• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Bahaya Bekerja Di Ruangan Terbatas (Confined Space) Dengan Hirarki Control

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengendalian Bahaya Bekerja Di Ruangan Terbatas (Confined Space) Dengan Hirarki Control"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Oktober 2018 | Vol. 3 | No. 2 | ISSN : 2541-2647 Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI)

Pengendalian Bahaya Bekerja Di Ruangan Terbatas

(Confined Space)

Dengan

Hirarki Control

Larisang*1, Ansyar Bora2, Dina Marta3

1,2,3Jln. Teuku Umar Lubuk Baja, Telp 0778 425 391 Fax 458394 Batam 29432 1,2,3Program Studi Teknik Industri, STT Ibnu Sina, Batam

e-mail: *1larisang01@yahoo.co.id, 2ansyar@stt-ibnusina.ac.id, 3Dinamarta5394@gmail.com

Abstrak

PT. Anggrek Hitam Shipyard memiliki pesaing di dalam industri galangan kapal yang cukup banyak dan memiliki kualitas terbaik dalam pembuatan produk kapal nya. Hal itu di dasarkan pada proses pengerjaan yang tepat waktu dan sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang baik pada karyawan dalam pelaksanaan pembuatannya. Kecelakaan kerja merupakan salah satu kegiatan yang mempengaruhi proses pembuatan kapal. Dengan kurangnya personil atau petugas keselamatan di lapangan mempengaruhi hasil kerja yang di lakukan oleh karyawan. Kecelakaan kerja seringkali menjadi faktor terhentinya pekerjaan di suatu titik kerja yang sangat mempengaruhi ketepatan waktu pemesanan produk. Dengan di tambahkannya petugas keselamatan untuk memantau pekerjaan setiap karyawan agar sesuai dengan prosedur perusahaan yang di landaskan pada undang-undang di rasa akan dapat memperbaiki keadaan yang sering mengalami kecelakaan kerja. Sehingga perusahaan dapat mengirim kapal tepat waktu sesuai permintaan client. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh bahwa, pengendalian bahaya bekerja yang dapat di lakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja menggunakan hirarki kontrol adalah dengan rekayasa teknik, administrasi dan penggunaan alat pelindung diri

Kata Kunci : (Pengendalian bahaya bekerja, hirarki control.)

Abstract

PT. Anggrek Hitam shipyard has competitors in the shipyard industry that are quite numerous and have the best quality in the manufacture of ship products. This is in the hamlet in the process of working on time and the health system and good work for employees in carrying out the construction. Work accidents are one of the activities that affect the shipbuilding process. With the lack of employees or officers at work that can be done by employees. Net work accidents are the stopping factors in work that works in accordance with the timeliness of product ordering. By analyzing the officers for several jobs so that they are in accordance with the procedures in the countries they feel they can be used. However, you can send the ship on time as requested by the client. From the results of data processing that has been carried out, work is used that can be used to reduce work risks by using techniques, administration and use of personal protective equipment.

Keywords: (Hazard control works, hierarchical control.)

1. PENDAHULUAN

(2)

tentu mengutamakan kualitas produk yang di hasilkan karena merupakan poin terpenting dalam menghadapi pesaing-pesaing yang bermunculan oleh karena itu strategi yang mementingkan kepuasan pelanggan sangat diperlukan sehingga keuntungan atau profit dapat dicapai salah satu masalah yang banyak terjadi pada bidang Galangan kapal yaitu kecelakaan kerja di dalam ruangan terbatas (confined spaces). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat banyak jenis kejadian kecelakaan kerja di dalam ruangan terbatas, diantaranya adalah terjatuh dari perancah setinggi empat meter yang disebabkan adanya kawat pengikat papan yang terlepas, kemudian terpapar serbuk besi hasil penggerindaan, luka bakar dari percikan api pengelasan, kekurangan oksigen akibat kurangnya fentilasi udara di dalam tangki atau ruangan terbatas. Adapun judul dari penelitian adalah “Pengendalian Bahaya Bekerja di Ruangan Terbatas (Confined Space) dengan Hirarki Control di PT. Anggrek Hitam Shipyard”

2. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu Dan Tempat Penelitan

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melaksanakan penelitian pada awal bulan April – Agustus 2018, dengan tempat penelitian yang sama di PT.Anggrek Hitam Shipyard yang beralamat di jalan raya pelabuhan kabil. Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

2.2 Jenis Data

Di dalam penelitian ini menggunakan jenis data : 2.2.1 Data Primer

Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti secara langsung pada departemen Health Safety and environtment (HSE) di PT. Anggrek Hitam Shipyard, adapun datanya yaitu kecelakaan kerja pada ruangan terbatas.

