• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kerangka Kelembagaan - DOCRPIJM 1c1c7d8b47 BAB VIBAB 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1 Kerangka Kelembagaan - DOCRPIJM 1c1c7d8b47 BAB VIBAB 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

6.1 Kerangka Kelembagaan

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan

kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik

dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya

manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga;

tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan;

dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk

meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara

bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Infrastruktur

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan

kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi

urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap

pemerintah kabupaten/kota.

PP 18/2016 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari bagian kesatu

Pasal 15 ayat (2) dan (3) dan bagian kedua Pasal 37 ayat (2) dan (3), yang berbunyi:Urusan wajib

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat(2)Urusan Pemerintahan Wajib Provinsi adalah yang

berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3)

meliputi:pekerjaan umum,perumahan rakyat dan kawasan permukiman.Urusan wajib sebagaimana

(2)

berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 37 ayat (3)

meliputi:pekerjaan umum,perumahan rakyat dan kawasan permukiman.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang

menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai salah

satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan AparaturNegara telah

mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 30 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan PembinaanReformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah.

Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai

tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan

kemampuanpemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan

mengenaimekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan

pembinaanpelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di

lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telahdimulai sejak tahun 2005.Pembenahan yang

dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan

Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu

dilanjutkan dandisesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari

sembilan program, yaitu :

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan

strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam

rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan

perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit

kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,

kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta

pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai,

(3)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,

pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama

(IKU);

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja

masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

4. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses

pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi

dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk

melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan, pemantauan, danevaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang

berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG

dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perludi perhatikan dalam pengembangan

kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam

pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

6.1.2 Struktur Organisasi, Tugas, dan Fungsi

Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pemerintah Kabupaten

Mahakam Ulu menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah, dan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi

Dan Tata Kerja Perangkat Daerah.

Susunan struktur organisasi Perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten Mahakam Ulu yang

berkaitan dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu :

A. Badan Perencanan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah merupakan unsur

(4)

Daerah. Badan ini dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

kepada Bupati melalui Sekda.

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah mempunyai tugas

membantu Bupati dalam melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan dibidang perencanaan

pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan

Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah mempunyai fungsi:

1. penyusunan kebijakan teknis dibidang Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Daerah;

2. pelaksanaan tugas dukungan teknis dibidang Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Pengembangan Daerah;

3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis dibidang Perencanaan

Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah;

4. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang Urusan Pemerintahan dibidang

Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah;

5. pelaksanaan adminstrasi Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan

Daerah;

6. pembinaan kelompok Jabatan Fungsional; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) terdiri atas:

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, membawahkan:

a. Sub Bagian Perencanaan Program; dan

b. Sub Bagian Umum, Kepegawaian, dan Keuangan.

3. Bidang Sarana Prasarana Wilayah membawahkan:

a. Sub Bidang Pengembangan Wilayah;

b. Sub Bidang Sarana Wilayah; dan

c. Sub Bidang Prasarana Wilayah.

4. Bidang Ekonomi, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pemerintahan dan Aparatur

membawahkan:

a. Sub Bidang Perekonomian;

(5)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

5. Bidang Pengendalian Pembangunan, Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, dan Pendataan

membawahkan:

a. Sub Bidang Pengendalian dan Pelaporan;

b. Sub Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan; dan

c. Sub Bidang Pendataan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional; dan

7. Unit Pelaksana Teknis Badan.

Berikut adalah gambar 6.1 bagan struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan,

(6)
(7)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

B. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan

unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan

dan Kawasan Permukiman yang mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan

pemerintahan dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman

dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan

Kawasan Permukiman mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, bidang Perumahan dan

Kawasan Permukiman;

2. pelaksanaan kebijakan dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, bidang Perumahan dan

Kawasan Permukiman;

3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, bidang

Perumahan dan Kawasan Permukiman;

4. pelaksanaan administrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan

Permukiman;

5. pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

6. pembinaan kelompok Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan

Permukiman terdiri atas:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan :

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Perencanaan Program; dan

3. Sub Bagian Informasi Publik.

c. Bidang Bina Marga dan Sumber Daya Air, membawahkan:

1. Seksi Perencanaan Teknik dan Evaluasi;

2. Seksi Pembangunan, Preservasi Jalan dan Jembatan; dan

3. Seksi Sumber Daya Air.

d. Bidang Cipta Karya, membawahkan:

(8)

2. Seksi Pelaksanaan PLP dan Air Minum; dan

3. Seksi Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Bangkim.

e. Bidang Jasa Konstruksi, membawahkan:

1. Seksi Pengaturan;

2. Seksi Pemberdayaan; dan

3. Seksi Pengawasan.

f. Bidang Tata Ruang, membawahkan:

1. Seksi Pengaturan dan Pembinaan;

2. Seksi Pelaksanaan Penataan Ruang; dan

3. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

g. Bidang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, membawahkan: 1. Seksi Perumahan; dan

2. Seksi Kawasan Permukiman.

h. Kelompok Jabatan Fungsional; dan

i. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Berikut adalah gambar 6.2 bagan struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Mahakam Ulu.

C. Dinas Lingkungan Hidup

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan dibidang Lingkungan

Hidup. Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda. Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantu

Bupati melaksanakan urusan Pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan tugas pembantuan yang

diberikan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Lingkungan Hidup mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis dibidang lingkungan hidup;

2. pelaksanaan kebijakan dibidang lingkungan hidup;

3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang lingkungan hidup;

4. pelaksanaan administrasi Dinas Lingkungan Hidup;

5. pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

6. pembinaan kelompok Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

(9)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

(10)

Susunan organisasi Dinas Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)

terdiri atas:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat, membawahkan :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan

b. Sub Bagian Perencanaan Program dan Keuangan.

3. Bidang Penataan dan Penaatan PPLH, membawahkan:

a. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan; dan

b. Seksi Pengaduan, Penyelesaian Sengketa, dan Penegakan Hukum Lingkungan.

4. Bidang Pengelolaan Sampah , Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas, membawahkan :

a. Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3; dan

b. Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup.

5. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, membawahkan:

a. Seksi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; dan

b. Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup dan Taman Hutan Rakyat.

6. Kelompok Jabatan Fungsional; dan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Berikut adalah gambar 6.3 bagan struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabuapten

Mahakam Ulu.

D. Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana merupakan unsur pelaksana

urusan pemerintahan di bidang kesehatan, pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Dinas

Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dipimpin oleh Kepala Dinas yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda. Dinas Kesehatan,

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan

Urusan Pemerintahan dibidang Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan tugas

(11)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

(12)

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis di bidang Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;

2. pelaksanaan kebijakan dibidang Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;

3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana;

4. pelaksanaan administrasi Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;

5. pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional;

6. pembinaan kelompok Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana terdiri

atas:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat, membawahkan:

a. Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat; dan

b. Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum.

3. Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahkan:

a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;

b. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga; dan

c. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit.

4. Bidang Pelayanan, Promosi dan Sumber Daya Kesehatan, membawahkan:

a. Seksi Pelayanan Kesehatan;

b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; dan

c. Seksi Sumber Daya Kesehatan.

5. Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, membawahkan:

a. Seksi Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan;

b. Seksi Keluarga Berencana; dan

c. Seksi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga.

6. Kelompok Jabatan Fungsional; dan

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Berikut adalah gambar 6.4 bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk,

(13)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

(14)

Tabel 6.1 Hubungan Penyelenggaraan Urusan Bidang Cipta Karya

1. Badan Perencanaan, Penelitian, dan

Pembangunan Daerah           2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang, Perumahan dan Kawasan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan

analisis potensi dan permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten Mahakam Ulu yang menangani

bidang Cipta Karya.

6.1.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang

cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta

Karya. Berdasarkan pengaturan organisasi penyelanggaraan bidang Keciptakaryaan dalam

peraturan-peraturan Bupati Mahakam Ulu masih terdapat sejumlah masalah yang perlu dtangani untuk

mengoptimalkan kinerja pembangunan di bidang keciptakaryaan di Kabupaten Mahakam Ulu,

permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya pembentukan Kelompok Kerja RPIJM sehingga akan kesulitan dalam melakukan

koordinasi terkait pembahasan pembangunan infrastrutkur bidang Cipta Karya.

2. Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi

masing-masing instansi sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi

Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mahakam Ulu..

3. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom telah menimbulkan

pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada

(15)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan

karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

4. Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih

diketemukan beberapa hal diantaranya: lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.

Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa

dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah

penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam

pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan

swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya.

6.1.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM

Bidang Cipta Karya. Berikut ini akan dijelaskan analisis ketatalaksanaan bidang cipta karya di Kabupaten

Mahakam Ulu.

