• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1 Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.1.1. Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Problem Based Learning Berbantuan Gambar Siswa Kelas IV SD Nege

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1.1 Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.1.1. Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model Problem Based Learning Berbantuan Gambar Siswa Kelas IV SD Nege"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandagan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori

dalam penelitian ini berisi tentang, hakikat pembelajaran IPS, hasil belajar, metode Problem Based Learning.

2.1.1 Hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.1.1. Pembelajaran

Hamalik (dalam Putra, 2013:17), menambahkan bahwa pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah cara yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan prilaku sebagai upaya untuk membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan sumber belajar termasuk lingkungan sehingga tercapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar, yang proses dan materi pelajarannya dekat dengan lingkungan sekitar adalah pembelajaran IPS.

Menurut Buchari (2003 : 148) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.

(2)

dengan keluarga, manusia dengan masyarakat, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhannya.

2.1.1.2 .Tujuan pembelajaran

Tujuan merupakan ukuran untuk mengetahui tercapai tidaknya program yang telah diterapkan. IPS sebagai bagian dari program pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara umum. Tujuan pembelajaran IPS dijelaskan dalam Kurikulum KTSP (2004), agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global 2.1.2 Hasil Belajar

Untuk memahami tentang pengertian hasil belajar, di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar

2.1.2.1. Pengertian Belajar

Menurut teori behavioristik dalam Budiningsih (2005:20), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan menurut Aunurrahman (2011:33), belajar merupakan aktivitas yang kita lakukan sehari-hari baik yang kita lakukan sendiri maupun yang kita

(3)

dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sesorang dalam melakukan aktivitas baik individu maupun kelompok untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru untuk mencapai tujuan tertentu

2.1.2.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 22) Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut pandangan Oemar Hamalik (2003: 23) hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut”. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu untuk mencapai prestasi.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam waktu jangka waktu yang tertentu.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap

(4)

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

2.1.3 Model Pembelajaran Probem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang

lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. (Arends dalam Abbas, 2000:13).

Probem Based Learning menurut Hung (2008 : 486) diartikan sebagai metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi dengan memahami kebutuhan-kebutuhan mendasar sebagai bekal menyelesaikan masalah yang ada. Menurut Horrison (2007 : 1) menyatakan bahwa metode Probem Based Learning menuntut adanya peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut

Kolmos (2007 : 2) menyatakan bahwa Probem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terdapat tantangan kepada siswa untuk menemukan solusi sebagai wujud dari proses belajar. Dari pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa metode Probem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut adanya aktifitas siswa secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah sebagai model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa,

(5)

2.1.3.1 Langkah-langkah Probem Based Learning

Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang lain, Problem Based Learning juga mempunyai tahapan atau sintaks dalam pelaksanaannya. Ada lima tahapan dalam model pembelajaran Problem Based Learning dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto, 2010; 159-160). Untuk masing – masing tahapnya disajikan pada tabel 2.2 di bawah ini:

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa

Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas – tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

Fase 3: membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja

(6)

Perilaku yang diinginkan dari guru dan siswa, yang berhubungan dengan masing – masing fase, dideskripsikan dengan lebih terperinci dibagian – bagian berikutnya.

2.1.3.2 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (M. Hosnan, 2014:298-299). Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecaham masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Dengan model pembelajaran PBL ini, diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi (Amir, 2007). 2.1.3.3Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Menurut Sanjaya (2007), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

a) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

b) Meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran siswa

c) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami

masalah dunia nyata

(7)

e) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

f) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

g) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus – menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir

h) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep – konsep yang dipelajari guna

memecahkan masalah dunia nyata.

Menurut Sanjaya (2007), disamping kelebihan di atas PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya

b) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap model pembelajaran Problem-Based Learning.Adapun hasil penelitian tersebut antara lain:

1. Menurut Wayan, Widya Yanti (2013), dalam penelitiannya berjudul ’’Penerapan Model Problem-Based Learning Dengan Bantuan Gambar Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 MUDAL’’ Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model PBL berbantu gambar, dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa adalah 75.90 dengan kentutasan klasikal 54,%

(8)

2. Menurut Abimanyu, Gugi Bagus (2011), dalam penelitiannya berjudul

’’Meningkatkan Hasil belajar IPS Melalui Model Problem-Based Learning

Siswa Kelas 4 SD Negeri Salamrejo Blitar’ Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan

melalui penerapan model Problem Based Learniang (PBL) sangat baik. Hal ini

dapat dibuktikan dengan adanya peningkatkan hasil belajar siswa kelas IV

SDN Salamrejo yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada pratindakan

59,7, siklus I 63,7, dan siklus II 77,3. Ketuntasan belajar pada pratindakan

sebesar 31,25%, siklus I sebesar 56,25%, dan siklus II 87,5%.

2.3 Kerangka Berfikir

Pada proses belajar mengajar IPS di SD Negeri Kauman Lor 01 umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) dimana guru hanya menyampaikan materi tanpa ada keterlibatan atau unjuk kerja dari siswa kemudian memberi soal kepada siswa. Pembelajaran secara konvensional ini mengakibatkan siswa pasif, bosan, jenuh terlebih siswa jarang memperhatikan guru tetapi bercanda dengan temannya, tidak dapat dipungkiri hasil belajar siswa pun rendah. Dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar diperlukan model menggunakan model pembelajaran tipe Problem Based Learning, model ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja mandiri dan bekerja sama dengan siswa lain secara berkelompok untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah sehingga akan lebih aktif, tidak bosan serta fokus mengikuti pembelajaran, lalu siswa mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok di depan kelas dan siswa

akan menangkap pembelajaran dengan baik. Jika model pembelajaran tipe Problem Based Learning ini diterapkan dan berhasil maka hasil belajar siswa pun akan mengalami peningkatan.

(9)
(10)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukan dari awal, maka dapat dirumuskanya hipotesis proses pembelajaran dan hasil belajar sebagai berikut:.

1 Penerapan medel pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS pokok bahasan mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan potensi sumber daya alam di daerahnya pada siswa kelas IV semester II SD Negeri Kauman Lor 01 tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar. 2 Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat

memperjelas penyampaian materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan mengenal aktivitas

Gambar

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Desa Parbubu II sebagai penenun kain ulos, terdapat 83 orang yang menjadi. penenun ulos dimana 10 diantaranya bekerja pada kilang ulos di Desa

Tes Tulis/Lisan Guru menilai proses dan hasil belajar secara individu tentang peradaban Masyarakat Mekah sebelum Islam.. Memahami substansi dan

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Berdasarkan atas hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tuturan fatis yang memiliki fungsi utama menjaga kontak

Gambaran anak Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan anak adalah setiap anak Indonesia hidup dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan yang sehat

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan