• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V - DOCRPIJM 0f0b62b61a BAB V5. BAB V Kerangka Strategi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V - DOCRPIJM 0f0b62b61a BAB V5. BAB V Kerangka Strategi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 124

BAB V

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

(2)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 125

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1 Potensi Pendanaan APBK

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBK) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

Komponen Pembiayaan

Komponen pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam sistem keuangan daerah. Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan

(Fundi). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai

(3)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 126

Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun bersumber dari dan perimbangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) yang sekarang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota (APBK) untuk Kabupaten/Kota (UU. No. 11 tahun 2006 tentang Pendapatan Aceh), merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas pemerintah daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, maupun Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, menyebutkan bahwa Penerimaan Daerah bersumber dari :

1. Pendapatan Asli Daerah; 2. Dana Penimbangan;

3. Dana Otonomi khusus; dan 4. Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006, terdiri atas :

a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah;

c. Hasil Pengelola Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Milik Aceh/Kabupaten/Kota dan Hasil Penyerahan Modal Aceh/Kabupaten/Kota; d. Zakat; dan

e. Lain-lain PAD yang Sah dan PAD Kabupaten/Kota yang Sah

5.2Potensi Pendanaan APBN

1. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

(4)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 127

Pasal 181 ayat (1) Undang-undang nomor 11 Tahun 2006 menyatakan bahwa Dana Perimbangan terdiri atas :

1. Dana Bagi Hasil Pajak;

2. Dana Bagi Hasil yang Bersumber dari hidrokarbon dan Sumberdaya Alam lain;

3. Dana Alokasi Umum (DAU); dan 4. Dana Alokasi khusus (DAK).

2. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

3. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

(5)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 128

RPJMP yang mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran RPJMP dengan kriteria teknis:

 kerawanan sanitasi;

 cakupan pelayanan sanitasi.

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

1. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005

Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

2.Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

(6)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 129

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI-JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBK Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional. 3. Dana APBK Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota. 4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama

pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Setelah APBK secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBK, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta. Investasi pemerintah Kabupaten Aceh Utara bidang cipta karya yaitu PDAM Tirta Mon Pase.

(7)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 130

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.

5. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta KaryaBersumber dari APBK dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

(8)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 131

kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

6. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social

oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun

sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

7. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

(9)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 132

No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

8. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBK, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9. Proyeksi APBK 5 tahun ke depan

Proyeksi APBK dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBK dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBK terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

10. Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan

daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBK, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya.

11. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBK yang digunakan untuk menutup defisit APBK, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(10)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 133

b. ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBK tahun sebelumnya;

c. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

d. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. e. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah,

Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt

Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR

minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah

12. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Kabupaten Aceh Utara memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti PDAM Tirta Mon Pase yang melanyani air minum, D K 3 K a b u p a t e n A c e h U t a r a y a n g m e l a n y a n i air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business

plan.

13. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

(11)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 134 5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.

2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu.. RPIJM)

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI JM) maka dibutuhkan analisis

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis

Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu. dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total

Untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten Bantaeng dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka

Untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten Soppeng dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka