• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SDN 2 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten G"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan kondisi dimana pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga belum diterapkan. Artinya, pembelajaran masih menerapkan metode pembelajaran sehari-hari yaitu metode ceramah. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut pada intinya ialah dalam proses pembelajaran komunikasi hanya berjalan satu arah dengan guru berada di depan kelas dan anak-anak hanya duduk diam, mendengarkan guru memberikan penjelasan, membaca materi, dan pembelajaran tersentral kepada guru. Dampak dari adanya permasalahan tersebut yaitu motivasi belajar siswa yang rendah dan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Dalam penelitian ini, penulis membagi hasil belajar siswa menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut ini penulis paparkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Jumo seperti di bawah ini.

4.1.1.1Kondisi Motivasi Belajar Siswa

Penulis mendapatkan bukti rendahnya motivasi belajar siswa dari pengisian angket. Pada tanggal 21 November 2017, peneliti datang ke lokasi penelitian dan membagikan angket kepada siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Berikut ini merupakan

(2)

Tabel 4.1

Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Kondisi Awal

Skor Kriteria Frekuensi Presentase

> 55,25 – 68,00 Sangat Tinggi

> 42,50 – 55,25 Tinggi 8 33,33%

> 29,75 – 42,50 Rendah 16 66,67 %

= 17,00 – 29,75 Sangat Rendah

Total 24 100%

Rata-Rata 38,25

Kategori R

Skor Tertinggi 49

Skor Terendah 29

Tabel 4.1 disajikan untuk memaparkan data motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02 Jumo pada kondisi awal. Dari data tersebut dapat disaksikan dari 24, 16 siswa atau 66,67% mendapat skor antara 29,75 sampai dengan 42,50. Artinya, motivasi dari 16 siswa masih berada pada kriteria rendah. Selanjutnya, 8 atau 33,33% mendapat skor 42,50 sampai dengan 55,25. Dengan demikian, 8 siswa masuk pada siswa dengan motivasi tinggi. Rendahnya motivasi belajar siswa pada kondisi awal dapat dicermati pada tabel di atas. Presentase banyaknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah lebih besar jika dibandingkan dengan presentase siswa yang memiliki motivasi tinggi.

4.1.1.2Hasil Belajar Kognitif Siswa

Bukti rendahnya hasil belajar kognitif siswa untuk mata pelajaran

matematika pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2

Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Kognitif

KKM Matematika Ketuntasan Frekuensi Presentase

≥ 63 Tuntas 10 41,67%

< 63 Tidak Tuntas 14 58,33%

Total 24 100%

Rata-Rata 58,13

Nilai Tertinggi 80,00

(3)

Data di atas didapat peneliti dari hasil ulangan matematika siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Mencermati tabel di atas, dapat disaksikan bahwa dari 24 siswa 14

atau 58,33% diantaranya masih belum mampu memenuhi nilai KKM yaitu 63. Kemudian, dari 24 siswa 10 siswa dinyatakan tuntas atau memenuhi KKM dengan presentase sebesar 41,67%.

4.1.1.3Hasil Belajar Afektif Siwa

Hasil dari penelitian pada kondisi awal, penulis juga menemukan fakta rendahnya hasil belajar afektif siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Untuk mendapat data hasil belajar afektif siswa, penulis meminta daftar nilai melalui wali kelas IV SDN 02 Jumo.

Tabel 4.3

Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Afektif

Ketuntasan Frekuensi Presentase

Tuntas 9 37,50%

Tidak Tuntas

15 62,50%

Total 24 100%

Sama dengan hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif siswa kelas IV juga dapat dikatakan rendah. Dari total siswa secara menyeluruh, 62,50% atau 15 siswa diantaranya dinyatakan tidak tuntas nilainya. Sedangkan presentase siswa yang nilainya dinyatakan tuntas hanya sebesar 37,50% atau anak. Artinya, memang benar adanya jika hasil belajar afektif siswa pada kondisi awal ini rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase siswa yang tidak tuntas lebih besar dari siswa

yang tuntas.

4.1.1.4Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

(4)

Tabel 4.4

Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Psikomotorik

Ketuntasan Frekuensi Presentase

Tuntas 8 33,33%

Tidak Tuntas 16 66,67%

Total 24 100%

Hasil belajar psikomotorik siswa kelas IV SDN 02 Jumo juga dapat dikatakan rendah. Sebab, dari 24 siswa yag dinyatakan tuntas hanya 33,33% atau 8 siswa. Kemudian, presentases siswa yang dinyatakan tidak tuntas lebih besar

yaitu 66,67% atau 16 siswa.

Berdasarkan data tentang motivasi dan 3 ranah hasil belajar siswa kelas IV

SDN 02 Jumo yang telah dipaparkan, penulis menyimpulkan bahwa akibat adanya motivasi yang rendah, mengakibatkan hasil belajar yang didapat siswa juga rendah. Menurut penulis, motivasi merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam maupun dari luar diri siswa. Dorongan tersebut bisa saja berupa dorongan untuk belajar, membaca, memahami, menyenangi suatu mata atau materi pelajaran. Apabila siswa memiliki motivasi yang rendah, maka mereka tidak akan memiliki rasa ingin mempelajari, mengetahui, serta memahami sehingga hasil belajar yang didapat kurang memuaskan.

(5)

4.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Pada pertemuan kedua atau terakhir akan dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar kognitif dengan menggunakan soal tes dan pengukuran motivasi siswa dengan menggunakan angket motivasi belajar. Untuk pengukuran hasil belajar afektif dan psikomotorik, akan dilakukan pada setiap pertemuannya guna mendapatkan nilai rata-rata dari kedua pertemuan tersebut. Kompetensi dasar pada siklus I ini adalah 3.9 memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi yang akan diajarkan dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga. 4.1.2.1Pertemuan Pertama Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus I ini mencakup beberapa hal, diantaranya membuat beberapa instrumen atau alat ukur yang dibutuhkan selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Kegiatan tersebut meliputi:

1. Membuat RPP dengan langkah-langkah model PBL berbantuan permainan ular tangga. Adapun siklus I dirancang untuk Kompetensi Dasar 3.9 yaitu memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi.

2. Merumuskan indikator pembelajaran yang akan disampaikan. Pertemuan pertama siklus I ini indikator pembelajaran yang digunakan ialah Siswa

dapat menjelaskan rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan segitiga serta Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi.

3. Membuat lembar observasi yang nantinya akan dibagi menjadi 4 macam. Lembar observasi tersebut yakni untuk mengukur aktivitas siswa, aktivitas guru, hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.

4. Berdiskusi dengan guru kelas yang nantinya akan berperan sebagai guru kolaborator untuk menentukan hari dan jam pelaksanaan tindakan.

5. Menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa maupun guru dalam menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

(6)

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas, diperoleh kesepakatan bahwa pertemuan pertama siklus I akan dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2018

pada jam pertama. Pertemuan pertama siklus I dihadiri oleh beberapa pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini yaitu peneliti, guru kelas, dan siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun tugas dari beberapa komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun peneliti juga akan bertugas sebagai pengajar yang nantinya akan menyampaikan materi pelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

2. Guru kelas, berperan sebagai observer yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun observer juga dibantu oleh instrumen yang telah dibuat sebelumnya agar apa yang diukur sesuai dengan apa yang dibidik oleh peneliti.

