• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Orang Kreatif ditinjau dari Kon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Orang Kreatif ditinjau dari Kon"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Orang Kreatif ditinjau dari Konsep 4P Kreativitas

Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Anak Berbakat

Oleh :

Saiful Islam Al Ghozi

111211133004

Kelas A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

Angger Owner Dus Duk Duk

Angger Diri Wiranata, adalah owner dari produk Dus Duk Duk yang mana

berasal dari kardus yang dimanfaatkan sebagai furniture interior. Mahasiswa Institut

Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) yang berasal dari jurusan Desain

Produk Industri (Despro) ini membuat furniture dari kadus tersebut terinspirasi dari

tugas kuliah Dasar Desain yang pernah ditempuhnya, dimana iya dan tiga temannya

mendapat tugas desain produk dengan bahan baku disekitar dan kemudian Angger

memanfaatkan kardus untuk dibuat sebagai kursi. Dimana uniknya? Saat produk yang

dibuat telah jadi Angger ditantang oleh dosenya, apabila kursi yang terbuat dari

kardus tersebut roboh kala diduduki maka Angger dan ketiga temanya mendapat nilai

E. Namun, jika kursi itu tetap kokoh maka akan mendapat nilai A. akhinya produk

yang dibuat ternyata masih kuat saat diduduki. Saat pegujian produk yang dibuat

Angger mencoba mengukur kekuatan kursi yang terbuat dari kardus tersebut dan

ternyata bisa diduduki atau menahan beban sampai 160 kilogram dimana telah

diduduki oleh temannya yang beratnya 160 kilogram.

(3)

Pembuatan inovasinya menjadi furniture diakui tidak lah rumit, lembaran kardus

elektronik yang tebal itu lipat, kemudian di tekuk, lalu di lubangi dimana lubang

tersebutberfungsi sebagai pengait agar menopang tiap lembarlainnya. Pembuatan

furniture ini tidak menggunakan lem ataupun yang lainnya, tetapi soal kekuatan tidak

usah ditanya, karena sudah dipamerkan enam kali dan setiap pameran telah diduduki

puluhan orang yang beratnya berbeda-beda. Kursi berbahan kardus tersebut pun

sempat dicoba oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo (suarasurabaya.net, 2014)

Usai mengikuti beberapa pameran, Angger lantas berinovasi

menggembangkan tugas menjadi sebuah bisnis baru, dimana hasilnya cukup

memuaskan. Dalam menarik minat pasar, Angger dan timnya juga menerima spesial

order. Misalnya, tambahan karikatur pada furniture yang dipesan, corak warna, atau

tambahan sentuhan batik. Seperti yang pernah diaplikasikan dipesanan Pakdhe Karwo

yang di belakang kursinya kami beri karikatur wajah Pakdhe Karwo (okezone.com,

2013). Bahan baku dari Dus Duk Duk ini diperoleh dari supplier di daerah Mojokerto

yang biasa dibeli kiloan. Dalam satu pembelian, Angger dan tim biasanya membeli

hingga satu kuintal kardus. Dus Duk Duk ini juga pernah menjadi wakil dari empat

wakil ITS di Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) 26 di Mataram. Dalam penjualannya

kursi dan meja dibandrol dengan harga210 per unit, untuk omzet yang didapat dalam

sebulan kira-kira mencapai 10 juta sedangkan pemasaran sudah merambah Jawa,

Bali, Jakarta serta luar negeri seperti Italia.

(4)

menghasilkan manfat serta uang bisa mengantarkan dalam program kreatifitas

mahasiswa hingga enjadi salah satu wakil PIMNAS dari ITS. Hal yang diciptakanpub

benar-benar baru yang mana merupakan sifat oroginalitas, selain itu Angger yang

berani mengambil tantangan dalam berinovasi bukan dalam hal perkuliahan tetapi

juga bisnis.

Produk kreatif yang dihasilkan oleh Angger ini berupa barang furniture

rumah. Dalam produk kreatif ini iya mengubah barang bekas menjadi furniture seperi

meja, kursi, jam dinding, dan barang rumah lainnya. Saat proses pembuatan sempat

ada keraguan dalam membuat produk kreatif ini tentang kekuatan dari produk yag

dibuat tetapi setelah riset ulang akhirnya dirasa Angger dan tim bisa bertahan selama

kurang lebih satu sampai dua tahun sedangkan kekokohanya telah dicoba deperti

kursi yang diduduki bayak orang hingga yang beratnya 160 kilogram bisa bertahan.

Menurut analisi 4P yang dikonsentrasikan pada peroduk, menurut kami telah

memenuhi syarat yaitu baru, berbeda, dan berguna.