2.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dan telah ada sebelumnnya di PT.Anggrek Hitam Shipyard berupa dokumen perusahaan

a. Data kecelakaan kerja bulan April – Agustus 2018.

b. Jumlah proses pekerjaan di dalam ruangan terbatas selama bulan April – Agustus 2018.

c. Kategori kecelakaan bekerja pada ruangan terbatas di PT.Anggrek Hitam Shipyard. 2.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yang dilakukan tidak mengambil sampel, tetapi menggunakan keseluruhan data populasi dari semua kecelakaan kerja yang terjadi selama bulan april 2018 sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya pada bulan agustus sampai desember 2016, yaitu jumlah kecelakaan kerja yang di record dan di catat oleh departemen Health Safety and Environtment (HSE) 2.4 Kerangka Pemecahan Masalah

(3)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data populasi kecelakaan kerja pada PT. Anggrek Hitam Shipyard di ambil dari semua bentuk kejadian kecelakaan yang terjadi baik di dalam ruangan terbatas maupun lingkungan di sekitarnya. Pengumpulan data yang diambil yaitu data primer. Data primer yang diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi pada perusahaan berdasarkan pantauan langsung dan catatan petugas keselamatan di PT. Anggrek Hitam Shipyard.

Kecelakaan kerja pada PT. Anggrek Hitam Shipyard di kategorikan berdasarkan beberapa jenis yaitu :

1. Unsafe action / condition tindakan-tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi para pekerja. Misalnya, adanya percampuran bahan-bahan kimia, membuang sampah di sembarangan tempat, bekerja sambil bercanda dan bersenda gurau, mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan skill / keterampilan, tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik. Sedangkan Unsafe condition adalah kondisi-kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi para pekerja. Misalnya, tempat kerja yang tidak memenuhi standar / syarat, kebisingan di tempat kerja, waktu kerja atau jam terbang yang berlebihan, Perlakukan yang tidak menyenangkan dari atasan.

2. Near miss adalah peristiwa yang tidak direncanakan yang memiliki potensi untuk menyebabkan, tetapi tidak benar-benar mengakibatkan cedera manusia, kerusakan lingkungan atau peralatan, atau gangguan normal operasi.

3. First aid case adalah kasus kecelakaan kerja yang dalam perawatan lukanya tidak membutuhkan penanganan dari tenaga medis yang professional ( perawat/dokter ), cukup first aider ( Petugas P3K ) yang sudah diberikan pelatihan.

4. Medical treatment case adalah kasus kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan lukanya dari tenaga medis yang professional ( perawat/dokter ). Kasus ini tidak bisa ditangani hanya sekedar pertolongan pertama pada kecelakaan ( First Aid ). Dalam kasus ini tidak menyebabkan kehilangan waktu kerja pada shift/hari berikutnya.

5. Lost time injury adalah jumlah dari Fatality + PTD + PPD + LWC.

6. Fatality adalah adalah kasus kecelakaan kerja yang menimbulkan kematian pada si pekerja.

7. Property demage adalah kasus kecelakaan yang menyebabkan kerusakan property / asset perusahaan seperti ledakan atau kebakaran tangki.

8. Environment demage adalah kecelakaan kerja yang menyebabkan kerusakan lingkungan secara langsung seperti tumpahnya minyak ke perairan.

Adapun data kecelakaan kerja secara keseluruhan yang di peroleh sejak bulan April sampai dengan bulan Agustus 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data kecelakaan kerja Tahun 2018 SUMMARY INCIDENT / ACCIDENT 2018

Month Name Category Date of incident Project

No.

(4)

Rustam FAC 19 / mei / 18 Yard wound on the left palm ( Sumber : PT Anggrek Hitam Shipyard)

Berdasarkan table di atas, maka di peroleh data kecelakaan kerja di dalam ruangan tangki selama bulan April sampai Agustus yang paling banyak di temui di karenakan pekerjaan menggerinda, yaitu terpapar serbuk gerinda pada mata. Kemudian dengan kecelakaan kerja tersebut pekerja dapat menghilangkan waktu kerja yang seharusnya berjalan dengan normal selama delapan jam kerja,namun harus terhenti menjadi enam jam kerja atau bahkan di liburkan karena tidak mampu melanjutkan pekerjaan nya lagi.

3.1.1 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Menurut Three Man Factor Theory

Dari beberapa teori mengenai faktor kecelakaan kerja yang ada, salah satunya yang sering di gunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Man Factor Theory). Menurut teori ini disebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Dengan teori ini pula akan di tarik kesimpulan mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di PT Anggrek Hitam Shipyard mengenai pekerjaan menggerinda. Ketiga faktor tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Faktor manusia

a. Umur karyawan / pekerja

Karyawan dengan umur yang muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah. Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang-Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54). Seperti di ketahui bersama bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda.

