pengertian dan contoh SILOGISME
SilogismeSilogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
PU = Barang siapa melanggar peraturan “Z” harus dihukum. PK = Ia melanggar peraturan “Z”
K = la harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis ma-yor) dan kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat ketiga).
Pada contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang standar. Akan tetapi, kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar seperti itu.
Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
Silogisme Katagorik
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term) Diposkan oleh Nia Aprilia di 00.41
DASAR-DASAR LOGIKA // Silogisme
Silogisme adalah proses penalaran tidak langsung yang terdiri dari tiga bagian, dua
bagian pertama disebut premis dan bagian ketiga adalah konklusi. Silogisme merupakan
bentuk penalaran deduktif.
A. Silogisme Standar
Silogisme standar adalah silogisme yang menggunakan term perantara untuk
pengambilan konklusi, sebelum menentukan konklusi terlebih dahulu harus diyakini bahwa
term perantara benar merupakan bagian dari term induk. Bentuk umum silogisme standar
adalah sebagai berikut :
M – P
S – M
S – P
Contoh :
Premis maior: Semua Pahlawan adalah orang berjasa
Premis minor : Kartini adalah Pahlawan
Konklusi : Kartini adalah orang yang berjasa
B. Prinsip – Prinsip Silogisme
1.Prinsip silogisme merupakan konklusi yang benar atas dasar premis – premis yang benar
2.Azas – azas atau prinsipsilogisme
a. prinsip persamaan
Prinsip ini menyatakan bahwa dua hal adalah sama, kalau kedua – duanya sama dengan hal
ketiga S = M = P maka S = P
b. Prinsip perbedaan
Prinsip ini menyatakan bahwa dua hal itu berbeda yang satu dengan yang lain , kalau yang
3.Kedua prinsip tersebut memerlukan dua prinsip pendukung untuk menentukan nilai kebenaran
silogisme tersebut
a. Prinsip distribusi
Apa yang berlaku untuk sesuatu kelas yaitu berlaku untuk semua dan masing – masing
anggotanya
b. Prinsip distribusi negative
Apa yang diingkari tentang sesuatu kelas secara distributive juga diingkari pada tiap – tiap
anggotanya.
C. Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua menggunakan silogisme standar banyak yang
menggunakan prinsip silogisme tetapi menyimpang, bentuk penyimpangan ini harus
dikembalikan ke dalam bentuk standar.
Contoh
Mereka tidak lulus semuanya karena tidak belajar
Kamu kan tekun belajar
Mengapa kamu mesti takut tidak lulus
Dalam Bentuk Standar
Semua orang yang tidak belajar adalah orang yang tidak lulus
Kamu bukan orang yang tidak belajar
Jadi kamu bukan orang yang tidak lulus
D. Hukum Silogisme
Hukum silogisme adalah ketentuan – ketentuan operasional penalaran.
1. Hukum penalaran mengenai term
a. Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga S = M = P
b. Term tengah M tidak boleh terdapat dalam konklusi
c. Term tengah M setidak – tidaknya satu kali harus berdistribusi
2. Hukum silogisme mengenai proposisi
a. Apabila proposisi – proposisi dalam premis afirmatif maka konklusinya harus afirmatif
b. Proposisi dalam premis tidak boleh kedua - duanya negative
c. Konklusi mengikuti proposisi yang lemah dalam premis
d. Proposisi dalam premis tidak boleh kedua – duanya partikulir setidak – tidaknya salah salah
satu harus universal
E. Bentuk, Susunan, dan Modus Silogisme
Bentuk silogisme itu ditentukan oleh susunan dan modusnya, ada beberapa susunan silogisme
yaitu:
Susunan I : M – P S – M S – P
Susunan II : P – M S – M S – P
Susunan III : M – P M – S S – P
Susunan IV : P – M M –S S – P
Modus silogisme adalah kedudukan proposisi sebagai premis baik premis maior maupun premis
minor dalam suatu silogisme, terdapat 16 bentuk proposisi yaitu:
Maior : A A A A E E E E I I I I O O O O
Minor : A E I O A E I O A E I O A E I O
B. Bentuk Silogisme yang sahih
Susunan I : Bentuk A-A-A Bentuk E- A-E Bentuk A-I-I Bentuk E-I-O Susunan II : Bentuk A-E-E Bentuk E-A-E Bentuk A-O-O Bentuk E-I-O Susunan III : Bentuk A-A-I Bentuk E-A-O Bentuk A-I-I Bentuk E-I-O Bentuk I-A-I Bentuk O-A-O Susunan III : Bentuk A-A-I Bentuk A-E-E Bentuk E-A-O Bentuk E-I-O Bentuk I-A-I C. Teknik Diagram Venn
Untuk meneliti apakah bentuk silogisme itu sahih atau tidak dapat digunakan teknik diagram
Venn, yang menngunakan tiga himpunan yaitu himpunan S, M dan P. Hubungan tersebut
adalah sebagai berikut:
S
Dalam komunikasi sehari – hari sering kali menggunakan silogisme yang menyimpang
dikarenakan menggunakan proposisi yang tidak lengkap atau hiperlengkap , bentuk
penyimpangan itu ialah, entimema, polisilogisme dan sorites dan epikirema.
1. Entimema
Entimema adalah silogisme yang proposisi tidak lengkap.
Contoh: entimema yang tanpa premis maior
“ Tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia biasa”
Dalam bentuk silogisme standar adalah :
Maior : Semua manusia biasa adalah makhluk yang dapat khilaf
Minor : Saya adalah manusia biasa
Konklusi : Saya adalah makhluk yang dapat khilaf
2. Polisilogisme dan Sorites
Polisilogisme adalah bentuk silogisme yang terdiri dari lebih dari tiga proposisi.Sedangkan
sorites adalah entimema dari polisilogisme, dimana setiap konklusi dari proposisi
polisilogime dihilangkan. Adapun bentuk polisilogisme dan sorites adalah sebagai berikut:
Polisilogisme Sorites
S – M S – M M – P M – P S – P P – Q
P – Q Q – R
S – Q S – R Q – R
S – R
Contoh:
Polisilogisme
Partai yang fanatic mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau mengalah Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau bermusyawarah
Partai yang fanatic mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau bermusyawarah Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti dituntut oleh Pancasila
Partai seperti dituntut oleh pancasila adalah partai yang sesuai dengan consensus bangsa Indonesia . Partai yang fanatic mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang sesuai dengan
consensus bangsa Indonesia
Dalam bentuk Sorites
Partai yang fanatic mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau
mengalah
Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau bermusyawarah Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti dituntut oleh Pancasila
Partai seperti dituntut oleh pancasila adalah partai yang sesuai dengan consensus bangsa Indonesia
.
Partai yang fanatic mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang sesuai dengan
consensus bangsa Indonesia
3. Epikirema
Adalah silogisme yang salah satu premisnya atau kedua premisnya ddisertai dengan sebab
, alas an dan keterangan
Contoh: Arloji baik itu barang mahal
Arloji Quartz itu adalah arloji baik