaga kerja dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu, pekerjaan yang tidak produktif, sering terjadi kerusakan mesin, aktivitas kerja yang tidak menghasilkan nilai tambah, lingkungan kerja yang kurang ergonomis, serta proses cleaning yang terlalu lama. Untuk mengatasi faktor-faktor tersebut maka dilakukan standarisasi kerja yaitu melakukan analisa dengan menggunakan Tabel Standarisasi Kerja (TSK) sehingga dapat diketahui cycle time, takt time lead
time dan loading time dari proses kerja, serta tabel Loading Chart untuk mengetahui waktu ideal dan
waktu aktualnya.
Dari kedua penelitian menjelaskan meningkatkan efisiensi dengan meyeimbangkan beban kerja dari operator di setiap stasiun kerjanya dengan memilah setiap aktivitas kerjanya.
28
Pemborosan (Muda, Mura, Muri)
Gambar 1. Muda, Mura, & Muri
Taichi Ohno menciptakan istilah Muda, Mura,
dan Muri. Muda adalah pemborosan, suatu aktivitas
yang tidak menghasilkan nilai tambah (sia-sia). Aktivitas tersebut justru akan menambah atau memperpanjang lead time selama proses produksi sehingga menghasilkan persediaan (inventory) berlebih dan menimbulkan berbagai jenis waktu tunggu. Mura adalah ketidakmerataan, pekerjaan yang dilakukan tidak merata. Dalam sistem produksi terkadang terdapat mesin atau orang yang mengalami lebih banyak pekerjaan daripada mesin lain atau orang lain. Dan Muri adalah membebani seseorang atau mesin secara berlebihan. Ketiga fenomena tersebut menghambat efisiensi proses produksi [3].
(1) Dari latar belakang dan referesi penelitian sebelumnya penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk Meningkatkan Efisiensi Man power Line
Machining Axle Shaft A.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Line balancing adalah penyeimbangan penugasan elemen-elemen kerja dari suatu assembly
line ke work stations yang bertujuan untuk
meminimumkan banyak-nya work station dan meminimumkan idle time pada semua stasiun dengan tingkat output tertentu. Line balancing dapat meningkatkan efisiensi pada proses dengan meminimalisir stasiun kerja, waktu siklus kerja dan memaksimalkan beban kerja serta meningkatkan fleksibilitas antar stasiun kerja [9]. Efisiensi jalur produksi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut [10]:
(2) Adapun tahapan perbaikan adalah sebagai berikut: 2.1 Urutan Proses Analisa
Dapat dilihat bahwa terdapat masalah dimana beban kerja operator di tiap pos tidak merata yang
menimbul-kan efisiensi man power line axle shaft A rendah, maka dengan ini penulis ingin melakukan berbaikan untuk meningkatkan efisiensi man power
line axle shaft A.
2.2 Analisa Kondisi Yang Ada
Dapat dilihat bahwa pada line axle shaft A terdapat ketidakseimbangan beban kerja operator pada tiap pos kerja yang mengakibatkan efisiensi man
power line axle shaft A rendah. Berikut data cycle time man power tiap pos yang disajikan dalam bentuk
grafik Yamazumi chart.
Gambar 2. Yamazumi chart line axle shaft A current
condition
Grafik Yamazumi chart diatas menunjukan bahwa cycle time man power di tiap pos kerja pada line
axle shaft A belum seimbang, oleh karena itu kita bisa
melihat kondisi yang ada pada line axle shaft A. Berikut kondisi yang ada pada line axle shaft A. 2.2.1 Langkah Kerja Man power
Di Tiap Pos Line axle shaft A terdapat 12 mesin yang di operasikan oleh 5 man power yang terbagi menjadi 5 pos kerja. Berikut merupakan langkah kerja
man power pada tiap pos.
Gambar 3. Langkah kerja man power di tiap pos 2.2.2 Cycle Time Mesin
Cycle time mesin digunakan sebagai acuan cycle time line axle shaft A, dimana di ambil dari bottleneck
yaitu cycle time mesin tertinggi pada line tersebut yang nantinya ditambah dengan waktu loading dan
unloading sehingga menjadi cycle time line atau takt time. Berikut adalah cycle time mesin dan bottleneck line axle shaft A. Cycle Time Line = Bottleneck +
(waktu loading + unloading)
Perbandingan Cycle Time Man power Dengan Cycle
Time Line/Takt Time
Saat ini terdapat perbedaan yang cukup jauh antara cycle time man power dengan takt time di tiap
29
pos kerja. Berikut merupakan tabel nilai cycle time
man power dengan takt time di tiap pos.
