• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Pelaksanaan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Pelaksanaan Penelitian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

28 1. Orientasi Kancah

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Yogyakarta pada responden mahasiswa rantau baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berkuliah di Yogyakarta. Peneliti memilih melakukan penelitian di Yogyakarta dikarenakan di kota Yogyakarta ini sering disebut dengan kota pelajar sehingga banyak pelajar-pelajar khususnya pelajar dari luar daerah yang ingin merasakan menimba ilmu di kota ini khususnya pelajar yang akan memasuki masa perkuliahan.

Menyandang status sebagai mahasiwa rantau bukanlah suatu hal yang mudah karena harus memulai segala sesuatu dengan hal yang baru. Kesulitan menjadi seorang mahasiswa rantau bisa disebabkan karena adanya gegar budaya yang menimpa mahasiswa tersebut ketika ia tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di tempat perantauanya seperti halnya dia merasa nilai kebudayaan asalnya sudah melekat pada dirinya sehingga ia kurang memperhatikan nilai-nilai yang ada di tempat ia merantau sehingga membuat ia merasa kurang diterima didalam lingkungan sekitar yang membuat permasalahan gegar budaya itu muncul. Berada jauh dari orangtua tentunya juga dapat memberi dampak meskipun secara tidak langsung pada mahasiswa akan terjadinya gegar budaya yang menimpa, jauh dari orangtua otomatis banyak sekali hal-hal yang harus dilakukan untuk menyesuaikan dalam

(2)

menjalani kehidupan sehari-hari yang dapat menyebakan tingkat gegar budaya yang dialami mahasiswa rantau itu meningkat.

Pada penelitian ini peneliti memilih mahasiswa rantau yang bukan dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan pada penelitian ini peneliti memastikan tidak ada responden yang tinggal di luar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan tetapi masih melaju dari rumah ke tempat perkuliahan kemudian kembali kerumah lagi (dalam contoh: Magelang – Jogja ). Responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa yang tidak berasal dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan memang benar-benar sudah tidak tinggal bersama orangtuanya untuk sementara waktu dalam tujuanya menimba ilmu di Yogyakarta, usia responden pada penelitian ini berkisar 17-24 Tahun.

2. Persiapan Penelitian

1) Persiapan Administrasi

Sebelum melaksanakan penelitian pada mahasiswa rantau yang sedang berkuliah di Yogyakarta, peneliti memulai penelitian dengan meminta surat izin secara formal kepada pihak Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Surat izin dalam penelitan ini berupa surat izin untuk melaksanakan penelitian tersebut. 2) Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala efikasi diri dan skala gegar budaya yang disebar kepada 105 responden mahasiswa rantau baik laki-laki

(3)

maupun perempuan. Skala efikasi diri diukur menggunakan skala milik Schwarzer dan Jerusalem (1995) yang dikembangkan dari aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Sedangkan, skala gegar budaya diukur menggunakan skala yang disusun oleh Widianto (2018) yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Oberg (1960). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala terpakai (try-out terpakai) sehingga hanya dilakukan satu kali pengambilan data. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) 24.0 for Windows untuk mengetahui nilai reliabilitas skala. Pada penelitian ini peneliti menyeleksi aitem dengan menggunakan uji reliability analysis kemudian menyeleksi nilai aitem yang tidak reliabel dengan melihat tabel Corrected Item-Total Correlation yang terdapat pada hasil uji reliability analysis. Berikut merupakan indeks diskriminasi aitem menurut Ebel (dalam, Azwar 2015) yang menjadi acuan dalam penelitian ini dalam menyeleksi aitem yang reliabel:

Tabel 1.