Pada proses kreatif hingga memunculan produk kreatifnya, Angger melalu

tahap preparation, dimana setelah iya berangkat ke mataram mewakili ITS dalam

kegiatan PIMNAS angger dan tiga timnya membuat organisasi dalam bisnis Dus Duk

Duk ini, kemudian mengatur tugas masing-masing dimana Angger sebagai owner dari

Dus Duk Duk dengan tiga timya sebagai administrasi keuangan, produksi, dan

pemasaran.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bir/Ai, (2013)

Unik dan Cantik dengan Furnitur Kardus.

Diakses pada tanggal 18

Mei 2015 dari (

http://www.jawapos.com/baca/artikel/10131/unik-dan-cantik-dengan-furnitur-kardus

)

Muqodam, Wakhid (2014) Limbah Kardus Jadi Bernilai, Berkat Co Working System . Diakses pada 18 Mei 2015 dari (http://www.suarasurabaya.net/print_news/Ekonomi %20Bisnis/2014/143774-Limbah-Kardus-Jadi-Bernilai,-Berkat-Co-Working-System)

Rfa, (2013) Dus Duk Duk, Furnitur Cantik dari Kardus. Diakses pada tanggal 18 Mei 2015 ( http://news.okezone.com/read/2013/09/16/372/866774/dus-duk-duk-furnitur-cantik-dari-kardus)

Kabar kampus (2013) Mahasiswa ITS Sulap Kardus Jasi Kursi. Diakses pada 18 mei 2015 (

(6)

Unik dan Cantik dengan Furnitur Kardus

SURABAYA – Kardus ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai furnitur. Di tangan Angger Diri Wiranata, tumpukan kardus ditata sedemikian rupa hingga menjadi kursi. Keberadaan furnitur unik tersebut bisa memberikan suasana baru untuk sebuah tempat tinggal.

Meski terbuat dari kardus, kekuatan kursi itu sudah diuji coba. Kursi tersebut mampu menyokong beban tubuh hingga ratusan kilogram. ’’Memang dari kardus. Tapi, ini sudah dicoba dan bisa diduduki teman kami yang beratnya 160 kilogram,’’ kata Founder Dus Duk Duk Angger Diri Wiranata.

Pembuatan kursi kardus tersebut berawal dari tugas kuliah. Lelaki yang sering jadi event organizer kampus itu lantas menyempurnakan produk tersebut bersama teman-temannya. Yakni, Ode Anggara, Indra Syamsu, dan Arief Susanto. ’’Awalnya kami kurang percaya diri,’’ ucap Angger.

Namun, setelah melakukan riset dan pemilihan bahan baku, empat sekawan tersebut berhasil membuat furnitur fungsional. Untuk menghasilkan produk itu, dia hanya memakai kardus bekas pembungkus alat elektronik. Misalnya, pembungkus televisi dan kulkas. ’’Kardusnya biasa aja. Nggak ada kriteria khusus,’’ jelas Angger saat ditemui di kantornya Jalan Sutorejo, Mulyosari, tersebut.

Berbekal tiga lembar kardus, Angger bersama timnya lantas membuat desain gambar, pemotongan bahan, hingga uji coba. Pembuatannya pun tidak rumit. Lembaran kardus elektronik yang tebal itu dilipat, kemudian ditekuk, lalu dilubangi. Lubang tersebut berfungsi mengaitkan dan menopang tiap lembar.

Penyusunan kardus dibuat sesuai dengan desain. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. ’’Kalau kerjanya rutin, tiga atau empat hari selesai kok,’’ kata mahasiswi Jurusan Desain Produksi ITS itu.

Pembuatannya tanpa menggunakan lem atau bahan lainnya. Soal kekukuhan, tidak usah ditanya. Usaha Angger bersama dengan tiga teman jurusannya tersebut sudah dipamerkan enam kali. Setiap pameran, kursi buatan mereka sudah diduduki puluhan orang dengan berat yang berbeda-beda. Dia mengakui, kursi berbahan kardus itu pun sempat dicoba Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Bukan hanya kursi, mereka juga membuat meja. Keempatnya memakai teknik kunci yang dikombinasikan dengan lem untuk merekatkan setiap sisi meja. Usaha yang tadinya berawal dari tugas kuliah itu kini ternyata membantu mempercantik ruangan rumah.

(7)

ukuran yang presisi dengan aslinya. ’’Pembuatannya itu bisa di-custom sesuai dengan permintaan,’’ ungkapnya. (bir/ai)

Limbah Kardus Jadi Bernilai, Berkat Co Working System

Laporan Wakhid Muqodam | Jumat, 21 November 2014 | 02:24 WIB

Angger Diri Wiranata ketua project Tim Dus Duk Duk saat menceritakan pengalamannya mengembangkan tempat duduk berbahan kardus.Foto: Wakhid suarasurabaya.net

{BeritaLainnya}suarasurabaya.net - Keberhasil para Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dalam memanfaatkan limbah kardus, patut diacungi jempol. Di tangan empat mahasiswa Desain Produk Industri (Despro) ITS yaitu Angger Diri Wiranata, Indra Syamsu, Muh. Arif Susanto, dan Octiana Dwi Anggara, sebuah kardus pun dapat disulap menjadi tempat duduk.