Jika di telaah dari kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di PT Anggrek Hitam Shipyard untuk pekerjaan menggerinda, rata rata pekerja berusia di atas 35 tahun. Sesuai dengan teori tersebut bahwa pekerja di atas usia 30 tahun akan mengalami penurunan penglihatannya.

b. Jenis kelamin karyawan / pekerja

(5)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam

Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.

Pekerjaan menggerinda di PT Anggrek Hitam Shipyard di dominasi oleh pekerja pria, sehingga tidak memerlukan penyesuaian secara fisiologis maupun psikologisnya.

c. Masa kerja

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121).

Untuk pengalaman bekerja di bidang gerinda, para pekerja cukup berpengalaman di bidang tersebut. Rata – rata pekerja memiliki pengalaman minimal 5 tahun di perusahaan anggrek hitam shipyard sendiri maupun di perusahaan lain dengan bidang pekerjaan yang sama.

d. Penggunaan alat pelindung diri

Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.

Penggunaan alat pelindung diri seperti kacamata, earplug, dan face shield sering lalai untuk digunakan oleh para pekerja. Adapun rasa dan sikap perduli terhadap keselamatan kerja diri sendiri belum menjadi kebiasaan yang di jalani oleh para pekerja. Dengan tidak menggunakan kacamata dan faceshield inilah yang menyebabkan pekerja gerinda sering terpapar serbuk batu gerinda lalu kemudian di lakukan first aid case untuk membatu pekerja mengeluarkan serbuk tersebut dari mata yang terpapar.

e. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33). Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Pekerja gerinda umumnya adalah tamatan sekolah menegah atas atau sekolah menengah kejuruan namun mereka telah memiliki sertifikat resmi sebagai seorang ahli gerinda. Adapun kesadaran terhadap bahaya di rasa sudah cukup di mengerti, hanya saja kelalaian yang sering mengakibat kan kecelakaan kerja tersebut terjadi.

f. Perilaku

(6)

kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan.

g. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan terhadap alat-alat kerja.

Pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di PT. anggrek Hitam Shipyard dalam bidang menggerinda sudah pernah dilakukan beberapa kali, bekerja sama dengan perusahaan PJK3 yaitu PT. Katindo Megah Utama.

h. Peraturan K3

Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan.

Peraturan k3 di PT. Anggrek Hitam Shipyard sebenarnya sudah sangat baik, akan tetapi ada saja pekerja yang melanggar peraturan tersebut dengan berbagai alasan misalnya, pekerja tidak mau mengenakan kacamata saat menggerinda karena telah menggunakan faceshield sebagai pengaman untuk mata dan wajah nya di karenakan kurang nyaman dengan pandangan yang berlapis kaca.

2. Faktor lingkungan a. Kebisingan b. Suhu udara c. Penerangan d. Lantai licin

Dari ke empat faktor lingkungan tersebut belum ada faktor yang di anggap mempengaruhi kecelakaan kerjayang sedang di teliti dalam proses menggerinda yaitu paparan serbuk gerinda yang masuk ke dalam mata.

3. Faktor Peralatan a. kondisi mesin b. letak mesin

Faktor peralatan ini juga yang membuat penulis ingin menerapkan rekayasa teknik pada mesin gerinda sebagai upaya pencegahan terhadap kecelakaan kerja berupa tutup pada batu gerinda untuk membuat percikan api lebih terarah sehingga serbuk besi tidak terpapar secara langsung kepada pekerja.

3.1.2 Hirarki Pengendalian Bahaya Bekerja Di Ruangan Terbatas

Proses pengendalian bahaya bekerja di dalam ruangan terbatas yang dapat dilakukan di PT Anggrek Hitam Shipyard ini di fokuskan pada pekerja didalam ruangan tangki yang mengerjakan seluruh kegiatan pekerjaan di dalam tangki.

(7)

Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Sekolah Tinggi Teknik Ibnu sina – Batam

1. Eliminasi, yaitu pengendalian yang di mulai dari menghilangkan sumber bahaya yang terdapat dalam tangki, menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan pekerja dalam menjalankan sistem kerja dalam tangki karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko. Namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.