Tabel Indeks Diskriminasi Aitem

a) Skala Gegar Budaya

Berdasarkan hasil analisis aitem yang telah dilakukan pada skala gegar budaya menunjukkan terdapat 12 aitem yang lolos dan 12 aitem yang gugur dari 24 aitem yang diujicobakan. Analisis daya

Indeks Diskriminasi Evaluasi

>0,40 Bagus sekali

0,30 – 0,39 Lumayan bagus, akan tetapi masih perlu peningkatan

0,20 – 0,29 Belum memuaskan, perlu adanya perbaikan

(4)

diskriminasi pada skala gegar budaya menggunakan batas indeks diskriminasi aitem minimal 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 3, 4, 8, 9, 11, 13, 14, 19, 21, 23, dan 24 karena memiliki nilai indeks diskriminasi aitem di bawah 0,3. Koefisien korelasi aitem total setelah aitem gugur dibuang bergerak antara 0,413 sampai dengan 0,760. Selanjutnya, Koefisien reliabilitas skala gegar budaya yaitu sebesar 0,864. Berikut distribusi aitem skala gegar budaya:

Tabel 2.

Distribusi Butir Skala Gegar Budaya setelah Try Out

No Aspek Favorable Unfavorable 1 Ketegangan karena adanya usaha

untuk beradaptasi secara psikis

6(3) 10(5), 16(8) 3

2 Perasaan kehilangan dan kekurangan keluarga, teman, status dan kepemilikan

17(9), 20(11)

2

3 Penolakan terhadap dan dari orang-orang lingkungan baru

15(7) 1

4 Adanya kebingungan mengenai peran, harapan terhadap peran tersebut, nilai yang dianut, perasaan dan identitas diri

2(1), 22(12)

12(6), 18(10) 4

5 Tidak menyukai adanya perbedaan bahasa, kebiasaan, nilai atau norma, sopan santun di daerah asal dengan di daerah baru

7(4) 1

6 Perasaan tidak berdaya yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

5(2) 1

(5)

b) Skala Efikasi Diri

Berdasarkan hasil analisis aitem yang telah dilakukan pada skala efikasi diri menunjukkan terdapat 6 aitem yang lolos dan 4 aitem yang gugur dari 10 aitem yang diujicobakan. Analisis daya diskriminasi pada skala efikasi diri menggunakan batas indeks diskriminasi aitem minimal 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1,3,9 dan 10 karena memiliki nilai indeks diskriminasi aitem di bawah 0,3. Koefisien korelasi aitem total setelah aitem gugur dibuang bergerak antara 0,352 sampai dengan 0,576. Selanjutnya, Koefisien reliabilitas skala efikasi diri yaitu sebesar 0,739.

B. Laporan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 juli 2019 sampai dengan 20 juli 2019 dengan melibatkan 105 responden. Responden dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa rantau baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berkuliah di Yogyakarta. Prosedur yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menyebarkan angket atau skala penelitian dan kemudian menyeleksi angket yang telah di isi sesuai kriteria responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selanjutnya, dari 105 responden tersebut peneliti melakukan proses skoring dan analisis data dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 24.0 for Windows.

(6)

C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Responden Penelitian

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengumpulan data pada penelitian ini terdapat gambaran umum mengenai data demografik responden penelitian baik dari jenis kelamin, usia, angkatan, dan lama tinggal di Yogyakarta. Berikut ini adalah tabel data responden dalam penelitian ini: 1) Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 63 orang (60%) sedangkan untuk mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 42 orang (40%).

2) Jumlah Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.

Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berusia antara 17 - 20 tahun, yaitu sebanyak 58 orang (55,2%). Selanjutnya responden dengan usia antara 20 – 24 tahun, yaitu berjumlah 47 orang (44,8%).

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 63 60%

Perempuan 42 40%

Total 105 100%

Usia Jumlah Persentase

17 – 20 Tahun 58 55,2%

20 – 24 Tahun 47 44,8%

(7)

3) Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah Gambar 1.

Persentase Responden Berdasarkan Asal Daerah

Tabel 5.

Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah

Jumlah responden berdasarkan Asal daerah dapat diketahui bahwa sebanyak 29 orang berasal dari daerah Jawa Tengah, sebanyak 21 orang berasal dari Sumatera, sebanyak 15 orang berasal dari Jawa Barat, sebanyak 11 orang berasal dari Kalimantan, sebanyak 9 orang berasal dari Jawa Timur, sebanyak 8 orang berasal dari Sulawesi, sebanyak 8 orang berasal dari Nusa Tenggara, sebanyak 3 orang berasal dari Ternate, dan 1 orang yang berasal dari Bali.

