• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DAN NON TES SEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DAN NON TES SEB"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DAN NON TES

SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 ARFAH (1311440001)

AUDITIO PADAUNAN (1311440005) CHRISARIA PALUNGAN (1311440007)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penyusunan Instrumen Tes dan Instrumen Non Tes Sebagai Instrumen Penilaian Pembelajaran” sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah assesment of education . Makalah ini disusun berdasarkan dari berbagai referensi buku pegangan perkuliahan yang berhubungan dengan mata kuliah evalusi pendidikan. Kemudian dari referensi-referensi tersebut disusun secara sistematik oleh penulis agar pembaca mampu lebih mudah dalam memahami isi dari makalah ini.

Melalui makalah ini penulis menjelaskan tentang instrumen penilaian dan pengembangannya. Selain itu penulis juga memberikan gambaran tentang instrumen yang telah dibuat dan dapat diedarkan di sekolah.

Penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah assesment of education yaitu Prof. Baso Intang Sapaile yang telah memberikan arahan tentang pembuatan atau penyusunan instrumen. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasi kepada teman-teman yang telah membantu dalampenyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Tak lupa pula kritik dan saran diharapkan penulis dari para pembaca bila terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini.

Makassar, 1 April 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i Daftar Isi ...ii Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...1 C. Tujuan ...2

Bab 2 Pembahasan

A. Bentuk dan penyusunan instrumen tes ...3 B. Bentuk dan penyusunan instrumen non tes ...41

Bab 3 Bentuk instrumen yang dikembangkan

A. Pengembangan instrumen tes ...71 B. Pengembangan instrumen non tes ...86

Bab 4 Penutup

A. Kesimpulan ...90 B. Saran ...91

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia kependidikan. Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran tentang situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan sebagainya.

Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik. Gambaran yang diperoleh oleh pendidik kemudian akan dipelajari oleh guru. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang keadaan peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.

Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya instrumen penilaian. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes, maupun instrumen non tes. Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes non objektif sedangkan instrumen non tes dapat berupa wawancara, kuesioner, observasi, dan sebagainya.

Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau kaidah-kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang diberikan kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun pemberi responden sehingga data yang diperoleh dari responden merupakan data yang akurat. Selain itu instrumen yang disusun harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga harusnya sebelum mengedarkan instrumen terlenih dahulu harus ada tujuan yang ditetapkan oleh guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:

(5)

3. Apa bentuk-bentuk instrumen tes? 4. Apa bentuk-bentuk instrumen non tes?

(6)

6. Bagaimana teknik pengembangan instrumen non tes? 7. Bagaimana kaidah penulisan instrumen tes?

8. Bagaimana kaidah penulisan instrumen non tes?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan:

1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan instrumen tes dan non tes.

2. Menjelaskan bentuk-bentuk instrumen tes dan non tes.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Bentuk dan Penyusunan Instrumen Tes 1. Pengetrian tes

Menurut (Mardapi, 2012: 108-109) Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau semua benar atau sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Karakteristik ini dapat berupa kemampuan kognitif atau keterampilan seseorang.

Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir tingkat kemampuan peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Hasil tes diharapkan menghasilkan data dengan kesalahan sekecil mungkin. Oleh karena itu agar diperoleh data yang akurat dibutuhkan tes yang sahih (valid) atau andal (reliabel).

Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memiliki kesalahan pengukuran sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kesalahan acak dan kesaahan sistematik. Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam memilih sampel isi tes, variasi emosi seseorang, termasuk variasi emosi pemeriksa jika lembar jawaban peserta tes diperiksa secara manual. Kesalahan sistematik disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik yang cenderung membuat tes yang sulit, sehingga estimasi kemampuan peserta didik underestimate , tetapi ada juga pendidik yang cenderung membuat tes terlalu mudah, sehingga estimasi kemampuan peserta didik overestimate. Hal ini tidak diinginkan karena tidak memberikan data tentang kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

(8)
(9)

menggunakan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu kompetensi minimal yang harus dimiliki peserta didik. Ada satuan pendidikan yang menetapkan KKM sebesar 7,75, ada yang 7,0, dan ada yang lebih rendah lagi. Namun, diharapkan dari tahun ke tahun ada kenaikan terutama yang belum mencapai 7,5.

2. Langkah Awal Pengembangan Tes

Menurut (Kusaeri dan , : ) Makalah ini akan membahas tentang bagaimana mengembangkan suatu tes sebangi alat ukur pencapaian hasil belajar atau prestasi siswa. Beberapa langkah awal yang diperlukan dalam mengembangkan tes adalah: menentukan tujuan pembelajaran, menyusun table spesifikasi, dan menentukan bentuk soal yang akan digunakan dalam penilaian.

Identifikasi tujuan pembelajaran merupakan langkah awal pertama dan penting dalam mengembangkan tes. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan kepada siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran. Tujuan tersebut kadang-kadang dinyatakan dengan jelas, tetpi tidak jarang dinyatakan juga secara implisit. Jika tujuan tersebut hanya dinyatakan secara implisit maka dalam menguji kita tetap harus merujuk pada materi yang telah diajarkan.

Tes yang baik diturunkan dari tujuan pembalaran yang dinyatakan secara jelas. Dengan demikian, kejelasan rumusan tujuan pembelajaran akan sangat membantu agar tes benar-benar dapat mengukur apa yang telah diajarkan oleh guru, dismping dpaat mempermudah proses pengembangan tes. Dengan rumusan tujuan dengan jelas dan eksplisit juga dapat memberikan nilai tambah karena dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

a. Karakteristik Tujuan Pembelajaran.

Materi ini tidak dimaksudkan untuk menitikberatkan pada pengembangan kurikulum atau perumusan tujuan pembelajaran dalam konteks penyusunan kurikulum, tetapi sudah seharusnya prosedur penilaian selalu dikaitkan dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tes yang digunakan dikelas harus mencerminkan apa yang telah diajarkan di kelas dan tes tersebut juga menekankan pada apa yang menjadi penekanan dalam pembelajaran dikelas. Dengan demikian, pembahasan mengenai pengembangan tes tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembelajaran.

(10)

spesifikasi yang akan diamati dan akan diukur, (b) standar (standard), memungkinkan untuk menilai dampak dari luar, dan (c) kondisi luar (external conditions), untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena penyebab lain.

Materi ini akan diawali dengan uraian tentang beberapa karakteristik tujuan pembelajaran. Terhadap tiga karekteristik utama tujuan pembelajaran yaitu cakupan atau keluasan tujuan (scope), taksonomi tujuan pembelajaran atau dominan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan bentuk pembelajaran (behavior versus nonbehavior). Dalam buku ini hanya dibahas dua karekteristik pertama, yaitu cakupan dan taksonomi.

1) Cakupan (Scope)

Cakupan merujuk kepada bagaimana keluasan sebuah tujuan. Berikut ini merupakan contoh tujuan pembelajaran dengan cakupan yang luas: “Siswa mampu memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup.” Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tujuan seperti ini biasa disebut sebagai kompetensi dasar. Sementara itu, contoh tujuan pembelajaran yang lebih spesifik atau yang biasa disebut sebagai indikator dapat dirumuskan sebagai: “Siswa dapat mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, kupu-kupu dan nyamuk”.

