• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Permasalahan Pendidikan ( 2 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Permasalahan Pendidikan ( 2 )"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Disusun oleh :

1. Mardijah

Nim. 201210060311016

2. Dwi Rizkiono

Nim. 201210060311019

3. Maylia Murni

Nim. 201210060311036

4. Karimah Mabrukah Nim. 201210060311046

Kelas : Matkom 2 A

Matakuliah : Pengantar Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada bu Ika Rahmawati, selaku dosen pembimbing Matakuliah Pengantar Pendidikan yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Makalah ini mengupas “Permasalahan Pokok Pendidikan di Indonesia”, melalui makalah ini kami mencoba menguak berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia, serta menggali bagaimana solusi untuk mengatasinya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Malang, 10 Mei 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...1

1.3. Tujuan Penulisan...1

1.4. Manfaat Penulisan...1

Bab II PEMBAHASAN...3

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya...3

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan...3

2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan...4

2.2. Masalah Mutu Pendidikan...6

2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan...7

2.4. Masalah Relevansi Pendidikan...7

2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan...8

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan...9

4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya...15

4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia...15

4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia...18

Bab III PENUTUP...20

1. Kesimpulan...20

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh daya ramal manusia. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan-rumusan masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pendidik dalam mengemban tugasnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan ?

2. Apa hubungan antara masalah-masalah pendidikan tersebut ?

3. Apa pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan penduduk, dan aspirasi masyarakat terhadap perkembangan masalah pendidikan ?

4. Apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia dan upaya penanggulangannya ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami 4 macam masalah pokok pendidikan dan menjelaskannya.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara masalah-masalah pokok pendidikan tersebut.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh perkembangan iptek, pertumbuhan penduduk, dan aspirasi masyarakat terhadap perkembangan masalah pendidikan. 4. Mahasiswa mampu memberikan contoh-contoh permasalahan pendidikan di

(5)

1.4. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa sebagai calon pendidik mampu memahami berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia

(6)

Bab II

PEMBAHASAN

1. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan erat yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, darimana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak.

Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini, yaitu :

a. Bagaimana semua warga negara dan menikmati kesempatan pendidikan

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu :

(7)

Keempat permasalahan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

2.1. Masalah Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan. Sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem aatau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca menulis, dan berhitung. Sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media masa dan sumber belajar yang tesedia, baik, mereka nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan demikian merka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan

Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu, menyiapkan masyarakat untuk dapat berfartisipasi dalam pembangunan

Khususnya pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang, dan tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang di atur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu di tentukan froyeksinya secara terus menerus dengan seksama, pada jenjeang pendidikan dasar, kebijakan pengertian memperoleh kes4empatan pendidikan di dasarkan atas pertimbangan faktor kuantitatif. Karna pada seluruh warga negara perlu di berikan bekal dasar yang sama sedangkan pendidikan meneganh dan terutama pada jenjang perguruan tinggi. Kebijakan pemerataan di dasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevsi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan dan ilmu teknologi.

(8)

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan

Banyak macam pemecahan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang ditempuh melalui cara-cara konvensional dan cara inovatif :

Cara konvensional antara lain :

a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.

b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore) Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat / keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

Cara inovatif antara lain :

a. Sistem Pamong (Pendidikan Oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru) atau Inpact Sistem (Instructional Management by Parent, Community and Teacher). Sistem ini dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi)

b. SD kecil pada daerah terpencil c. Sistem Guru Kunjung

d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach) e. Kejar paket A dan B

f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas Terbuka

2.2. Masalah Mutu Pendidikan

(9)

Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukan bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah dari pada di daerah perkotaan, acuan usaha pemerataan mutu pendidikan barmaksud agar system pendidikan khususnya system persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota atau desa ) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

Pemecahan masalah mutu pendidikan

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut :

a. Menyeleksi lebih rasional terhadap masukan mentah untuk SLTA dan PT

b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut

c. Penyempurnaan kurikulum

d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar e. Penyempurnaan sarana belajar

f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :

1) Laporan-laporan penyelengaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan 2) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas

3) Sistem pendidikan nasional atau negara seperti EBTANAS, Sipenmaru atau UMPTN

4) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga

2.3. Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah : a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan

(10)

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Masalah penempatan studi sering mengalai kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

b) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.

Penggunaan persarana dan sarana pendidikan yang tidak efisiensien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.