27,6% 14,3% 8,6% 10,5% 20% 7,6% 1% 7,6% 2,9%

JUMLAH

Jawa tengah Jawa Barat Jawa Timur Kalimantan Sumatera Sulawesi Bali Nusa Tenggara Ternate

Asal Daerah Jumlah

Jawa Tengah 29 Jawa Barat 15 Jawa Timur 9 Kalimantan 11 Sumatera 21 Sulawesi 8 Bali 1 Nusa Tenggara 8 Ternate 3 Total 105

(8)

4) Jumlah Responden Berdasarkan Kategorisasi Jawa dan Luar Jawa Gambar 2.

Persentase Responden Berdasarkan Angkatan

Tabel 6.

Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah antara Jawa dan Luar Jawa

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa rantau yang berasal dari pulau jawa, yaitu sebanyak 53 orang (50,5%). Sedangkan yang berasal dari luar jawa sebanyak 52 orang ( 49,5%).

50.50% 49.50%

JAWA DAN LUAR JAWA

Jawa Luar Jawa

Asal daerah Jumlah Persentase

Jawa 53 50,5%

Luar Jawa 52 49,5%

(9)

5) Jumlah Responden Berdasarkan Angkatan Gambar 3.

Persentase Responden Berdasarkan Angkatan

Tabel 7.

Jumlah Responden Berdasarkan Angkatan

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa angkatan 2018, yaitu sebanyak 47 orang (44,8%).

1% 37.10% 4.80% 12.40% 44.80%

ANGKATAN

2014 2015 2016 2017 2018 Angkatan Jumlah 2014 1 2015 39 2016 5 2017 13 2018 47 Total 105

(10)

6) Jumlah Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Yogyakarta Gambar 4.

Persentase Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel 8.

Jumlah Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar sudah menetap di Yogyakarta selama ≤ 2 Tahun, yaitu sebanyak 60 (57,1%) responden. Sedangkan, responden yang sudah menetap lebih dari 2 Tahun sebanyak 45 ( 42,90% ) responden.

57.10% 42.90%

LAMA TINGGAL

≤ 2 Tahun > 2 Tahun

Lama Tinggal Jumlah

≤ 2 Tahun 60

> 2 Tahun 45

(11)

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, peneliti melakukan kategorisasi terhadap masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan norma persentil yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.

Norma Kategorisasi Persentil Normal

Kategorisasi Persentil Sangat Rendah X < P20 Rendah P20 ≤ X < P40 Sedang P40 ≤ X < P60 Tinggi P60 ≤ X ≤ P80 Sangat Tinggi X > P80

Berdasarkan norma kategorisasi normal persentil diatas, maka subjek penelitian akan dapat dikategorisasikan berdasarkan penormaan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi pada variabel efikasi diri dan gegar budaya.

Mengacu pada norma kategorisasi di atas, data yang diperoleh dibagi menjadi lima kategori setiap variabelnya. Di bawah ini adalah tabel kategorisasi responden :

1) Gegar Budaya

Hasil Pengkategorisasian pada skala Gegar budaya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10.

Kategorisasi Gegar Budaya

Kategorisasi Persentil Jumlah Persentase

Sangat Rendah X < P20 16 15,% Rendah P20 ≤ X < P40 22 21% Sedang P40 ≤ X < P60 23 22% Tinggi P60 ≤ X ≤ P80 32 31% Sangat Tinggi X > P80 12 11% Jumlah 105 100%

(12)

Dari tabel kategorisasi di atas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat gegar budaya pada kategori sangat rendah dan rendah sebanyak 38 orang (36%) dan pada kategori sedang sebanyak 23 orang (22%). Sedangkan, jumlah responden dengan tingkat gegar budaya pada kategori sangat tinggi dan tinggi sebanyak 44 orang (42%).

2) Efikasi Diri

Hasil pengkategorisasian pada skala efikasi diri dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 11.