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, atau peoses yang memiliki kontribusi demi ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indicator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktikkan, mendemostrasikan, mendeskripsikan, dan sebagainya.

Penulis indikator yang lengkap mengcakup empat hal, yaitu A = audience (siswa), B = behavior (perilaku yang ditampilkan), dan D = degree (tingkatan yang diberikan) (Depdiknas, 2009:14). Ada dua model cara penulisan indikator. Model pertama, menempatkan kondisi di awal kalimat. Model ini digunakan untuk soal yang desertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragaraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya. Contoh: deperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topic “belajar mandiri” siswa dapat menentukan dengan tepat pernytaan yang sama artinya.

(11)

tidak diseryai dengan pertanyaan (stimulus). Contoh: Siswa dapat menentukan dengan tepat penulisa tanda baca pada nilai uang.

Setiap kopetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator. Komoetensi dasar “Siswa mampu memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup,” dapat dipecah ke dalam indikator seperti: (a) Siswa dapat menyebutkan urutan daur hidup hewan, misalnya : kupu-kupu, nyamuk dan kecoa secara lengkap dan jelas, (b) siswa dapat mendeskripsikan metamorphosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna, (c) siswa dapat melaporkan hasil pengamatan terhadpa daur hidup pada kambing dan kucing, dan (d) siswa dapat menyimpulkan bahwa tidak semua hewan mengalami perubahan dalam hidupnya (metamorfosis) .

2) Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Keluasan tujuan pembelajaran juga akan berbeda dan dipengaruhi oleh jenis kemampuan atai tarekteristik yang diukur. Dominan yang lazim digunakan dan dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dalam kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga dominan ini biasanya secara hierarkis dan memiliki cakupan level berbeda serta mencerminkan kompleksitas yang berbeda.

a) Dominan Kognitif.

Tujuan pembelajaran yang diuraikan sebelumnya memiliki kaitan dengan aspek kognitif kerena menyangkut hal-hal seperti mengingat, menginterpretasi, menganalisis, dan sebagainya. Perumusan tujuan pembelajaran berititik tolak dari tingkah laku dan bersifat operasional. Para ahli kurikulim umumnya berpendapat bahwa perlu dilakukan pengklasian tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk sebagai dominan-dominannya.

Salah satu taksonomi tujuan pembelajaran yang banyak digunakana dalam dunia pendidikan adalah taksonomi yang berkembang oleh Bloom, Englehart, Furst, Hill, dan Krathwohl (1956) yang selanjutnya dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi ini memberikan kerangka penting dalam mendeskripsikan kompleksitas suatu tujuan. Caranya, melalui mengklasifikan tujuan kedalam satu dari enam kategori secara hierakis, dari yang paling sederhana ke kompleks.

(12)

(understanding) menerapkan (applying), menganalisi (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating) (Moore & Stanley, 2010:6). Tabel 4.1 menyajikan rangkuman taksonomi Bloom untuk masing-masing aspek.

Tabel 2.1 Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Bloom

(13)

Level paling sederhana dalam taksonomi Bloom adalah pengetahuan. Tujuan pembelajaran pada level pengetahuan ini termasuk mempelajari atau mengingat fakta-fakta spesifik, istilah, nama, tanggal, dan sebaginya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada level membuat daftar, mencocokkan, memberi nama, membuat garis bawah, mengulangi, memilih, dan menyebutkan. Contoh tujuan pembelajaran yang temasuk dalan kategori pengetahuan: “Siswa dapat menyebutkan nama-nama Negara anggota G-20”

2) Pemahaman (Comprehension)

Tujuan pada level ini menguji pemahaman anak, tidak hanya menonjolkan aspek hafalan semata, kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: jelaskan, ubahlah, pertahankan, bedakan, perluas, generalisasikan, beri contoh, simpulkan, ramalkan, dan ringkasan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa mampu menjelaskan pengaruh suku bunga bank terhadap angkah pengangguran.”

3) Penerapan ( Application)

Tujuan pada level ini meliputi pengunaan aturan-aturan umum, prinsip atau konsep-konsep abstrak untuk menyelesaikan permasalahan yang belum perna dijumpai sebelumnya. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: demonstrasikan, ubah, operasikan, siapkan, buatlah, hubungkan, tunjukkan, pecahkan, dan gunnakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa mampu mengaplikasikan perkalian dan pembagian bilangan dua angka dalam konteks permasalahan matematika.”

4) Analisis (Analysis)

Tujuan pada level ini menuntut siswa untuk memecah atau membagi suattu konsep yang kompleks ke dalam bagian-bagian yang lebih mendasar atau sederhana. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini diantaranya: buat diagram, ubah, bedakan, gambarkan, simpulkan, tunjukkan, hunungkan, pilih, pisahkan, dan bagi lagi. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Diberikan sebuah naskah teks pidato, siswa mampu menganalisis pernyataan yang didasarkan pada fakta dan yang didasarkan pada perkiraan.”

5) Sintesis (Synthesis)

Tujuan pada level ini menuntut siswa memadukan konsep atau unsur-unsur yang ada sedemikian hingga membentuk struktu atau pola baru. Kata erja operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: kategorikan, gabungan, susun, temukan, rancang, jelaskan, buat, atur, rencanakan, ataur ulang, buat lagi, revisi, dan ceritakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa mampu membuat pemetaan potensi beberapa provinsi yang ada di jawa beserta karakteristik yang dimiliki.”

(14)

Tujuan pada level ini menuntut siswa membuat keputusan evaluative terkait dengan kualitas ataunilai sesuatu demi suatu tujuan yang telah dinyatakan. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pad alevel ini di antaranya: dibandingkan, simpulkan, pertentangankan, kritik, jelaskan, bedakan, buktikan, tafsirkan, dan beri dukungan. Contoh tujuan pembelajaran pad level ini: “Siswa mampu mengevaluasi manfaat peta sehingga memudahkan melakukan bepergian dari satu tempat ke tempat lain.”

Walaupun pengklasifikasian dai atas mungkin diaggap ketinggalan zaman, penulis setuju dengan pendapat yang disampaikan Hopkins (1998) bahwa taksonomi Bloom hingga kini masih sangat relevan. Alasannya, taksonomi Bloom menyajikan suatu kerangka yang membantu mengingatkan guru agar memasukkan butir yang mencerminkan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks dalam tesnya. Popham (1999) menyatakan bahwa guru cenderung hanya fokus pada tujuan pembelajaran, pada umumnya taksonomi di atas sering disederhanakan ke dalam dua level: pengetahuan dan sesuatu lain yang lebih tinggi dari pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian sering terbatas pada asoek hafalan semata.

