• Tidak ada hasil yang ditemukan

USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

13

USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO

INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS

SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

Mulat Sudrajat

Jurnal Program Studi PGSD STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Jl. Makan KH. Ghalib No. 112, Telp. (0729) 21359 Fax. (0729) 24002

E-Mail: mulatsudrajat@stkipmpringsewu-lpg.ac.id

ABSTRACT

This research is motivated by the activity and student learning outcomes are still low in the fourth grade of SD Negeri 1 Sukanegara particularly in social studies. Therefore, the purpose of this study to increase the activity and results of social studies using a model of the type cooperative learning jigsaw. The research methodology using Classroom Action Research (PTK) with three cycles and each cycle through the four stages, namely planning (planning), action (acting), observations (observating) and reflection (reflecting). Data collection techniques in this study is the observation of activity and achievement test, the data collection instrument uses observation sheets and test questions. The results using this jigsaw type of cooperative learning, showed an increase in activity and student learning outcomes. increased in each cycle, namely 63.47 in the first cycle, increasing to 66.21 in the second cycle. Thus, the use of cooperative learning model of jigsaw type can increase the activity and learning outcomes in social studies fourth grade students of SD Negeri 1 Sukanegara.

Keywords: cooperative learning, jigsaw, learning activities, learning outcomes.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018 pada mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw. Metodologi penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting). Teknik pengambilan data pada penelitian ini yaitu observasi aktivitas dan tes hasil belajar, dengan instrumen pengambilan data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Hasil penelitian dengan menggunakan cooperative Learning tipe jigsaw ini, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. meningkat pada tiap siklus, yaitu 63,47 pada siklus I, meningkat menjadi 66,21 pada siklus II. Dengan demikian, penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara.

Kata Kunci: cooperative learning, jigsaw, aktivitas belajar, hasil belajar

1. PENDAHULUAN

(2)

14

terus direvisi guna menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dimulai dari pendidikan dasar untuk melandasi ke jenjang pendidikan berikutnya.

Pendidikan dasar dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 17 merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun, (Wardani dkk., 2012: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan Rogers dalam Asma, 20010: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, (Johnson dan Smith dalam Lie, 2010: 5). Dalam hubungannya dengan sekolah, hal ini sangat terkait dengan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan teori-konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat, (Aziz Wahab, 2009: 1.9). Dalam pembelajaran IPS, siswa harus memiliki motivasi yang tinggi, karena motivasi yang tinggi dapat menunjang siswa menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna.

(3)

15

Kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata (Dewey dalam Asma, 2013: 31). Dalam masyarakat, antar anggotanya saling membutuhkan atau saling ketergantungan. Begitu pula dengan siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi dan bekerja dalam kelompok. Guru yang bertanggung jawab kepada kelas, dapat mengarahkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil sebagai wujud cermin masyarakat di kelas. Dari sekian banyak model pembelajaran, Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar, (Slavin dalam Isjoni, 2010: 15). Sesuai dengan definisi di atas, maka cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan cermin masyarakat di kelas.

Model cooperative learning terdiri dari beberapa tipe. Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan masyarakat di dalam kelas adalah model cooperative learning tipe jigsaw. Hal ini dikarenakan aktivitas-aktivitas yang ada dalam pembelajaran jigsaw. Aktivitas-aktivitas jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team tidak seorang pun dapat memperoleh semua informasi secara lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan informasi dengan persepsi berbeda, (Asma, 2006: 17). Dengan demikian, tiap siswa menjadi merasa penting karena memiliki informasi yang sangat penting bagi kelompoknya, (Slavin, 2010: 123).

Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018 dalam mata pelajaran IPS guru masih belum menggunakan model cooperative learning khususnya pembelajaran tipe jigsaw. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain, dan mengobrol yang menyebabkan pembelajaran tidak kondusif. Selain itu, siswa juga kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat cukup sedikit, dan penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif, memakan waktu yang cukup lama, dan menimbulkan kejenuhan siswa. Oleh karena itu, siswa sulit fokus pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seluruhnya.

(4)

16

belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Dengan penggunaan model ini, diharapkan aktivitas dan

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara dapat meningkat.