1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing instansi yang ada dipemerintahan.

2. Masih lemahnya koordinasi yang terjadi antar instansi yang terkait dalam bidang cipta karya.

3. Belum jelas hubungan antara pengawasan dalam pengelolaan pengembangan permukiman,

penataan bangunan dan lingkungan, serta penyehatan lingkungan permukiman yang dilakukan oleh

berbagai SKPD.

4. Lemahnya koordinasi antar instansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan

kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan.

5. Kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola

pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih

terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

6.1.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Sementara itu pada aspek sumber daya manusia, dengan berdasarkan pada PP No. 18 tahun

2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka nampak bahwa dari proses penempatan pejabat

struktural kunci dalam penyelenggaraan urusan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Mahakam Ulu

masih terdapat sejumlah program pengembangan kapasitas SDM yang diperlukan. Kebutuhan ini muncul

(16)

1. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum menjalani proses penyesuaian kepangkatan sejalan

dengan tugas jabatan struktural yang diamanatkan kepada mereka.

2. Masih terdapatnya pejabat struktural yang belum dibekali dengan program pendidikan dan pelatihan

yang sangat penting untuk mendukung terhadap pelaksanaan tugas dalam jabatan-jabatan struktural

yang diamanatkan kepada mereka.

Kondisi mutasi personil yang baru saja dijalankan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Mahakam

Ulu sebagai akibat penataan organisasi perangkat daerah pasca pemberlakuan PP No. 18 tahun 2016

telah menjadi penyebab belum terpenuhinya hak pengembangan kapasitas pada personil-personil

pejabat struktural tersebut di atas.

6.2 Analisis Kebutuan Sumber Daya Manusia

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta

karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta

Karya. Adapun serangkaian program yang penting untuk dilaksanakan dalam rangka memperkuat

sumber daya manusia penyelenggara urusan bidang keciptakaryaan adalah:

1. Penyesuaian kenaikan pangkat untuk pejabat-pejabat yang telah memenuhi persyaratan

2. Perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi.

Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu

pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

3. Peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan.

Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM

terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU

sebagai berikut :

Tabel 6.2 Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan 5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung

dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

(17)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17 Diklat Jabatan Fungsional

Tabel 6.3 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Aspek

Semua instansi yang menjadi Satgas RPIJM ikut berperan aktif dalam koordinasi.

Melengkapi usulan dengan readiness criteria agar dapat menyerap anggaran APBN yang lebih banyak.

Melakukan penyusunan dokumen perencanaan yang belum disusun.

Menguatkan koordinasi antar instansi yang terkait keciptakaryaan untuk mencapai tujuan MDG’s dengan menghilangkan ego pribadi.

Koordinasi yang melibatkan stakeholder yang terkait keciptakaryaan.

Mendorong komitmen yang kuat dari pimpinan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda untuk diteruskan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyusunan RPIJM

Peningkatan Tupoksi tugas dan tanggung jawab untuk Bidang Cipta Karya, terutama untuk Seksi berkaitan dengan pelaksanaan RPIJM ini.

Menjadwalkan pertemuan koordinasi secara berkala.

Turut serta secara aktif dalam koordinasi

Tata Laksana

Penegasan kembali terhadap SK. Satgas RPIJM siapa saja yang terlibat dalam penyusunan.

Menindak lanjuti keikutsertaan siapa saja yang terlibat sesuai dengan jabatan dalam kedinasan yang disebutkan di SK. Satgas RPIJM Memaksimalkan usulan program pada

kawasan strategis kabupaten akan pentingnya sistem kearsipan dan pendokumentasian

(18)

Aspek

Kelembagaan Strategi Rencana Aksi

Memanfaatkan semaksimal mungkin tenaga dan anggaran yang tersedia dalam proses fasilitasi penyusunan RPIJM

Peran aktif anggota Satgas dalam proses penyusunan dokumen RPIJM

Harus mampu menganalisis untuk dijadikan usulan progam pada kawasan-kawasan yang rawan air, sanitasi dan kawasan kumuh di kawasan strategis.

Peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan

6.3 Kerangka Regulasi

Kerangka Regulasi dalam hal ini berarti arah regulasi dan/atau kebutuhan regulasi yang bentuknya

dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat. Kerangka regulasi diarahkan untuk

memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur perilaku penyelenggara pembangunan serta masyarakat

termasuk swasta dalam rangka pembangunan di bidang Cipta karya. Kerangka Regulasi juga disusun

sebagai instrumen untuk memecahkan permasalahan yang penting, mendesak, dan merniliki dampak

besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang

berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

- Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada: (1) peningkatan

kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2)

pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3)

penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4)

penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi

masyarakat miskin.

- Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah

dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.

- Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan

dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian; Pemenuhan kebutuhan

(19)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

- Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi

seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

- Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan

dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima (5) tahun terhitung sejak

diberlakukannya UU ini.

- Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan

pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan

pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan dan pemrosesan akhir.

Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

- UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pencegahan dan

peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran masyarakat.

- Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan,

pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman,

yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan

pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang,

hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

- Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang

terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Sistem penghawaan,

pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan prinsip-prinsip penghematan energi

(amanat green building).

- Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.

- Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan

keharusan bagi semua bangunan gedung.

(20)

- Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian dari sistem

jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk struktur ruang kota.

- Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau dengan proporsi paling sedikit 30

(tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

- Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan Urusan Pemerintahan yang wajib

diselenggarakan seluruh Daerah dan bersifat Pelayanan Dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar

warga negara. Pemda telah diamanatkan untuk memprioritaskan pelaksanaan Urusan

Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sehingga mendapat perlakuan

khusus dalam penyusunan kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.

- Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan

Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sekaligus

mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya akan dikontrol secara ketat oleh

berbagai stakeholders.

- Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan

untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas provinsi, atau untuk

kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan

Kabupaten/Kota ditunjukan pada tabel.

Tabel 6.4 Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota Permukiman a. Penetapan sistem

permukiman di Daerah

kabupaten/kota

Bangunan Gedung a. Penetapan bangunan

(21)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota b. Penyelenggaraan

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

SPAM lintas Daerah

provinsi, dan SPAM

(22)

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota

daerah provinsi dan

sistem pengelolaan

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019

Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan

Presiden, maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara

lain:

PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan

Gedung);

(23)

BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga;

PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman;

PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;

PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;

Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres No. 56

Tahun 2011;

Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;

Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun

2015-2019;

Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur;

Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem

Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan;

Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung

Negara;

Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem

Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan

Gedung;

Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan

Gedung;

Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum;

Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan

(24)

Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum;

Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;

Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem

Penyediaan Air Minum;

Permen PUPR No. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau; Permen PUPR No.

03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur;

Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat;

Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum.

Perda No. 1 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur

Perda No. 7 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Kalimantan Timur

Tabel 6.5 Kebutuhan Kerangka Regulasi

No 1 Peraturan Daerah Tentang

Pencegahan Dan

Peningkatan Kualitas

Perumahan Kumuh &

Permukiman Kumuh

Penguat /Turunan Dari UU No. 1/2011 Dan

UU No.20/2011 Dan UU No. 28/2002

Ruag Lingkup :

2 Perda Pengelolaan Air

Limbah

Rancangan Undang-Undang (RUU) Mandiri

Rancangan Undang-Undang (RUU)

Mandiri

Kabupaten/ Kota Bappeda,

Dinas PU,

Gambar

Gambar 6.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Mahakam Ulu
Gambar 6.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan umum dan Penataan Ruang,
Gambar 6.3 Bagan Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mahakam Ulu
Gambar 6.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Mahakam Ulu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran SKI di MA Walisongo Kayen adalah dengan menerapkan metode investigasi kelompok membuat diskusi kelompok sesuai dengan

Persepsi etis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sikap atau pandangan yang diberikan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam merespon maupun

Arduino didefinisikan sebagai sebuah platform elektronik yang open source, berbasis pada software dan hardware yang fleksibel dan mudah digunakan, yang ditujukan untuk

“ BagaimanaTingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melalui Iklan Layanan Masyarakat

“Hambatan dari faktor image pendidik adalah sebagian pendidik beranggapan bahwa apa yang disampaikan selalu benar dan menempatkan peserta didik yang hanya siap menerima

Dalam merencanakan dan menghitung konstruksi dari gedung, penulis menggunakan beberapa literatur dan data utama, yang bersumber dari SNI 2847- 2013 (Persyaratan Beton

30 Namun, penelitian yang dilakukan oleh Nurlia dengan judul Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa

Persaingan yang ketat antar lembaga keuangan dibidang perbankan mengharuskan setiap lembaga keuangan mengoptimalkan strategi dalam memperkenalkan perusahaan dan produknya