3. Siswa, bertugas mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam setiap kegiatan peneliti menambahkan sintak PBL agar implementasi berjalan sesuai dengan secara sistematis. Pada pertemuan pertama siklus I ini, peneliti tiba di

lokasi penelitian pukul 06.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk melakukan beberapa persiapan diantaranya menyiapkan bahan ajar, RPP, lembar observasi, permainan ular tangga yang sudah dilengkapi dengan kartu soal-soal didalamya, alat tulis, dan menyiapkan ruang kelas. Peneliti mendesain ruang kelas bersama guru kelas yang nantinya akan bertugas sebagai observer. Hal ini dilakukan untuk mencari tata ruang yang mempermudah observer dalam menjalankan tugasnya.

(7)

selanjutnya melaksanakan do’a bersama. Pada situasi tersebut, peneliti duduk di kursi paling belakang dan memperhatikan siswa berdo’a. Selesai berdo’a, guru kelas meminta penulis untuk berdiri di hadapan para siswa untuk memperkenalkan diri. Nampak sebagian dari para siswa cukup antusias memperhatikan penulis memperkenalkan diri. Selain memperkenalkan diri, penulis juga tidak lupa untuk menyampaikan mengapa peneliti hadir pada kegiatan belajar siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Penulis menjelaskan kepada para siswa bahwa untuk sementara waktu, peneliti akan menggantikan guru kelas dan guru kelas mereka akan tetap mengawasi jalannya proses pembelajaran. Sampai pada tahap ini penulis juga mengamati beberapa fenomena adanya siswa yang asik bermain sendiri, berjalan-jalan, tidak memperhatikan, ada yang terlihat bosan dan tidak banyak yang memperhatikan.

Sesi perkenalan pun berakhir, pada hari itu penulis langsung memainkan peran sebagai guru yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa. Kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi 3 yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada tahap ini, guru telah memasuki kegiatan penelitian dan melaksanakan sintak yang terdapat pada PBL yaitu Orient student’s to the problem. Kegiatan pendahuluan diawali dengan melakukan absensi siswa. Pada pertemuan pertama siklus I ini semua siswa dapat hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selesai melakukan absensi, guru

(8)

kehabisan akal, guru kembali membangkitkan gairah siswa untuk belajar dengan memberikan motivasi kepada para siswa.

Memasuki kegiatan inti, penulis sudah sampai pada sintak PBL yang kedua yaitu Organize student’s for study yang artinya, mengorganisasikan siswa untuk belajar. Kegiatan ini dibagi menjadi 3 yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru mengeksplor pengetahuan para siswa tentang luas bangun datar dan guru memberikan sedikit permasalahan yang berhubungan dengan luas bangun datar. Dalam kegiatan ini, guru memberikan tantangan kepada para siswa untuk mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis. Namun, dari 24 siswa tidak ada satupun siswa yang mau maju untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Akhirnya, guru mengambil keputusan untuk membimbing para siswa secara perlahan untuk mengerjakanny secara bersama-sama.

Memasuki tahapan elaborasi, kegiatan belajar telah masuk pada sintak PBL yang ketiga yaitu Assist independent and group investigations yaitu membantu investigasi secara mandiri dan kelompok. Pada tahap ini, guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok yang beranggotakan 4-5 anak. Pada saat pembagian kelompok, para siswa diminta untuk berhitung dari 1 sampai dan dihitung mulai meja depan paling kiri menuju kanan. Pada pertemuan pertama siklus I ini, penulis merasa agak kesulitan mengatur siswa untuk tetap tenang

(9)

harus taat pada peraturan yang dibuat oleh guru dan yang paling pertama mencapai garis finish akan mendapat hadiah dari Ibu guru.

Setelah sesi bermain ular tangga selesai, guru meminta para siswa dalam kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas. Sampai pada tahap presentasi ini guru telah memasuki langkah ke empat dalam PBL Develop and present artifacts and exhibit yaitu mengembangkan dan mempresentasikan

artefak dan exhibit. Pada saat diminta melakukan presentasi, para siswa terlihat

ketakutan dan kurang percaya diri. Namun berkat dorongan dan ketelatenan guru, para siswa mau untuk bergantian melakukan presentasi. Adapun guru juga menyampaikan kepada mereka yang tidak melakukan presentasi untuk tetap memperhatikan kelompok yang melakukan presentasi bila perlu memberikan tanggapan.

Kegiatan terakhir dalam pembelajaran ialah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini guru telah memasuki langkah kelima dalam PBL yaitu Analyze and evaluate the problem solving process yang artinya Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Bersama para siswa, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan untuk mendapat feedback dari siswa mengenai proses pembelajaran pada hari itu. Untuk mengakhiri kegiatan belajar mengajar pada hari itu, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang alan dipelajari pertemuan esok hari dan pembelajaran pun ditutup dengan doa bersama.

c. Observasi (Observation)

Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa atau fakta yang terjadi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap aktivitas guru maupun siswa dalam menerapkan model pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga. Perlu diketahui, dalam penelitian ini observasi juga dilakukan terhadap aspek afektif atau sikap dan psikomotorik atau keterampilan siswa selama menerapkan pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

(10)

menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Sedangkan untuk memperoleh data hasil belajar afektif dan psikomotorik, observer menggunakan

instrumen pengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Pertama

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Guru membuka kegiatan belajar mengajar dengan

berdoa √

2 Guru melakukan presensi siswa. √

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. √

4 Guru melakukan apersepsi dengan bertanya

jawab dengan siswa. √

5

Guru memberi motivasi siswa agar siswa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

6

Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah terkait materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa untuk bermain ular tangga.

8 Guru memberikan penjelasan peraturan dalam

bermain ular tangga. √

9 Guru meminta siswa bersama anggota kelompoknya memainkan permainan ular tangga dan menjawab permasalahan yang ada pada setiap kotaknya.

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Guru meminta siswa berdiskusi dan bekerjasama

dalam menyelesaikan masalah yang disajikan √

11 Guru berkeliling untuk melakukan pengawasan

(11)

No Aspek Skor

1 2 3 4

Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

14

Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

15 Guru membimbing siswa menyimpulkan materi

yang telah dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16

Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum dimengerti atau kurang jelas.

17 Guru memberikan penguatan tentang materi yang

telah dipelajari. √

18 Guru melakukan refleksi jalannya pembelajaran. √

19 Guru mengadakan kegiatan evaluasi/pengukuran

hasil belajar. √

20 Guru melakukan kegiatan pengukuran motivasi

belajar. √

21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

(12)

menyeluruh sebenarnya sudah baik namun masih ada beberapa kegiatan dimana guru belum melaksanakannya dengan baik. Seperti halnya memberikan motivasi

kepada siswa, guru tidak melakukan kegiatan tersebut dan langsung mengorientasikan siswa kepada permasalahan dengan terburu-buru dan menyebabkan para siswa menjadi kebingungan. Selain itu, pada saat para siswa bermain permainan ular tangga, guru hanya berkeliling dan tidak melakukan pengawasan dan bimbingan kepada para siswa. Sehingga dalam bermain ular tangga, para siswa belum bisa merasakan suasana bermain sambil belajar melainkan mereka hanya bermain. Selain itu, dalam memberikan penguatan materi kepada siswa guru masih terlihat terburu-buru sehingga apa yang disampaikan kurang sempurna. Kemudian, dibawah ini merupakan hasil observasi aktivitas siswa kelas IV SDN 02 Jumo pada pertemuan pertama siklus I.

