• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 6c9bae6e92 BAB V5.BAB V kerangaka strategi pembiayaaan Copy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 6c9bae6e92 BAB V5.BAB V kerangaka strategi pembiayaaan Copy"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

BAB

5

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

(2)

5.1 Potensi Pendanaan APBD

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerahyang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

dan Pendapatan Lain yang Sah.

(3)

Tabel 5.1. Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

No. Uraian 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp)

Rata-rata Pertumbuha

n(%)

1. PENDAPATAN 513,569,172,071.64 628,537,817,403.54 676,345,193,403.18 782,644,598,275.83 913,575,380,529.71 948,880,176,832.80 13.26

1.1 Pendapatan Asli Daerah 13,229,969,825.64 17,916,425,871.88 25,710,883,650.18 25,933,059,039.15 38,894,812,100.71 37,082,885,533.80 25.02

1.1.1 Pajak Daerah 2,394,522,065.00 5,671,754,370.00 5,652,549,406.92 6,041,572,489.00 8,154,156,964.00 8,077,175,285.26 35.49

1.1.2 Retribusi daerah 1,878,777,814.00 1,608,002,075.00 1,220,581,933.00 1,885,582,606.00 1,854,086,436.00 1,744,529,969.00 1.68

1.1.3 Hasil Pengelolaan Keuangan

daerah yang dipisahkan 0.00 0.00 136,308,035.00 0.00 245,351,316.35 247,635,326.31

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 8,956,669,946.64 10,636,669,426.88 18,701,444,275.26 18,005,903,944.15 28,641,217,384.36 27,013,544,953.23 28.85

1.2 Dana Perimbangan 420,102,084,046.00 479,062,924,332.00 574,542,011,034.00 642,231,250,588.00 739,876,226,102.00 703,319,355,823.00 11.20

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi

hasil bukan pajak 34,731,948,046.00 37,861,031,332.00 40,562,742,034.00 37,308,245,588.00 35,577,272,102.00 22,897,150,823.00 (6.43)

1.2.2 Dana Alokasi Umum 337,193,436,000.00 372,577,093,000.00 476,870,845,000.00 538,309,950,000.00 625,845,694,000.00 601,857,515,000.00 12.76

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 48,176,700,000.00 68,624,800,000.00 57,108,820,000.00 66,613,055,000.00 78,453,260,000.00 78,564,690,000.00 12.04

1.3 Lain-lain Pendapatan

daerah yang sah 80,237,118,200.00 131,558,467,199.66 76,092,298,719.00 114,480,288,648.68 134,804,342,327.00 208,477,935,476.00 28.93

1.3.1 Hibah 3,000,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1.3.2 Dana darurat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

(4)

provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***

1.3.4 Dana Penyesuaian dan

Otonomi Khusus**** 56,865,843,200.00 109,683,784,960.00 62,342,248,000.00 83,876,148,000.00 97,229,480,000.00 165,855,426,000.00 34.15

1.3.5

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

5,000,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

(5)

Tabel 5.2. Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

No. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Belanja Tidak

Langsung 276.934.912.375 301.681.274.214 A 392.497.918.897 454.291.639.261 540.527.577.303

1

Belanja Pegawai 244.328.160.293 279.411.380.114 327.144.255.255 366.003.852.497 420.070.665.494 449.172.117.003 2

Belanja Bunga - - -

-3

Belanja Subsidi - - -

-4

Belanja Hibah 12.407.664.850 5.829.364.500 4.267.618.000 7.264.700.000 7.960.456.667 28.233.946.300 5 Belanja Bantuan

Sosial 7.035.660.500 6.267.201.200 - - -

-6

Belanja Bagi Hasil - - -

-7 Belanja Bantuan

Keuangan 9.448.076.932 10.173.328.400 15.138.021.600 19.229.366.400 26.260.517.100 63.121.514.000 8 Belanja Tidak

Terduga 3.715.349.800 - - - -

-B

Belanja Langsung 184.011.518.859 268.692.150.740 325.840.810.582 429.933.702.778 476.488.399.212 388.214.461.155

1

Belanja Pegawai 15.265.036.500 20.911.716.929 28.276.490.535 45.549.010.750 58.340.166.000 58.276.323.000 2 Belanja Barang dan

Jasa 69.267.527.404 111.718.423.909 102.677.880.159 144.439.049.348 155.633.706.523 120.615.821.996 3

(6)

Tabel 5.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Sumber :Data APBD 2010-2015, BPKAD Kabupaten Pesawaran

No. Uraian

Proporsi dari total defisit riil

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya

50.760.658.119,89 99.072.743.000,53 148.508.465.850,07 142.871.151.646,25 90.243.865.013,08 60.229.842.860,79

2 Pencairan dana cadangan - - - - -

-3 Hasil Penjualan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan - - - - -

-4 Penerimaan Pinjaman

daerah - - - - -

-5

Penerimaan Kembali Pemberian pinjaman daerah

- - - - -

-6 Penerimaan piutang

daerah - - - - -

-7

Sisa Lebih pembiayaan Anggaran Tahun berkenaan

(7)

Gambar 5.1. Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD

5.2 Potensi Pendanaan APBN

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

(8)

yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

(9)

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamadiselenggara-kan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

