BAB 9
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana bidang Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan dari pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.
9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya meliputi:
1. DanaAPBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swastameliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skemaCorporate Social Responsibility(CSR).
5. DanaMasyarakatmelalui program pemberdayaan masyarakat.
6. DanaPinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil APBD Kota Tanjungbalai
Bagian ini menggambarkan APBD Kota Tanjungbalai selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 3-5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :
a. Belanja Daerahyang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
9.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Kota Tanjungbalai Tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai 3,692 triliun rupiah. Sementara menurut harga konstan pada Tahun 2000 PDRB Kota Tanjungbalai mencapai 1,537 triliun rupiah. Jika dilihat menurut lapangan usahanya maka sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu 0,83 triliun rupiah. Sementara lapangan usaha yang kontribusinya terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu 30,62 miliar rupiah.
9.2.2 Laju Pertumbuhan PDRB
Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau biasa disebut pertumbuhan ekonomi di Kota Tanjungbalai Tahun 2012 adalah 4,99 persen.
Tabel 9.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Tanjungbalai (miliar rupiah), 2008 – 2012
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian, Peternakan, 514,67 574,76 614,63 661,58 710,25
Kehutanan, dan Perikanan/
Pertambangan dan
Penggalian 61,09 71,08 85,76 94,44 106,82
Industri Pengolahan 549,54 596,69 644,41 680,97 721,53
Listrik, Gas, dan Air
Bersih 18,90 21,35 24,85 27,89 30,62
Bangunan 255,33 285,43 322,48 348,51 409,88
Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 533,58 595,49 685,10 759,65 833,30
Pengangkutan dan
Komunikasi 183,17 200,59 220,86 240,76 255,30
Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan 118,54 144,09 162,15 181,05 202,26
Jasa-jasa 247,65 275,80 328,28 378,99 422,30
Jumlah/Total 2 482,472 765,28 3 088,52 3 373,86 3 692,17
Tabel 9.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Tanjungbalai (miliar rupiah), 2008 - 2012
Sumber: Kota Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Lapangan
Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian,
Peternakan, 295,56 299,34 305,77 315,79 326,19
Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
30,57 34,69 39,34 42,35 46,04
Industri
Pengolahan 244,69 246,09 252,86 259,07 265,85
Listrik, Gas, dan
Air Bersih
6,96 7,33 8,03 8,66 9,19
Bangunan 103,20 109,74 117,89 123,70 127,87
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
271,11 288,83 303,66 322,84 347,46
Pengangkutan
dan Komunikasi
100,76 107,83 115,59 122,41 126,03
Keuangan,
Persewaan, 64,55 69,82 73,11 78,12 83,95
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 160,82 169,67 180,42 191,61 204,97
Tabel 9.3 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006 s.d 2010 Kota Tanjungbalai
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Pertum buhan
(%)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PENDAPATAN 224.294.000.000,00 258.536.197.678,00 333.450.123.850,00 340.467.713.000,00 334.670.000.000,00 11,16
Pendapatan Asli
Daerah 11.625.986.999,00 11.509.444.000,00 11.978.100.000,00 15.925.700.000,00 20.616.016.600,00 16,37
Pajak Daerah 4.757.894.000,00 3.951.500.000,00 3.952.500.000,00 4.307.500.000,00 4.357.500.000,00 -1,70
Retribusi Daerah 3.171.898.000,00 6.515.180.000,00 3.852.000.000,00 7.675.500.000,00 9.927.716.600,00 48,28
Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan
1.150.300.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 2.800.000.000,00 41,73
Lain-lain PAD yang sah 2.545.894.000,00 3.062.764.000,00 3.173.600.000,00 3.297.700.000,00 3.530.800.000,00 8,72
Dana Perimbangan 210.688.514.000,00 234.580.240.000,00 273.202.070.000,00 289.613.155.200,00 281.219.000.000,00 7,73
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak
11.421.798.000,00 11.423.240.000,00 17.540.150.000,00 20.415.005.200,00 19.789.064.000,00 16,72
Dana alokasi umum 174.380.000.000,00 197.642.000.000,00 224.503.920.000,00 227.872.150.000,00 241.921.536.000,00 8,65
Dana alokasi khusus 16.910.000.000,00 25.515.000.000,00 31.158.000.000,00 41.326.000.000,00 19.508.400.000,00 13,21
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 2.000.000.000,00 6.809.614.900,00 41.162.700.000,00 27.021.715.800,00 32.834.983.400,00 183,03
Hibah 150.000.000,00
Dana Darurat 7.000.000.000,00
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan
Tabel 9.4 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Tanjungbalai
No. URAIAN
NILAI (RP) RATA-RATA PERTUMBUHAN TAHUN 2009 TAHUN 2010
(1) (2) (3) (4) (5) 1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah 42,758,878,485.61 42.671.465.578,80
4 Kas di Bendahara Pengeluaran 160,763,564.00 8.166.832,00
5 Kas di Bendahara Penerimaan 2,580,500.00