Hal ini bukan berarti tujuan pembelajaran untuk level yang lebih rendah dianggap sepele dan harus ditinggalkan. Masing-masing tujuan harus menetapkan pada level mana para siswa diharapkan untuk melakukannya. Pada materi awal, mungkin cakup hanya melibatkan penguasaan level yang kompleks tentu sangat diperlukan. Hanya saja, sangat tidakmungkin menguasai tujuan pembelajaran yang lebih tinggi tanpa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih rendah.

b) Domain Afektif

Dominan efektif memiliki cakupan karakteristik, seperti nilai, sikap, minat dan perilaku. Sebagi akibatnya, tujuan afektif mencakup sikap dan perlaku siswa dalam kaitannya dengan pelajaran. Taksonomi tujuan pembelajaran pembelajaran afektif dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Taksonomi ini memiliki level penerimaan (receiving/attending), merespons (responding), menghargai (valueing), dan mengatur (organization) seperti disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 2.2 Taksonomi Krathwohl Berkaitan dengan Tujuan Afektif

Level Deskripsi Sublevel

Penerimaan

(15)

gejala atau

stimulus tertentu perhatiannyayang bersifat selektif.

(Organization) nilai-nilaiIde dan terinternalisasi ka psikomotor. Tujuan ini biasanya terdapat pada mata pelajaran olah raga, menari, berbicara, teater dan teknik, dan pelajaran agama. Sebagai contoj dalam pelajaran olah raga, tak terhitung aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti memukul bola tenis dengan berbagai gerakan. Pada kelas biologi juga banyak aktivitas psikomotor, seperti memfokuskan mokroskopatau paktik pembedahan katak dan sebaginya. Pada pelajaran agama islam, juga banyak aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti salat, wudu, dan sebagainya. Taksonomi tujuan psikomotorik ini dikembangkan oleh Harrow(1972) seperti disajikan pada Tabel 4.3.

Tujuan psikomotorik bisanya melekat pada tujuan kognitif karena hampir setiap fisik melibatkan proses kognitif. Akibatnya, tujuan pisikomotorik biasanya bersifat penunjang tujuan kognitif, seperti halnya dengan tujuan afektif. Namun demikian, tujuan ini juga muncul dalam kulikurum sekolah dan diharapkan menunjang pembelajaran dan penilaian.

Tabel 2.3 Taksonomi Harrow Berkaitan dengan Tujuan Psikomotorik

Level Deskripsi Sublevel

Garakan reflex (Reflex Movement)

(16)

Gerakan dasar (Basic

fundamental movement) Gerakan ini muncul tanpalatihan. Gerakan terpola dan dapat ditebak.

Gerakan terampil (Skilled

movement) Terampil, tangkas, dancekatan melakukan gerakan yang sulit dan

Sebagaimana diuraikan di awal, tes harus megukur apa yang diajarkan guru di kelas. Tes juga harus menekankan apa yang benar-benar terjadi di kelas selama pembelajaran. Salah satu cara untuk menjamin kesesuaian antara pembelajaran dikelas dengan isi tes adlah dengan mengembangkan spesifikasi tes.

Spesifikasi tes atau biasa disebut juga kisi-kisi tes metapakan deskripsi mengenai kompetensi atau ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan spesifikasi tes untuk menetukan kompetendi atau ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Fungsi spesifiksi tes sebagai pedoman penulisan soal dan perakitan tes. Spesifikasi tes berfungsi juga sebagai terjemahan resmi terhadap indikator butir soal tentang apa yang mesti ada dalam sebuah butir soal yang tepat. Spesifikasi tes menjelaskan batasan dan rambu-rambu apa saja yang harus dipatuhi penulias butir soal. Spesifikasi tes diharapkan bermanfaat untuk mengurangi variasi pemahaman guru terhadap indikator butir soal dan memberi batasan yang lebih konkret terhadap cakupan materi ujinya.

(17)

Butir tes relevan Butir tas tidak relevan (di dalam cakupan materi) (di luar cakupan materi)

Gambar 2.1 Ilustrasi Tetang Relevansi Butir Tes

Gambar 4.1 Bagian kiri menunjukkan bahwa butir-butir tes disusun sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan. Artinya, butir tes yang disusun berada dalam wilayah cakupan materi yang hendak diujikan. Sebaliknya, tidak berlaku demikian untuk gambar di sebelah kanan.

Cakupan Materi Cakupan Materi

(a) (b)

Jangkauan materi yang bagus Jangkauan materi kurang bagus

(merepresentasikan seluruh cakupan materi) (tidak merepresantasikan seluruh

(18)

Gambar 2.2 Ilustrasi tentang Cakupan Materi

Gambar 4.2 (a) memberi pesan bahwa materi yang diujikan dapat menjangkau hampir seluruh cakupan materi yang telah ditetapkan. Sementara itu, bagian (b) menunjukkan hanya sebagian kecil materi yang diujikan menjangkau cakupan ateri yang ditetepkan. Dengan demikian, meteri yang diujikan kurang merepredentasikan atau mewakili cakupan materi yang telah ditetapkan. Dalam konteks inilah, spesifikasi tes diharipkan berperan agar butir-butir tes yang disusun dapat relevan dengan cakupan materi, tidak manyimpang dengan cakupan materi yang ada. Begitu pula, maeri yang diujikan dapet menjangkau seluruh cakupan materi yang telah sitetapkan

Spesifikasi tes dapat disajikan dalam bentuk tabel yang memuat komponen minimal : kompetisi dasar, indikator, kelas/semester, materi, indikator soal, dan bentuk soal. Syarat spesifikasi tes yang baik: (a) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, (b) komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami, dan (c) soal-soalnya dapat dibutkan sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Bila disajikan dalam bentuk tabel, salah satu bentuk spesifikasi tes seperti terlihat pada Tabel 2.2

Tebel 2.4 Contoh Spesifikasi (kisi-kisi) Butir Tes untuk Matematika SMA

No Kompetensi

(19)

bentuk eksponen.

c. Memilih Jenis Tes yang Akan Digunakan.

Keputusan penting lainnya adalah jenis item atau tugas apa yang akan digunakan dalam tes. Keputusan ini tentu berkaita dengan perilaku yang akan diukur. Semakin tinggi atau kompeks perilaku yang diukur, semakon kompleks dan beragam pula jemis tes yang akan digunakan

Ada tujuan atau kompetensi yang lebih tapat diukur atau ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda da nada pula tujuan kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis bentuk uraian. Bentuk tes pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain. Tidak menutup kemungkinan pula, ada tujuan atau kompetensi yang tidak bias diukur dengan tes tertulis, tetappi perlu digunakan akal ukur nontes

Dalam konteks tes, terdapat beragam jenis pendekatan untuk mengklasifikasi tes yang dapat digunsksn mengukur kemampuan siswa sebagai contoh, pengklasifikasian tes ke dalam tes objektif dan tes subjketif. Pengelompokan ini biasanya merujuk kepada bagimana butir tes diskor. Walauoun pengelompokan tes subjektif ini sangar bermanfaat, namun masuh menimbulkan kebingungan. Mealnya, tes dengan jawaban pendek temasuk tes objektif atau subjektif?