2. Kemudian mengganti bahan, proses, operasi, peralatan, di dalam tangki dari yang berbahaya menjadi tidak berbahaya,hal ini di sebut juga sebagai subtitusi dalam pengendalian. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya, sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah. 3. Pengendalian secara teknis di dalam ruangan tangki yakni pengendalian yang ditujukan

terhadap sumber bahaya di dalam maupun di luar tangki atau lingkungan di sekitar tangki, seperti:

a. Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali.

b. Isolasi yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja, misalnya pengadaan ruang panel, larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan, menutup unit operasi yang berbahaya.

c. Cara basah, dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang mengotori udara karena partikel debu mengalami berat.

d. Merubah proses, misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses basah untuk menghindari debu.

e. Ventilasi keluar setempat ( local exhaust ventilation ), yaitu suatu cara yang dapat menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan berbahaya tersebut masuk keudara ruang kerja.

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi metode ini misal adanya penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure.

4. Pengendalian secara administrasi pada ruangan tangki adalah peraturan-peraturan administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya ( pemaparan ) dengan faktor bahaya atau contaminant di dalam ruangan terbatas. Kontrol administratif ditujukan dari sisi pekerja yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan pekerja akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman di dalam ruangan tangki.

(8)

Alat Pelindung Diri (APD) yang di gunakan pekerja dalam tangki adalah overall, earplug, kaca mata, safety shoes, faceshield dan beberapa Alat Pelindung Diri (APD) lainnya sesuai dengan pekerjaan yang di lakukan oleh pekerja tersebut di dalam tangki. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini merupakan upaya yang kurang efektif dalam pengendalian bahaya.

Kecelakaan kerja yang terjadi di dalam ruangan tangki yang di fokuskan pada rekayasa teknik alat bekerja adalah penggunaan faceshield oleh pekerja dan memasang tutup pada batu gerinda agar percikan api terarah dan tidak terpapar langsung pada pekerja.

5. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT.Anggrek Hitam Shipyard dan kesimpulan yang dibuat, ada beberapa saran yang ingin penulis ajukan untuk mengatasi masalah kecelakaan kerja pada ruangan terbatas / tangki adalah sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan Hirarki Control, perusahaan dapat mengendalikan kecelakaan kerja karena Hirarki Control merupakan landasan atau dasar dari pengendalian bahaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja, kemudian dengan teknik tersebut dapat juga mengetahui faktor bahaya apa saja yang dapat di temui dalam sebuah pekerjaan.

2. Sebaiknya perusahaan memprioritaskan perbaikan terhadap kecelakaan yang lebih dominan yaitu terpapar serbuk gerinda, kemudian menambah petugas keselamatan agar lebih meningkatkan pengawasan manajemen terhadap pekerja di dalam tangki

3. Perusahaan harus memberikan pelatihan-pelatihan kepada karyawan terutama pekerja gerinda serta melakukan perawatan mesin secara berkala sehingga terhindar dari kerusakan mesin.

DAFTAR PUSTAKA

Anizar.2016.Teknik Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Industri.Yogyakarta:Graha Ilmu Aulia,Nuansa.2008. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Bandung: Studio Nuansa.

Gultom, Gaby Oktavin. 2016. Hubungan Antara Kompetensi dan Komitmen K3 Dengan Safety Behavior Pekerja Confined Space. Medan: Universitas Medan

Kifta,Decky Antoni. 2016. Analisis Defect Rate Pengelasan dan Penanggulangannya Dengan Metode Six Sigma dan FMEA di PT.Profab Indonesia. Batam : Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina

Putra,Bima. 2017. Analisa Penerapan Program K3 Dengan Pendekatan SMK3 Di PT. Bahana Galang Jaya. Batam : Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina

Setyabudhi, A.L., Sanusi, dan Sipahutar, I, 2018, Application Of Six Sigma Methodology To Improve the Product Quality Of Moldings Plastic, Prosiding ICI&ME 2018

Gambar

Tabel 3.1 Data kecelakaan kerja Tahun 2018

Referensi

Dokumen terkait

seharusnya setiap karyawan yang bekerja memiliki kesadaran akan keselamatan dalam. bekerja sehingga hal ini dapat mengurangi setiap resiko kecelakaan kerja dan

Untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja maka diperlukan suatu manajemen risiko yang kegiatannya meliputi

Namun ada beberapa hal dari Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas ( confined space ) menurut Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan

Dengan melihat data kecelakaan kerja yang ada pada seksi fabrikasi memang dirasa perlu untuk melakukan analisis potensi bahaya, penilaian risiko, dan

telah menyiapkan langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan kerja dan mencegah bahaya terjatuh dari ketinggian berupa lima langkah hirarki bekerja aman diketinggian yang

Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi, dapat dilakukan pengendalian dengan ketentuan yang berbeda pada setiap bagian

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat mengembangkan suatu prosedur

1.2 Perumusan Masalah Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, maka perlu dilakukan suatu proses identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian resiko, pengendalian