Kategorisasi Efikasi Diri

Kategorisasi Persentil Jumlah Persentase

Sangat Rendah X < P20 15 14,3% Rendah P20 ≤ X < P40 23 21,9% Sedang P40 ≤ X < P60 17 16,2% Tinggi P60 ≤ X ≤ P80 36 34,4% Sangat Tinggi X > P80 14 13,2% Jumlah 105 100% Dari tabel kategorisasi di atas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat efikasi diri pada kategori sangat rendah dan rendah terdapat sebanyak 38 orang (36,2%) dan pada kategori sedang sebanyak 17 orang (16,2%). Sedangkan, jumlah responden dengan tingkat efikasi diri pada kategori sangat tinggi hingga tinggi sebanyak 50 orang (47,6%). 3. Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal. Normalitas suatu data dikatakan penting karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut

(13)

akan dianggap dapat mewakili suatu populasi. Data dikatakan normal apabila p>0,05 sedangkan data dianggap tidak normal apabila p<0,05. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program komputer untuk analisis statistika yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 24 for Windows. Berikut hasil uji normalitas yang dilakukan:

Tabel 12. Uji Normalitas

Variabel Signifikansi ( p ) Keterangan

Efikasi Diri 0,00 Tidak Normal

Gegar Budaya 0,00 Tidak Normal

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini variabel efikasi diri memiliki distribusi data yang tidak normal dengan nilai signifikansi p= 0.000 dan variabel gegar budaya memiliki distribusi data yang tidak normal dengan nilai signifikansi p= 0.000.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak antara variabel dependen dengan variabel independen. Kedua variabel akan dikatakan linear apabila p<0.05 dan dikatakan tidak linear apabila p>0.05. Uji linearitas dilakukan dengan bantuan program komputer untuk analisis statistika yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 24.0 for Windows. Berikut hasil uji linearitas yang dilakukan:

(14)

Tabel 13. Uji linearitas Variabel Koefisien Linearitas ( F ) Signifikansi ( p) Keterangan Efikasi Diri dan Gegar Budaya 5.273 0.024 Linear

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pada penelitian ini, variabel efikasi diri dan variabel gegar budaya memiliki distribusi data yang linear dengan F = 5.237 dan signifikansi (p) = 0.024 (p<0.05) yang berarti bahwa data dapat dikatakan linear.

3) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi dan uji linieritas maka peneliti melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini bertujuan untuk melihat pembuktian dari hipotesis yang telah diajukan oleh peneliti. Metode yang digunakan untuk uji hipotesis adalah uji korelasi Product Moment Spearman dan proses analisis data menggunakan bantuan software SPSS versi 24 for Windows.

Hipotesis diterima apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), dan sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05) maka hipotesis ditolak. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini :

(15)

Tabel 14. Uji Hipotesis Variabel Independen Variabel Dependen Koef. Korelasi ( r ) Sig.

Efikasi Diri Gegar Budaya -0,215 0,014

Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa uji korelasi antara variabel efikasi diri dan gegar budaya menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,215 dengan taraf signifikasi 0,014. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara gegar budaya dan efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa rantau yang sedang berkuliah di Yogyakarta.

4. Analisis Tambahan

1) Uji Korelasi Berdasarkan Lama Tinggal

Uji korelasi berdasarkan lama tinggal pada penelitian ini menggunakan bantuan program komputer untuk analisis statistika yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 24.0 for Windows. Berikut hasil uji korelasi yang dilakukan:

Tabel 15.

Uji Korelasi Berdasarkan Lama Tinggal

Berdasarkan hasil dari uji korelasi mengenai hubungan efikasi diri dan gegar budaya berdasarkan lama tinggal ditemukan bahwa lama tinggal ≤ 2 tahun memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0, 314 yang lebih

Variabel Lama

Tinggal

Koefisien Korelasi

Sig.

Efikasi Diri dan Gegar Budaya

≤ 2 Tahun -0.314 0.007

(16)

tinggi jika dibandingkan dengan yang lama tinggalnya sudah lebih dari 2 tahun.