(10)

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI-JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

(11)

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

5.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)

sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 5.4. Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

SEKTOR Alokasi 2011 Alokasi 2012 Alokasi 2013 Alokasi 2014 Alokasi 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengembangan Air Minum

13.157.841.000 9.012.525.000 10.578.644.000 18.172.281.000 3.325.500.000

Pengembangan

TOTAL 21.262.506.000 10.012.525.000 11.856.238.000 18.172.281.000 16.952.400.000

Sumber : Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung

(12)

Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.5. Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

JENIS DAK TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

DAK Air Minum 839.520.000 1.458.600.000 418.131.000 2.904.545.000 2.450.415.000

DAK Sanitasi - - - - 3.378.437.900

Sumber : Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung

5.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

(13)

Tabel 5.6. Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Gambar 5.2. Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

SEKTOR TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015

ALOKASI % ALOKASI % ALOKASI % ALOKASI % ALOKASI %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pengembangan

Air Minum 3.000.000.000

Pengembangan

PPLP 875.000.000

Pengembangan

Permukiman 45.955.000.000

Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya

49.830.000.000

Total Belanja APBD

(14)

Tabel 5.7. Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

SEKTOR

TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5

ALOKASI

9.012.525.000 1.100.000.000 10.578.644.000 570.800.000 18.172.281.000 200.000.000 3.325.500.000 1.500.000.000

Pengembangan

PPLP 6.736.678.000 190.421.000

- - - - - - -

-Pengembangan

Permukiman 1.367.987.000

1.000.000.000 - 1.277.594.000 - - - 13.626.900.000 1.000.000.000

Penataan Bangunan dan Lingkungan

- - - - - - -

-Total 21.262.506.000 10.012.525.000 11.856.238.000 18.172.281.000 16.952.400.000

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

5.4.1 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

(15)

manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

5.4.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 5.8. Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir

KEGIATAN TAHUN KOMPONEN

(16)

5.5 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

5.5.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya

Tabel 5.9. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Y-2 Y-1 Y-0 2016 2017 2018

1 2 3 4 5 6 7 8

Pendapatan Asli Daerah 25,933,059,039.15 38,894,812,100.71 37,082,885,533.80 25.02 42,693,336,600 46,962,670,260 51,658,937,286

Dana Perimbangan 642.231.250.588 739.876.226.102 703,319,355,823 11.20 888,540,676,443 1,004,424,196,847 1,135,680,192,678

DAU 538.309.950.000 625.845.694.000 601.857.515.000 12.76 675,736,319,000 770,339,403,660. 878,186,920,172.

DBH 37.308.245.588 35.577.272.102 22.897.150.823 6.43 46,802,400,000 51,482,640,000 56,630,904,000

Y-2 Y-1 Y-0 2016 2017 2018

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8

DAK 66.613.055.000 78.453.260.000 78.564.690.000 12.04 181,013,047,800 199,114,352,580 219,025,787,838

- DAK Air Minum - - -

-- DAK SAnitasi - - -

-28.85 40,871,795,981

-

-Lain -Lain Pendapatan yang Sah 18,005,903,944.15 28,641,217,384.36 27,013,544,953.23 27,915,986,600 30,707,585,260 33,778,343,786 37,156,178,164

(17)

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR) Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

(18)

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah

5.5.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentukbusiness plan.

5.5.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK

(19)

Tabel 5.10. Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

NAMA KEGIATAN DESKRIPSI

KEGIATAN

BIAYA KEGIATAN (RP)

KELAYAKAN

FINANSIAL KETERANGAN

(1) (2) (3) (4) (5)

TIDAK ADA KERJA SAMA PEMERINTAH DAN SWASTA

Keterangan IRR: Internal Rate of Return

5.6 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

5.6.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Gambar

Tabel 5.1. Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 5.2. Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 5.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Gambar 5.1. Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan

Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap keputihan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pontianak menunjukkan bahwa

Tujuan dalam penelitian ini : (1) Untuk mengetahui penggunaan lahan di Kecamatan Genuk, Pedurungan, dan Gayamsari pada tahun 2012; (2) Untuk mengetahui kesesuaian

Saat ini banyak perangkat yang bisa digunakan untuk berbagi Koneksi, tapi rata-rata pengguna setidaknya menguasai teknik pemrogaraman/konfigurasi yang pada orang

DIHASILKAN OLEH BALAI PENELITIAN DAN PEMULIA TANAMAN YAITU SEBAGAI PRODUSEN BENIH SUMBER PALAWIJA YAITU DARI BENIH PENJENIS KE BENIH DASAR DAN DARI BENIH DASAR KE BENIH POKOK (OLEH

Mengingat pentingnya fungsi mangrove serta dibutuhkannya data perubahan luasan mangrove, maka dibutuhkan penelitian dalam menganalisis perubahan luasan mangrove di

Di dalam Suryadi (1993:20-25) diceritakan bahwa Zamzami dan Marlaini adalah kakak beradik yang tinggal di Bukittinggi, terlunta-lunta setelah ayahnya beristri muda

Melalui tahap awal atau beginning stage , konseli diarahkan untuk saling mengenali satu sama lain, ditumbuhkan rasa empati, diajarkan sikap respek, dikembangkan untuk memetakan