Berdasarkan kenyataan ini, terdapat model lain dalam mengklasifikasi jenis tes, yakni butir soal dengan pilihan jawaban dan butir soal dengan kontruksi jawaban. Pada tes jenis pertama, siswa memilih jawaban uang panling tepat dari pilihan jawaban yang disediakan. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini antara lain tes pilihan ganda, benar-salah, dana menjodohkan. Sementara itu, pasa tes jenis kedua, siswa diminta menyususn atau mengkonstruksi suatu jawaban yang diinginkan oleh soal. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini antara lain tes dengan jawwaban singkat atau pendek, tes isian dan tes uraian.

3. Bentuk dan Pengembangan Tes

(20)

apat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedangkan tes nonobjektif sistem penskorannya dipengaruhi subjektivitas pemberi skor.

Bentuk tes objekif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat dibedakan uraian objektif dan uraian nonobjekif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang sosial yang jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian nonobjektif sering digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes.

4. Teknik penyusunan tes

Ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil prestasi belajar yang baku seperti berikut ini.

1) Menyusun spesifikasi tes 2) Menulis tes

3) Metelaah tes

4) Melakukan uji coba tes 5) Menganalisis butir tes. 6) Memperbaiki tes. 7) Merakit tes. 8) Melaksanakan tes. 9) Menafsirkan hasil tes.

1) Menyusun spesifikasi tes.

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes atau blue print test, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermuda dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Prosedur penyusunan spesifikasi tes adalah sebagai berikut.

(21)

a. Menentukan tujuan tes

Tujuan tes yang penting adalah untuk:

1) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,

2) mengukur pertumbuhan & perkembangan peserta didik, 3) mendiagnosis kesulitan belajar pesert didik,

4) mengetahui hasil pembelajaran, 5) mengetahui pencapaian kurikulum, 6) mendorong peserta didik belajar, dan

7) mendorong peserta didik melaksanakan pembelajaran yang lebih baik.

Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.

Ditinjau dati tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu:

(a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tas sumatif.

Pengujian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif.

Tes penempatan dilaksanakan pada awal pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil tes penempatan. Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep untuk mata pelajaran tertentu. Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran untuk pelajaran tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan telah dipahami, termasuk kesalahan konsep. Oleh karena itu, tes ini mengandung materi yang dirasa sulit untuk peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

(22)

memperbaiki strategi pembelajaran. Tes ini dilakukan secar aperiodik sepanjang semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau standar kompetensi tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jadi, tes ini sebanarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar saja, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untukmenentukan keberhasilan belajar peserta didik pada pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar dan atau keberhasilan melaksanakan pembelajaran. Pesrta didik yang berhasil dinyatakan lulus dan yang belum berhasil dinyatakan tidak lulus.

b. Menyususun kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, bentuk tes, dan banyak soal. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum, sedangkn indikator dikembngkn oleh guru.

Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1) Menulis standar kompetensi 2) Menuliskan kompetensi dasar 3) Menentukan indikator

4) Menentukan jumlah soal tiap indikator.

Semua standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar yang telah diajarkan diujikan. Kriteria yang digunakan dalam memilih kompetensi dasar adalah:

1) Sering digunakan, 2) Memiliki nilai terapan,

(23)

Penentuan indikator-indikator mengacu pada kompetensi dasar, dan menggunakan kata kerja yang dapat diukur.

Jumlah soal tiap kompetensi dasar bergantung pada tingkat kompleksitas, dan luasan cakupan. Kompetensi dasar yang komplek memerlukan butir soal yang lebih banyak dibanding kompetensi dasar yang tidak komplek. Tiap kompetensi dasar diuraikan menjadi sejumlah indikator. Indikator adalah ciri-ciri peserta didik menguasai kompetensi dasar dan menggunakan kata kerja operasional, yaitu yang bisa diukur.

Tabel 2.5. contoh kisi-kisi ujian.

2. Mengrangi bilangan pecahan Uraian 1

3. Penerapan perhitungan

bilangan pecahan dalam lapangan

Uraian 1

4.

Tabel 2.6. contoh kisi-kisi soal TIMSS Asesmen Matematika

TIMSS = Trend International Mathematics and Science Study

(24)

N

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang disediakan untuk memeriksa lembar jawana tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak mudah.

Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasannya jelas, misalnya mata pelajaran fisika, matematika, kimia, biologi, dan sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan enafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk bentuk uraian objektif ini, sistm penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci.

d. Menentukan panjang tes

Panjang tes mencakup lama pengerjaan soal tes dan jumlah butir soal. Jumlah butir ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk mengerjakan ujian. Waktu yang disediakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan jenjang pendidikan. Untuksekolah dasar, waktu yang disediakan umumnya 2 x 45 menit, yaitu 90 menit. Untuk sekolah menengah waktu yang sediakan juga sekitar 90 menit atau 120 menit. Untuk pelajaran paktek waktu yang disediakan lebih lama dibanding dengan ujian teori.

(25)

menit, dan untuk kategori sulit adalah 2 menit. Pabila waktu yang tersedia adalah 90 menit, maka jumlah soal butir yang diperlukan adalah 90 butir soal untuk tingkat kesulitan kategori mudah, dan 45 butir untuk kategori menengah, dan 120 menit untuk kategori tinggi adalah 30 butir soal.

Untuk tes bentuk uraian objektif, waktu yang diperlukan untuk mengerjakan adalah 120 menit. Jumlah butir soal ujian yang diperlukan tergantung pada tingkat kesulitan butir soal. Untuk menentukan jumlah butir soal ynag tepat adalah melakukan ujicoba tes. Pada saat uji coba, peserta didik menulis pada lembar jawaban ketika ia selesai mengerjakan. Untuk peserta didik jumlah butir soal bentuk uraian adalah berdasarkan data ujicoba, yaitu batas 90% pesrta didik mengerjakan selesai.

Jumlah butir soal uraian sebaiknya banyak, agar mencakup sebagian besar materi yang diajarkan. Dengan demikian persyaratan validitas isi tes dapat dipenuhi. Jumlah butir yang lebih banyak lebih baik dibanding jumlah soal yang sedikit walau mendalam.

2) Menulis tes a. Tes lisan di kelas

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui daya serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif yang baru diajarkan. Pertanyaan bisa diajukan di awal pembelajaran, yaitu mengenai konsep atau aplikasi pelajaran yang lalu. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kela sprinsipnya adalah mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudianmenunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Benar atau salah jawaban peserta didik, sebaiknya jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas bisa rendah sampai tinggi. Pertanyaan lisan memiliki kebaikan, yitu melatih peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan.

b. Tes bentuk benar atau salah

(26)

Contoh:

(B) — S 1. Danau Toba di Sumatra Utara dari segi pembentukannya merupakan danau tektonik.

(B) — S 2. Nitrogen membantu pembakaran.

B — (S) 3. Berat satu liter air adalah 100 gram.

Tes bentuk benar-salah terdiri dari suatu pertanyaan yang harus dijawab benar atau salah. Bentuk tes ini singkat sehingga bisa mencakup banyak materi yang akan diajukan. Keunggulan yang lain, tes ini relatif mudah membuatnya dan mudah dalam penskorannya. Kelemahan dari tes ini adalah kecenderungan pada pertanyaan hafalan dan pemahaman saja dan peluang dugaan. Rasional penggunaan tes ini adalah (Ebel, 1979) adalah sebagai berikut:

1) Esensi pencapaian tujuan pendidika dapat dinyatakan dalam bentuk pengetahuan verbal.