2) Uji Korelasi Berdasarkan Asal Daerah antara Jawa dan Luar Jawa

Uji korelasi berdasarkan lama tinggal pada penelitian ini menggunakan bantuan program komputer untuk analisis statistika yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 24.0 for Windows. Berikut hasil uji korelasi yang dilakukan:

Tabel 16.

Uji Beda Berdasarkan Jawa dan Luar Jawa

Berdasarkan hasil dari uji korelasi berdasarkan Asal Daerah antara Jawa dan Luar Jawa, dapat dikatakan bahwa pada variabel efikasi diri dan gegar budaya, asal daerah antara jawa dan luar jawa tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan asal daerah dari jawa memiliki signifikansi 0,061. Sedangkan asal daerah yang berasal dari luar jawa memiliki signifikansi 0,087. Variabel Asal Daerah Koefisien Korelasi Sig.

Efikasi Diri dan Gegar Budaya

Jawa -0.215 0.061

(17)

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana hubungan antara efikasi diri dengan gegar budaya pada mahasiswa rantau yang sedang berkuliah di Yogyakarta. Setelah dilakukan uji hipotesis, penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dan gegar budaya pada mahasiswa rantau di Yogyakarta.

Hasil yang didapat pada pengujian hipotesis penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmarani (2017) yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan gegar budaya, dimana mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi maka tingkat gegar budaya dialami semakin rendah dan begitu juga sebaliknya. Dengan memiliki efikasi diri yang tinggi membuat mahasiswa memiliki kemauan tinggi terhadap tujuanya dan mampu beradaptasi pada setiap kegiatan maupun lingkungan yang ada sehingga dapat meminimalisir terjadinya gegar budaya yang dialami.

Menurut Devinta, Hidayah, & Hendrastomo (2015) gegar budaya menimbulkan perasaan agresif seperti mudah tersinggung dan marah pada keadaan budaya yang ada di daerah barunya karena dianggap asing. Hal ini dapat membuat mahasiswa rantau mengatisipasinya dengan cara berpaling kepada teman teman sedaerah dengannya yang dianggap akan lebih familiar dan dapat memberikan kenyamanan ketika berkomunikasi dengan cara pandang yang sama. Hal ini dapat mengganggu keberlangsungan aktifitas mahasiswa rantau dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial disekitarnya.

(18)

Hasil serupa juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Siregar & Kustanti (2018) yang menyatakan bahwa seseorang yang mengalami gegar budaya yang tinggi maka tingkat penyesuain diri seorang individu tersebut rendah. Seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang rendah biasanya juga memiliki efikasi diri yang rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri & Kustanti (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara efikasi diri dengan penyesuain diri, semakin rendah efikasi diri yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah juga penyesuaian diri yang dimilki oleh mahasiswa rantau dan begitu juga sebaliknya jika semakin tinggi efikasi diri yang dimililiki maka akan semakin baik pula tingkat penyesuain diri pada mahasiswa. Jadi, dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil tersebut, efikasi diri yang baik dapat mempermudah proses beradaptasi dengan lingkungan yang baru sehingga dapat meminimalisir akan terjadinya gegar budaya.

Penelitian ini juga mencantumkan beberapa analisis tambahan lainnya sebagai data pendukung dari data demografik responden yaitu uji korelasi antara efikasi diri dan gegar budaya berdasarkan lama tinggal. Berdasarkan hasil dari uji korelasi mengenai hubungan efikasi diri dan gegar budaya berdasarkan lama tinggal ditemukan bahwa lama tinggal ≤ 2 tahun memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0, 314 yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lama tinggalnya sudah lebih dari 2 tahun. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa efikasi diri dan gegar budaya berdasarkan lama tinggal ≤ 2 tahun memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, berdasarkan nilai korelasi dapat dikatakan bahwa semakin baru mahasiswa rantau itu menetap di Yogyakarta maka akan semakin

(19)

membutuhkan efikasi diri untuk menekan terjadinya gegar budaya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devinta, Hidayah, & Hendrastomo (2015) bahwa lama tinggal dapat mempengaruhi tingkat gegar budaya seseorang. Pada penelitianya peneliti mengungkapkan bahwa individu akan mengalami gegar budaya saat satu minggu pertama kedatangannya dan akan teratasi sampai satu tahun pertama. Mahasiswa rantau yang lama tinggalnya masih < 2 tahun memiliki peluang mengalami tahap gegar budaya yaitu tahap optimistik hingga tahap crisis culture dan mahasiswa rantau yang sudah lebih lama tinggal di Yogyakarta telah melalui tahap recovery hingga tahap penyesuaian integration.