Angger Diri Wiranata atau lebih akrab disapa Angger, saat berbagi pengalaman dengan para peserta Kampoeng Perubahan mengatakan, keberhasilan mereka memanfaatkan kertas kardus menjadi furnitur interior atau furnitur pembantu display produk di pertokoan, karena mengkolaborasikan kemampuan masing-masing individu (Co working System).

"Kami berkreasi dengan menyatukan skill kita masing-masing, sehingga Dus Duk Duk atau kardus untuk duduk ini punya nilai lebih," kata Angger, Kamis (20/11/2014) malam, di Stil road cafe Jl. Juwono no. 02, Surabaya.

Dia juga menceritakan, ide ini terinspirasi dari tugas kuliah Dasar Desain yang pernah ditempuhnya. Saat karya yang terkumpul dipamerkan, ternyata banyak yang tertarik terhadap karya kardus tersebut.

Usai pameran, dia pun memutuskan untuk melanjutkan karya tugas tersebut. Bersama ketiga temannya, mereka lantas berinovasi mengembangkan tugas tersebut menjadi sebuah bisnis baru.

(8)

"Kita bagi Jobdesk sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga tidak ada yang terbebani, dan kita saling melengkapi," ujarnya.

Angger juga mengatakan, karya bersama rekan-rekannya tersebut diikutkan dalam berbagai pameran, mulai dari skala kampus hingga acara besar seperti Jatim Kreatif 2013 di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Selain itu juga aktif di jejaring sosial untuk mengenal produk tim Dus Duk Duk.

"Hasilnya cukup luar biasa, dari situ ban banyak pesanan yang masuk, bahkan ada pesanan juga dari luar negeri," kata dia. (wak

Dus Duk Duk, Furnitur Cantik dari Kardus

Empat mahasiswa ITS menyulap kardus menjadi furnitur cantik. (Foto: dok. ITS)

Margaret Puspitarini

Jurnalis

• Share on Facebook

• Share on Twitter

• Share on Google

A A A

JAKARTA - Bagi sebagian besar orang, kardus mungkin hanya benda tak berguna yang harus dibuang. Tapi di tangan empat mahasiswa Desain Produk Industri (Despro) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebuah kardus dapat disulap menjadi kursi.

(9)

Angger menyebut, ide tersebut terinspirasi dari tugas kuliah Dasar Desain yang pernah ditempuhnya. Saat karya yang terkumpul dipamerkan, ternyata banyak yang suka dan tertarik terhadap karya kardus tersebut. "Saat itu, kardus dibentuk menjadi kursi yang harus bisa diduduki dan dinaiki dengan kedua kaki," papar Angger, seperti dikutip dari ITS Online, Selasa (17/9/2013).

Usai pameran, dia pun memutuskan untuk melanjutkan karya tugas tersebut. Bersama ketiga teman sejurusan, mereka lantas berinovasi mengembangkan tugas tersebut menjadi sebuah bisnis baru yang hasilnya ternyata cukup memuaskan.

Pembagian jobdesk pun dilakukan demi memperlancar ranah kerja per individu. Angger bertindak sebagai ketua dan konseptor tim. Sementara, Indra mendapat tanggung jawab pada bagian marketing dan konseptor grafis dan Arif di bagian administrasi dan keuangan. Satu anggota terakhir, yakni Octiana didapuk sebagai penanggung jawab produksi.

"Kuncinya adalah saling percaya dan komunikasi," urai pemuda berkacamata tersebut.

Arif menambahkan, Dus Duk Duk telah resmi launching bersamaan dengan Ide Art 2013, April lalu. Kala itu, mereka memamerkan satu set kursi dan meja serta beberapa jenis furnitur interior lainnya. Gayung bersambut, beberapa pesanan produk Dus Duk Duk pun lantas menghampiri mereka.

Sementara itu, Indra tidak menampik jika penggunaan bahan baku kardus sebagai tempat duduk tentu menimbulkan rasa tidak percaya dari calon konsumen tentang daya tahan produk tersebut. Namun, kata Indra, jenis barang seperti furniture itu bisa tahan satu hingga dua tahun.

Selain memang terdapat teknik khusus dalam pembuatannya, Indra dan kawan-kawan juga telah menyiapkan suatu cairan yang bisa membuat tahan kertas kardus dari air dan terlihat lebih kuat dan kaku. "Asal tidak dekat dekan api, barangnya bisa awet," ungkap Indra.