Tabel 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Pertama

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Siswa membuka kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa dengan serius. √

2 Siswa mengangkat tangan ketika namanya

disebut dalam absensi. √

3 Siswa memperhatikan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. √

4 Siswa menanggapi guru melakukan apersepsi

dengan menjawab pertanyaan dari guru. √

5 Siswa mengawali kegiatan pembelajaran dengan

semangat. √

6

Siswa mengerjakan dan memecahkan permasalahan masalah terkait materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7 Siswa bergabung dengan kelompok belajar

(13)

No Aspek Skor

1 2 3 4

8

Siswa antusias memperhatikan guru memberikan penjelasan peraturan dalam bermain ular tangga.

9 Siswa aktif dalam memainkan permainan ular tangga dan menjawab permasalahan yang ada pada setiap kotaknya.

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Siswa melakukan diskusi dalam menyelesaikan

masalah yang disajikan. √

11 Siswa melakukan kerjasama dalam

menyelesaikan masalah yang disajikan. √ Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian masalah yang ada pada ular tangga di depan kelas.

13

Siswa yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

14

Siswa lain ikut berpartisipasi memberikan penghargaan untuk kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16 Siswa berani bertanya kepada guru mengenai

materi yang belum dimengerti atau kurang jelas. √

17 Siswa memperhatikan guru melakukan

penguatan tentang materi yang telah dipelajari. √

18 Siswa memperhatikan guru merefleksi jalannya

pembelajaran. √

19 Dengan tenang siswa melaksanakan kegiatan

evaluasi/pengukuran hasil belajar. √

20 Dengan tenang siswa melakukan kegiatan

pengukuran motivasi belajar dengan angket. √

21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

menjawab salam. √

Jumlah 14 14 0 0

Total 28

(14)

Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

Sama halnya dengan aktivitas guru, aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I ini mendapat predikat sangat rendah karena siswa hanya mendapatkan skor 28. Pada pertemuan pertama ini, para siswa lebih cenderung susah untuk diatur dan tidak mau memperhatikan guru. Sebagai contoh, pada saat guru melakukan absensi ada siswa yang tidak mengangkat tangan ketika namanya dipanggil. Selain itu, pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran mereka asik mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada yang bermain dengan

melempar kertas ke teman yang lain. Dalam berdiskusi dan bekerjasama para siswa juga masih kurang aktif dan pada saat mereka bermain ular tangga, tanpa diketahui guru ada yang tidak mau menjawab soal yang terdapat pada petak ular tangga itu. Dalam melakukan observasi, observer tidak hanya mengamati aktivitas siswa dan guru saja. Observer juga melakukan pengamatan terhadap sikap dan keterampilan siswa kelas IV SDN 02 Jumo untuk menjaring hasil belajar afektif dan psikomotorik. Dibawah ini merupakan hasil pengamatan selama implementasi pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga berlangsung.

Tabel 4.7

Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Pertama

(15)

Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa penilaian sikap siswa dalam pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari 24 siswa, 14 siswa dengan

presentase 58,33% dinyatakan mendapat kategori rendah dan 1 siswa dengan presentase 4,17 mendapat penilaian sangat rendah. Namun demikian, masih ada siswa yang mendapat penilaian tinggi dengan jumlah 9 atau 37,50% dari 24 siswa. Selain mengukur hasil belajar afektif, peneliti juga melakukan pengukuran terhadap hasil belajar psikomotorik siswa.

Tabel 4.8

Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Pertama

Skor Ketuntasan Kriteria Frekuensi Presentase > 32,50 – 40,00

Tuntas Sangat Tinggi

> 25,00 – 32,50 Tinggi 8 33,33%

> 17,50 – 25,00

Tidak Tuntas Rendah 16 66,67%

= 10,00 – 17,50 Sangat Rendah

Total 24 100%

Rata-Rata 23,96

Kategori R

Skor Tertinggi 30

Skor Terendah 20

Hasil penilaian keterampilan atau psikomtorik siswa pada pertemuan pertama siklus I ini juga kurang memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase siswa yang memperoleh kategori rendah lebih besar jika dibandingkan siswa yang memperoleh penilaian dengan kategori tinggi. Untuk kategori tinggi presentasenya hanya 33,33% dengan jumlah 8 siswa. Sedangkan untuk 16 siswa

atau 66,67% dari 24 siswa memperoleh penilaian dengan kategori rendah. d. Refleksi (Reflection)

(16)

kelas berdiskusi mengenai jalannya pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga. Dari diskusi tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut:

- Kekurangan dari guru:

1) Guru masih terlalu terburu-buru dalam memberikan motivasi kepada siswa.

2) Guru terlalu cepat dalam mengorientasikan masalah kepada siswa. 3) Guru belum memerintahkan siswa untuk melakukan diskusi secara

intens.

4) Guru belum berkeliling untuk melakukan pengawasan dan bimbingan kepada siswa

5) Guru belum melakukan penguatan materi kepada siswa

Untuk memperbaiki beberapa kekurangan tersebut, peneliti dan guru kolaborator berdiskusi dan diperoleh solusi sebagai berikut:

1) Agar tidak terburu-buru dalam memotivasi, waktu yang digunakan untuk melakukan absensi lebih dipercepat dan tidak bertele-tele.

2) Agar waktu yang digunakan untuk mengorientasikan masalah kepada siswa, guru memberikan saran untuk menyingkat waktu yang digunakan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran tanpa menghilangkan substansi dari isi tujuan pembelajaran tersebut.

3) Agar tidak lupa dalam memberikan intruksi kepada siswa untuk

berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok, guru memasang timer 10 menit sekali sebagai pengingat untuk memberikan intruksi kepada siswa untuk tetap berdiskusi dan bekerjasama pada saat sesi diskusi dilaksanakan.

4) Agar dapat melakukan bimbingan kepada para siswa, guru dan guru kolaborator menemukan solusi dengan cara bertanya kepada siswa apakah ada yang memerlukan bimbingan dari guru.

(17)

- Kekurangan dari siswa

1) Siswa tidak memperhatikan guru

2) Siswa terlihat tidak bersemangat ketika guru memberikan apersepsi 3) Siswa terlihat kebingungan dalam memecahkan masalah

4) Aktif bermain sendiri dalam bermain ular tangga tanpa mengerjakan soal

5) Aktivitas siswa dalam diskusi dan kerjasama kelompok masih kurang. 6) Ada kelompok yang takut untuk melakukan presentasi di depan kelas. 7) Siswa tidak menjawab salam penutup dari guru.