Pada penelitian ini subjek yang lama tinggalnya ≤ 2 tahun memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0, 314 dimana subjek yang lama tinggalnya ≤ memiliki korelasi yang lebih kuat jika dibandingkan dengan yang lama tinggalnya sudah lebih dari 2 tahun. Hal tersebut dapat dikarenakan mahasiswa yang sudah tinggal lebih dari 2 tahun sudah melewati fase recovery menurut Samovar (2010). Fase ini adalah fase dimana seseorang sudah mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Sedangkan pada subjek yang lama tinggalnya masih kurang dari 2 tahun kemungkinan sedang mengalami fase kedua seperti apa yang dikatakan oleh Samovar (2010) yaitu fase dimana seseorang mengalami masalah dengan lingkungan baru mulai berkembang, misalnya karena kesulitan bahasa, peraturan baru, sekolah baru, dan lain-lain. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini adalah periode krisis dalam gegar budaya. Seseorang menjadi bingung dan tercengang dengan sekitarnya, dan dapat

(20)

menjadi frustasi dan mudah tersinggung, bersikap permusuhan, mudah marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten. Berdasarkan hasil uji korelasi peneliti menyatakan bahwa lama tinggal memiliki koefisien korelasi yang signifiakan terhadap variabel efikasi diri dan tingkat gegar budaya mahasiswa, dimana mahasiswa yang sedang memasuki awal perkuliahan memiliki tingkat gegar budaya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah menetap lebih lama sehingga dibutuhkan efikasi diri untuk menekan tingkat gegar budaya agar dapat diminimalisir dengan baik dengan efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa rantau tersebut.

Penelitian ini juga menemukan bahwa asal daerah dari mahasiswa rantau yang dikategorisasikan berdasarkan jawa dan luar jawa tidak memiliki koefisien korelasi yang cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi p=0.061 untuk kategorisasi Jawa dan p=0.087 untuk kategorisasi Luar Jawa yang artinya asal daerah yang dikategorisaikan berdasarkan jawa dan luar jawa tidak memiliki korelasi yang cukup kuat. Hal tersebut bisa disebabkan karena subjek pada penelitian ini sebagian besar masih berasal dari jawa dan belum mewakili sample mahasiswa rantau yang berasal dari luar jawa yang memang benar budaya dari daerah asalnya benar-benar berbeda dengan kebudayaan yang ada di Yogyakarta.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai uji normalitas diketahui bahwa data yang didapatkan tidak normal pada kedua variabel yaitu variabel efikasi diri dengan nilai sigifikan p= 0,000 (p < 0,05) dan variabel gegar budaya dengan nilai sigifikan p= 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut dapat

(21)

dimungkinkan karena jumlah subjek yang terlalu sedikit sehingga tidak mampu merepresentasikan populasi mahasiswa rantau secara umum, sehingga sebaran data yang didapat tidak normal. Hal lain yang dapat membuat sebaran data tidak normal dimungkinkan karena karakteristik subjek yang masih homogen karena pada penelitian ini sebagian besar subjek masih berasal dari daerah sekitar Jawa sehingga tidak terdapat perbedaan budaya yang terlalu mencolok.

