ABSTRACT
The p u r p o s e s of t h i s research a r e : a) To evaluate the conventional fishpond land suitability; b) To examine t h e land quality criteria on t h e conventional fishpond land suitability. T h e method will explore a n d integrate the Landsat-TM d a t a a n d t h e Geography Information System (GIS) with parametric a p p r o a c h model in t h e study area. The results of the research a n d investigation are: a) The fishpond potential area for t h e development is estimated about 22530,5 hectare (suitable land) a n d is about 20066,2 hectare (suitable moderately land); b) The land suitability criteria of the conventional fishpond in the research location a r e t h e s a m e .
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: a) evaluasi k e s e s u a i a n lahan t a m b a k konvensional; b) mengkaji nilai produksi d a n uji kriteria kualitas lahan t e r h a d a p kelas kesesuaian lahan tambak konvensional. Metoda yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian kriteria kualitas lahan melalui p e n d e k a t a n parametrik dengan b a n t u a n d a t a Landsat-TM d a n overlay peta spasial (Sistem Informasi Geografi). Hasil penelitian p a d a lokasi yang d i t e t a p k a n m e n u n j u k k a n b a h w a : a) areal potensi per-k e m b a n g a n t a m b a per-k berper-kisar 22530,5 h e per-k t a r (sesuai) d a n berper-kisar 20966,2 h e per-k t a r (cukup sesuai); b) kriteria kesesuaian lahan t a m b a k konvensional didalam lokasi penelitian sama.
Jumz(<PtngindaaanJauti1'oC 3 ffo, 1 Junt2t>06:l'13
m e n e n t u k a n sistem kesesuaian lahannya dan p e n e n t u a n pendekatan paramelrik u n t u k m e n e n t u k a n penilaian produk-tivitas t e r h a d a p setiap tingkat ke-sesuaian lahannya.
Daerah yang dipilih sebagai obyek p e n e l i t i a n a d a l a h w i l a y a h p e s i s i r kabupaten Indramayu dan k a b u p a t e n Cirebon. Dengan d a s a r pertimbangan d a e r a h tersebut mempunyai areal yang relatif luas u n t u k wilayah J a w a Barat, lingkungan pesisir y a n g b e r a g a m , y a k n i banyak p e m u k i m a n , laju sedimentasi c u k u p tinggi.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian lahan tambak k o n v e n s i o n a l , d a n m e n g k a j i n i l a i produksi d a n uji kriteria kualitas lahan t e r h a d a p kelas kesesuaian lahan tambak konvensional
1.3 Metodologi 1.3.1 Bahan
B a h a n yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
1. Data Landsat-TM, Path/Row 1 2 1 / 6 4 / 65 a k u s i s i t a n g g a l 9 M e i 2 0 0 1 .
2. Petakelerengan, T e k s t u r t a n a h , J e n i s t a n a h , Iklim; s u m b e r p e t a d a r i Puslitanak.
3. Data sekunder: data produksi d a n kualitas lahan (DO, s u h u , salinitas, pH dan kedalaman pint) langsung dilaksanakan di lapangan.
1.3.2 Metode
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini a d a l a h pengujian kriteria kualitas lahan.melalui pendekatan
para-mctrik dengan b a n t u a n data Landsat-TM d a n overlay peta spasial {Sistem Informasi Geografi). Pengklasifikasian ke dalam kelas kesesuaian lahan tambak konvensional dengan mempertimbangkan persyaratannya. Adapun pedoman peng-klasifikasian yang d i g u n a k a n faktor p e n u n j a n g dari k a r a k t e r i s t i k l a h a n dapatdilihatpadaTabel 1-1.
P e n e n t u a n model p e n d e k a t a n parametrik dirumuskan sebagai pen-j u m l a h a n k a r a k t e r i s t i k l a h a n y a n g
dihasilkan dari pembobot dikalikan skor kesesuaian lahannya, yaitu
P= Pht + J_p + J_s + Lr + Do + Sal * Cer + pH + J n _ t n h + Tkt + Prt + Gmb +
Bjr + Drai (1-1) dengan
P adalah Nilai parametrik yang ber-h u b u n g a n d e n g a n p r o d u k s i (kg/ha) dalam kesesuaian
L_debu adalah Hat berdebu J_P adalah J a r a k dari pantai J_s adalah J a r a k dari sungai Lr adalah Lereng
Pst adalah Pasang s u r u t Do adalah Oksigen terlarut, Sal adalah Salinitas
Cer adalah Kecerahan
PH adalah Derajat k e m a s a m a n J n _ t n h adalah Jenis tanah
Tkt adalah Tekstur t a n a h Prt adalah Kedalam pint Gmb adalah Ketebalan g a m b u t Bjr adalah Bahaya banjir Drai adalah Drainase
A d a p u n d i a g r a m alir p r o s e s pengolahan citra satelit d a n SIG u n t u k kesesuaian lahan t a m b a k dapat dilihat p a d a G a m b a r 1-1
Jinafisis %esesuaian Lafian TambakjKfinvensionat (Nana Suivargana et.aC.)
