Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitianzb
Pariwisata telah bergerak sangat cepat dan telah menjadi stimulus
pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata
adalah bidang ilmu pengetahuan yang memiliki banyak keterkaitan dengan
disiplin ilmu lainnya. Besarnya disiplin ilmu lain dalam pengembangan pariwisata
telah menyebabkan ilmu pariwisata menjadi semakin berkembang. Ilmu
pariwisata kemudian berkembang tidak hanya sekedar sebagai sebuah ilmu yang
belajar meracik masakan, menyediakan jasa akomodasi, dan mengatur perjalanan
saja, namun ia kemudian melengkapi dirinya dengan berbagai bidang keilmuan
lainnya seperti ilmu ekonomi, sosial, lingkungan, sejarah, dan bahkan ilmu
geografi.
Menurut Oka A. Yoeti (2008 : 14), “Hampir selama dua dekade terakhir
pariwisata menunjukkan kinerja yang mantap dan stabil sebagai penghasil devisa
negara dan bila dikembangkan dengan baik diharapkan dapat membantu sebagai
katalisator pembangunan (agent of development) di Indonesia.” Selanjutnya, Oka A. Yoeti masih dalam buku Ekonomi Pariwisata (2008 : 14) juga menjelaskan
bahwa pariwisata dapat mempercepat pemerataan pendapatan, meningkatkan
kesempatan kerja, penerimaan pajak, meningkatkan pendapatan nasional,
meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan, memperluas pasar produk
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Kegiatan kepariwisataan sendiri tidak terlepas dari suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan banyak pihak, diantaranya adalah pihak penyelenggara
kegiatan pariwisata dan wisatawan itu sendiri. Pendit (2003 : 23) dalam
Rekomendasi PATA (Pacific Area Travel Association) yang didasarkan atas
batasan League of Nation tahun 1936 dan yang telah diberi amandemen oleh
Komisi Teknik IUOTO (International Union of Official Travel Organization)
menjabarkan definisi wisatawan, sebagai berikut : “Istilah wisatawan pada
prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan
perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam
suatu negara yang bukan merupakan negara dimana biasanya ia tinggali. Jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia sendiri setiap tahunnya
mengalami kenaikan dari periode tahun 2007-2011.
Tabel 1.1
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat statistik jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia dari tahun 2007-2011 terus mengalami kenaikan. Hal
ini menjadi harapan yang besar akan terus meningkat pula devisa negara
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Indonesia secara geografis maupun demografis sesungguhnya memiliki
potensi yang sangat luar biasa sebagai daya tarik bagi pariwisata internasional,
mengingat kekayaan alam, seni dan budayanya sangat kental dan memiliki ciri
khas yang unik. Namun, potensi tersebut sudah seharusnya diimbangi dengan
perbaikan fasilitas dan pra sarana, sumber daya manusia dan sikap mental dalam
menyambut atau menerima para wisatawan yang datang. Strategi perencanaan dan
pengembangan yang matang dirasa sangat diperlukan bagi proses kepariwisataan
Indonesia selanjutnya.
Menurut Suparwoko (2010 : 5) dalam jurnal „Pengembangan Ekonomi
Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata‟, menyatakan bahwa :
“Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik. Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada
something to see, something to do, dan something to buy. Something to see
terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy
terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah.”
Jawa Barat merupakan salah satu dari 33 provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi kepariwisataan yang beragam. Mulai dari wisata alam, wisata
seni dan budaya, wisata minat khusus, dan wisata industri. Jumlah wisatawan
yang datang ke Kota Bandung baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara periode 2005-2011 mengalami fluktuasi, hal tersebut dapat dilihat
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2012
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung
ke Bandung baik wisatawan lokal maupun mancanegara terus mengalami
kenaikan dari tahun 2005-2009, sedangkan dari tahun 2009 sampai 2010
kunjungan wisatawan ke Bandung mengalami penurunan namun meningkat lagi
pada tahun 2011.
Hermatoro dalam Creative-Based Tourism (2011:119) menyatakan bahwa
perhatian terhadap kreativitas saat ini menjadi semakin terasa menarik. Kreativitas
dianggap mampu mendorong peluang usaha bagi usaha kecil melalui
pengembangan cenderamata, festival rakyat, dan sebagainya. Di samping
beberapa hal tersebut di atas, pengembangan pariwisata kreatif juga diyakini dapat
memberikan berbagai keuntungan, yaitu sebagai sumber baru untuk aktivitas
pariwisata, mendorong tumbuhnya atmosfer pembangunan berkelanjutan, alat
untuk pengembangan bisnis terutama produsen kerajinan dan usaha kecil
menengah, kesempatan lebih luas bagi masyarakat lokal untuk mengembangkan
kreativitasnya, dan merupakan sumberdaya yang selalu terbarukan, termasuk
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Inspirasi untuk strategi pengembangan pariwisata kreatif dapat ditemukan
dalam gagasan umum bahwa kreativitas dapat memberikan manfaat lebih luas dari
sebuah strategi budaya saja. Budaya, dipandang lebih relatif statis dan umumnya
berorientasi di masa lalu. Fokus dari banyak strategi pengembangan pariwisata
kini telah termodifikasi antara kekayaan budaya dengan kreativitas.