2) Semua bentuk pengetahuan verbal dapat dinyatakan dengan proposisi. 3) Sustu proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dinyatkan benar atau

salah.

4) Tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu dapat dilihat dari respons terhadap suatu proposisi.

Variasi bentuk soal benar-salah

a) Tipe pernyataan benar-sa;ah tanpa koreksi

Contoh:

(B) — S 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopholes.

B — (S) 2. Bila makanan dibekukan, bakteri yang ada di dalamnya akan mati.

b) Tipe pernyataan benar-salah dengan koreksi

Contoh:

Petunjuk:

(27)

bawahi dengan kata yang benar, dantulislah kata tersebut pada ruang kososng yang disediakan.

B—(S) (elektron) 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopholes.

(B) — S . . ... ... 2. Provinsi di jawa yang terpadat penduduknya adalah Jawa Timur.

c) Tipe pernyataan benar-salah berumpun

Contoh:

Manakah dari penyakit-penyakit berikut yang disebabkan oleh virus.

(B) — S 1. Cacar air.

B — (S) 2. Radang tenggorokan.

(B) — S 3. Influenza

B — (S) 4. Malaria

B — (S) 5. Campak

B — (S) 6. TBC

Kebaikan bentuk soal benar-salah

a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif. b) Soal dapat disusun dengan mudah.

Kelemahan bentuk soal benar-salah

a) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%. b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena

hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.

c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hany adengan dua kemungkinan (benar atau salah)

Pedoman menulis tes benar salah adalah sebagai berikut:

1) Tes mengukur ide atau konsep yang penting. 2) Tes mengukur paling tidak tentang pemahaman. 3) Jawaban benar tidak mudah ditebak.

4) Kalimat yang digunakan jelas.

(28)

6) Panjang kalimat untuk jawaban benar atau salah usahakan sama.

Contoh:

1) Tekanan udara di daerah pegunugan lebih rendah daripada di pantai. 2) Pada waktu bulan purnama terjadi pasang air laut, air laut melimpah ke

daratan.

3) Jumlah sudut empat persegi panjang adalah 360 derajat.

c. Bentuk menjodohkan

Bentuk tes menjodohkan terdiri dari sejumlah premis dan sejumlah respons. Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang fakta seperti arti suatu istilah, simbol kimia, dan sejenisnya. Oleh karena itu, bentuk tes ini cenderung mengukur tentang hafalan dan pemahaman saja. Pedoman untuk mebuat tes bentuk menjodohkan adalah sebagai berikut:

1) Pernyataan atau premis harus homogen 2) Pernyataan dan respons singkat.

3) Jumlah respons lebih banyak dari pernyataan. 4) Pernyataan respons diurutkan menurut alfabet. 5) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.

Tabel 2.8 contoh tes menjodohkan.

No Pernyataan 1 No Pernyataan 2

A. Daya listrik 1 Ohm

B. Kuat penerangan 2 Kilo Volt Ampere

C. Hambatan listrik 3 Volt meter

D. Komponen listrik 4 Lumen

E. Instrumen listrik 5 Organ

6 Kapasitor

Peserta didik diiminta mengisi huruf pada pernyataan 2 sesuai dengan pasangan yang sesuai pada pertnyaan 1.

Kebaikan bentuk soal menjodohkan

a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.

b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampun bagaiamana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.

(29)

Kelemahan bentuk soal benar-salah

a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan. b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur

hal-hal yang berhubungan

d. bentuk pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, soal pilihan ganda terdiri atas:

- Stem - pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan

- Option - sejumlah pilihan atau alternatif jawaban - Kunci - jawaban yang benar atau paling tepat - Distractor - jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban

(pengecoh)

Contoh:

Mahkamah Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di kota . . . . . . .

a. Jenewa  Kunci b. Den Haag

c. London Distractor (pengecoh) d. New York

Variasi bentuk soal pilihan ganda

Selain bentuk soal pilihan ganda biasa terdapat model bentuk pilihan ganda lainnya, yaitu bentuksoal hubungan antarhal (HAH) dan bentuk soal pilihan ganda kompleks (PGK). Pada kedu bentuk soal itu masing-masing pilihan jawabannya ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk jawaban soal.

(30)

perlu diperhatikan adalah apakah kedua pernyataan itu mempunyai hubingan sebab-kibat.

Contoh:

Petunjuk:

Untuk soal berikut pilihlah:

a Jika pernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, dan keduanya mempunyai hubungan sebab-akibat.

b Jikapernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, tetapi keduanya tidak mempunyai hubungan sebab-akibat.

c Jika salah satu dari kedua pernyataan salah. d Jika kedua pernytaan salah.

Soal:

Transmigrasi sangat penting perananya dalam pelaksanaan pembangunan

Sebab

Transmigrasi dapat menunjang pemerataan pelaksanaan pembangunan. (kunci: a).

Bentuk pilihan ganda kompleks hampir sama dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya cara menjawabnya lebih kompleks.

Contoh:

Petunjuk:

Untuk soal berikut pilihlah:

a Jika hanya (1), (2), dan (3) betul. b Jika hanya (1) dan (3) betul. c Jika hanya (3) dan (4) betul. d Jika hanya (4) betul.

Soal:

Medan magnet dapat ditimbulkan oleh . . .

(1) Muatan listrik yang bergerak. (2) Konduktor yang dialiri arus searah. (3) Konduktor yang dialiri arus bolak balik. (4) Muatan listrik yang tidak bergerak.

(31)

Kebaikan bentuk soal pilihan ganda

a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan

b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kinci jawaban.

c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.

Kelemahan bentuk soal pilihan ganda

a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar. b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda

a) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.

Contoh soal yang kurang baik: Salah satu provinsi si Sumatera . . . . .

a. Merupakan penghasil karet terbesar di Indonesia. b. Berpenduduk paling padat di Sumatera.

c. Mempunyai kebudayaan yang tinggi nilainya. d. Masih mempertahankan adat istiadat dengan kuat.

Contoh soal yang lebih baik:

Provinsi di sumatera yang terpadat penduduknya adalah . . . . .

a. Sumatera Utara b. Sumatera Barat c. Jambi

d. Sumatera Selatan

Kunci: a.

b) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.

Contoh soal yang kurang baik:

Pakta Warso dipelopori oleh Rusia, sedangkan NATO dan SEATO dipelopori oleh amerika serikat. Akan tetapi, Indonesia tidak ikut menjadi anggota kedua-duanya. Tindakan ini sesuai dengan . . . .

a. Dasasila bandung

(32)

c. Politik luar negeri bebas-aktif. d. Piagam PBB.

Contoh soal yang lebih baik:

Tindakan Indonesia tidak ikut menjadi anggota Pakta Warsawa maupun NATO/SEATO sesuai dengan . . .

a. Dasasila bandung

b. Pancasila dan UUD 1945 c. Politik luar negeri bebas-aktif. d. Piagam PBB.