Tabel 1. Perbandingan cycle time man power dengan cycle time line
2.3 Analisa Akar Masalah
Setelah data dianalisa sesuai dengan kondisi yang ada, dalam hal ini penulis akan menganalisa permasalahan untuk mengetahui akar dari permasalahan yang ada menggunakan metode 4M dan
why-why analisis table.
Tabel 2. Analisa problem berdasarkan 4M
Category Problem Judge
MAN No problem
Operator bekerja sesuai TSK O
MACHINE No problem
Mesin bisa melakukan proses O
METHOD Problem
Banyaknya MUDA menunggu di tiap pos X
MATERIAL No problem
Material tidak berubah O
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya MUDA menunggu pada beberapa pos dikarenakan jumlah man power tidak sesuai dengan perhitungan man power ideal.
2.4 Analisa Penyebab Masalah
Melakukan perhitungan jumlah man power ideal (Monden, [4]). Setelah diketahui akar penyebab masalah dari banyaknya MUDA menunggu di beberapa post yaitu dikarenakan jumlah man power tidak sesuai dengan perhitungan man power ideal, maka bisa kita lihat perhitungan man power ideal pada
line axle shaft A.
∑Cycle Time Man power : 258 detik
Takt Time : 72 detik
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa jumlah
man power standar adalah 3.58 man power dari aktual
kondisi yang ada yaitu 5 man power. 2.5 Penentuan Target
Penentuan Target dilakukan menggunakan metode SMART, seperti pada tabel.
Tabel 3. Penetapan target menggunakan SMART
Metode SMART
S (Specific) Meningkatkat efisiensi man power
dari 72% menjadi 87%
M (Measurebale) Efisiensi man power line axle shaft A meningkat 15%
Metode SMART
A (Achievable) Target dapat dicapai dengan reduce 1MP/shift dan penyeimbangan beban kerja
R (Reasonable) Reduce 1MP/shift dapat memenuhi
target efisiensi man power meningkat 15%
T (Timebase) Januari - Juni 2019
2.6 Rencana Perbaikan
Setelah dianalisa dengan why-why analysis, penyebab efisiensi line axle shaft A rendah yaitu beban kerja operator tiap pos tidak merata.
Setelah mendapatkan akar masalah yang terjadi, penulis melakukan analisa untuk mengetahui langkah perbaikan yang akan dilakukan dengan mengunakan 5W1H.
Tabel 4. Tabel rencana perbaikan 5W1H
What Why Where When Who How
Banyaknya MUDA menunggu di beberapa pos kerja Jumlah operator tidak sesuai dengan perhitun gan man power ideal Line axle shaft 4 Janua ri-Juni 2019 Hasbianto Reduce Man power dan menyeimb angkan beban kerja antar man power
Dari analisa ini didapatkan bahwa langkah perbaikan yang dilakukan yaitu dengan reduce man
power dan menyeimbangkan beban kerja operator
pada tiap pos.
2.6.1 Reduce Man power
Seperti yang kita ketahui bahwa jumlah man
power aktual tidak sesuai dengan perhitungan man power ideal, maka dari itu dilakukan perbaikan dengan reduce man power. Berikut merupakan proses
30
1. Diagram Alur Improvement
Gambar 4. Flow process alur Improvement 2. Jumlah Man power Ideal
Dari hasil perhitungan diketahui jumlah man
power yang dibutuhkan pada line axle shaft A adalah
4 man power.
3. Penyeimbangan Beban Kerja
Penyeimbangkan beban kerja dilakukan dengan cara menganalisa TSK dan TSKK sebelum perbaikan, lalu mengolahnya dengan membagi dan menyeimbangkan job yang nantinya diberikan kepada 4 man power di tiap pos, job tersebut di tuangkan dalam bentuk tabel elemen kerja tiap pos.
1. Yamazumi chart
Setelah dilakukan pembagian beban kerja maka untuk mengetahui keseimbangan beban kerja
man power 1 dengan yang lainnya, maka hasil dari
pembagian tersebut ditampilkan dalam Yamazumi
chart untuk memudahkan dalam membaca hasil
pembagian beban kerja man power. Berikut Yamazumi
chart line axle shaft A.