-6 Investasi Jangka Pendek
-7 Piutang Pajak 10,160,790.00 81.201.179,00
8 Piutang Retribusi 7,467,000.00 7.467.000,00
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Negara -
-10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Daerah -
-11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah
Pusat -
-12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemda
Lainnya -
-13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran -
-14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan -
-15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 36,378,308.00 1.171.568.418,05
16 Piutang Lainnya 3,130,084,253.30 260.428.000,00
17 Persediaan 1,174,168,042.00 2.764.396.560,00
18 JUMLAH ASET LANCAR 47,280,480,942.91 46.964.693.607,85 19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
23 Pinjaman kepada Pemda Lainnya
24 Investasi dalam Surat Utang Negara
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan
26 Investasi Nonpermanen Lainnya
27 Jumlah Investasi Nonpermanen 5,230,134,605.85 5.493.134.627,56
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 20,920,440,306.14 23.510.112.205,03
30 Investasi Permanen Lainnya -
-31 Jumlah Investasi Permanen 20,920,440,306.14 23.510.112.205,03 32 JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 26,150,574,911.99 29.003.246.832,59 33 ASET TETAP - -34 Tanah 201,338,249,259.00
-35 Peralatan dan Mesin 139,936,855,929.00 156..413.210.496,00
36 Gedung dan Bangunan 232,321,071,329.00 262.407.296.064,00
37 Jalan, Irigasi dan Jaringan 330,085,569,353.00 356.595.981.626,00
38 Asset Tetap Lainnya 20,747,109,448.00 22.649.528.839,00
39 Konstruksi dalam Pengerjaan 11,306,747,280.00 5.295.180.993,00
40 JUMLAH ASET TETAP 935,735,602,598.00 935,735,602,598.00 41 ASET LAINNYA -
-42 Tagihan Penjualan Angsuran -
-43 Tuntutan -
-44 Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 1,872,202.00
-45 Kemitraan dengan 7,510,000,000.00
-46 Asset Tak Berwujud -
-47 Asset Lain-lain - -48 JUMLAH ASET LAINNYA 7,511,872,202.00 7,511,872,202.00 49 JUMLAH ASET 1,016,678,530,654.90 1,090.464.115.703,44 50 KEWAJIBAN - -51 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -
-52 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 3,845,191.00 3.237.193.354,00
53 Utang Bunga 76,267,168.62
-54 Bagian Lancar Utang DN-Pemerintah Pusat - 1.369.746.521,12
55 Bagian Lancar Utang DN-Pemda Lainnya -
-56 Bagian Lancar Utang DN-Lembaga
Keuangan Bank -
-57 Bagian Lancar Utang DN-Lembaga
Keuangan bukan Bank -
-58 Bagian Lancar Utang DN-Obligasi -
-59 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Lainnya -
-60 Utang Jangka Pendek Lainnya -
-63 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat -
-64 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah
Lainnya -
-65 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan
Bank -
-66 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan
bukan Bank -
-67 Utang Dalam Negeri-Obligasi -
-68 Utang Jangka Panjang Lainnya -
-69 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang -
-70 JUMLAH KEWAJIBAN 80,112,359.62 4.606.939.875,12 71 EKUITAS DANA - -72 EKUITAS DANA LANCAR -
-73 Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 42,915,796,858.61 42,679.632.410,80
74 Pendapatan yang Ditangguhkan 2,580,500.00
-75 Cadangan Piutang 3,184,090,351.30 1.520.664.637,05
76 Cadangan Persediaan 1,174,168,042.00 2.764.396.560,00
77 Dana yg harus Disediakan utk Pembayaran
Hutang J. Pendek (76,267,168.62) (1.493.638.503,12)
78 Jumlah Ekuitas Dana Lancar 47,200,368,583.29 45.471.055.104,73 79 EKUITAS DANA INVESTASI
80 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang 26,150,574,911.99 29.003.246.832,59
81 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 935,735,602,598.00 1.003.872.873.891,00
82 Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain 7,511,872,202.00 7,510.000.000,00
83 Dana yang Disediakan untuk Pembayaran
Hutang J. Panjang -
-84 Jumlah Ekuitas Dana Investasi 969,398,049,711.99 1.040.386.120.723,59 85 EKUITAS DANA CADANGAN -
-86 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan -
-87 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan - -88 JUMLAH EKUITAS DANA 1,016,598,418,295.28 1,085.857.175.828,32 89 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 1,016,678,530,654.90 1.090.464.115.703,44
9.2.3 Proporsi Penggunaan Anggaran
Analisis proporsi realisasi terhadap anggaran Kota Tanjungbalai bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di Kota Tanjungbalai pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa datang dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Analisis ini sekurang-kurangnya dilakukan melalui analisis proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran yang dapat dilihat pada Tabel 9.5. berikut:
Tabel 9.5 Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran pada Pemerintah Kota Tanjungbalai Tahun 2008-2010
NO Uraian Tahun Pertumbuhan
(%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
Belanja Tidak Langsung
1. Belanja Pegawai 96,49 93,47 95,58 0,004
2. Belanja Bunga 66,41 0,00 95,46
-3. Belanja Subsidi 75,00 100,00 94,99 0,142
4. Belanja Hibah 87,67 96,11 0,00 (0,452)
