• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA SEPEMPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA SEPEMPANG"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim yang membentang luas di khatulistiwa dari 940 sampai 1410 Bujur Timur dan 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan dengan karakteristik negara kepulauan sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai sekitar 81.000 km bersama dengan sumberdaya hayati dan non hayati yang melimpah sungguh merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa (Dahuri, 2003). Dengan kekayaan sumberdaya alam lautnya, baik berupa sumberdaya yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya alam yang dapat diperbarui antara lain: terumbu karang, mangrove, padang lamun sedangkan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui diantaranya bahan-bahan mineral seperti gas, timah dan minyak bumi. Sejalan dengan bertambahnya populasi dan kebutuhan manusia maka pemanfaatan sumberdaya laut untuk kesejahteraan manusia pun semakin meningkat.

(2)

Wilayah kabupaten yang berada di bagian ujung wilayah Republik Indonesia adalah Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas (terbentuk tahun 2008). Kedua wilayah kabupaten ini posisinya sangat strategis karena menjadi pintu gerbang bagian utara Indonesia di perairan Laut Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, Singapura, dan Malaysia (termasuk Malaysia timur/Serawak). Dahulu wilayah kabupaten tersebut dikenal dengan sebutan Pulau Tujuh yang dipimpin oleh para Datuk Kaya sebagai Tokong Pulau, yang terdiri dari Pulau Siantan, Pulau Jemaja, Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut, dan Pulau Tambelan. Kini Pulau Tambelan menjadi bagian Kabupaten Bintan (dahulu Kab. Kepulauan Riau), Pulau Siantan dan Pulau Jemaja menjadi wilayah Kabupaten Anambas, sedangkan Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut menjadi wilayah Kabupaten Natuna. Secara astronomis Kabupaten Natuna (sebelum Kabupaten Anambas terbentuk) terletak pada posisi 20 – 50 daratan dan perairan yang luasnya mencapai 141.891,2 Km2. Luas daratannya hanya 3.235,2 km2 atau 2,28 % dari luas wilayah secara keseluruhan yang terdiri dari 271 pulau besar dan kecil (Dinas Kebudayaan Kab. Natuna, 2004).

(3)

untuk bersaing dengan nelayan pendatang baik dalam perangkat peralatan penangkapan, maupun pengolahan dari hasil tangkapan.

1.2 Tujuan Praktik Lapang

Tujuan dari pelaksanaan praktik lapang ini adalah untuk mengetahui secara langsung keadaan umum perikanan, dari segi kualitas air laut dan sosial ekonomi masyarakat di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

1.3 Manfaat Praktik Lapang

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Lingkungan Perairan 2.1.1 Parameter Fisika Perairan 2.1.1.1 Suhu

Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan

laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut

karena adanya awan dan posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika

matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan

horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik yang selalu berada di atas

horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan

umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).

Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme

(Nybakken dalam Armita, 2011). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001)

dalam Armita (2011) bahwa suhu merupakan factor fisik yang sangat penting di

laut, perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut

lainnya dan kepada biota laut.

Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis

seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu

tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang

diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan

(5)

harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto

dalam Armita, 2011).

2.1.1.2 Salinitas

Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air

biasanya didefenisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut

yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan kondiktivitas.

Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya. Komposisi kadar

garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang

panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari berbagai proses kimia dan

biologi di dalam perairan laut. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar

organisme yang hidup di perairan laut merupakan organism yang memiliki

toleransi (sensitivitas) terhadap perubahan salinitas yang sangat kecil atau

organisme yang diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi

dalam Armita, 2011).

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam

tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika

dalam Armita, 2011). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup

organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang

mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat dan Evans dalam Armita,

2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air laut pada

umumnya berkisar 33 o/

oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan

ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah

(6)

2011). Ditambahkan pula oleh Nontji (1987) dalam Armita (2011) bahwa sebaran

salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,

curah hujan dan aliran sungai.

2.1.1.3 Kecerahan

kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan, nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai kecerahan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian. Sedangkan kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (Effendi, 2003).

2.1.1.4 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan padatan

terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organism

perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna periran (sutika dalam Armita, 1989).

Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke

dalam air (Effendi dalam Armita, 2003).

Sutika (1989) dalam Armita (2011), mengatakan bahwa kekeruhan dapat

mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar

(7)

Walhi (2006) dalam Armita (2011), menyatakan bahwa kekeruhan standar untuk

lingkungan rumput laut sebesar 20 mg/l.

2.1.1.5 Kecepatan arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan organik dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).

2.1.2 Parameter Kimia

2.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Sutika (1989) dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman

atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat

(8)

perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor

yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat

dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.

Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono

(1988) dalam Armita (2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan

penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan

tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi sedangkan

pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.

2.1.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum dalam Wijaya, 2009). Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch dalam Wijaya, 2009).

(9)

sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar oksigen di perairan tawar.

Distribusi oksigen secara vertical dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad dalam Armita, 2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi baik oleh hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan organic dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relative lebih tinggi jika dibandingkan pada suhu tinggi.

2.2 Sumberdaya Perikanan

Secara umum yang dimaksud dengan ikan ialah binatang vertebrata yang berdarah dingin, hidup di lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan menggunakan ingsang. (Alamsyah dan Ridwan, 1980).

Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan. Visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan.

(10)

2.3.1 Perikanaan Tangkap

Alat tangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan. Menurut Dinas Perikanan (1997) menyatakan penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan.

Brown (2003) mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil tangkap yang baik dipengaruhi oleh alat tangkap itu sendiri seperti konstruksi, bahan dan teknik, keadaan lingkungan antara lain: cahaya, arus, tingkah laku ikan serta keterampilan nelayan yang mengoperasikan alat tersebut. Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam teknologi penangkapan yaitu jenis kapal, ukuran kapal, jenis alat tangkap yang digunakan dan keahlian yang dimiliki nelayan (Pasaribu 1994).

2.3.2 Budidaya Perikanan

(11)

pakan, pengelolaan kualitas air dan penanganan parasit dan penyakit yang menyerang ikan budidaya.

2.3.3 Pengelolaan hasil perikanan

pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya. Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF) (Riniwati, 2009).

Juga disampaikan bahwa, beberapa aspek pengelolaan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan (keterbatasan sumberdaya, faktor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati, serta aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu, dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan terdiri dari data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS/Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders).

(12)

Pemasaran sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup dan menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Oleh karena itu, pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Ompumardi, (2009) menyatakan bahwa Manajemen pemasaran produk perikanan tangkap relatif sederhana. Harga dipengaruhi oleh volume produksi tangkap, jumlah pedagang, jenis alat angkut serta jarak yang dilalui, belum ada upaya promosi dan klasifikasi produk perikanan. Rata-rata pedagang berpatokan pada tingkat keuntungan yang memenuhi kebutuhan primer.

(

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan/, diakses Rabu, 27 Juni 2012).

2.3.5 Manajemen Sumberdaya Perikanan

(13)

sumberdaya alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka sumberdaya perikanan seringkali disebut sumberdaya milik besama.

(http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam - usaha

perikanan.html, diakses Rabu, 27 Juni 2012).

III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 01-03 Agustus 2012 yang berlokasi di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Kepulauan Riau.

(14)

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan

No Parameter uji Alat

2 Monografi Data Monografi desa Tinjauan

3.3 Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan selama 3 hari, hari ke 1 dan ke 2 untuk pengukuran

kualitas air dan hari ke 3 untuk mendapatkan data kuisioner. Untuk pengambilan

sampel kualitas air dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada waktu pagi dan sore.

Total pengambilan sampel adalah sebanyak 8 kali. Pengambilan sampel pertama

kali dilakukan pada stasiun 1 yaitu di titik koordinat N 30 96’17.02” dan E 1080 34’70.68”, setelah itu stasiun 2 di titik koordinat N 30 96’97.51” dan E 1080 35’24.32”. Jarak antara titik pengambilan sampel di stasiun 1 dengan stasiun 2 kurang lebih 400 m.

(15)

Metode yang digunakan dalam Praktik Lapang ini adalah metode survei yaitu pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan kegiatan usaha perikanan dan wawancara kepada masyarakat Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Kepulauan Riau. Data-data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengukuran kualitas air.

Data sekunder diperoleh dari monografi (profil Desa), yang didapatkan di Instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dan studi literatur yang hasilnya ditabulasikan dalam tabel-tabel.

3.5 Prosedur Praktik Lapang 3.5.1 Penentuan Responden

Responden yang diamati adalah para nelayan yang melakukan aktifitas penangkapan di daerah yang di teliti. Sampel di tentukan oleh populasi.

Gay dan Diehl (1992) menyatakan bahwa target populasi mengacu pada kelompok spesifik yang ingin diteliti, dimana perbandingan (ratio) yang diperuntukkan penelitian deskriptif adalah minimal 10% atau 20% sampel dari populasi. Penentuan sampel yang mewakili populasi dihitung berdasarkan ratio yang digunakan oleh peneliti sebesar 50%. Adapun rumus perhitungannya adalah: N=

(

¿

¿

)

x R

Keterangan :

(16)

Ni = jumlah populasi tiap stratum R = persentase ratio

Untuk perhitungan jumlah sampel yang dipergunakan dalam praktik lapang ini seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Jumlah sampel penduduk Desa Sepempang menurut pekerjaan, jumlah populasi, persentase dan ratio.

No. Jenis

pekerjaan Populasi(ni) Persentase(%) Ratio Sampel(N)

1. Nelayan 121 Orang 75% 10 % 12 Orang

2. Petani ikan - -

-3.5.2.1 Tahapan cara mengolah kuesioner

a) pengklarifikasian pertanyaan dalam kuisioner.

b) perhitungan data yang di dapat melalui kuisioner yang telah diisi. c) menganalisis hasil kuisioner yang telah di isi responden.

(17)

Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuran suhu ini dilakukan dengan menggunakan thermometer. Sebelum melakukan pengukuran, thermometer di kalibrasi dulu dengan cara dikibas-kibaskan thermometer sampai 0oC. Kemudian dicelupkan thermometer ke dalam perairan selama beberapa menit lalu dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut.

3.5.3.1.2 Salintas

Salinitas perairan laut dapat diukur dengan menggunakan refraktometer. Sebelum pengukuran dilakukan refraktometer ditetesi dengan aquades yaitu bertujuan untuk mengkalibrasi alat, setelah itu dibersihkan dengan kertas tisu sisa aquades yang tertinggal. Kemudian diteteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya, dilihat ditempat yang bercahaya dan dicatat hasilnya yang ditunjukkan oleh skala. Setelah selesai pengukuran bilas kaca prisma dengan aquades, dan dikeringkan dengan tisu.

3.5.3.1.3 Kecerahan

(18)

jarak hilang dan jarak tampak tersebut dengan menggunakan rumus: kedalaman secchi (cm) = (jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm))/2.

3.5.3.1.4 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan

padatan terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan

organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan (Sutika dalam

Armita, 1989). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya

penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi dalam Armita, 2003). kekeruhan dapat

mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar

oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat.

3.5.3.1.5 Kecepatan arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat

disebabkan

oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh

gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa

pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang

mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.

Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki

pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar

seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik

yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana

(19)

dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada

perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk

menguntungkan bagi organisme dasar, terjadi pembaruan antara bahan organik

dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).

3.5.3.2 Parameter Kimia Perairan 3.5.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator (lakmus) yang dicelupkan +1 detik kedalam perairan, didiamkan sampai kering kemudian dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator.

3.5.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter, adapun cara penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan dikalibarasi terlebih dahulu, kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan setelah itu dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar.

3.6 Analisis Data

(20)

isu permasalahan sumberdaya perikanan. Semua data-data tersebut dibahas secara deskriptif sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan kesimpulan serta memeberikan rekomendasi dan saran.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK

4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Letak Geografis

(21)

Rukun Tetangga (RT), Desa Sepempang memiliki batas wilayah Administratif sebagai berikut ;

Sebelah Utara : Desa Limau Manis Kec.Bunguran Timur Laut Sebelah Timur : Laut Natuna

Sebelah Selatan : Kelurahan Ranai Kota Kec.Bunguran Timur Sebelah Barat : Gunung Sriserindit

4.1.2 Topografi

Desa Sepempang merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Sriserindit sebelah Timur, dan berbatasan langsung dengan laut Natuna sebelah Timur, Sebagian besar wilayah Desa Sepempang adalah dataran rendah atau di pesisir pantai, di sebelah selatan dibatasi oleh selokan Teluk yang sekaligus menjadi batas dengan Kelurahan Ranai Kota, dan di sebelah Utara di batasi oleh Sungai Selahang yang sekaligus menjadi batas dengan Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut.

4.1.3 Hidrologi dan Klimatologi

Aspek hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah Desa. Berdasarkan hidroliginya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Sepempang membentuk pola Daerah Aliran Sungai, tercatat beberapa sungai maupun selokan baik skala kecil, sedanng, dan besar, terdapat di Desa Sepempang, seperti :

(22)

- Sungai Selahang berhulu di Gunung Sejuba ( Batas wilayah dengan Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut) - Sungai Teluk berhulu di Tegul Balau (Batas Desa Sepempang

dengan Kelurahan Ranai Kota Kecamatan Bunguran Timur) - Sungai Batu Akai

4.2 Demografi Kependudukan 4.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sepempang berdasarkan data terakhir Desa Sepempang Tahun 2012 tercatat sebanyak 1.459 jiwa, dengan komposisi laki-laki sebanyak 723 jiwa (49,55%), perempuan sebanyak 736 jiwa (50,44%), seperti yang terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 723 49,55

2 Perempuan 736 50,44

Jumlah 1459 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak dari pada laki-laki.

4.2.2 Usia

Sementara itu untuk melihat jumlah penduduk berdasarkan tingkatan usia yang ada di Desa Sepempang dapat dilihat pada tabel 5.

(23)

No. Usia Jumlah Persentase%

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Dari tingkat umur ini dapat dilihat bahwa jumlah usia produktif yaitu kelompok umur 26-50 paling banyak dengan jumlah 415 jiwa (28,43%) dari pada lanjut usia dan usia remaja. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia di Desa Sepempang cukup tinggi, sehingga pembangunan berdasarkan pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya dalam bidang perikanan masih dapat ditingkatkan.

4.2.3 Mata Pencarian

Mata pencaharian penduduk di Desa Sepempang sangat beragam antara lain : Petani, Nelayan, Buruh, Pedagang, PNS/ TNI/ POLRI, Pensiunan, Honorer. Berdasarkan data yang diperoleh, mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Menurut Mata Pencarian Tahun 2012

No. Uraian Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Petani/Perkebunan 188 Jiwa 12,88 %

(24)

8 Pegawai Negeri Sipil 40 Jiwa 2,74 %

9 TNI / POLRI 7 Jiwa 0,49 %

10 Pensiunan (ABRI /PNS) 1 Jiwa 0,07 % 11 Penambang Batu / Pasir 78 Jiwa 5,35 %

12 Tenaga Honorer 30 Jiwa 2,05 %

13 Belum Bekerja 923 Jiwa 63,26 %

Jumlah Total 1.459 Jiwa 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Mayoritas Penduduk Desa Sepempang yaitu bermata pencarian petani (188 jiwa) dan Nelayan (121 jiwa). Ini memungkin kan karna letak Desa Sepempang dekat dengan pesisir dan berdampingan dengan area gunung yang memiliki tekstur tanah yang gembur yang memungkin kan untuk melakukan aktivitas perkebunan.

4.2.4. Etnis dan Agama

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sepempang, agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan ini terdiri dari lima agama yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Budha dan Hindu. Islam dan Melayu merupakan agama dan Etnis mayoritas yang ada di Desa Sepempang. Untuk lebih jelas perbandingan jumlah penduduk berdasarkan agama dan Etnis yang dianut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Etnis dan Agama Tahun 2012

No. Etnis Jumlah Agama Jumlah

1 Melayu 1.360 Jiwa Islam 1.421 Jiwa

2 Jawa 17 Jiwa Kristen Katolik 12 Jiwa

3 Batak 10 Jiwa Kristen protestan

-4 Keturunan Cina 28 Jiwa Budha 26 Jiwa

5 Lain – lain 44 Jiwa Hindu

(25)

Dari tabel di atas dapat dilihat Etnis melayu mendominasi di desa Sepempang yaitu 1360 jiwa (93,31%) dan sisa nya 99 jiwa (6,78%) merupakan penggabungan dari beberapa Etnis sepreti: Jawa, Batak, keturunan China dan lain-lain.

Dan Agama yang dominan di anut masyarakat Desa Sepempang yaitu islam 1421 jiwa (97,39%). Sedang kan sisa nya 38 jiwa (2,60%) merupakan penggabungan dari Agama budha dan Kristen katolik.

4.2. Sarana dan Prasarana

4.2.1. Administrasi Desa

Desa Sepempang dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, 5 orang BPD, 2 orang kepala Dusun dan 5 orang Kepala Urusan (Kaur). Struktur Organisasi Pemerintahan Desa :

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA DESA SEPEMPANG ( SOTK Desa ) POLA MINIMAL

(26)

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sepempang.

4.2.2. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan daerah dalam pembangunan dan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin besar pula kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan. Pendidikan juga merupakan modal dasar dalam meningkatkan pola berpikir masyarakat untuk di latih dan di didik dalam suatu pendidikan formal, selaian itu Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga pendidikan adalah sebuah Investasi (Modal) di masa yang akan datang.

Jumlah guru dan murid di Desa Sepempang tiap tahun nya mengalami peningkatan, pada tahun 2011 jumlah Guru di Desa Sepempang berjumlah 29 orang. Dengan jumlah murid PAUD sebanyak 20 Orang, TPA sebanyak 64 orang, MDA sebanyak 31 orang dan SD sebanyak 177 orang, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

(27)

Tabel 8. Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal Desa Sepempang Tahun 2011

No. U r a i a n PAUD TPA MDA SD Jumlah

1 Guru / Pendidik 3 6 5 15 29

2 Murid 20 64 31 177 292

Sumber : Kantor Kepala Desa SepempangTahun 2012

Dimana untuk meningkatkan taraf pendidikan ini diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Sarana yang diperlukan itu berupa sarana berbentuk fisik yaitu sekolah. Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di Desa Sepempang terdiri dari jenjang PAUD, TPA, MDA dan SD, baik Formal maupun Non Formal, nama dan jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa Sepempang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa SepempangTahun 2012

No. Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi

1 PAUD Kasih Ibu PAUD Swasta Dusun.I, Rw.01/Rt.01 Air Merah

2 TPA Al-Kautsar TPA Swasta Dusun.I, Rw.01/Rw.02

Padang Buluk

3 MDA Ar-Rahman MDA Swasta Dusun.II, Rw.03/Rt.01 Teluk Baruk

4 SDN 005

Sepempang SD Negeri Dusun.I,Tanjung Sulai Rw.01/Rt.03 Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

(28)

4.3.3 Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk manusia agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. Tenaga kesehatan di Desa Sepempang pada tahun 2010 s/d 2012 terdiri hanya 2 orang Bidan, dan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan sebanyak 19 orang, untuk lebih lanjut dapat

(29)

Dengan tidak adanya sarana Kesehatan yang ada di Desa Sepempang seperti Puskesmas, Rumah sakit, Mobil Ambulance, dan minimnya tenaga Kesehatan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar karna jika mereka ada yang sakit maka harus berobat ke Rumah Sakit di Ibu Kota kabupaten untuk Mendapat kan Pengobatan yang lebih lanjut.

4.3.4 Sarana Keagamaan

Sarana ibadah yang tersedia di Desa Sepempang antara lain berupa Mesjid sebanyak 2 (dua) unit dan Surau/Musolah 3 (tiga), berikut jenis dan jumlah sarana ibadah di Kelurahan ini tampak pada tabel 11.

Tabel 11. Sarana Keagaman

Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Sarana ibadah yang terdapat di Desa Sepempang telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing-masing dan sarana yang memadai sangat mendukung aktivitas ibadah bagi masyarakat. Namun disayangkan belum lengkap nya sarana ibadah yang ada di Desa Sepempang. Yang menyebabkan sedikit tergangunya aktifitas keagamaan.

(30)

Panjang jalan di Desa Sepempang sampai tahun 2012 sepanjang + 27 km, yang terdiri dari atas jalan Kecamatan 8 km, serta jalan desa sepanjang + 19 km. Mulai tahun 2008, di Desa Sepempang mulai dilintasi oleh trayek angkutan kota yaitu Trayek Desa Tanjung – Kel.Ranai Kota / Sepempang - Kel.Ranai Kota, sehingga amat membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian angkutan ojek masih mendominasi alat transportasi penduduk, dan pada Tahun 2010 Desa Sepempang mendapatkan sebuah alat trasportasi berupa Mitsubishi Colt L300 yang di danai oleh Dana Program Pemberdayaan Sistim Pembangunan Partisipatif (P2SPP) Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2010.

4.2.6. Sarana Telekomunikasi dan Informasi

Penggunaan jaringan komunikasi di Desa Sepempang khususnya jaringan Hand phone telah ada, walaupun masih banyak di titik-titik tertentu di Desa Sepempang masih belum terjangkau siknal. Jumlah pengguna jaringan Hand phone di Desa Sepempang sudah mencapai 70 % dari jumlah penduduk Desa Sepempang.

(31)

V. KEADAAN UMUM SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN

5.1. Sumberdaya Perairan 5.1.1. Pengukuran Kualitas Air

Hasil pengukuran di lapangan yang diukur pada Pagi hari (pukul 10.15WIB) dan Sore hari (18.15WIB) tanggal 01 dan 02 Agustus 2012, maka didapat beberapa kondisi parameter kualitas perairan yang telah di Rata-Rata kan di sajikan pada Tabel dibawah :

Tabel 12. Parameter Fisika di Perairan Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

No Parameter Fisika Nilai dan Satuan Kepmen LH No51 Tahun 2004

Pagi Sore

1 Suhu 31,5 0C 31 0C 28-320C

2 Salinitas 30 ‰ 29,5 ‰ 33-34‰

3 Kecerahan 3,3 m 2,05 m >5

4 Kekeruhan 0 0 <5 NTU

5 Kecepatan Arus 10 m/ 56 detik 10 m/ 46 detik

-Sumber: Data Primer dan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004, lampiran III Tentang Baku mutu Air laut untuk Biota Laut

Tabel 13. Parameter Kimia di Perairan Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. No Parameter Kimia Nilai dan Satuan Kepmen LH No51 Tahun 2004

Pagi Sore

1 pH Air 7,6 7,6 7-8,5

2 DO 7,74 mg/l - >5

(32)

5.1.2. Suhu

Kisaran suhu yang terukur selama penelitian pada kedua stasiun masih dalam kisaran suhu yang baik untuk kehidupan biota ini sesuai dengan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III

5.1.3. Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam yang terdapat dalam perairan yang dapat berubah karna dipengruhi pasang surut air laut dan hujan, namun salinitas di Desa Sepempang masih bisa dikatakan baik karna masih berkisar antara 29,5-30‰ (masih dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III).

5.1.4. Kecerahan

Kecerahan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi dan penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan tersebut. Kecerahan perairan di Desa Sepempang yang didapat adalah 2,2-3,4m, masih dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III). Secara umum intensitas cahaya yang masuk cukup baik. Dan kecerahan pada perairan ini masih bisa mendukung kehidupan organisme dalam perairan tersebut.

5.1.5. Kekeruhan

Pada Perairan Desa Sepempang kekeruhan nya 0. Ini disebab kan tekstur dasar laut yang berpasir dan arus cendrung tenang.

(33)

Terjadi perbedaan kecepatan arus pada saat pagi dan sore. Ini disebabkan pada waktu sore tiupan angin cukup kuat sehingga mampu mempercepat gerakan air yang berada di permukaan perairan.

5.1.7. PH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman (pH) perairan pantai Desa Sepempang adalah 7,6. Dari nilai ini pH perairan tersebut masih normal dan masih baik untuk kehidupan biota

5.1.8. DO (Oksigen Terlarut)

Angka DO yang kecil menandakan perairan tersebut banyak mengandung bahan-bahan organik sehingga oksigen sulit masuk ke dalam perairan. Selain bahan- bahan organik, suhu dan salinitas juga berperan dalam suatu perairan, semakin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen berkurang dalam zsuatu perairan. Sedangkan DO di perairan Desa Sepempang ialah 7,74 mg/l. Pengukuran DO hanya biasa dilakukan satu (1) kali ini disebabkan keterbatasan alat.

5.2. Sumberdaya Perikanan 5.2.1. Perikanan Tangkap 5.2.1.1. Masyarakat Nelayan

(34)

Masyarakat nelayan dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu : Nelayan tetap dan nelayan tidak tetap / sambilan.

Nelayan tetap adalah orang yang memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan, kehidupannya sangat bergantung pada aktifitas penangkapan ikan, dan melakukan pekerjaan lain hanya sebagai sambilan apabila tidak melaut.

Nelayan tidak tetap atau sambilan adalah orang yang melakukan usaha penangkapan sebagai usaha sampingan, sedangkan usaha pokok mereka adalah sebagai petani, pedagang, dan sebagainya.

Nelayan yang ada di Desa Sepempang umumnya merupakan nelayan tetap yang mana profesi sebagai nelayan dijadikan mata pencaharian utama. Selain sebagai nelayan mereka juga banyak yang bekerja sebagai Petani, perkebunan yang mereka olah seperti cengkeh dan kelapa.

Kehidupan masyarakat nelayan di Desa Sepempang tergolong masih sederhana, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Desa Sepempang sebagian kecil di konsumsi sendiri oleh nelayan atau dijual kepada masyarakat yang berada disekitar tempat pendaratan ikan. Kemudian ikan yang terisisa langsung dibawa ketoke / penampung. Dalam menjual hasil perikanan yang menentukan harga adalah para toke / penampung, jadi nelayan memperoleh hasil tangkapan dari penampung masing-masing.

(35)

hanya berpendidikan setingkat SD ( Sekolah Dasar), dari data profil Desa Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di Desa tersebut berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi peryaratan Peraktik Lapang yang ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah nelayan yang ada di Desa Sepempang, dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang diberikan kuisioner didapat hasil yaitu status pendidikan masyarakat nelayan Desa Sepempang, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 . Status Pendidikan Nelayan Desa Sepempang

NO Status Pendidikan Jumlah Nelayan Persentase

%

4 SMA (Sekolah Menengah Pertama) -

(36)

yang menyebabkan jauhnya jarak lokasi penangkapan ikan dikarnakan menipisnya sumberdaya perikanan di area pesisir pantai. Dan yang dikeluhkan oleh nelayan setempat ialah mulai menipisnya ikan di perairan mereka salah satu faktornya karna banyak nelayan-nelayan asing yang masuk diperairan Natuna dengan kapasitas kapal berukuran besar dan menggunakan pukat harimau.

Selaian itu aktifitas nelayan yang ada di Desa Sepempang sangat dipengaruhi oleh musim. Jika musim Utara terjadi yaitu antara Bulan Desember sampai pertengahan bulan Maret, dimana angin bertiup dari arah utara. Pada musim ini angin bertiup kencang dan laut berombak besar, sehingga mereka tidak bisa melaut.