Gambar 5. Yamazumi chart setelah perbaikan
2. Standar Kerja Setelah Perbaikan
Setelah dilakukan penyeimbangan beban kerja yang menghasilkan 4 pos kerja, berikut adalah pergerakan man power yang di visualisasi pada layout yang terangkum pada TSK.
III. HASIL DAN DISKUSI
Penulis melakukan penelitian di departemen produksi 2 plant 2 yang mempunyai 3 Line Machining
Axle Shaft, berikut data efisiensi man power yang ada
di departemen produksi 2 plant 2 Line Machining Axle
Shaft.
Gambar 6. Grafik efisiensi man power line axle shaft A
Dari grafik tersebut bahwa efisiensi man power
Line Machining Axle Shaft A terendah diantara yang
lainnya, sehingga penulis memilih Line Machining
Axle Shaft A sebagai tempat penelitian.
3.1 Pengenalan Produk Axle Shaft Line A
Gambar 7. Axle shaft
Axle shaft atau poros penggerak roda adalah
salah satu komponen sistem pemindah tenaga, merupakan poros penggerak roda, dimana roda tersebut dipasang pada axle shaft sehingga beban roda ditumpu oleh axle shaft. Axle shaft memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1. Sebagai penerus putaran mesin ke roda 2. Sebagai dudukan roda
3. Sebagai penumpu beban roda
Di line A memproduksi axle shaft model L300 untuk mobil Mitsubishi L300 dan TBR untuk mobil Isuzu Panther.
3.2 Data Elemen Kerja
Data elemen kerja yang ditampilkan adalah data yang sudah dilengkapi dengan keterangan waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan pekerjaan yang
31
diambil dari nilai terbaik yang sering muncul dari 10 kali pengulangan dan keterangan 3 tipe operasi. Berikut penjelasan 3 keterangan operasi yang ada pada tabel element kerja:
1. Non-Valuable Work (NVW), yaitu suatu nilai atau kerja yang tidak dibutuhkan dan harus dieliminasi.
2. Walking (W), yaitu suatu nilai atau kerja yang tidak ada nilai tambah namun dibutuhkan. 3. Valuable Work (VW), yaitu suatu nilai atau
kerja yang memberi nilai tambah atau dapat mengubah bahan mentah menjadi setengah jadi dengan tenaga manual pekerja.
3.3 Data Standar Kerja
Data ini menjelaskan urutan proses dengan visualisasi pada layout yang terangkum pada TSK, dimana di dalamnya terdapat simbol segitiga berwarna kuning yang berarti pengecekan kualitas, simbol plus berwarna hijau yang berarti safety dan simbol lingkaran berwarna abu-abu yang berarti standart stock dalam proses, berikut adalah data standar kerja per pos:
Pos 1
Gambar 8. TSK pos 1
Pos 1 terdapat 10 elemen kerja yang dilakukan oleh man power pada mesin 12-2 dan 12-14, dimana terdapat 1 standar stock dalam proses pada tiap mesin. 3.4 Data Yamazumi chart
Yamazumi berupa grafik batang yang ditumpuk,
menggambarkan keseimbangan cycle time dari beban kerja diantara beberapa operator, biasanya dalam satu lini kerja atau sel kerja, dan dari situ akan terlihat visual yang menggambarkan perbedaan antara cycle
time man power dengan cycle time line/takt time.
Berikut grafik Yamazumi chart line A.
Gambar 9. Yamazumi chart line A
Tabel 5. Perbandingan cycle time man power dengan
cycle time line
Data Yamazumi chart diatas menunjukan bahwa jarak waktu kerja man power dengan takt time memiliki perbedaan yang sangat jauh, yang artinya masih adanya MUDA menunggu yang menyebabkan
man power line axle shaft A tidak efisien.
3.5 Hasil Improvement 3.5.1 Reduce Man power
Setelah melakukan perbaikan pada line axle shaft A jumlah man power berkurang dari 5 menjadi 4 man
power.
3.5.2 Balancing Job
Setelah dilakukan reduce man power line produksi axle shaft A dibuatkan Tabel Standar Kerja (TSK) dan Tabel Standar Kerja Kombinasi (TSKK) baru 4 man power agar beban kerja man power seimbang. Berikut hasil pembuatan Tabel Standar Kerja (TSK) dan Tabel Standar Kerja Kombinasi (TSKK) 4 man power.
3.5.3 Efisiensi Line axle shaft A Meningkat
Setelah dilakukan reduce man power dengan menyeimbangkan beban kerja, efisiensi line axle shaft A meningkat. Berikut merupakan perhitungan efisiensi line axle shaft A sesudah perbaikan.
Gambar 10. Grafik perbandingan efisiensi Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa efisiensi line axle shaft A meningkat dimana efisiensi awal line sebelum perbaikan sebesar 72% dan setelah dilakukan perbaikan meningkat menjadi 87% dengan demikian target meningkatkan efisiensi line tercapai yaitu meningkat sebesar 15%.
32
3.5.4 Produktivitas Line axle shaft A Meningkat Berikut perhitungan unit/man hour line axle shaft A. Sebelum perbaikan:
Setelah perbaikan
Gambar 11. Grafik perbandingan unit/man hour Grafik diatas menunjukan bahwa unit/man
hour line axle shaft a meningkat dari 9.2 unit/man hour menjadi 11.5 unit/man hour, atau meningkat
sebesar 25%. 3.6 Analisa Dampak
Setelah perbaikan dari perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat perubahan-perubahan yang muncul dari segi productivity,
quality, cost, delivery, safety, morale, dan
environment antara lain yaitu:
3.6.1 Productivity
Dari segi produktifitas line axle shaft A meningkat dimana man hour per unit meningkat 25% dari 9,2 U/MH menjadi 11,5 U/MH.
3.6.2 Quality
Dari segi kualitas produk yang dihasilkan setelah dilakukan perbaikan tidak terjadi perubahan karena tidak ada yang dirubah dimensi dan cara membuat produk tersebut.
3.6.3 Cost
Dengan dilakukan reduce man power maka Cost labour perusahaan berkurang.
3.6.4 Delivery
Dengan beban kerja yang seimbang antar operator maka proses Delivery lancar karena operator melakukan one cycle finish dan tidak ada penumpukan.
3.6.5 Safety
Dari segi Safety terjadi peningkatan karena beban kerja operator merata sehingga tidak ada material yang ditumpuk yang dapat menyebabkan accident.
3.6.6 Morale
Man power menjadi senang dikarenakan beban
kerja antar operator seimbang dan dapat memulai dan menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama. 3.6.7 Environment
Reduce sampah, consumable yang digunakan line axle shaft A menurun.
IV. KESIMPULAN
Setelah melakukan perbaikan dengan melakukan penyeimbangan beban kerja operator dapat disimpulkan Efisiensi Man power Line Machining
Axle Shaft A meningkat yang sebelumnya 72%
menjadi 87%. Dan Produktivitas meningkat yang sebelumnya 9,2 unit/MH menjadi 11,5 unit/MH
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutaklasana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja.Bandung : Institut Teknologi Bandung [2] Wignjosoeboroto, Sritomo, (1992), Teknik Tata
Cara dan Pengukuran Kerja. Jakarta: Penerbit Guna Widya.
[3] Monden, Y. (1995). Sistem Produksi Toyota: Suatu Ancangan Terpadu Untuk Penerapan Just-In-Time 1. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo & PPM
[4] Dailey, Kenneth W. (2003). The Lean
Manufacturing Pocket Handbook. Pennsylvania:
DW Publising Co.
[5] Liker, J.K. (2006). The Toyota Way Fieldbook. Jakarta: Erlangga
[6] Toyota Motor Corporation. (2006). Toyota
Production System: Kaizen Standarisasi Kerja.
Jakarta: Author.
[7] Kocakulah, M., Brown, J., & Thomson, J. (2008). Lean Manufacturing Principles and
Their Application.Indiana: Author.
[8] Siti Nandiroh, (2014), Analisis Produktivitas Kerja Menggunakan Tabel Standar Kerja (TSK) dan Loading Chart pada Proses Produksi, Seminar Nasional IDEC 2014
[9] Adeppa, A. (2015). A Study on Basics of
Assembly Line Balancing. International Journal
on Emerging Technologies , 294-297.
[10] Adnan, A. N., Arbaai, N. A., & Ismail, A. (2016).
Improvement of Overall Efficiency of Production Line By Using Line Balancing. ARPN Journal of
Engineering and Applied Sciences, 7752-7758. [11] Hari Moektiwibowo, (2019) Optimalisasi Beban
Kerja Operator menggunakan Metode Work
Load Analysis (WLA) pada Operator Filling Liquid. Penelitian Program Studi Teknik
Industri, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Jakarta.