5. Belanja Bantuan Sosial 63,86 91,69 87,60 0,196
6. Belanja Bagi Hasil dari Provinsi 99,90 0,00 27,28
-7. Belanja Bantuan Keuangan 0,00 0,00 96,08
-Belanja Langsung
1. Belanja Pegawai 78,49 84,83 93,36 0,091
2. Belanja Barang dan Jasa 75,11 80,78 87,26 0,078
3. Belanja Modal 79,90 88,79 81,80 0,016
Sumber: RPJMD Kota Tanjungbalai 2011-2016 (Dinas PPKA Kota Tanjungbalai)
Tabel 9.6 Defisit Riil Anggaran Kota Tanjungbalai Tahun 2008-2010
No Uraian 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp)
1. Realisasi Pendapatan Daerah 311.590.572.484,96 340.843.686.056,94 341.072.162188,90
Dikurangi realisasi :
2. Belanja Daerah 339.222.433.181,80 359.316.851.755,00 338.244.299.615,00
3. Pengurangan Pembiayaan
Daerah 1.923.526.094,00 2.068.626.699,0 3.800.000.000,00
Defisit rill 29.555.386.790,90 20.541.792.397,06 972.134.426,10
Tabel 9.7 Defisit Riil Anggaran Kota Tanjungbalai Tahun 2008-2010
No Uraian
Proporsi dari total defisit
2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp)
1.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun
anggaran sebelumnya
73.448.621.063,30 63.082.287.329,46 42.915.796.858,61
2. Pencairan Dana Cadangan - -
-3. Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah Yang di Pisahkan - -
-4. Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman Daerah 351.904.937,00 375.301.926,21 736.999.978,29
5. Penerimaan Piutang Daerah 8.458.669,00 2.572.230,00 7.869.454,00
Sumber: RPJMD Kota Tanjungbalai 2011-2016 (Dinas PPKA Kota Tanjungbalai)
9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN Dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 9.8 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Alokasi
Tahun 2010
Alokasi Tahun 2011
Alokasi Tahun 2012
Alokasi Tahun 2013
Alokasi Tahun 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan & Lingkungan Total
Sumber : Randal Sumut
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Tabel 9.9 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Tanjungbalai Dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DAK Air Minum 336. 160.000 652.190.000 657.294.000 1.033.795.000 1.280.565.000
DAK Sanitasi - 679.030.000 1.272.434.000 541.846.000 1.770.010.000 Sumber : Satker Randal Sumut
9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD Dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Bagian ini menunjukan alokasi dan proporsi pendanaan bidang Cipta Karya bersumber dari APBD yang dijabarkan berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Setelah didapatkan proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 9.10 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
X 1.000
Sektor
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi
APBN DDUB
Alokasi
APBN DDUB
Alokasi
APBN DDUB
Alokasi
APBN DDUB
Alokasi
APBN DDUB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pengembangan
Air Minum 8.088.788 - 3.500.000 1.693.224 - - - - 17.761.752
-Pengembangan
PPLP - - - - 1.081.995 180.000 1.100.000 130.000 1.204.500
-Pengembangan
Permukiman 100.000 - 17.250.000 850.000 - - 1.397.886 500.000 850.000
-Penataan Bangunan dan
Lingkungan 3.000.000 - 4.485.000 595.000 3.407.738 1.097.500 5.391.250 283.750 390.000
9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.
9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Tabel 9.11 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen KPS
Satuan
Volume Nilai (Rp) Skema KPS Ket.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengembangan Air Minum
- … - …
Pengembangan PPLP
- … - …
Pengembangan Permukiman
- … - …
Penataan Bangunan dan Lingkungan
- … - …
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dalam melakukan proyeksi APBD 5 tahun ke depan, langkah-langkanya adalah sebagai berikut:
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini
Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.
2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:
Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)
3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya. Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 11.6) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.
9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentukbusiness plan.
Bagian ini berisi Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPI2-JM.
9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK
Setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel 9.13
Tabel 9.12 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Biaya Kegiatan (Rp)
Kelayakan
Finansial Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
IRR = ...
Keterangan IRR: Internal Rate of Return
9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
Bagian ini berisikan rangkuman kemampuan penandaan untuk pembangunan bidang Cipta Karya, dengan sumber-sumber sebagai berikut:
a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.
b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis
d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta
9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.
Satgas RPIJM daerah perlu merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi:
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;