Setelah berdiskusi mengenai solusi dari permasalahan yang muncul dari guru pengajar, juga dilakukan diskusi terhadap permasalahan yang muncul dari siswa untuk ditemukan solusinya.

1) Agar siswa mau mendengarkan dan memperhatikan guru, ditemukan solusi dengan menegur siswa yang tidak mau mendengarkan dan memperhatikan.

2) Agar lebih bersemangat, kegiatan apersepsi akan didahului dengan kegiatan bernyanyi lagu “gundul-gundul pacul” yang diakhiri dengan tepuk tangan.

3) Agar siswa tidak merasa kebingungan, dalam menyajikan permasalahan agar lebih diperjelas lagi oleh guru pengajar.

4) Untuk mengatasi siswa yang tidak menaati peraturan bermain ular tangga, guru akan memberikan teguran secara langsung.

5) Memberikan semangat kepada siswa untuk melakukan diskusi dan kerjasama dalam kelompok.

6) Untuk mengatasi kelompok yang takut untuk melakukan presentasi, guru pengajar akan menemani kelompok tersebut didepan kelas untuk melakukan presentasi.

(18)

Hasil refleksi pertemuan pertama siklus I ini akan dijadikan sebagai bahan perbaikan pelaksanaan tindakan berikutnya yaitu pada pertemuan kedua siklus I. 4.1.2.2Pertemuan Kedua Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus I ini pada dasarnya sama dengan pertemuan pertama. Namun demikian, perencanaan pada pertemuan kedua lebih memperhatikan hasil refleksi dari pertemuan pertama siklus I. Hal tersebut dilakukan untuk perbaikan dari segala permasalahan yang muncul di pertemuan pertama siklus I. Selain itu, di akhir pertemuan kedua siklus II ini akan diadakan pengukuran hasil belajar kognitif siswa. Kegiatan perencanaan pertemuan kedua siklus ini meluputi:

1. Karena RPP dengan langkah-langkah model PBL berbantuan permainan ular tangga sudah dibuat sebelumnya, maka pada pertemuan kedua ini penulis hanya perlu menyiapkannya saja. Adapun siklus I dirancang untuk Kompetensi Dasar 3.9 yaitu memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi.

2. Merumuskan indikator pembelajaran yang akan disampaikan. Pertemuan kedua siklus I ini indikator pembelajaran yang digunakan ialah Siswa dapat menjelaskan rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan segitiga serta Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi.

3. Membuat lembar observasi yang nantinya akan dibagi menjadi 4 macam. Lembar observasi tersebut yakni untuk mengukur aktivitas siswa, aktivitas guru, hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.

4. Berdiskusi dengan guru kelas yang nantinya akan berperan sebagai guru kolaborator untuk menentukan hari dan jam pelaksanaan tindakan.

5. Menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa maupun guru dalam menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

6. Menyiapkan soal evaluasi untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa 7. Menyiapkan angket untuk mengukur motivasi belajar siswa

(19)

b. Pelaksanaan (Action)

Berdasarkan kesepakatan dengan guru kolaborator, implementasi model

pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Maret 2018. Adapun jam mengajar yaitu pada jam keempat. Pertemuan pertama siklus I dihadiri oleh beberapa pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini yaitu peneliti, guru kelas, dan siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun tugas dari beberapa komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun peneliti juga akan bertugas sebagai pengajar yang nantinya akan menyampaikan materi pelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

2. Guru kelas, berperan sebagai observer yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun observer juga dibantu oleh instrumen yang telah dibuat sebelumnya agar apa yang diukur sesuai dengan apa yang dibidik oleh peneliti.

3. Siswa, bertugas mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

Sama seperti pertemuan sebelumnya kegiatan pembelajaran dengan implementasi model PBL berbantuan permainan ular tangga akan dibagi menjadi 3 kegiatan. Kegiatan tersebut yakni kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

(20)

ketika guru menanyakan “nah anak- anak, ibu mempunyai persegi dengan sisi 9 cm. Berapa luasnya anak- anak?”. Siswa yang duduk paling depan berani

mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Untuk memberikan apresiasi, guru pengajar meminta siswa satu kelas untuk memberikan tepuk tangan kepada siswa tersebut. Beberapa serangkaian dalam kegiatan awal pembelajaran tersebut, guru telah melewati tahap pertama dalam PBL yaitu Orient student’s to the problem.

Kegiatan kedua dalam pembelajaran ialah masuk pada kegiatan inti dimana kegiatan ini dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan yakni eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi. Dimulai dari kegiatan eksplorasi, seperti pada pertemuan sebelumnya guru mencoba mengeksplor pengetahuan siswa mengenai pengertian keliling suatu bangun datar dan guru menuliskan 1 (satu) soal di papan tulis. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, salah satu siswa memberanikan diri mengangkat tangan untuk menjawab soal tersebut. Pada tahapan ini, guru telah sampai tahap kedua dalam PBL yaitu Organize student’s for study. Memasuki kegiatan elaborasi, guru pengajar menginjak tahapan ketiga dalam PBL yang disebut dengan Assist independent and group investigations. Pada tahap ketiga PBL, siswa kembali berkumpul dengan anggota yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini, siswa yang mau memperhatikan guru lebih banyak dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Setelah duduk dengan

masing-masing kelompok siswa diminta untuk bermain ular tangga seperti pada hari sebelumnya. Sembari membagikan permainan ular tangga beserta kartu soal, dengan antusias siswa menyimak guru memberikan penjelasan mengenai permainan tersebut. Tidak lupa guru juga mengingatkan bahwa selesai bermain ular tangga, para siswa akan dimintai pertanggungjawaban dalam presentasi di depan kelas.

(21)

Mengingat adanya hasil refleksi pada pertemuan pertama muncul permasalahan dimana ada salah satu kelompok yang tidak berani maju untuk presentasi, dengan

bimbingan dan pendampingan dari guru di depan kelas, kelompok tersebut pun berani untuk maju dan melakukan presentasi. Atas keberaniannya tersebut, siswa diminta untuk memberikan semangat dengan bertepuk tangan. Setelah setiap kelompok selesai melakukan presentasi, guru melakukan penilaian untuk menentukan siapa yang berhak menerima penghargaan berupa stiker bintang. Kegiatan inti yang selanjutnya ialah kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan ini, yang dilakukan adalah bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang telah disampaikan. Selain itu dengan dibimbing guru, siswa diajarkan untuk menyimpulkan suatu materi pelajaran pada hari itu.