Tabel 1-1: PEMBOBOTAN PARAMETER ATAS KUALITAS LAHAN
Kriteria Kualitas lahan
Kesediaan
Jarak dari pantai (m)*
Jarak dari sungai (m)*
Lereng (%)* Amplitude) pasut
DO (m8/i)+ Salinitas (°/oo)+ Kecerahan (cm)+
pH+
Jenis tanah*
Tekstur*
Kedalaman pirit (cm)+
Tebal gambut (cm)+
esesuaian Ianan i
CS
Keterangan :
* =peta tematik ; + = data penunjang ; S= sesuai ; Cs = cukup sesuai ; N = tidak sesuai S=sesuai ( 233 s.d 300 ) , Cs =cukup sesuai (166 s.d 233), N = tidak sesuai ( <166 }
Jurna((PenginderaanJauliVoC.3 No. 1 Juni 2006:1-14
2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2 . 1 Kualitas Lahan
Kualitas lahan m e r u p a k a n faktor karakteristik lingkungan yang sangat
JLnaRsis %psesuaian Lahan 1am6akjKs>nvensionaC'. ([Nana Suxvargana et.aC)
dapat menentukan peranan kualitas air (Boyd & Claude E., 1982). Maka u n t u k melihat kualitas lahan di daerah peneliti-an, telah diamati dan diukur beberapa parameter yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan ikan, antara lain
kesediaan air (jarak dari pantai, jarak
dari sungai, kelerengan dan pasang surut), mutu air (Do, salinitas, kecerahan, dan pH), mutu media (jenis tanah, tekstur, kedalaman pirit, dan ketebalan gambut) dan terhindar dari hazard (bahaya banjir dandrainase).
Parameter mutu air dari derajat keasaman (pH), kecerahan, oksigen ter-larut (Do), salinitas dan temperatur air dilakukan 2 kali pengamatan, yaitu pada tanggal 20 sampai dengan 24 Oktober 2001(masa transisi dari bulan kering ke bulan basah) ^dan tanggal 29 sampai dengan 31 J a n u a r i 2002 (bulan basah). Hasil pengukuran disajikan pada
Tabel 2-1 dan hubungan kualitas air terhadap lokasi pengukuran disajikan p a d a G a m b a r 2 - l a , 2 - l b , 2-lc, dan 2-Id.
Hasil pengukuran yang dilaksana-kan pada bulan oktober (bulan kering) menunjukkan masalah yang akan menjadi p e n g h a m b a t t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n tambak. Dari beberapa data yang diper-oleh nampak ada sebagian data yang kiranya tidak layak u n t u k mendukung budidaya tambak. Misalnya u n t u k parameter oksigen terlarut (Do) pada u m u m -nya rendah yaitu sekitar 2-3,5 mg/1 Kecerahan c u k u p beragam r a t a - r a t a rendah berkisar 10-15 cm dan paling tinggi berkisar 35 cm, ini juga menjadi p e n g h a m b a t t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n tambak. Konsentrasi salinitas nampaknya tergantung terhadap jarak dari pantai dan tergantung pula terhadap debit air sungai.
Tabel 2 - 1 : HASIL PENGUKURAN KUALITAS AIR PADA MUSIM KERING DAN BASAH Titik
Kualitas Air Suhu (°C)
JurnaC<PenginderaanJaufi'Vo£ 3 No. 1 Juni 2006:1-14
Di wilayah yang dekat dengan pantai (debit sungai rendah) salinitas berkisar antara 25-40 °/oo, dan di wilayah agak j a u h dari pantai (± 5 km) salinitas-nya lebih rendah berkisar antara 0-27 °/oo-Tampaknya pasang surut (masa air laut) masih mempengaruhi daerah yang j a u h dari pantai, sehingga u n t u k me-ngembangkan budidaya tambak masih bisa diterapkan. Sedangkan konsentrasi ion hidrogen (pH) u m u m n y a berkisar 7-8,
y a n g t e r m a s u k c u k u p b a i k u n t u k pertumbuhan ikan dan udang karena pH yang optimum adalah 7-9 (Achmad,
1991).