Musim Timur terjadi pada pertengahan Bulan Maret sampai Bulan Mei. Angin bertiup pelan dan laut bertiup relatif tidak berombak. Pada musim ini mereka bias melaut.

Musim Selatan terjadi pada Bulan Juni sampai Bulan Agustus. Angin bertiup agak kencang dan laut relatif berombak. Namun mereka masih bias melaut.

Musim Barat terjadi pada Bulan September sampai dengan Bulan November. Keadaan angin relatif tidak stabil.

Dapat disimpulkan bahwa masa kerja nelayan dilaut biasa dikatakan singkat karna hanya biasa melaut selama kurang lebih 5 bulan dalam 1 tahun.

(37)

Alat tangkap merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu usaha perikanan. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Desa Sepempang adalah pancing.

5.2.1.2.1. Pancing

Dari data profil Desa Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di Desa tersebut berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi peryaratan Peraktik Lapang yang ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah nelayan yang ada di Desa Sepempang, dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang diberikan kuisioner didapat hasil yaitu alat penangkapan perikanan yang digunakan masyarakat nelayan

di Desa Sepempang yaitu Pancing. Untuk melihat persentasenya, dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Persentase alat tangkap yang digunakan nelayan di Desa Sepempang

N

o Alat Tangkap Jumlah Nelayan Persentase %

1 Pukat Udang -

-2 Pukat Kantong -

-3 Pukat Cincin -

-4 Jaring Ingsang -

-5 Jaring Angkat -

-6 Pancing 12 Orang 100 %

Sumber: Data Primer

(38)

Tali pancing terbuat dari benang nilon multifilament dengan nomor 15, 20 dan 25 serta ukuran mata pancing 4-5 dan 3-4, serta dilengkapi dengan pemberat, sedangkan panjang tali 10-15 meter. Cara pengoperasian dengan menurunkan alat dan mengulurkan tali sampai kedalaman tertentu. Hasil tangkapan yang di dapat dalam sehari penangkapan 5-30 Kg. Adapun ikan-ikan yang ditangkap seperti ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan tongkol (Euthynnus lineatus), ikan selar (Selaroides sp) dan ikan kembung (Rastrelliger branchysoma).

5.2.1.3. Armada Penangkapan

Dari hasil jawaban 12 Orang nelayan Desa Sepempang mengenai armada penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang mengunakan kapal motor 2-5 GT, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Armada Pengkapan Nelayan Desa Sepempang.

No Armada Penangkapan Jumlah Nelayan Persentase %

1 Perahu Papan Kecil 1 Orang 8,3 %

2 Perahu Motor Tempel -

-3 Kapal Motor, 2-5 GT 11 Orang 91,6 %

Jumlah 12 Orang 100 %

Sumber: Data Primer

Peningkatan produksi perikanan tidak terlepas dari tersedianya armada penangkapan, operasi penangkapan pada areal yang luas dan keterampilan dari nelayan itu sendiri. Armada perikanan yang ada di Desa Sepempang berdasarkan data koesioner adalah kapal motor ukuran 32-34 kaki dan lebar 1,3-1,5 m. Dengan mengunakan mesin Dompeng maupun Tiongkok

(39)

5.2.1.4 Status Kepemilikan Kapal

Dari hasil jawaban 12 Orang nealyan Desa Sepempang mengenai Status Kepemilikan armada penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang Mempunyai armada penangkapan pribadi, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Status Kepemilikan Kapal Nelayan Desa Sepempang N

o

Status Kepemilikan Kapal Jumlah Nelayan Persentase %

1 Milik Pribadi 8 Orang 66,6 % pantai. Lokasi penangkapan yang dilakukan masyarakat Desa Sepempang bisa mencapai hingga daerah per batasan Indonesia-Vietnam.

5.2.1.6 Jumlah penangkapan

Dari hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Sepempang diketahui hasil penangkapan akhir-akhir ini berkurang, untuk mendapatkan hasil yang lebih nelayan harus menambah jarak tempuh penangkapan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Desa Sepempang N

o

Hasil Tangkapan Jumlah Nelayan Persentase %

(40)

2 50-100 KG 5 Orang 41,66 %

3 100-150 KG 2 Orang 16,66 %

4 >150 KG 3 Orang 25 %

Sumber: Data Primer

5.2.1.7 Jenis Hasil Tangkapan dan Harga

Desa Sepempang memiliki hasil perikanan yang berfariasi contohnya seperti ikan tenggiri, tongkol, parang, selar, tamban, kerapu, merah dan lain-lain. Sedangkan satuan harga jual yaitu Per ekor, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Jenis Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau N

o

Jenis Ikan Jumlah Ikan Ukuran Ikan Harga

1 Ikan Tenggiri (Cybium commersoni)

1 Ekor 1 KG Rp. 25.000

2 Ikan Tongkol (Euthynnus

lineatus) 1 Ekor 30-40 cm Rp. 20.000

3 Ikan Kembung (Rastrelliger

branchysoma) 5-6 Ekor 15-20 cm Rp. 15.000

4 Ikan Parang-parang

(Chicocentrus hypselonea)

1 Ekor 60 cm Rp. 8.000

5 Ikan Selar (Selaroides sp) 5-6 Ekor 15 cm Rp. 20.000 6 Ikan Kerapu (Epinephelus

sp) 1 Ekor 1 KG Rp. 35.000

7 Ikan Kerapu sunu

(Epinephelus diabolos) 1 Ekor 1 KG Rp. 80.000

8 Ikan Pari (Dasgatis sephen) 1 Ekor 20-25cm Rp. 3.000 9 Ikan Tamban (Clupea sp) 10-15 Ekor 10-20 cm Rp. 8.000 10 IkanMerah (Lutjanus

argetinaculatus) 1 Ekor 1 KG Rp. 30.000

11 Cumi-cumi (Loligo sp) 2-3 Ekor 25-30 cm Rp. 20.000 Sumber : Data Primer

(41)

rendah atau sebaliknya. Dan yang memakai satuan (KG) adalah bagian dari ikan ekspor.

5.2.1.8 Skema Pendistribusian Ikan

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Desa Sepempang ada yang dikonsumsi sendiri oleh nelayan atau dijual kepada masyarakat yang berada di sekitar tempat pendaratan ikan. Kemudian ikan yang terisisa langsung dibawa kepenampung. Dalam menjual hasil perikanan yang menentukan harga adalah para penampung, jadi nelayan memperoleh hasil tangkapan dari penampung nya masing-masing.

Pemasaran hasil perikanan dari hasil penangkapan ikan dipasarkan pada pasar lokal dan ekspor, untuk pasar lokal ikan dipasarkan ke Ranai dan daerah lainnya. Sedangkan pasar ekspor dipasarkan melalui pelabuhan Penagi, ikan yang biasa diekspor antara lain Ikan Kerapu sunu (Epinephelus diabolos) dan Ikan Merah (Lutjanus argetinaculatus), untuk kegiatan ekspor langsung ke Negara tujuan ekspor Thailand, Vietnam.

(42)

konsumen menjadi mahal. Untuk mengetahui bentuk rantai pemasarannya dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Skema Pendistribusian Ikan Hasil Tangkapan di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

5.2.2 Budi Daya

Berdasarkan data yang diperoleh baik dari Desa maupun dari wawancara langsung dengan nelayan, tidak diperoleh data mengenai adanya usaha budidaya perikanan darat maupun laut yang terdapat di Desa Sepempang ini. Potensi budidaya air payau (tambak) dan laut (keramba) cukup besar, lahan yang berpotensi untuk pembuatan tambak terdapat di Desa Sepempang cukup luas. Dimana banyak terdapat anak sungai yang mengalir ke laut, namun untuk saat ini pemanfaatan untuk kegiatan budidaya air payau (tambak) dan Laut (keramba) belum ada disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap ilmu budidaya air payau, air laut dan tidak memiliki modal yang cukup, untuk itu perlu

NELAYAN

PEDAGANG PENGUMPUL

PEDAGANG PENGECER

KONSUMEN

(43)

adanya percontohan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Natuna agar potensi yang ada dapat digali dan sekaligus dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Sepempang.

5.2.3 pengolahan hasil perikanan

Di Desa Sepempang ini tidak ditemui adanya pengolahan hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena hasil tangkapan yang sedikit. Sehingga hanya sebagian kecil yang dikonsumsi sendiri yang sisanya langsung dijual kepada konsumen dan kepada penampung.

5.2.4 Potensi Perikanan

(44)

VI. ISU PERMASALAHAN

6.1. Permasalahan Umum

Ayodhyoa (1981) mengemukakan bahwa masyarakat nelayan adalah suatu komunitas manusia yang mendiami suatu kawasan tertentu dengan mata pencarian pokok sebagai nelayan. Wilayah pesisir atau pantai pada dasarnya merupakan wilayah yang sering sekali kurang mendapat perhatian dari pemegang kebijakan dan kekuasaan.

Ada beberapa permasalahan yang terdapat di Desa Sepempang yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

(45)

dilihat dari tidak adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan masyarakat nelayan yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan nelayan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat nelayan sulit untuk mendapatkan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Sehingga nelayan tidak bisa menyaingi nelayan dari luar dalam segi teknologi penangkapan.

b. Masih kurangnya respon pemerintah dalam pembangunan sarana-sarana penunjang untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat seperti sarana pendidikan, kesehatan DLL.

c. Sarana transportasi di Desa Sepempang seperti angkutan umum sangat kurang. Masyarakat Desa yang masih belum banyak memiliki kendaraan pribadi kesulitan dalam sarana transportasi. Prasarana transportasi dalam tahap perbaikan dan banyak terdapat kerusakan pada badan jalan seperti adanya lubang-lubang di sepanjang jalan di Desa tersebut.

(46)

e. Melihat masalah yang dihadapi oleh nelayan di Desa Sepempang dibidang pengetahuan dan keterampilan yang kurang, maka hal ini sangat berdampak bagi pengelolaan, pemanfaatan dan pengolahan ikan pada daerah-daerah penghasil ikan. Adanya penyuluhan, pelatihan manajemen keuangan dan usaha, serta keterampilan diharapkan Desa ini menjadi daerah penghasil peikanan yang besar dan maju baik dalam bentuk ikan segar maupun dalam bentuk olahan.

6.2. Permasalahan Khusus

Berdasarkan pengamatan di lokasi praktik di Desa Sepempang ada beberapa permasalahan khusus di Desa tersebut, yaitu :

a. Desa Sepempang tidak memiliki tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga nelayan masih tergantung dengan pengepul ikan / toke.

b. Desa Sepempang sebenarnya memiki pabrik es namun tidak dikelola dengan baik sehingga nelayan harus membeli es kantong, ini menyebabkan bertambahnya modal nelayan.

c. Kurangnya pemanfaatan tentang pengelolaan ikan.

d. Tingginya harga solar sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut.

e. Kurangnya peran instansi-instansi terkait dalam memajukan perikanan di Desa Sepempang, yang menyebabkan nelayan tidak berkembang dan selalu kalah bersing dengan nelayan asing.