Gejala lain tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana pendidikan yaitu diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan sikap dan keterampilan calon pemakai ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.

2.4. Masalah Relevansi Pendidikan

Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia. Untuk pembangunan relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai, dengan kebutuhan pembangunan.

Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi sektor jasa, dll. Relevansi merupakan masalah berat untuk dipecahkan, utamanya masalah-masalah relevansi kualitas.

Dari keempat macam pendidikan tersebut dikatakan teratasi jika pendidikan :

1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam satuan pendidikan.

(11)

3. Dapat terlaksana secara efisien artinya pemerosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

4. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat demikian.

1. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan peghimpunan dan pengarahan dana dan daya.

2. Posisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena, jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengarahan, tenaga kerja pendidik yang tidak memadai dan seterusnya.

2.5. Keterkaitan Permasalahan Pendidikan

Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan dilapangan, ada keterkaitan diantara masalah-masalah pokok pendidikan. Bahkan mungkin muncul kepermukaan dengan bobot yang tidak sama.

Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian, yaitu:

Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.

Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai.

Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi dalam pembanguanan.

(12)

Bertolak dari gambaran tersebut terlihat juga kaitannya dengan masalah efisiensi. Karena kondisi pelaksanaan pendidikan tidak sempurna, maka dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan dan khususnya proses pembelajaran berlangsung tidak efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan relevan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir B dan C di atas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar system pendidikan, sehingga juga harus diperhatikan di dalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah makro ini berupa antara lain masalah perkembangan internasoinal, masalah demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah perkembangan regional.

Uraian selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :

1. Perkembangan iptek dan seni 2. Laju pertumbuhan penduduk 3. Aspirasi masyarakat

4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

1. Perkembangan iptek dan seni

a. Perkembangan iptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi, adalah penerapan yang direncanankan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

(13)

mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana juga sarana penunjangnya seperti searana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Hal ini disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan kurikulum.

Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak langsung, juga banyak pengaruh yang langsung terhadap sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan gurudan gedung sekolah seperti system pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif cepat seperti dengan program diploma, pengadaan guru dan perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta mengajar. Selain itu diadakan juga program menghemat waktu belajar (RIT: Reduce Instructional Time), memperluas jangkauan peserta didik denga biaya relatif murah seperti sistem belajar jarak jauh (BIJ), efektifitas proses belajar dan kualitas hasil seperti CBSA dengan pemanfaatan tenaga non-guru antara lain konselor, teknisi sumber belajar,dan lain-lain.

Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita sudah banyak mendapatkan pengalamandalam hal ini. Kedua, orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin dan ragu menerima hal baru yang belum dikenal.

Masalahnya adalah bagaimana cara memperkenalkan suartu inovasi agar orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu diperkenalkan aspek konsepsionalnya sehingga memahami tujuan dan manfaatnya serta motif yang mendasarinya.

(14)

suatu inovasi berhasil, mungkin saja menimbulkan masalah baru, misalnya antara lajn kurang cermatnya rancangan yang dibuat. Contoh program diploma yang berhasil dan dapat memproduksi tenaga baru yang diharapkan, tetapi berakibat alumni S1 tidak terangkat karena ketiadaan jatah.

b. Perkembangan seni

Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang mengahasilkan sesuatu yang indah.

Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan. Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping kognitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi yang lain.

Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Dengan memperhatikan alasan-alasan di atas maka sudah seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri di samping program-program yang lain dalam sistem pendidikan. Di sinilah timbulnya masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk Ebtsnas, di samping juga sulit menyediaakan tenaga pendidiknya. Lagipula sarana penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

(15)

a. Petambahan penduduk

Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut:

Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun lebih cepat yaitu sebesar 4,5% dari turunnya tingkat kelahiran, yaitu sebesar 3,5%. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Tentang pertumbuhan penduduk itu Bank Dunia memperkirakan gambaran seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang pembangunan nasional menjadi bertambah.

Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaaan akan fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke perguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan nonformal.

b. Penyebaran penduduk

(16)

3. Aspirasi masyarakat

Dalam dua darsa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga social. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat pada anak-anak sendiri.

Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan dalam bersekolah dan melanjutkan studi. Mungkin ini dapat dipandang sebagai indicator tentang betapa besarnya aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.

Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal. Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan penguranganjam belajar, kekurangan sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi sebagaimana digambarkan itu ialah terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium, small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.

Namun demikian tidaklah berarti bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajuan.

(17)

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaanya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar ini dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan terbelakang.

Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya berubah. Berubahnya unsur-unsur kebudayaan tersebut tidak selalu bersamaan satu dengan yang lain. Ada unsur yang lebih cepat dan ada yang lambat laun brubah, namu yang jelas terjadinya perubahan tidak pernah terhenti sepanjang masa, bahkan meskipun perubahan yang baru itu kea rah negative.apalagi pada abad ke-20 ini, dimana perkembangan iptek demikian pesat dan merambah ke seluruh bidang kehidupan.

Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru di bidang telekomunikasi/televise dan transportasi yang menimbulkan revolusi informasi yang menembus batas-batas antarnegara dan bangsa danmembuat bumi menjadi terasa kecil yang dikenal dengan era globalisasi, maka mudah terjadi pertukaran kebudayaan antarbangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur kebudayaan baru dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang lambat berubah maka terjadilah apa yang disebut kesenjangan kebudayaan (cultural lag).

Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan baru itu baik bersifat material seperti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:

 Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misalnya terpencil).

 Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.

 Ketidakampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.

(18)

 Masyaakat daerah terpencil.

 Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.

 Masyarakat yang kurang terdidik.

Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaanya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan nasional). Sebab system pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan.

4. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya

4.1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan meliputi masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.

Masalah aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai pelaksanaannya. Misalnya, munculnya kurikulum baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau masalah operasional.

Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia : a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran

(19)

b, tentang arah dan tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan secara vertikal (dengan Tuhan Yang Maha Esa), horizontal (dengan lingkungan masyarakat), dan konsentris (dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Jadi konsepnya sudah cukup baik. Tetapi didalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan mengarah kepada pengutamaan pengembangan aspek kognitif.

Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional, yaitu diantaranya :  Beban kurikulum sudah terlalu sarat

 Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.

 Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.

 Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.

b. Masalah Kurikulum

Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberi bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut). Kedua macam bekal tersebut harus sudah ditanam dan diberikan sejak masa prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya sudah diperkuat pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan dasar kedua macam bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal kerja) sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar lanjut maupun yang langsung akan terjun ke masyarakat.

Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984 lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu kurikulum 1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dengan memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.

(20)

 Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.

 Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional. Memuat pengetahuan minimal dan program khusus yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.

 Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal).

Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak. Selain itu, ada pula masalah pada program muatan lokal, misalnya :

 Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat

 Penyusunan program

 Koordinasi pelaksanaan

 Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.

Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan pembina pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan ditunjang kemauan yang besar sebagai tekad bersama.

c. Masalah Peranan Guru

Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar ( komunikator), menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan memberikan dorongan belajar (stimulator).

d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun

(21)

tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar pada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain mengatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dassar yaitu 9 tahun, kita sudah mengalami langkah maju dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan.

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, antara lain :

 Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.

 Kurikulum yang belum siap

 Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.

4.2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah aktual pendidikan, antara lain :

a) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara insidental.

(22)

c) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi. d) Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian

khusus. Karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk pemmbangunan.

(23)

Bab III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Misi Pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Itulah sebabnya, karena pembangunan sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk misteri yang banyak teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi hari depan yang juga mengundang banyak pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari depan itu penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat ini. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan, maka diperlukan rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dilapangan. Dengan dikemukakan masalah-masalah pokok pendidikan, kaitan masalah-masalah pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dll. Diharapkan para pendidik memahami lebih baik masalah pendidikan yang dihadapi dilapangan, merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya.

2. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh biaya Pendidikan terhadap mutu hasil belajar melalui mutu proses belajar mengajar pada Sekolah Menengah

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di SMK Negeri 1 Magelang meliputi: penetapan standar mutu, pemetaan mutu,

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain

Oleh karena itu pengelolaan pendidikan dengan manajemen yang baik adalah solusi bagi perbaikan kualitas dan mutu pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat

Hasil riset menunjukkan bahwasanya mutu pendidikan di Indonesia dapat dicapai melalui tiga hal, pertama peningkatan pemahaman guru akan tugas dan panggilannya dalam

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, bahwa aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Pekanbaru kurang dipengaruhi oleh

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan

7etapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah 'taman bermain dan taman kanak- kanak(. Sementara pada