Kegiatan terakhir dalam pertemuan kedua siklus I ini adalah kegiatan penutup. Artinya, di akhir ini akan dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar kognitif siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan implementasi model PBL berbantuan permainan ular tangga. Kegiatan evaluasi dimulai dengan siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk masing-masing karena evaluasi ini tidak dilakukan oleh kelompok melainkan oleh individu. Guru membagikan soal kepada masing-masing siswa. Kemudian guru menyampaikan beberapa hal terkait aturan dalam mengerjakan soal tersebut, peraturan tersebut ialah dilarang membuat gaduh dan dilarang mencontek pekerjaan teman sebangku. Dengan tenang siswa

mengerjakan soal masing-masing. Selesai mengerjakan soal, guru menghimbau siswa agar belajar di rumah untuk memperdalam materi keliling dan luas bangun datar untuk mengevaluasi pertemuan selanjutnya. Pembelajaran ditutup dengan dipimpin oleh ketua masing-masing dan guru sedikit menyampaikan bahwa salam harus dijawab kemudian para siswa juga menjawab salam tersebut.

c. Observasi (Observation)

(22)

siswa selama menerapkan pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

Tujuan dari observasi dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan 4 (empat) data. Data tersebut meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif dan psikomotorik. Untuk memperoleh data aktivitas guru dan siswa, observer menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Sedangkan untuk memperoleh data hasil belajar afektif dan psikomotorik, observer menggunakan instrumen pengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 4.9

Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Kedua

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Guru membuka kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa √

2 Guru melakukan presensi siswa. √

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. √

4 Guru melakukan apersepsi dengan bertanya

jawab dengan siswa. √

5

Guru memberi motivasi siswa agar siswa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

6

Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah terkait materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa untuk bermain ular tangga.

8 Guru memberikan penjelasan peraturan dalam

(23)

No Aspek Skor

1 2 3 4

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Guru meminta siswa berdiskusi dan bekerjasama

dalam menyelesaikan masalah yang disajikan √

11 Guru berkeliling untuk melakukan pengawasan

dan pembimbingan siswa dalam kelompok √ Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian masalah yang ada pada ular tangga di depan kelas.

13

Guru meminta siswa yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

15 Guru membimbing siswa menyimpulkan materi

yang telah dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16

Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum dimengerti atau kurang jelas.

17 Guru memberikan penguatan tentang materi

yang telah dipelajari. √

18 Guru melakukan refleksi jalannya pembelajaran. √

19 Guru mengadakan kegiatan evaluasi/pengukuran

hasil belajar. √

20 Guru melakukan kegiatan pengukuran motivasi

belajar. √

21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

mengucapkan salam. √

Jumlah 4 20 21 0

Total 45

(24)

Kriteria Penilaian Aktivitas Guru

Kriteria Skor

Sangat Tinggi > 68,25 - 84,00 Tinggi > 52,50 - 68,25 Rendah > 36,75 - 52,50 Sangat Rendah = 21,00 - 36,75

Pertemuan kedua siklus I ini guru mendapatkan skor 45 yang berarti aktivitas guru masih berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil observasi, secara menyeluruh sebenarnya guru sudah lebih baik jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua guru telah memberikan motivasi kepada siswa dengan baik, yang dilanjutkan dengan kegiatan mengorientasikan siswa kepada permasalahan dengan jelas sehingga para siswa tidak kebingungan lagi. Namun disisi lain, masih ada beberapa kegiatan dimana guru belum melaksanakannya dengan baik. Seperti halnya pada saat para siswa bermain permainan ular tangga, guru hanya berkeliling dan tidak melakukan pengawasan dan bimbingan kepada para siswa. Sehingga dalam bermain ular tangga, para siswa belum bisa merasakan suasana bermain sambil belajar melainkan mereka hanya bermain. Kemudian, dibawah ini merupakan hasil observasi aktivitas siswa

kelas IV SDN 02 Jumo pada pertemuan pertama siklus I. Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Kedua

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Siswa membuka kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa dengan serius. √

2 Siswa mengangkat tangan ketika namanya

disebut dalam absensi. √

3 Siswa memperhatikan guru menyampaikan

(25)

No Aspek Skor

1 2 3 4

4 Siswa menanggapi guru melakukan apersepsi

dengan menjawab pertanyaan dari guru. √

5 Siswa mengawali kegiatan pembelajaran dengan

semangat. √

6

Siswa mengerjakan dan memecahkan permasalahan masalah terkait materi yang akan dipelajari.

B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7 Siswa bergabung dengan kelompok belajar

dengan tertib. √

8 Siswa antusias memperhatikan guru memberikan

penjelasan peraturan dalam bermain ular tangga. √ 9 Siswa aktif dalam memainkan permainan ular

tangga dan menjawab permasalahan yang ada pada setiap kotaknya.

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Siswa melakukan diskusi dalam menyelesaikan

masalah yang disajikan. √

11 Siswa melakukan kerjasama dalam

menyelesaikan masalah yang disajikan. √ Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian masalah yang ada pada ular tangga di depan kelas.

13

Siswa yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

14

Siswa lain ikut berpartisipasi memberikan penghargaan untuk kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16 Siswa berani bertanya kepada guru mengenai

materi yang belum dimengerti atau kurang jelas. √

17 Siswa memperhatikan guru melakukan

penguatan tentang materi yang telah dipelajari. √

18 Siswa memperhatikan guru merefleksi jalannya

(26)

No Aspek Skor

1 2 3 4

19 Dengan tenang siswa melaksanakan kegiatan

evaluasi/pengukuran hasil belajar. √

20 Dengan tenang siswa melakukan kegiatan

pengukuran motivasi belajar dengan angket. √

21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

menjawab salam. √

Jumlah 3 28 12 0

Total 43

Kriteria Rendah

Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

Kriteria Skor

Sangat Tinggi > 68,25 - 84,00 Tinggi > 52,50 - 68,25 Rendah > 36,75 - 52,50 Sangat Rendah = 21,00 - 36,75

Aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa hanya mendapatkan skor 43 dan masuk dalam kategori rendah. Walaupun masuk dalam kategori rendah, ada beberapa aspek pengamatan siswa yang sudah menunjukkan adanya peningkatan. Sebagai contoh, siswa sudah mulai menanggapi apersepsi yang diberikan oleh guru. Keberanian siswa juga mulai meningkat yang dibuktikan dengan sebagian besar siswa bertanya kepada guru ketika mereka kurang jelas dalam memahami materi yang disampaikan guru. Dalam melaksanakan evaluasi para siswa juga melakukannya dengan tenang dan tidak ada satupun siswa yang menyontek. Dalam melakukan observasi, observer tidak hanya mengamati aktivitas siswa dan guru saja. Observer juga melakukan

(27)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Kedua

Skor Ketuntasan Kriteria Frekuensi Presentase > 81,25 – 100,00 presentase 54,17% dinyatakan mendapat kategori rendah dan 11 siswa dengan presentase 45,83% mendapat penilaian tinggi. Selain mengukur hasil belajar

afektif, peneliti juga melakukan pengukuran terhadap hasil belajar psikomotorik siswa.

Tabel 4.12

Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus I Pertemuan Kedua

(28)

pertama 8 siswa mendapat penilaian tinggi, pada pertemuan ini 10 siswa berhasil mendapat penilaian tinggi dengan presentase sebesar 41,67%. Sementara itu, pada

pertemuan pertama 16 siswa memperoleh penilaian rendah, di pertemuan ini semakin berkurang menjadi 14 siswa dengan presentase sebesar 58,33%.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan kegiatan meninjau ulang setelah implementasi model pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga berlangsung. Dari kegiatan ini, akan diperoleh beberapa informasi kekurangan maupun kelebihan dari jalannya proses pembelajaran. Dalam melakukan refleksi, penulis bersama guru kelas berdiskusi mengenai jalannya pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga. Dari diskusi tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut: - Kekurangan dari guru:

1) Guru masih terlalu terburu-buru dalam memberikan motivasi kepada siswa.