(47)

g. Kurangnya sosialisasi tentang budidaya perikanan oleh instansi-instansi terkait yang menimbulkan kegagalan dalam usaha percobaan budidaya ikan kerapu di Deasa Sepempang.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Desa Sepempang berada di Kecamatan Bunguran Timur, memiliki jumlah penduduk yang mencapai 1459 jiwa. Dari jumlah itu 122 jiwa diantaranya bermata pencarian sebagai nelayan. Budidaya perikanan tidak terdapat di Desa Sepempang karena kurang pengetahuan tentang budidaya perikanan.

Hasil Penangkapan masyarkat nelayan akhir akhir ini berkuraang karna marak nya kapal-kapal asing yang menggunakan alat-alat cangih, selain itu kurangnya pengetahuan dan kuarang majunya alat-alat penangkapan sehingga masyarakat Sepempang kalah bersaing dengan nelayan Asing. Selain itu Keterbatasan produksi es dan tingginya harga bahan bakar minyak solar mempengaruhi nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan.

(48)

Dengan meningkatnya kebutuhan protein bagi kehidupan manusia, maka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan sebagai sumber protein hewani harus tetap terus ditingkatkan. Maka dari itu diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait untuk terus mengembangkan sektor ini.

Pemberian modal terhadap nelayan perlu dilakukan, ini bertujuan agar keterikatan nelayan kepada penampung dapat dikurangi. Selain itu pembinaan di bidaang perikanan, pemeberian penyuluhan atau pelatihan tentang pentingnya kawasan pesisir sebagai potensi yang harus dimanfaatkan secara baik dan berkelajutan harus terus digalakan, ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya memanfaatkan secara berlebihan tetapi juga harus memperhatikan kelestarian dari ekosistem tersebut. Dan instansi-instansi terkait harus bekerja sama dalam memberantas Ilegal Fishing yang marak terjadi di laut Natuna.

Agar masyarakat nelayan di Desa Sepampang lebih maju ke depan maka perlu adanya perhatian khusus yang diberikan baik dari segi manajemen maupun teknologi untuk nelayan tangkap oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dan pemerintah setempat. Serta memberikan infomsi yang lebih baik kepada nelayan tentang Budi Daya perikanan, sehingga Budi daya biasa berkembang di Desa Sepempang.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Armita, Dewi. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput Laut dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut di Dusun Malelaya Desa Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Alamsyah, Z., Ridwan. 1980. Ichthyology Sistimatika. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 169 hal

Dahuri, R., J. RAIS., S.P. Ginting dan M.j. Sitepu., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta. 328 hal

Brown, A,. 2003. Daerah Penangkapan Ikan Dan Beberapa Metoda Pengumpulan dan Pencarian ikan. Ilmu perikanan dan Ilmu kelautan. Faperika press. 141 Hal

http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep-manajemen-dalam-usaha-perikanan.htm/, diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:10 WIB)

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan/, (diakses Rabu, 27 Juni 2012, 16:00 WIB)

(50)

http://panduanskripsi.com/metode-pengumpulan-data-dengan-kuesioner-pada-penelitian-kuantitatif/, (diakses sabtu,30 juni 2012, 20:05 WIB)

Hulu Sungai Cisadane. Skripsi. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor

Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tang, M. 2003. Budidaya Air Tawar. Pekanbaru: UNRI Press

Wijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Dibagian

(51)
(52)
(53)

Lampiran 2. Kantor Kepala Desa Sepempang

(54)

Lampiran 3. Armada Penangkapan

Gambar 5. Perahu Motor

Gambar 6. Perahu Motor

(55)

Gambar 7. Hasil Tangkapan Nelayan

Gambar 8. Hasil Tangkapan Nelayan

(56)

Gambar 9. Alat Pengukur, Kecepatan Arus dan Salinitas.

(57)

Gambar

Tabel 3. Jumlah sampel penduduk Desa Sepempang menurut pekerjaan,jumlah populasi, persentase dan ratio.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin di Desa Sepempang
Tabel 6.Tabel  6.  Jumlah  Penduduk  Desa  Sepempang  Menurut  Mata  Pencarian
Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Etnis dan AgamaTahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hala izanik, merkatari tza kredituaren erabilerak enpresa horni tzaile txikietan finan tza ara- zoak susper tzen ditu, bereziki enpresa handien ordainketen a tzerapenengatik, baina

Model pembelajaran ini menekankan pada empat unsur utama: (1) siswa bekerja dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa, (2) siswa bekerjasama dengan anggota

Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi saudara Alif Chandra Kurniawan, NIM 08210048, mahasiswa Jurusan

Pada penelitian ini metode pemberian relaksasi autogenic dan music therapy diberikan lima menit sebelum insersi sampai dengan lima menit setelah insersi vaskuler

Oleh karena itu, populasi sekaligus digunakan sebagai sampel penelitian, sehingga kelas lintas minat bahasa Jepang satu dan kelas lintas minat bahasa Jepang dua akan

rata kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa dari 4 indikator membuat

Koperasi untuk segera melaksanakan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan penguasaan (performance), peningkatan keahlian (Skill) dan peningkatan sikap (attitude) pengurus

Terbukti bahwa dengan menggunakan teori SOR yaitu apabila stimulus yang didalam penelitian ini berupa tayangan animasi nonverbal diberikan kepada anak – anak yang disini