Berdasarakan hasil penelitian ini ditemukan bahwa gegar budaya pada sebagian besar mahasiswa rantau di Yogyakarta berada pada kategori kategori sangat tinggi hingga tinggi sebanyak 44 orang (42%). Responden yang memiliki tingkat gegar budaya pada kategori sangat rendah hingga rendah sebanyak 38 orang (36%) dan pada kategori sedang sebanyak 23 orang (22%). Hal ini dapat dimungkinkan responden yang mengalami gegar budaya masih mengalami fase kedua seperti apa yang dikatakan oleh Samovar (2010) yaitu fase dimana seseorang mengalami masalah dengan lingkungan baru mulai berkembang, misalnya karena kesulitan bahasa hingga peraturan baru yang ada di Yogyakarta karena dimungkinkan mahasiswa rantau yang mengalami gegar budaya tersebut lama tinggalnya masih kurang dari 2 tahun. Sedangkan, pada subjek yang tidak mengalami gegar budaya dapat dimungkinkan mahsiswa rantau tersebut sudah dapat menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di Yogyakarta. Kemudahan beradaptasi dengan budaya di Yogyakarta dapat dilihat dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan dengan masyarakat dari daerah lain, diantara karakteristik sosial dari masyarakat Yogyakarta yang menonjol adalah sikap toleransi yang tinggi, menjunjung

(22)

nilai-nilai budaya, keramahan serta moral. Sifat ramah masyarakat Yogyakarta juga ditemukan dalam penelitian ini dimana 95,28% subjek beranggapan bahwa masyarakat bersikap ramah.

Sementara itu pada variabel efikasi diri sebagian besar subjek berada pada kategori sangat kategori sangat tinggi hingga tinggi sebanyak 50 orang (47,6%). Sedangkan, jumlah responden dengan tingkat efikasi diri rendah hingga rendah terdapat sebanyak 38 orang (36,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi. Efikasi diri yang tinggi mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan hingga menyelesaikan berbagai aktifitas atau tugas sesuai dengan apa yang ia harapkan (Gist, 1987). Pada mahasiswa, efikasi diri yang tinggi dapat membuat mahasiswa tersebut lebih terfokus pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat memiliki prestasi akademik yang diharapkan, hubungan sosial yang baik dan memiliki komitmen terhadap apa yang dicita-citakan.

Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah ada beberapa responden yang sudah cukup lama berada di Yogyakarta sehingga mungkin subjek sudah memiliki kesempatan untuk beradaptasi sebelum dilakukan penelitian ini, sehingga untuk para peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengambil data pada mahasiswa baru yang memang masih dalam adaptasi di Yogyakarta. Kemudian, keterbatasan lain dari penelitian ini adalah jumlah responden dalam penelitian ini hanya mencakup 105 responden sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk mengambil jumlah responden yang lebih dari itu agar data yang didapat lebih bervariasi.

Gambar

Tabel berikut:
Tabel 13.   Uji linearitas  Variabel  Koefisien  Linearitas  ( F )  Signifikansi ( p)  Keterangan  Efikasi Diri  dan  Gegar  Budaya  5.273  0.024  Linear
Tabel 14.   Uji Hipotesis  Variabel  Independen  Variabel  Dependen  Koef. Korelasi ( r )  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Usahakan untuk tidak memeandikan bayi baru lahir dengan posisi berendam apabila tali pusat bayi belum puput atau belum terlepas.. Saat memakaikan popok, sebaiknya

jelaskan bahwa berkurangnya jumlah buah karena pengaruh genangan disebabkan karena berkurangnya total bahan kering tanaman sebagai akibat rendahnya efisiensi peng- gunaan

Hasil analisis kepentingan kelima opsi strategi terkait pembatas potensi stock SDI dalam mendukung kondisi sumberdaya dan lingkungan yang baik... Hasil analisis kepentingan

Pada kehamilan dizygotik, janin yang satu dapat meninggal (fetus papiraseus) atau diresorbsi sempurna, dan lainnya tumbuh terus sampai matur.. Letak &amp;

Klasifikasi adalah suatu proses untuk mengelompokkan sejumlah data ke dalam kelas-kelas tertentu yang sudah diberikan berdasarkan kesamaan sifat dan pola yang terdapat dalam

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu, untuk mengetahui eksistensi grup musik Gurindam Lamo dalam melestarikan seni tradisi tari balanse madam dan musik gamad di Kota

23 Setiap ekstrak daging dan produk bubuk yang berasal dari daging 24 Olahan perut, kandung kemih dan usus (selain kulit luar) A Daging unggas.