Dengan demikian, melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori belajar yang menjadi dasar dalam model-model pembelajaran. Salah satu teori belajar yang mendukung model cooperative learning adalah teori konstruktivisme, (Nur dalam Asma,2006: 37). Sedangkan menurut Isjoni (2010: 30), konstruktivisme merupakan salah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sriyono dalam Yasa wordpress.com (2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Jadi, aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan dalam belajar secara jasmani maupun rohani untuk mencapai hasil belajar. Terdapat dua aktivitas siswa dalam kegiatan cooperative learning tipe jigsaw, yaitu aktivitas yang diinginkan (on task), dan aktivitas yang tidak dikehendaki (off task). Aktivitas on task antara lain aktivitas siswa bertanya kepada guru, membaca teks dengan seksama, menjawab pertanyaan dari teman, memberikan pendapat saat diskusi, menjelaskan materi kepada teman, dan ketepatan mengumpul tugas. Sedangkan aktivitas off task antara lain aktivitas siswa mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, dan melamun/mengantuk, (Sunyono, 2009: 18).

(5)

17

menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama, (Artzt dan Newman dalam Asma, 2006: 11). Sedangkan menurut Isjoni (2010: 16), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Lie (2010: 18) mendefinisikan cooperative learning sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Pada model pembelajaran cooperative learning, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru, (Slavin, 2010: 8).

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran dengan kelompok-kelompok siswa yang heterogen bekerja sama, beraktivitas, dan setiap siswa bertanggung jawab terhadap semua anggota kelompoknya sehingga dapat menguasai materi yang disampaikan guru. jigsaw merupakan salah satu tipe cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, (Isjoni, 2010: 54). Penelitian ini menggunakan bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu jigsaw II, (Slavin, 2010: 237). Jenis materi yang paling mudah digunakan dalam pembelajaran jigsaw adalah bentuk naratif, (Isjoni, 2010: 58).

Persiapan pembelajaran jigsaw terdiri dari: (a) bahan, (b) penempatan siswa dalam kelompok, (c) penempatan siswa dalam kelompok pakar, (d) penentuan skor dasar awal, (Asma, 2006: 72). Untuk membuat bahan atau materi jigsaw mengikuti langkah berikut: (a) memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari, (b) membuat sebuah lembar ahli untuk tiap unit, (c) membuat kuis, tes berupa esay atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit, (d) menggunakan skema diskusi, (Slavin, 2010: 238). Jigsaw terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran yang meliputi: a) membaca, b) diskusi kelompok ahli, c) laporan tim, d) tes, e) rekognisi tim, (Slavin, 2010: 241).

(6)

18

belajar harus menunjukkan perubahan perilaku yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Jadi hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar dalam cooperative learning tipe jigsaw diperoleh dari tes. Tes digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, (Anitah, 2009: 4.36). Dalam hal ini, hasil tes dinyatakan dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim) dengan tetap mengacu pada tiga aspek belajar. Skor individu dapat diperoleh dengan siswa mengerjakan kuis, dan perolehan skor tim merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok. Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar itu tinggi, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau dikenal Classroom Action Research (CAR). Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan

perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting) yang terdiri dari siklus I dan siklus II, pada setiap siklusnya terdapat dua kali pertemuan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

1. Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa pada pembelajaran disiklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1) Data Aktivitas On Task Siklus I.

No Aktivitas On Task

Skor Jumlah (siswa) Persentase Pert.

3. Mengajukan pertanyaan pada teman

2 2 6 7 31,6

%

36,84 %

4. Menjawab pertanyaan teman 1 1 1 3 5,3 % 15,78 %

(7)

19

Berdasarkan observasi aktivitas siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I, dapat diketahui persentase rata-rata sebesar 56,25% dengan kriteria keberhasilan kurang aktif. Aktivitas terendah yaitu menjawab pertanyaan dengan 1 siswa pada pertemuan 1 dengan persentase 5,3% dan 3 siswa pada pertemuan 2 dengan persentase 15,7%.

Tabel 2. Data Aktivitas Off Task Siklus I

No AktivitasOff Task Skor Jumlah (Siswa) Persentase Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert. 2

Berdasarkan persentase aktivitas off task siswa siklus I, pada pertemuan pertama sebesar 50%. Pada pertemuan 2 persentase aktivitas off task menjadi 35%. Maka, rata-rata persentase aktivitas off task dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I adalah 42,50%. Aktivitas tertinggi pada komponen off task adalah mengobrol dengan jumlah sebanyak 11 siswa (57,89%) pada pertemuan 1, dan menurun pada pertemuan 2 yaitu 8 siswa (42,10%).

2) Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I

Nilai ∑ siswa Pretest Postest

% ∑ siswa %

≤ 59 9 47,37 % 8 42,11 %

≥ 60 10 52,63 % 11 57,89 %

Rata-rata nilai 52,63 63,47

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada siklus I, rata-rata nilai pretest adalah 52,63. Sedangkan rata-rata nilai pada postest adalah 63,47.

Siklus II

1) Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Data Aktivitas On Task Siklus II

(8)

20

Dari observasi aktivitas siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus II, dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 72,91 % dengan kriteria keberhasilan aktif.

Tabel 5. Data Aktivitas Off Task Siklus II

No Aktivitas Off Task Skor

Jumlah (Orang)

Persentase

Pert. 1 Pert. 2 Pert.1 Pert.2 Pert. 1 Pert. 2

1. Mengobrol 2 2 7 5 36,84 % 26,31 %

2. Mengangu teman 1 1 3 1 15,78 % 5,26%

3. Keluar masuk kelas 1 0 1 0 5,26 % 0

4. Melamun/ mengantuk 0 0 0 0 0 0

5. Makan/minum di kelas 0 0 0 0 0 0

Dari persentase aktivitas off task di atas, pada pertemuan 1 sebesar 20%, turun pada pertemuan 2 menjadi 15%. Rata-rata persentase off task pada siklus II adalah 17,50%. Dibandingkan dengan rata-rata siklus I yaitu 42,50%, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 15%.

2) Hasil belajar siswa

Pada akhir pembelajaran siklus II, diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada Siklus II

Nilai ∑ siswa Pretest Postest

% ∑ siswa %

≤ 59 19 100 % 5 25,32 %

≥ 60 - 0 % 14 73,68 %

Rata-rata nilai 39,79 66,21

Pada siklus II, berdasarkan observasi data hasil belajar siswa diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar 39,79 dan pada postest rata-rata nilai sebesar 66,21. Menurut Anitah (2009:

5.38), belajar merupakan suatu proses atau aktivitas. Sedangkan Sunyono (2009: 18), menyebutkan bahwa terdapat dua aktivitas siswa dalam kegiatan cooperative learning tipe jigsaw, yaitu aktivitas yang diinginkan (on task), dan aktivitas yang tidak dikehendaki (off

task). Berdasarkan pengamatan dan analisis data aktivitas siswa selama penelitian

menggunakan cooperative learning tipe jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara, aktivitas on task mengalami peningkatan pada tiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, hasil presentase aktivitas on task siswa adalah 57,89% dengan kategori kurang aktif, meningkat pada siklus II menjadi 72,91% dengan kategori aktif.

(9)

21

Tabel 8. Rekapitulasi persentase aktivitas on task siswa tiap siklus Siklus Nilai aktivitas (%) Peningkatan

(%)

Rata-rata (%)

Kategori keberhasilan Pertemuan 1 Pertemuan 2

I 54,17 % 58,33 % 4,16 % 57,89 % Kurang aktif

II 70,83 % 75 % 4,17 % 72,91 % Aktif

Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat selalu ada peningkatan aktivitas siswa pada tiap siklus. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari diagram berikut.

Gambar 1. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas on task siswa tiap siklus

Berdasarkan tabel dan diagram aktivitas on task selalu mengalami peningkatan tiap siklusnya, sedangkan pada aktivitas off task selalu mengalami penurunan. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas off task adalah 42,50%, turun pada siklus II menjadi 17,50%. Berikut adalah tabel dan diagram aktivitas off task tiap siklus.

Tabel 9. Rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus Siklus Nilai aktivitas (%) Peningkatan

(%)

Rata-rata (%) Pertemuan 1 Pertemuan 2

I 50 % 35 % 15 % 42,50 %

II 20 % 15 % 5 17,50 %

Berdasarkan tabel di atas, persentase aktivitas off task siswa selalu menurun tiap siklus. Penurunan persentase aktivitas off task siswa tersebut juga dapat dilihat pada gambar 1. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus berikut.

Gambar 2. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus

(10)

22 a. Siklus I

Dari tabel dan grafik di atas, aktivitas on task pada siklus I pertemuan 1 diperoleh persentase sebesar 54,17% dan pertemuan 2 sebesar 58,33% dengan peningkatan 4,16%. Rata-rata persentase nilai aktivitas on task adalah57,89% dengan kategori keberhasilan kurang aktif. Persentase aktivitas off task pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50% menjadi 35% pada pertemuan 2, yang berarti turun sebesar 15%. Rata-rata persentase off task pada siklus I adalah 42,50%.

b. Siklus II

Pada siklus II, persentase nilai aktivitas on task pertemuan 1 adalah 70,33% dan pertemuan 2 sebesar 75% dengan peningkatan 4,17%. Persentase nilai rata-rata pada siklus II adalah 72,91% dengan kategori keberhasilan aktif.