! JlnaCisis "Kesesuaian Lafian ctam6akjKpnvensionaC (Nana Suwargana et.aQ
perbaikan kualitas air perlu dilakukan. Namun hasil pengukuran yang dilakukan pada tanggal 29-31 J a n u a r i 2002 (bulan basah) m e n u n j u k k a n b a h w a s e m u a parameter hasil pengukuran seperti Do, salinitas, kecerahan d a n konduktivitas mengalami perubahan. Seperti oksigen terlarut p a d a musim kering 1,2 mg/1 dan pada musim b a s a h 2,3 mg/1 dan kon-sentrasi salinitas pada musim b a s a h rata-rata mengalami p e n u r u n a n yang sangat drastis sehingga pengaruh musim hujan tampaknya sangat dominan ter-hadap kualitas air. Menurut Achmad (1991), oksigen terlarut yang baik u n t u k pertumbuhan u d a n g adalah > 5 mg/1. Pada j u m l a h 1 s.d 5 mg/1 p e r t u m b u h a n udang m u l a i t e r h a m b a t , s e d a n g k a n dibawah 1 mg/1 u d a n g a k a n m a t i .
2.2 Produksi Tambak
Produksi tambak yang diperoleh dengan acuan luas area tambak dihitung dari hasil pengolahan citra satelit di kabupaten Indramayu dan kabupaten Cirebon berkisar 13564,06 ton dalam satu kali panen dari luas areal 17939,5 hektar. Perhitungan produksi ini diko-relasikan dengan data statistik dari Dinas Perikanan & Kelautan, diperoleh rata-rata hasil panen udang dan ikan bandeng berkisar 0,7561 ton/hektar per satu kali panen u n t u k t a h u n 2000 dari luas yang dikelola berkisar 15907 hektar a t a u berkisar 70,45% dari potensi 22580 hektar dengan asumsi bahwa pada u m u m n y a luasan areal tambak yang paling dominan
adalah pertambakan rakyat yang dikelola dengan sistem sederhana d a n semi-intensif.
Data produksi cek di lapangan dengan sampel 10 petani semi-intensif diperoleh data mengenai perkembangan produksi baik tambak udang m a u p u n tambak bandeng (dilakukan dalam satu kali panen atau permusim). Sampel yang diambil di areal yang sesuai adalah di wilayah Karangsong (Indramayu), Singaraja (Indramayu), Cangkring (Sindang), dan Ombulu (Losari). Sedangkan sampel yang diambil di areal cukup sesuai adalah di wilayah Krangkeng, Losarang, Kapetakan, Gebang dan Ombulu (Losari). Dari ke 10 data yang diperoleh di lapangan rata-rata m e n g a t a k a n bahwa pengelolaan dilakukan pada setiap penebaran benih satu kali tanam dan bila musim panen diperoleh hasil yang bervariasi, yaitu bagus, sedang dan kurang. Pola per-bedaannya digambarkan pada Gambar 2 - l e d a n 2 - l f .
Hasil kondisi baik diasumsikan sebagai keberhasilan petani dapat pe-ngendalian h a m a dan penyakit di dalam tambak, karena beberapa macam peng-ganggu kesehatan u d a n g dapat meng-akibatkan kematian, terutama p a d a fase
JumaCVenginderaanJauliVoC 3 No. 1 Juni 2006:1-14
2 . 3 Analisis Data Landsat
Analisis data Landsat meliputi citra komposit kanal 5, 4, 2 dan citra klasifikasi u n t u k penggunaan lahan. P e n g e n a l a n obyek t a m b a k di citra komposit n a m p a k warna biru kecoklatan. Dilihat dari citra tersebut, kawasan tambak dapat memberikan kenampakan b e r u p a d a e r a h g e n a n g a n air mirip dengan s a w a h tergenang (fase air), sehingga sawah yang tergenang dekat dengan kawasan tambak a k a n sulit dibedakan. Maka dengan dibantu data lain (peta dan data lapangan) dapat diidentifikasikan kenampakan kawasan sawah a t a u p u n kenampakan kawasan tambak. Kenampakan sawah dalam fase tidak tergenang air akan nampak warna vegetatif. Sedangkan kenampakan lahan tambak pada citra komposit nampak berwarna biru kecoklatan dengan ber-tekstur kotak-kotak dan sejajar dengan arah pesisir pantai yang memanjang.