Kunci: c

c) Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

Contoh soal yang kurang baik:

Dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya baik adalah . . .

a. anggota b. senin c. nopember d. prangko

contoh soal yang lebih baik:

dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya betul adalah . . . .

a. anggota b. senin c. nopember d. prangko

kunci : a

d) pada pokok soal (stem) sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang bersifat negatif.

Contoh soal yang kurang baik:

Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis tidak akan terjadi tanpa . . .

(33)

Kunci: b

Contoh soal yang lebih baik:

Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis akan terjadi apabila terdapat . . .

a. udara, tanah, dan air. b. Cahaya, udara, dan air. c. Tanah, cahaya, dan udara. d. Air, tanah, dan cahaya.

Kunci: b

e) Alternatif jawaban (option) harus logis dan pengecoh harus berfungsi.

Contoh soal yang kurang baik:

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI yang diketuai oleh . . . .

a. Rd. Saleh. b. dr. Soetomo. c. Chairil Anwar. d. dr. Radjiman W.

Contoh soal yang lebih baik:

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPUKI yang diketuai oleh . . .

a. Ir. Soekarno. b. Mr. Moh. Yamin. c. Mr. Soepomo. d. dr. Radjiman W.

Kunci: d.

f) Usahakan agar tidak ada “ petunjuk untuk jawaban benar.

Contoh soal yang kurang baik:

Dalam naskah Sumpa Pemuda telah tercantum bahwa bahasa Indonesia adalah Bahasa Persatuan. Mengapa dasar pertimbangan ini diambil?

a. Agar tercipta persatuan dan kesatuan.

(34)

c. Banyaknya bahasa daerah yang ada di nusantar. d. Merupakan hasil budaya.

Kunci: a

Contoh soal yang lebih baik:

Salah satu tujuan diselenggarakan Kongres Pemuda II tanggal 26-28 oktober 1928 di jakarta adalah . . .

a. Mengangkat derejat bangsa Indonesia. b. Memilih kader-kader pemimpin bangsa. c. Memperkokoh paham persatuan dan kesatuan. d. Mempropaganda cita-cita Indonesia merdeka.

Kunci: c.

g) Usahakan agar tidak menggunakan option yang berbunyi “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” .

Contoh soal yang kurang baik:

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah . . .

a. Kelahiran. b. Kematian. c. Imigrasi.

d. Semua jawaban di atas benar.

Kunci: d.

Contoh soal yang lebih baik:

Faktor yang langsung mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah . . .

a. Transmigrasi. b. Pendidikan. c. Kelahiran. d. Kemakmuran.

h) Usahakan agar option homogen, baik dari segi isi maupun dari segi struktur kalimat.

(35)

Berikut ini adalah pernyataan mengenai air. Pilihlah satu pernyataan yang benar!

a. Air adalah hasil senyawa antara oksigen dan nitrogen. b. Titik didih air adalah 212oC.

c. Berat jenis air adalah 1. d. Titik beku air adalah 11oC.

Kunci: c.

Contoh soal yang lebih baik:

Syarat utama air minum adalah . . .

a. Bersih dan tidak beracun. b. Jernih dan suhunya sesuai. c. Jernih dan tawar.

d. Suhunya sesuai dan tawar.

Kunci: a.

i) Apabila option berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.

Contoh soal yang kurang baik:

Luas daerah suatu bangun ditentukan dengan rumus 4ab-2b2. Apabila a = 10

cm dan b = 4 cm, maka luas daerah bangun itu adalah . . . .

a. 126 cm2.

b. 118 cm2.

c. 116 cm2.

d. 128 cm2.

Kunci: d.

Contoh soal yang lebih baik:

Luas daerah suatu bangun ditentukan dengan rumus 4ab-2b2. Apabila a = 10

cm dan b = 4 cm, maka luas daerah bangun itu adalah . . . .

a. 116 cm2.

b. 118 cm2.

c. 126 cm2.

(36)

Kunci: d.

pada tes berbentuk pilihan ganda memiliki stem dan pilihan jawaban/option. Stem adalah pernyataan berupa informasi di awal soal. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977) adalah sebagai berikut.

1) Pokok soal harus jelas

2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. 3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. 4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah. 6) Pililah jawaban angka yang diurutkan.

7) Semua pilihan jawaban logis. 8) Jangan menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunkakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes. 10) Bahasa indonesia yang digunakan baku.

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Selain itu pada tes bentuk pilihan ganda, semua pilihan pengecoh harus memiliki rasional. Contohnya adalah sebagai berikut.

Soal: 1/2 + 1/3 = . . . .

A. 1/6 B. 2/6 C. 2/5 D. 5/6

Semua pilihan jawaban ada rasionalnya, dan jawaban angka diurutkan. Kebaikan tes bentuk pilihan ganda adalah:

a) Bisa mengukur tingkat berpikir rendah sampai tinggi, b) Cakupan materi tes bisa banyak,

c) Penskoran objektif, bisa menggunakan komputer.

Kelemahan bentuk tes pilihan ganda adalah :

a) Sulit membuat untuk mengukur level berpikir tinggi, b) Ada faktor dugaan,

c) Kemungkinan kerja sama antar peserta tes besar.

(37)

1) Manakah berikut ini yang merupakan isolator listrik? a) Udara

b) Air c) Tembaga d) Platina

2) Dalam waktu yang sama, Budi mampu berlari 4 kali mengelilingi lapangan sedangkan Wati hanya mampu berlari 3 kali putaran. Bila Wati berlari 12 kali putaran, berapa putaran Budi telah berlari?

a) 9 b) 11 c) 13 d) 16

3) Mengapa pendaki gunung menggunakan peralatan oksigen di puncak tertinggi pegunungan?

a) Kurangnya oksigen dalam udara di puncak gunung. b) Sedikitnya nitrogen dalam udara di puncak gunung. c) Ada sebuah lubang ozon.

d) Tidak ada di udara puncak gunung yang sangat tinggi.

4) Jenis serangga yang mengalami metamorfosos sempurna adalah . . . a) Belalang

b) Lipas c) Kutu buku

d) Semua jawaban di atas salah

Soal ini termasuk tdak memenuhi kriteria, karena ada pilihan “semua jawaban di atas salah”.

5) Unsur terpenting yang berperan dalam pembentukan sel darah merah manusia adalah . . .

a) Fe b) Ca c) P d) K

Jawaban soal ini tergolong homogen.

(38)

Bentuk soal uraian objektif sangat digunakan untuk bidang matematika dan IPA, karena unci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif di sisni dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa pendidik dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan, dan sebagainya.

Contoh:

Sebuah mobil A bergerak dengan kecepatan 60 km perjam dari kota X, sedang mobil B bergerak dengan kecepatan 50 km perjam. Apabila titik awal bergerak sama, pada jam berapa mobil A dan mobil B bertemu?

f. Bentuk uraian non-obejektif

Bentuk uraian non-objektif karena penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes inin menuntut kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunkan kata-katanya sendir. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang dimulai dengankata: apa, siapa, dimana.

Selain itu bentuk ini relatif mudah membuatnya. Kelemahan dari bentuk tes ini adalah :

1) Penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai,

2) Memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, 3) Cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, dan

4) Adanya efek bluffing.

Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah:

1) Jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak,

2) Tidak melihat nama peserta ujian,

3) Memeriksa tiap butir secera keseluruhan tanpa istirahat, dan 4) Menyiapkan pedoman penskoran.

(39)

1) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator. 2) Mengedit pertanyaan:

Apakah pertanyaan mudah dimengerti? Apakah data yang digunkan benar? Apa tat letak keseluruhan baik?

Apakah pembererian bobot skor sudah tepat? Apakah kunci jawaban sudah benr?

Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?

Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif:

1) Gunakan kata-kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah, buktikan.

2) Hindari pmenggunakan pertanyaan : siapa, apa, bila. 3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda. 5) Buat petunjuk mengerjakan soal.

6) Buat kunci jawaban. 7) Buat pedoman penskoran.

Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global. Analitik berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian diberi skor.

g. Bentuk jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan bentuk soal yang meghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambiltes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi.

Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

Contoh:

(40)

Sikap untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya disebut prinsip . . . . (ekonomi)

Pengetahuan tentang fakta

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dipilih setiap ...tahun. (5 tahun)

Pengetahuan tentang prinsip:

Jika temperatur gas dalam keadaan tetap, sementara tekanan dinaikkan, apakah yang akan terjadi dengan volumenya ? (volume akan berkurang)

Pengetahuan tentang metode atau prosedur:

Alat apakah yang digunakan untuk mendeteksi arus listrik positif dan negatif? (elekstroskop)

Pengetahuan tentang penafsiran data yang sederhana:

Jika sebuah pesawat terbang ke arah barat laut dan membelok 180o , menuju ke arah manakah pesawat terbang itu? (tenggara)

1) Kebaikan bentuk soal jawaban singkat a) Menyusun soalnya relatif mudah.

b) Kecilkemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak. c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat. d) Hasil penilaiannya cukup objektif.

2) Kelemahan bentuk soal jawaban singkat

a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

b) Memerlukan waktu yang agak lama unutk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian.

c) Menyulitkanpemeriksa apabila jawaban sisw amembingungkan pemeriksa.

Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut:

1) Soal harus sesuai dengan indikator. 2) Jawaban yang benar hanya satu.

Contoh:

 Kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada . . . .

 Baik : Abraham Lincoln dilahikan pada tahun . . . . 3) Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

(41)

5) Tidak mnggunakan bahasa lokal.

6) Tidak mengambil atau menggunakn pernyataan yang langsung diambil dari buku

h. Unjuk kerja/performans

Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986). Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbakan proses pembelajaran sehinga kemampuan peserta didikmencapai pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih banyak digunkan pada bidang vokasi, dan bidang studi yang elibatkan banyak kegiatan praktek.

Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status peserta didik berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan pada masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki mahasiswa. Jadi butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi yang baru. Walau uraian namun batasnya harus jelas dan ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada si kehidupan nyata. Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang konvensional.

Berbagai alternatif cara asesmen atau penilaian selalu dicari untuk mengetahui kemampuan seseorang yang sebenarnya dalam sejumlah dimensi. Cronbach (1960) seduah empat puluh tahun lalu memperkenalkan 3 prinsip utama asesmen, yaitu:

1) Menggunakan bebagai teknik, 2) Mendasarkan pada pengamatan, dan 3) Mengintegrasi informasi.

(42)

Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam mata pelajaran, pendidikan, portofolio cocok digunakan untuk penilaian di kelas, tetapi tidak cocok untuk penilaian dengan skala yang luas (Marzano & Kendall. 1996). Penilaian dengan portofolio memerlukan kemampuan membaca yang baik. Hal yang penting pada penilaian portofolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, peserta didik menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya seseorang.

Penialaian portofolio pda dasarnya adalah menilai karya-karya individu utuk suatu mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan, dan dia akhir suatu unit program pembelajaran misalnya satu semester. Kemudian dilakukan diskusi antara peserta didik dan dosen untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah pesrta melakukan penilain sendiri kemudian hasilnya dibahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan peserta didik untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian fortofolio adalah sebagai berikut:

a) Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan. b) Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.

c) Mengumpulkan data dan menyimpan sampel karya. d) Menentukan kriteria untuk penialain portofolio.

e) Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya.

f) Merencanakanpertemuan dengan peserta didik yang dinilai. g) Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.

Penilaian dengan portofolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga penggunaanya juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah peserta didik yang tidak banyak, penilaian dengan cara fortofolio akan lebih cocok.

3) mentelaah soal tes.

(43)

teknik penulisan, dan bahas ayang digunakan. Pedoman dalam melakukan telaan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.9. matrik telaah butir tes.

No. butir

Kriteria butir tes

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. 2. 3. 4. 5. 6. 8.

Kriteria butir tes adalah sebagai berikut.

1) Pokok soal harus jelas

2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. 3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. 4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah. 6) Pililah jawaban angka yang diurutkan.

7) Semua pilihan jawaban logis. 8) Jangan menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunkakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes. 10) Bahasa indonesia yang digunakan baku.

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Telaah terhadap butir tes dilakukan dengan menggunkan tabel 4.5. Apabila ada butir tes yang tidak memenuhi kriteria butir tes yang baik diberi tanda silang (X) pada sel yang sesuai. Selanjutnya, ditentukan jumlah item yang memenuhi kriteria dan yang tidak memenuhi kriteria. Selanjutnya deskripsikan kriteria mana yang banyak tidak dipenuhi. Hasil telah ini ditindak lanjuti dengan memperbaiki butir soal.

4) Melakukan uji coba tes

(44)

memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut maka kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan

5) Menganalisis butir tes

seperti telah dijelaskan di atas bahwa uji coba yang dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya. Berdasarkan hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis butir soal, yaitu menganalisis semua butir soal berdasarkan data empirik, hasil uji coba, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.

Analisis butir dilakukan setelah tes digunakan, yaitu yang mencakup informasi berikut ini.

a. Tingkat kesulitan, yaitu proporsi yang menjawab benar. Besarnya indeks ini adalah 0,0 sampai 1,0. Bila menggunakan acuan norma tingkat kesulitan soal yang diterima adalah 0,30 sampai 0,80. Bila menggunakan acuan kriteria besarnya indeks ini menyatakan tingkat keberhasilan belajar. b. Daya pembeda, digunakan terutama pada acuan norma, yaitu untuk membedakan antara yang mampu dan yang tidak mampu. Besarnya mulai dari -1,0 sampai +1,0, dihitung dengan menggunakan formula koefisien korelasi point biseral. Makna harga positif adalah yang menguasai bahan ajar menjawab benar dan yang tidak menguasai menjawab salah, sedemikian sebaliknya bila indeks ini harganya negatif.

c. Indeks keandalan. Besarnya indeks keandalan yang diterima adalah minimal 0,70. Besarnya indeks ini menyatakan besarnya kesalahan pengukuran. Semakin besar indeks ini akan semakin kecil kesalahan pengukuran, demikian sebaliknya.

Analisis terhadap hasil uji coba tersebut dengan istilah analisis butir, dan dapat menggunakan format pada tabel 2.1.