Aktivitas off task pada siklus II pertemuan 1 diperoleh persentase sebesar 20% menjadi 15% pada pertemuan 2, yang berarti turun sebesar 5%. Rata-rata persentase off task pada siklus I adalah 17,50%.

Deskripsi pengelolaan pembelajaran

Berdasarkan pengamatan selama penelitian, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam cooperative learning tipe jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara, selalu terjadi peningkatan pada tiap siklus. Hal ini karena guru selalu berusaha untuk selalu lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu, guru berperan sebagai bukan satu-satunya nara sumber, tetapi sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan evaluator, (Isjoni, 2010: 66). Pencapaian kinerja guru ini dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 10. Rekapitulasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran

Siklus Nilai pencapaian (%) Peningkatan

(%) Rata-rata Kategori Keberhasilan

Pertemuan 1 Pertemuan 2

I 58,75 % 62,50 % 3,75 % 61,12% Cukup

II 73,75 % 81,25 % 7,50 % 77,50% Tinggi

a. Siklus I

Berdasarkan tabel di atas, pada siklus I pertemuan 1 persentase kinerja guru sebesar 58,75% dan pada pertemuan 2 sebesar 62,50% dengan peningkatan 3,75%. Rata-rata persentase kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus I adalah 61,12%.

b. Siklus II

(11)

23

persentase kinerja guru dalam pembelajaran adalah 77,50%. Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran tiap siklus untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3. Diagram pengelolaan pembelajaran tiap siklus

Deskripsi hasil belajar siswa

Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, (Anitah, 2009: 4.36). Demikian halnya dengan cooperative learning tipe jigsaw. Hasil belajar yang diperoleh dari penggunaan cooperative learning tipe jigsaw ini selalu meningkat tiap siklus. Berikut tabel dan diagram rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus dalam pembelajaran.

Tabel 11. Rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus Nilai

Nilai rata-rata 63,47 66,,21

Peningkatan 2,74

Gambar 4. Diagram peningkatan rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus

Berdasarkan tabel dan diagram rekapitulasi peningkatan hasil belajar siwa, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada rata-rata hasil belajar siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,47, pada siklus II meningkat menjadi 66,21 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 77,89 .

(12)

24

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara. Peningkatan persentase rata-rata aktivitas siswa pada tiap siklus, yaitu 57,89% pada siklus I, menjadi 72,91% pada siklus II.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara. Hal ini sesuai dengan hasil belajar siswa selalu meningkat setiap siklus, yaitu 63,47 pada siklus I, meningkat menjadi 66,21 pada siklus II.

Dengan demikian, penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018.

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model pembelajaran kooperatif. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta. Aziz Wahab, Abdul. 2009. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

Djamarah, S. B., dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung. Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia.

Jakarta.

Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung. Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung. Sunyono. 2009. Modul Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Keguruan

(13)

25

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Wardani, IG.A.K. dkk. 2012. Perspektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Tabel 3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I
Tabel 7. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada Siklus II
Gambar 1. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas on task siswa tiap siklus
Tabel 10. Rekapitulasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan suami tentang manfaat buku KIA dan kehamilan risiko tinggi dengan partisipasi suami dalam menghadapi kehamilan

Kalibrasi dan validasi NIRS dilakukan terhadap kadar air dan kafein biji kopi. Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi antara fisiko kimia

Berdasarkan pengepasan pola survival penduduk Pulau Sumatera yang dilakukan terhadap fungsi survival Makeham dan fungsi survival ME, diperoleh perbandingan antara

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan dan dikelola secara berkelanjutan. Perkembangan ekowisata saat ini cukup

Hal ini dikarenakan pembangunan hotel tersebut menggunakan metode Top Down, yaitu pembangunan dimulai dari pelat lantai sebagai tumpuan baru kemudian dilanjutkan dengan

Website DIABETASTORE berisi informasi seputar penyakit diabetes karena penulis melihat angka penderita diabetes secara khusus di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup

13 Tambahan No.. 12

3. Keuntungan pemeliharaan alat-alat dan perlengkapan produksi : 1) peralatan dan mesin-mesin produksi dapat digunakan dalam jangka waktu panjang; 2) proses roduksi akan lebih