Untuk penggunaan lahan dari citra Landsat sebagai b a h a n overlay pada sistem SIG dilakukan klasifikasi pada data Landsat. Proses klasifikasi di-lakukan dengan klasifikasi tak terbimbing
(unsupervised classification). Klasifikasi
t a k t e r b i m b i n g m e n g h i t u n g s e c a r a statistik u n t u k membagi seluruh dataset menjadi kelas-kelas yang diinginkan. Analisis pengkelasan dikatagorikan men-jadi 10 kelas. Adapun kesepuluh kelas
klasifikasi penutup lahan tersebut antara lain: air jernih, air kurang jernih, air keruh, tambak, bakau, sawah, perkebunan,
kebun campuran, pemukiman dan lahan terbuka. Berdasarkan perhitungan secara statistik data citra Landsat, total luasan tambak di kabupaten Indramayu dan k a b u p a t e n Cirebon diperoleh s e l u a s
1739,5 Ha.
2 . 4 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Dalam sistem klasifikasi kesesuai-an lahkesesuai-an m e n u r u t FAO (1976) dikenal empat kategori, yaitu: order, kelas, s u b -kelas, d a n unit, Order kesesuaian lahan menunjukkan a p a k a h lahan yang dinilai tersebut sesuai a t a u tidak u n t u k s u a t u penggunaan. Lahan tersebut sesuai bila dapat digunakan secara lestari u n t u k s u a t u jenis penggunaan yang telah di-pertimbangkan. Penggunaan lahan ter-sebut a k a n memberikan k e u n t u n g a n dengan sedikit a t a u t a n p a resiko ke-r u s a k a n teke-rhadap sumbeke-rdaya lahannya.
Lahan yang tidak sesuai bila menunjukkan h a m b a t a n dan kesulitan sedemikian r u p a sehingga menghalangi kegunaannya u n t u k s u a t u b e n t u k peng-g u n a a n yanpeng-g telah dipertimbanpeng-gkan. Lahan d i m a s u k k a n ke dalam order ini karena berbagai h a m b a t a n yang berkaitan dengan kualitas dan faktor-faktor lain dari s u a t u lahan seperti aspek sosial ekonomi d a n infrastruktur. Tiap-tiap order kemudian dibagi menjadi beberapa kelas kesesuaian lahan.
K e l a s - k e l a s k e s e s u a i a n l a h a n tersebut, adalah (1) kelas Sj (sangat sesuai), lahan ini tidak memiliki faktor p e m b a t a s yang berarti u n t u k s u a t u penggunaan secara lestari. H a m b a t a n
AnaCisis%eusuaian Cohan'famSa^Hfiirvensionai. (tS'ana Suwargana eLaC)
tidak mengurangi produkuvitas atau
keuntungan yang diperoleh dan tidak
akan meningkatkan masukkan yang
diperlukan sehirtgga melampaui
batas-batas yang masih dapat diterima, (2)
kelas S
?(sesuai); lahan yang tergolong
dalam kelas ini memiliki faktor
pem-batas yang dapat mengurangi tingkat
produksi atau keuntungan yang
diper-oleh. Pembatas yang ada meningkatkan
masukkan atau biaya yang diperlukan,
(3| kelas S
3(kurang sesuai); lahan ini
memiliki faktor pembatas yang besar
untuk mempertahankan tingkat
pengelo-laan yang harus diterapkan, (4) kelas N,
(tidak sesuai saat ini); lahan dengan
pembatas lebih besar dari ketiga kelas
di atas, sehingga dengan ilmu, biaya,
dan teknologi yang ada saat ini belum
dapat diusahakan, namun diharapkan
masih dapat dimanfaatkan di
masa-masa mendatang, (5) kelas N
7(tidak
sesuai untuk selamanya); lahan ini
disarankan untuk dibiarkan tanpa
di-kelola atau didi-kelola secara alami, karena
faktor pembatasnya bersifat permanen.