2) Guru terlalu cepat dalam mengorientasikan masalah kepada siswa. Untuk memperbaiki beberapa kekurangan tersebut, peneliti dan guru kolaborator berdiskusi dan diperoleh solusi sebagai berikut:

1) Agar tidak terburu-buru dalam memotivasi, waktu yang digunakan untuk melakukan absensi lebih dipercepat dan tidak bertele-tele.

2) Agar waktu yang digunakan untuk mengorientasikan masalah kepada

siswa, guru memberikan saran untuk menyingkat waktu yang digunakan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran tanpa menghilangkan substansi dari isi tujuan pembelajaran tersebut.

- Kekurangan dari siswa

1) Siswa tidak memperhatikan guru

2) Aktivitas siswa dalam diskusi dan kerjasama kelompok masih kurang. 3) Siswa kurang aktif dalam menyimpulkan materi pembelajaran

(29)

1) Agar siswa mau mendengarkan dan memperhatikan guru, ditemukan solusi dengan menegur siswa yang tidak mau mendengarkan dan

memperhatikan.

2) Untuk mengatasi siswa yang tidak menaati peraturan bermain ular tangga, guru akan memberikan teguran secara langsung.

3) Agar siswa ikut aktif berpartisipasi dalam menyimpulkan materi pembelajaran, guru akan menuntun siswa dengan mengucapkan 1 atau 2 kata dari kesimpulan itu sendiri.

Intinya, terdapat beberapa permasalahan pada siklus I yang belum dapat diatasi. Permasalahan tersebut ialah guru belum dapat memusatkan perhatian siswa secara penuh. Selanjutnya, hasil refleksi pertemuan pertama siklus I ini akan dijadikan sebagai bahan perbaikan pelaksanaan tindakan berikutnya yaitu pada pertemuan kedua siklus I.

4.1.3 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Output dari pelaksanaan tindakan pada siklus I ini ialah motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Jumo pada ranah kognitif, afektif, serta psikomotorik. Pada bagian ini akan diberikan paparan data yang telah berhasil dijaring penulis terkait beberapa data tersebut.

4.1.3.1Kondisi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I Tabel 4.13

Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Siklus I

Skor Kriteria Frekuensi Presentase > 55,25 – 68,00 Sangat Tinggi 0 0% > 42,50 – 55,25 Tinggi 13 54% > 29,75 – 42,50 Rendah 11 46% = 17,00 – 29,75 Sangat Rendah 0 0%

Total 24 100%

Rata-Rata 41,13

Kategori R

Skor Tertinggi 52

(30)

Hasil pengisian angket yang telah dilakukan siswa pada pertemuan terakhir siklus I, penulis mendapat data seperti yang tersaji pada tabel 4.13. Motivasi

belajar matematika siswa kelas IV SDN Jumo sebenarnya sudah menunjukkan adanya peningkatan setelah mengalami pembelajaran dalam 2 (dua) pertemuan siklus I. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata pada kondisi awal yang hanya mencapai angka 38,25 dan masuk pada kategori rendah dan meningkat pada siklus I menjadi 41,13 namun masih berada pada kategori rendah. Berdasarkan sajian tabel di atas, dapat dilihat bahwa 13 siswa atau 54% dari 17 siswa mendapatkan skor 42,50 sampai dengan 55,25 yang berarti 11 siswa tersebut mendapat predikat motivasi belajar yang tinggi. Adapun 13 siswa dari 17 siswa dengan presentase 46% mendapatkan skor 29,75 sampai dengan 42,50 yang berarti siswa tersebut mempunyai motivasi belajar pada kategori rendah. Perlu diketahui pada siklus I sudah tidak ada siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah maupun sangat tinggi. Motivasi belajar siswa pada siklus I hanya berada pada kategori rendah dan tinggi saja.

4.1.3.2Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Siklus I

Sejalan dengan meningkatnya motivasi belajar, hasil belajar siswa kelas IV SDN Jumo juga mengalami peningkatan. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada pertemuan kedua siklus I, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.14

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Kognitif

KKM Matematika Ketuntasan Frekuensi Presentase

≥ 63 Tuntas 15 62,50%

< 63 Tidak Tuntas 9 37,50%

Total 24 100%

Rata-Rata 66,04

Nilai Tertinggi 90,00

Nilai Terendah 25,00

(31)

berkurang. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang tidak tuntas pada kondisi awal lebih dari separuh jumlah siswa yaitu 58,33% dan pada siklus I mengecil menjadi 37,50% dengan jumlah 9 siswa.

4.1.3.3Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Siklus I

Penulis juga mendapatkan hasil belajar afektif siswa kelas IV SDN 02 Jumo selain mendapat data hasil belajar kognitif,. Perlu penulis jelaskan bahwa hasil belajar afektif siswa didapat melalui pengamatan yang dilakukan oleh observer dalam dua pertemuan. Data yang disajikan di bawah ini merupakan data yang diperoleh pada tanggal 21 dan 22 Maret 2018.

Tabel 4.15

Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Afektif

Skor Ketuntasan Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2 Frek Pres Frek Pres belajar afektif peserta didik dinyatakan tuntas jika hasil dari penilaian sikap peserta didik mampu memperoleh skor pada kategori tinggi bila perlu sangat tinggi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama siklus I, 9 siswa mendapatkan skor lebih dari 62,50 sampai dengan 81,25 dan berada pada kategori tinggi dengan presentase 37,50% dari 24 siswa. Adapun pada pertemuan pertama skor rata-rata siswa 1 (satu) kelas hanya sebesar 58,50 dan berada pada kategori yang masih rendah. Pada pertemuan pertama skor tertinggi adalah 67 dan sebaliknya skor terendah 43.

(32)

Sebaliknya, untuk siswa yang memperoleh skor pada kategori rendah sebanyak 13 siswa dengan presentase sebesar 54,17%.

Seperti yang telah penulis jelaskan, bahwa hasil belajar afektif peserta didik dapat dikatakan tuntas jika dari penilaian sikap siswa mampu memperoleh skor pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Pada pertemuan pertama, presentase siswa yang mendapat skor tinggi dalam arti tuntas hanya 37,50% dan sangat tinggi tidak ada. Kemudian pada pertemuan pertama presentase siswa yang mendapat skor tinggi meningkat menjadi 46% dan sangat tinggi tidak ada. Untuk lebih mengerucutkan ketuntasan hasil belajar afektif siswa penulis menyajikannya dalam bentuk tabel dibawah.

Tabel 4.16

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Afektif

Ketuntasan Pertemuan 1 Pertemuan 2

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Tuntas 9 37,50% 11 46%

Tidak Tuntas 15 62,50% 13 54%

Jumlah 24 100% 24 100%

Perlu penulis jelaskan bahwa ketuntasan akhir pada siklus I ini didasarkan pada ketuntasan yang didapat pada pertemuan kedua. Namun data dari pertemuan

pertama juga akan tetap ditampilkan guna melihat peningkatan yang terjadi dari setiap pertemuannya. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar afektif matematika siswa kelas IV SDN 02 Jumo pada siklus I sebesar 46%.