(10)

"Satu kilo isinya bisa tiga sampai empat kardus. Itu cukup untuk membuat satu kursi yang biasanya membutuhkan dua sampai empat kardus," ujar Octiana.

Mahasiswa ITS Sulap Kardus Jasi Kursi

INSPIRATV - Kreativitas tanpa batas diwujudkan mahasiswa Institut Teknologi Sebelas November (ITS) Surabaya. Keempat mahasiswanya menyulap kardus menjadi tempat duduk alias kursi yang menarik. Keempat mahasiswa tersebut adalah mahasiswa Desain Produk Industri ITS yang terdiri dari Angger Diri Wiranata, Indra Syamsu, Muh. Arif Susanto, dan Octiana Dwi Anggara. Mereka memanfaatkan kardus menjadi furnitur interior atau furnitur pajangan produk di pertokoan. Mereka pun menamai produk mereka dengan Dus Duk Duk.

Menurut Anger Diri Wiranata, kursi kardus ini terinspirasi dari tugas kuliah dasar desain. Pada saat itu mereka membuat kursi dari kardus yang bisa diduduki, dan dinaiki oleh kedua kaki. “Pada saat produk tersebut dipamerkan, ternyata banyak yang suka dan tertarik terhadap karya tersebut,” kata Anger.

Kemudian usai pameran, ia pun memutuskan untuk melanjutkan karya tersebut. Bersama ketiga teman sejurusan, mereka lantas berinovasi mengembangkannya menjadi bisnis baru. Hasilnya ternyata cukup memuaskan.

Indra Syamsu menjelaskan, bahwa usia Duk Duk Duk kerap menjadi pertanyaan calon konsumen. Menurutnya, jenis barang seperti furniture ini bisa tahan satu hingga dua tahun. Selain memang terdapat teknik khusus dalam pembuatannya, timnya juga telah menyiapkan suatu cairan yang bisa membuat tahan kertas kardus dari air dan terlihat lebih kuat dan kaku.

“Asal tidak dekat dekan api, barangnya bisa awet,” jelas Indra. Arif Susanto menceritakan bahwa Dus Duk Duk telah resmi launching bersamaan dengan Ide Art 2013, April lalu. Kala itu, mereka memamerkan satu set kursi dan meja serta beberapa jenis furnitur interior lain. Gayung bersambut, beberapa pesanan produk Dus Duk Duk pun lantas menghampiri mereka.

Salah satu pesanan datang dari butik milik Luna Maya. Selain itu kursi ini juga dipesan oleh lima pusat perbelanjaan di Surabaya, Sidoarjo dan Malang. “Awalnya itu lewat alumni yang memotret produk kami, kemudian dipromosikan ke teman-temannya, salah satunya ya Mbak Luna itu,” tambah Arif.

Tak sampai disitu, pesanan demi pesanan mulai mengalir. Di antaranya, pesanan untuk 2000 unit packaging dari bahan kertas kardus, furnitur berupa rak, meja belajar anak, serta furnitur untuk dekorasi butik dan hotel. Total omset mereka sudah mencapai sepuluh juta rupiah dalam delapan bulan.

Guna menarik minat pasar, tim Duk Duk Duk ini juga menerima special order. Misalnya, terdapat tambahan karikatur pada furnitur yang dipesan, corak dan warna yang berbeda atau tambahan sentuhan batik. Dus Duk Duk ini juga ambil bagian dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan di di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 26 di Universitas Mataram.#

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma ini merupakan algoritma yang berfungsi untuk mengekstrak ciri suatu sinyal suara dengan merubah sinyal suara menjadi vektor-vektor akustik yang digunakan

Sesuai dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanan dan penilaian pembelajaran pada guru penjasorkes yang masih menerapkan kurikulum 2013 se-Kota Pontianak

Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas, dalam pengadaan biaya ongkos angkut materiil SBST Dit Lantas Polda Bali TA.. Demikian untuk

Dengan mengetahui bahwa siswa kelas eksperimen mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol, maka hasil penelitian dapat

Pada tahap praktek penyulingan rimpang jahe, petani terlibat langsung mulai dari penyiapan bahan baku, penyiapan alat destilasi, pengisian ketel suling dan kondensor

Siswa-siswa PAUD Kelurahan Jati Padang menunjukkan nilai indeks def-t dalam kategori tinggi hal ini membuktikan bahwa pengetahuan yang ada belum menimbulkan

Dalam rangka melaksa~nakan DIKTUM KETIGA membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Kreatif yang beriugas melakukan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi

Though various correction and calibration techniques have been proposed to reduce the intensity discrepancy based on the use of radar (range) equation (H¨ofle and Pfeifer,