Tabel 2.10 Analisis butir

No butir P D Dr Keterangan

(45)

Keterangan:

P : tingkat kesulitan butir, diterima bila besarnya 0,30 sampai 0,80. D : daya beda, diterima bila besarnya 0,30.

Dr. : distribusi jawaban, diterima bila tiap option ada yang menjawab paling sedikit 5 % dari peserta tes.

6) Memperbaiki tes

Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharakan. Langkah ini biasanya dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir soal mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7) Merakit tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruh butir soal tersebut disusun seca berhati-hati menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit tes, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir yang disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarang dapat menyebabkan soal yang dibuat tersebut menjadi tidak baik.

8) Melaksanakan tes

(46)

hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.

9) Menafsirkan hasil tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang harus dicapai.

Nilai merupakan alat yang berguna untukmemotivasi peserta didik belajar dan dosen mengajar lebih baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata pelajaran tertentu, peserta didik akan dapat menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai juga bisa berupa imbalan (reward) terhadapa jerih payah atau usaha yang telah dilakukan peserta didik. Imbalan inilah yang akan menjadi pemotivasi atau pendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.

Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan pendidik dalam mengelola proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor namun yang utama adalah penguasaan bahan ajar, keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar, keteranpilan memmilih dan menggunakan media belajar, cara melakukan penilaian termasuk tes yang digunakan. Oleh karena itu, pencapaian belajar atau perstasi belajar peserta didik merupakan fungsi dari peserta didik dan pendidik, yaitu keberhasilan peserta didik belajar dan keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran peserta asesmen unjuk kerja.

Salah satu cara asesmen yang banyak digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang adalah asesmen unjuk kerja. Menurut Berk (1986), asesmen unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara pengamatan sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Ada lima elemen utama yang tersirat dan tersurat pada defenisi tersebut, yaitu proses, pengumpulan data, pengamatan sistematik, integrasi data, dan keputusan individu.

(47)

biasanya digunakan terhadap suatu tugas yang membutuhkan respon nonverbal. Misalnya tes praktek untuk instalasi atau perbaikan, melukis, menyanyi, melawak dan sebagainya. Tes unjuk kerja mengacu pada suatu standar yang ingin dicapai atau yang ditetapkan sebagai batas minimum yang harus dilakukan siswa, misalnya operasi hitung, melakukan komunikasi, membaca, menyimak, dan sebagainya. Oleh karena itu, standar yang ingin dicapai harus ditetapkan terlebih dahulu.

Penilaian unjuk kerja secara kualitatif berbeda dengan tes pilihan ganda. Salah satu perbedaannya adalah prinsip kebergantungan butir secara lokal. Pada tes tradisional, butir satu dan yang lainnya adalah independen, dalam pengertian besarnya peluang menjawab benar butir satu dengan yang lain adalah independen. Tidak demikian halnya dengan penilaian unjuk kerja, butir satu dngan lainnya saling bergantung. Selain itu pada penilaian unjuk kerja, seseorang dapat disuruh untuk melakukan respon ganda terhadap suatu pertanyaan sesuai dengan suatu ketetapan tertenyu (Yen, 1993). Respon ganda ini merupakan informasi yangdibutuhkan untuk menentukan unjuk kerja seseorang dalam bidang tertentu. Oleh karena itu pada penilaian unjuk kerja, dimensi yang diukur adalah ganda, tidak satu dimensi seperti pada tes tradisional.

Asesmen unjuk kerja banyak digunakan padadunia usaha dan dunia industri untuk menentukan kecakapan atau keterampilan seseorang. Asesmen ini digunakan untuk seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, sertifikasi, promosi, dan sebagainya. Padabidang pendidikan, penilaian unjuk kerja sudah banyak digunakan terutama untuk bidang studi teknologi, ilmu alam, matematika, ekonomi dan bahasa. Melalui tes ini akan diperoleh informasi tentang apa yag sudah dicapai dan belum dicapai. Informasi ini merupakan umpan balik untuk perbaikan strategi pembelajaran.

C. Bentuk dan Teknik Penulisan Instrumen Non Tes

1. Pengertian Instrumen non tes

(48)

Tiga ranah yang harus ada dalam kurikulum adalah ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir yang secara urut menurut taksonomi bloom adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Ranah psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak, seperti menari, melukis, membersihkan karborator bermain sepak bola, dan sebagainya. Ranah afektif merupakan tindakan, sikap, perilaku, etika, dan sebagainya.

Setiap peserta didik memiliki potensi pada dua ranah, yaitu ranah kognitif dan psikomotor. Ada peserta didik yang memiiki kemampuan berpikir yang tinggi, tetapi keterampilannya rendah, dan ada yang memiliki kemampuan berpikir rendah tetapi keterampilannya tinggi. Namun jarang sekali peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah dan keterampilannya juga rendah. Apabila demikian, sulit bagi peserta didik untuk bisa hidup di masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Hal ini merupakan keadilan dari Tuhan YME, sehingga tiap peserta didik memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat.

Kemampuan afektif seseorang bukan merupakan potensi peserta didik, tetapi ditentukan oleh pengalaman peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kemampuan afektif yang meliputi sikap, minat perilaku, etika, moral, dan sebagainya menentukan keberhasilan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Peserta didik yang ramah, senang membantu orang lain akan memiliki banyak teman. Banyak teman menentukan kesuksesan hidup seseorang, karena apabila mengalami kesulitan banyak yang akan membantu. Oleh karena itu, kemampuan afektif sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan hidup di dunia.

Setiap pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir termasuk pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menghafal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah konitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran konstektual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya.

Gambar

Tabel 2.1 Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Bloom
Tabel 2.3  Taksonomi Harrow Berkaitan dengan Tujuan Psikomotorik
Gambar 4.1 Bagian kiri menunjukkan bahwa butir-butir tes disusun
tabel, salah satu bentuk spesifikasi tes seperti terlihat pada Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes diagnostik yang disusun menggunakan model pengembangan 4D

Setelah rencana produksi disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran penjualan. Anggaran penjualan disusun berdasarkan data dalam.. Setelah anggaran penjualan disusun

Tujuan dilaksanakan kegiatan, yaitu: (1) Untuk meningkatkan kemampuan guru matematika SMP Kota Bengkulu dalam menyusun instrumen tes matematika berbasis PISA berdasarkan

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangan instrumen tes formatif adalah analisis kebutuhan, menyusun spesifikasi tes, penulisan soal, analisis secara kualitatif,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun instrumen tes diagnostik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika siswa kelas XI SMA pada materi

Setelah rancangan website selesai diperbaiki, langkah selanjutnya yaitu menguji draf bahan ajar yang telah diperbaiki berdasarkan hasil uji coba sebelumnya. Uji coba

Sampel uji coba: 20 calon mahasiswa baru tahun 2019 Teknik uji coba: tes secara

Keterampilan Khusus : KK3 KK4 Mengembangkan instrumen penilaian, penelitian, dan evaluasi untuk keperluan khusus; Menganalisis berbagai bentuk instrumen tes dan non-tes; Capaian