4.1.3.4Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Pada Siklus I

(33)

Tabel 4.17

Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Psikomotorik

Skor Ketuntasan Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2 Frek Pres Frek Pres > 32,50 – 40,00

Tuntas Sangat Tinggi

> 25,00 – 32,50 Tinggi 8 33,33% 10 41,67% > 17,50 – 25,00

Tidak Tuntas Rendah 16 66,67% 14 58,33%

= 10,00 – 17,50 Sangat Rendah

Total 24 100% 24 100%

Rata-Rata 23,96 24,13

Kategori R R

Skor Tertinggi 30 30

Skor Terendah 20 20

Berangkat dari indikator kinerja yang telah penulis buat, dalam penelitian ini hasil belajar psikomotorik peserta didik dinyatakan tuntas jika hasil dari penilaian keterampilan peserta didik mampu memperoleh skor pada kategori tinggi bila perlu sangat tinggi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama siklus I, 8 siswa mendapatkan skor lebih dari 25,00 sampai dengan 32,50 dan berada pada kategori tinggi dengan presentase 33,33% dari 24 siswa. Adapun pada pertemuan pertama skor rata-rata siswa 1 (satu) kelas hanya sebesar 23,96 dan berada pada kategori yang masih rendah. Pada pertemuan pertama skor tertinggi adalah 30 dan sebaliknya skor terendah 20.

Hasil belajar psikomotorik siswa lebih meningkat pada pertemuan kedua. Sebanyak 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa memperoleh skor pada kategori tinggi. Sebaliknya, untuk siswa yang memperoleh skor pada kategori rendah sebanyak 14 siswa dengan presentase sebesar 58,33%.

(34)

Untuk lebih mengerucutkan ketuntasan hasil belajar psikomotorik siswa penulis menyajikannya dalam bentuk tabel di bawah.

Tabel 4.18

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Pada Ranah Psikomotorik

Ketuntasan Pertemuan 1 Pertemuan 2

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Tuntas 8 33,33% 10 41,67%

Tidak Tuntas 16 66,67% 14 58,33%

Jumlah 24 100% 24 100%

Sama seperti hasil belajar afektif, ketuntasan hasil belajar psikomotorik pada siklus I ini didasarkan pada ketuntasan yang didapat pada pertemuan kedua.

Tetapi data dari pertemuan pertama juga akan tetap disajikan untuk melihat peningkatan yang terjadi dari setiap pertemuannya. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar psikomotorik matematika siswa kelas IV SDN 02 Jumo pada siklus I sebesar 41,67%.

4.1.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan siklus I dimana implementasi model PBL berbantuan permainan ular tangga Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 23 Maret 2018 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2018. Pada pertemuan kedua akan dilakukan pengukuran hasil belajar kognitif dan motivasi siswa dalam belajar. Untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik, akan diukur pada setiap pertemuannya dengan menggunakan lembar observasi yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

4.1.4.1Pertemuan Pertama Siklus II a. Perencanaan (Planning)

(35)

pertama siklus I. Agar lebih terperinci, kegiatan perencanaan pada pertemuan pertama siklus II adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan RPP dengan langkah-langkah model PBL berbantuan permainan ular tangga. Adapun siklus II dirancang untuk Kompetensi Dasar 3.9 yaitu memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi.

2. Merumuskan indikator pembelajaran yang akan disampaikan. Pertemuan pertama siklus I ini indikator pembelajaran yang digunakan ialah Siswa dapat menjelaskan rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan segitiga serta Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi.

3. Menyiapkan lembar observasi yang nantinya akan dibagi menjadi 4 macam. Lembar observasi tersebut yakni untuk mengukur aktivitas siswa, aktivitas guru, hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.

4. Berdiskusi dengan guru kelas yang nantinya akan berperan sebagai guru kolaborator untuk menentukan hari dan jam pelaksanaan tindakan.

5. Menyiapkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa maupun guru dalam menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas, diperoleh kesepakatan bahwa pertemuan pertama siklus II akan dilaksanakan pada hari Jum’at, 23 Maret 2018 pada jam pertama. Pertemuan pertama siklus I dihadiri oleh beberapa pihak yang

berkepentingan dalam penelitian ini yaitu peneliti, guru kelas, dan siswa kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun tugas dari beberapa komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di kelas IV SDN 02 Jumo. Adapun peneliti juga akan bertugas sebagai pengajar yang nantinya akan menyampaikan materi pelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

(36)

3. Siswa, bertugas mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan menerapkan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

Hari itu, guru mengawali kegiatan pembelajaran seperti pada beberapa pertemuan yang telah dilakukan. Pertama, guru mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk melaksanakan doa bersama sesuai keyakinan dan agama masing-masing. Setelah itu, guru melakukan absensi untuk mengecek kehadiran siswa. Pada hari itu, semua siswa berangkat sekolah untuk mengikuti pembelajaran. Selain mengecek kehadiran siswa, guru juga melakukan pengecekan terhadap kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kegiatan selanjutnya ialah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan para siswa memperhatikan guru dengan antusias. Antusiasme siswa semakin terlihat ketika guru memberitahukan bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan bermain ular tangga. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa. Apersepsi dilakukan dengan bertanya kepada siswa seperti berikut: ”Ruang kelas 5 berbentuk persegi panjang yang memiliki panjang 9 meter dan lebar 6 meter. Berapa luas ruang kelas 5?”. Pada tahap ini, guru telah memasuki fase pertama dalam PBL yaitu Orient student’s to the problem. Tidak lupa guru juga memberikan motivasi dengan mengatakan ”ikuti pembelajaran dengan baik maka kalian akan menyelesaikan permasalahan tersebut”.

Memasuki kegiatan inti, penulis sudah sampai pada sintak PBL yang kedua

(37)

Kegiatan elaborasi, guru dan siswa telah sampai pada tahap ketiga dalam PBL yaitu Assist independent and group investigations. Pada fase ketiga ini guru

langsung meminta siswa untuk bergabung kembali dengan kelompok yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Pada waktu itu, ketertiban siswa dalam bergabung dengan masing-masing kelompoknya juga sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan. Tidak ada lagi siswa yang membuat gaduh dalam pembentukan kelompok, sehingga tidak banyak menyita waktu dalam pembelajaran. Setelah semua siswa duduk dengan anggota masing-masing kelompok, guru kembali menegaskan peraturan dalam bermain ular tangga bahwa siswa diberi satu set permainan ular tangga dan pertanyaan ular tangga, tugas siswa menjawab soal yang ada di ular tangga, yang ditentukan kotak permainan ular tangga. Selama siswa bermain ular tangga, guru melakukan pengawasan dan bimbingan terhadap setiap kelompok disamping juga memastikan siswa memainkan ular tangga sesuai peraturan yang telah ditetapkan.

Setelah sesi bermain ular tangga selesai, guru meminta para siswa dalam kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas. Sampai pada tahap presentasi ini guru telah memasuki langkah ke empat dalam PBL Develop and present artifacts and exhibit yaitu mengembangkan dan mempresentasikan

artefak dan exhibit. Pada saat diminta melakukan presentasi, tidak terlihat lagi

adanya rasa takut pada diri siswa. Siswa sangat percaya diri dalam melakukan

presentasi. Adapun guru juga menyampaikan kepada mereka yang tidak melakukan presentasi untuk tetap memperhatikan kelompok yang melakukan presentasi bila perlu memberikan tanggapan.