Dalam menentukan kesesuaian
lahan tambak konvensional dilakukan
dengan overlay dari beberapa peta
tematik, yaitu peta penggunaan lahan,
kemiringan, tekstur tanah, curah hujan,
jenis tanah, jarak dari sungai dan jarak
dari pantai. Sedangkan untuk menguji
kesesuaian lahan telah dimasukkan data
t a m b a h a n p e n u n j a n g l a i n n y a ,
diantaranya parameter kualitas lahan
dari mutu air dan mutu media.
Pengklasifikasian ke dalam kelas
kesesuaian tambak konvensional juga
diperlukan pertimbangan persyaratannya
dan pedoman pengklasifikasiannya
dengan menggunakan faktor penunjang
dari karakteristik lahan yang ditunjukkan
pada Tabel 1-1. Penentuan kelas
kesesuaian lahan tambak konvensional
dari beberapa kualitas lahan baik yang
bersifat keruangan maupun sebagai
penunjang ditentukan berdasarkan sistem
kunci. Pertama semua parameter dari
sifat-sifat tanah dan lingkungan diuji
apakah memenulii syarat semua kriteria
untuk dimasukkan ke dalam kelas S,
(sesuai) atau tidak. Apabila sudah
memenuhi kriteria p a d a S
2maka
dimasukkan ke dalam kriteria kelas sesuai
S
2. Apabila tidak, diuji dengan kriteria kelas
Cs (cukup sesuai) dan seterusnya.
2.5 Uji Kesesuaian i.ohan
Data dari beberapa parameter
hasil pengamatan pada Tabel 2-2 diuji
untuk memenuhi syarat kriteria lahan
dengan model pendekatan parametrik,
hasilnya adalah uji produksi dari
ke-sesuaian lahan tambak ditampilkan
pada Tabel 2-2. Sedangkan Peta
Kese-suaian lahan tambak yang merupakan
hasil overlay beberapa peta tematik
disajikan pada Gambar 2- le yang
menun-jukkan tiga klasifikasi kesesuaian lahan,
yaitu lahan sesuai, cukup sesuai, dan
tidak sesuai.
a. Lahan sesuai
(S)
Berdasarkan analisis, areal kelas
sesuai menempati seluas 22530,5 hektar
yang sebagian besar terletak di daerah
sepanjang pesisir pantai dan sebagian
lainnya berada jauh dari pantai. Hasil
penentuan kriteria, lahan pada lokasi S„
s.dS.
5mempunyai pembatas yang tidak
terlalu berat, terkecuali oksigen terlarut
(rendah) dan kecerahan (tidak cerah)
dengan nilai skor rata-rata 1 (satu).
Informasi di lapangan
menunjuk-kan bahwa produksi tambak yang
ter-masuk kategori
bagus
pada lokasi S„
berkisar 0,8 ton/hektar, lokasi
S..
2ber-kisar 0,7 ton/hektar, lokasi S.
3berkisar
0,7 ton/hektar, lokasi S„ berkisar 0,6
ton/hektar, dan lokasi S.
Bberkisar 0,7
ton/hektar. Namun kategori bagus ini
akan ketergantungan terhadap musim,
seperti mutu air akan menjadi kurang
memenuhi syarat bila musim kering
datang. Apabila saat menjelang musim
kering datang dan pemeliharaan udang
dipaksakan maka produksi udang akan
kurang baik.
Informasi lain di lapangan
menunjukkan bahwa produksi tambak
Jurtm[<Penginderaan Jauh Vol. 3 No. 1 Juni 2006:1-14
Tabel 2-2: HASIL PENGUKURAN KRITERIA KUALITAS LAHAN
Kriteria
Stasiun Pengukuran / Lokasi
S + 3
Keterangan :
L_debu =liat berdebu J_P = jarak dari pantai J_S = jarak dari sungai Lr =lereng Pst =pasang surut
Do =oksigen terlarut Sal =salinitas Cer =kecerahan P =derajat keasaman J_tnh =jenis tanah
Tkt =tekstur tanah Prt =kedalaman pirit Gmb =ketebalan gambut Bjr =bahaya banjir Drai =drainase
u d a n g p a d a katagori kurang baik rata-rata diperoleh saat menjelang musim kering. Pendapatan rata-rata k u r a n g dari 2 t o n / h e k t a r .