(38)

c. Observasi (Observation)

Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa atau

fakta yang terjadi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap aktivitas guru maupun siswa dalam menerapkan model pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga. Perlu diketahui, dalam penelitian ini observasi juga dilakukan terhadap aspek afektif atau sikap dan psikomotorik atau keterampilan siswa selama menerapkan pembelajaran dengan model PBL berbantuan permainan ular tangga.

Tujuan dari observasi dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan 4 (empat) data. Data tersebut meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif dan psikomotorik. Untuk memperoleh data aktivitas guru dan siswa, observer menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Sedangkan untuk memperoleh data hasil belajar afektif dan psikomotorik, observer menggunakan instrumen pengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 4.19

Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus II Pertemuan Pertama

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Guru membuka kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa √

2 Guru melakukan presensi siswa. √

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. √

4 Guru melakukan apersepsi dengan bertanya

jawab dengan siswa. √

5

Guru memberi motivasi siswa agar siswa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

6

Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah terkait materi yang akan

dipelajari.

(39)

No Aspek Skor

1 2 3 4

B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa untuk bermain ular tangga.

8 Guru memberikan penjelasan peraturan dalam

bermain ular tangga. √

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Guru meminta siswa berdiskusi dan bekerjasama

dalam menyelesaikan masalah yang disajikan √

11 Guru berkeliling untuk melakukan pengawasan

dan pembimbingan siswa dalam kelompok √ Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian masalah yang ada pada ular tangga di depan kelas.

13

Guru meminta siswa yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

15 Guru membimbing siswa menyimpulkan materi

yang telah dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16

Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum dimengerti atau kurang jelas.

17 Guru memberikan penguatan tentang materi

yang telah dipelajari. √

18 Guru melakukan refleksi jalannya pembelajaran. √

19 Guru mengadakan kegiatan evaluasi/pengukuran

hasil belajar. √

20 Guru melakukan kegiatan pengukuran motivasi

(40)

No Aspek Skor

1 2 3 4

21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

mengucapkan salam. √ pada kriteria penilaian tinggi. Model pembelajaran PBL berbantuan permainan ular tangga mampu membantu guru menguasai kelas. Selain itu guru tidak lagi menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran. Para siswa juga dilibatkan secara dominan dalam kegiatan bermain ular tangga dan presentasi. Selanjutnya hasil

observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.20

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo Dalam Pembelajaran PBL berbantuan Permainan Ular Tangga

Pada Siklus II Pertemuan Pertama

No Aspek Skor

1 2 3 4

A. Kegiatan Pendahuluan

Tahap 1 PBL: Orient student’s to the problem

1 Siswa membuka kegiatan belajar mengajar dengan

berdoa dengan serius. √

2 Siswa mengangkat tangan ketika namanya disebut

dalam absensi. √

3 Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. √

4 Siswa menanggapi guru melakukan apersepsi

(41)

No Aspek Skor

1 2 3 4

5 Siswa mengawali kegiatan pembelajaran dengan

semangat. √

6 Siswa mengerjakan dan memecahkan permasalahan

masalah terkait materi yang akan dipelajari. √ B. Kegiatan Inti

Tahap 2 PBL: Organize student’s for study

7 Siswa bergabung dengan kelompok belajar dengan

tertib. √

8 Siswa antusias memperhatikan guru memberikan

penjelasan peraturan dalam bermain ular tangga. √ 9 Siswa aktif dalam memainkan permainan ular

tangga dan menjawab permasalahan yang ada pada setiap kotaknya.

Tahap 3 PBL: Assist independent and group investigations

10 Siswa melakukan diskusi dalam menyelesaikan

masalah yang disajikan. √

11 Siswa melakukan kerjasama dalam menyelesaikan

masalah yang disajikan. √

Tahap 4 PBL: Develop and present artifacts and exhibit

12

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian masalah yang ada pada ular tangga di depan kelas.

13

Siswa yang lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

14

Siswa lain ikut berpartisipasi memberikan penghargaan untuk kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi yang telah

dipelajari. √

C. Kegiatan Penutup

Tahap 5 PBL: Analyze and evaluate the problem solving process

16 Siswa berani bertanya kepada guru mengenai materi

yang belum dimengerti atau kurang jelas. √ 17 Siswa memperhatikan guru melakukan penguatan

tentang materi yang telah dipelajari. √

18 Siswa memperhatikan guru merefleksi jalannya

pembelajaran. √

19 Dengan tenang siswa melaksanakan kegiatan evaluasi/pengukuran hasil belajar.

(42)

No Aspek Skor

1 2 3 4

20 Dengan tenang siswa melakukan kegiatan

pengukuran motivasi belajar dengan angket. √ 21 Menutup kegiatan belajar mengajar dengan

menjawab salam. √

Jumlah 1 10 39 8

Total 58

Kriteria Tinggi

Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

Kriteria Skor

Sangat Tinggi > 68,25 - 84,00 Tinggi > 52,50 - 68,25 Rendah > 36,75 - 52,50 Sangat Rendah = 21,00 - 36,75

Meningkatnya aktivitas guru juga diikuti dengan meningkatnya aktivitas siswa pada pertemuan ini. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer,

aktivitas siswa memperoleh skor 58 dan masuk pada kriteria tinggi. Dengan dihadirkannya suasana belajar sambil bermain sangat membantu guru dalam meningkatnya motivasi belajar siswa. Mereka tidak lagi merasa jenuh ataupun bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu, peserta didik juga semakin bersemangat dengan adanya kerjasama dalam kelompok. Karena dalam kelompok tersebut, siswa tidak lagi bekerja secara individu melainkan bekerja dengan anggota lainnya.

Gambar

Tabel 4.1 Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo
Tabel 4.3 Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas IV SDN 02 Jumo
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 02 Jumo
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Rehabilitasi Peran perawat dalam perawatan luka gangren adalah mencegah komplikasi akibat luka gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu

Telah dilakukan penelitian tentang isolasi alkaloid dari daun Johar (Senna siamea) menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol 96%.. Ekstrak etanol dan

Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 16 tahun 2015 yang mengatur tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam proses produksi di Indonesia.Namun dengan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 12 siswi di SMK N 1 Purwosari Gunung Kidul, di dapatkan hasil bahwa 1 siswi kelas XI yang menggunakan pantyliner dan 2 siswi kelas XI

Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan sosial pangan yang disalurkan secara non tunai dari pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme

Hasil analisa hubungan antara lama hospitalisasi dengan tingkat kecemasan perpisahan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta

Proses tindak lanjut penanganan pengaduan dimulai ketika Administrator di tingkat pusat/daerah/Perum BULOG/HIMBARA menerima disposisi dari Administrator Utama sampai

Maraknya Taman Penitipan Anak (TPA) yang berdiri di sekitar perumahan disebabkan banyaknya ibu bekerja di luar rumah sedangkan anak tidak ada yang mengasuh saat