Berdasarkan data produksi yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan t a m b a k kon-vensional di dalam lokasi penelitian u n t u k tingkat sesuai (S2) s a m a dengan lokasi sekitarnya, n a m u n b e r s y a r a t bergantung musim.
b. Lahan cukup sesuai (CS)
Berdasarkan analisis areal cukup sesuai menempati luas sebesar 20966,2 hektar, dimana daerah cukup sesuai
sebagian besar terletak j a u h dari pantai. Hasil p e n e n t u a n kriteria, lahan cukup sesuai ini mempunyai beberapa pembatas yang dapat m e n u r u n k a n perkembangan hitungan model pendekatan parametrik yang t e r m a s u k kelas c u k u p sesuai adalah lokasi S+6, lokasi S+7, lokasi S+8, lokasi S+9,
d a n lokasi S+10. Informasi yang diperoleh
d i l a p a n g a n m e n u n j u k k a n b a h w a produksi tambak yang t e r m a s u k dalam
! JlnaCisis "Kesesuaian Lahan Tam6afcjKj>nvensionaC (Nana Suwargana et.aC) gantungan pula terhadap musim, seperti pada kelas lahan sesuai.
Berdasarkan data produksi yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan t a m b a k kon-vensional di dalam lokasi penelitian u n t u k tingkat c u k u p sesuai (CS) s a m a dengan lokasi di sekitarnya, d a n ber-syarat bergantung musim.
c. Lahan tidak sesuai (N)
Kelas tidak sesuai mempunyai lahan yang lebih luas, mulai dari b a t a s c u k u p sesuai hingga ke daerah dalam menjauhi pantai. Pembatas yang besar t e r h a d a p k e s e s u a i a n a d a l a h sebagai air asin tidak mencapai daerah ini.
Tabel2-3:UJI PRODUKSI KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DENGAN MODEL PEN-DEKATAN PARAMETRIK
Kriteria Keterangan :
P =nilai p a r a m e t r i k =jenis tanah
Tkt = t e k s t u r t a n a h Prt = k e d a l a m a n pirit G m b = k e t e b a l a n g a m b u t Bjr = b a h a y a banjir Drai =drainase
JumalfPenginderaanJauhVoC} Wo. 1 Juni 2006:1-14 3 KESIMPULAN DAFTAR RUJUKAH
Hasil evaluasi lahan dibagi dalam tiga kelas kesesuaian lahan, yaitu lahan sesuai menempati luas 22530,5 h e k t a r yang sebagian besar terletak di d a e r a h sepanjang pesisir pantai d a n sebagian lainnya berada j a u h dari pantai, lahan c u k u p sesuai menempati luas sebesar 20966,2 hektar, dimana daerah c u k u p sesuai ini sebagian besar terletak j a u h dari pantai, dan lahan tidak sesuai m e m p u n y a i luas yang paling b e s a r mulai dari b a t a s c u k u p sesuai hingga ke d a e r a h dalam menjauhi pantai.
Hasil p e n g u j i a n m e n j e l a s k a n bahwa berdasarkan data pro^uksi yang diperoleh di lapangan dapat menunjukkan bahwa kriteria kesesuaian lahan tambak konvensional di dalam lokasi penelitian sama, n a m u n bersyarat bergantung musim, karena parameter penunjang dari m u t u air m u d a h dipengaruhi oleh k e a d a a n m u s i m ( h u j a n / b a s a h d a n musim kemarau/kering).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1 d a n lampiran 2.
Achmad, T, 1 9 9 1 . Pengelolaan Peubah Mutu Air Yang Periling Dalam Tambak
Udang Intensif, Infis Manual seri
no. 25. Ditjen Perikanan. J a k a r t a . Boyd & Claude.E, 1982. Water Quality
Management for Pond Fish Culture.
Development in aquaculture a n d fisheries science, vol.9. Amsterdam. FAO, 1976. A Framework for Land
Evaluation. FAO Soil Bull. No. 3 2 . Rome.
JARS {Japanase Association of Remote
Sensing), 1999. Remote Sensing
Notes. CD-ROM Text Books on Remote Sensing G1S.
K e t e t a p a n Majelis P e r m u s y a w a r a t a n Rakyat Republik Indonesia, 1993. Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (CBHN).
J a k a r t a : Departemen Penerangan R.I.
LAPAN [Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasionafy, 1990. Teknik
Penginderaan J a u h dengan Data Satelit Landsat-TM. LAPAN, J a k a r t a .
JinaCisis %esesuaian Lahan TamSakjKpnvensionaC (Nana Suwargana et.aQ
JurnaftPenginderaanJaufiVot 3 No. 1 Juni 2006:1-14