Sedangkan menurut Richards dalam bukunya ‘Tourism, Creativity, and
Development’ (2007 : 6):
“Kreativitas tidak hanya berhubungan dengan seni, budaya dan ilmu pengetahuan, tetapi dengan segala bentuk aktivitas manusia, dimana 'inovasi' adalah pengenalan kreasi baru atau membawa arti penciptaan baru ke khalayak umum oleh masyarakat. Hal ini bisa terjadi melalui
productization dari makna kreatif, yaitu dengan produksi produk kreatif.
Kreativitas muncul dalam kondisi yang tepat dan di lingkungan operasi yang tepat. Inovasi dengan demikian merupakan konsolidasi dari proses dalam arti kreatif yang dikombinasikan dengan perubahan sosial perilaku.”
Dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui sektor wisata yang
dijelaskan Yozcu dan İçöz dalam jurnalnya yang berjudul „A Model Proposal on
the Use of Creative Tourism Experiences in Congress Tourism and the Congress
Marketing Mix’ (2010):
“Kreativitas akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan daerah tujuan wisata lainnya. Dari sisi wisatawan, mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai souvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan pengusaha enterprise bersentuhan dengan sektor budaya. Persentuhan tersebut akan membawa dampak positif pada upaya pelestarian budaya dan sekaligus peningkatan ekonomi serta
estetika lokasi wisata.”
Kegiatan pariwisata sendiri telah bergerak sangat pesat dan menjadi nilai
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
sebagai kota yang memiliki nilai seni dan budaya tinggi, hal ini bisa dilihat dari
banyaknya objek wisata di Bandung yang mengaplikasikan nilai seni dan budaya
dalam pengembangannya, misalnya saja Kampung Adat Mahmud, Taman
Budaya Dago, Kampung Adat Cirendeu, dan sebagainya.
Salah satu objek potensi dalam pengembangan wisata kreatif adalah
Kampung Wisata Dago Pojok. Kampung Wisata Dago Pojok resmi dibuka pada
tanggal 28 Oktober 2011. Kampung Wisata Dago Pojok memiliki konsep berupa
wisata, edukasi, dan industri dengan tujuan untuk mengangkat potensi daerah
perkampungan sebagai pusat kegiatan ekonomi dan budaya. Rencana jangka
pendek pengembangan Kampung Wisata Dago Pojok adalah untuk mencari
program sponsor untuk pembangunan lebih lanjut. Sedangkan rencana jangka
panjang pengembangan kampung wisata ini adalah perwujudan Kampung wisata
yang terintegrasi agar mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Diharapkan kedepannya, kampung wisata ini akan memberikan kontribusi yang
berguna baik bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah, khususnya
pemerintah Kota Bandung.
Di kampung wisata ini, para wisatawan bisa belajar tari dan melukis. Serta
menyaksikan acara kesenian seperti musik karinding, calung, seni reog, dan
pencak silat. Selain itu, warga juga menyajikan beragam kuliner khas. Hal lain
yang membuat kampung wisata ini terasa berbeda dengan kampung wisata
lainnya, yaitu adanya mural yang mengelilingi Kampung Wisata Dago Pojok.
Mural-mural tersebut merupakan wujud kreativitas yang dihasilkan masyarakat
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tersendiri, seperti cerita tentang kehidupan masyarakat Sunda, cerita yang
mengangkat tema politik, pemerintahan, dan lain-lain.
Kampung Wisata Dago Pojok ini memang masih tergolong baru,
pengoperasiaannya juga masih belum berlangsung secara optimal. Dari
latarbelakang pemikiran tersebut, penulis bermaksud untuk menganalisis
perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok dari aspek potensi dan kendala yang
dimiliki kampung wisata dan respon masyarakat mengenai kegiatan pariwisata
yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok, berdasarkan permasalahan tersebut,
penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul : “Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal di Kota Bandung.”
B. Identifikasi Masalah
Pariwisata berbasis kreativitas bermula dari tumbuhnya kegiatan industri
kreatif yang berbasis pada kekuatan lokal, dan kemudian dikemas dalam kemasan
pariwisata. Perencanaan pariwisata berbasis kreativitas ini masih cenderung baru
dan belum dikenal banyak orang, diperlukan perencanaan lebih lanjut mengenai
studi tersebut. Permasalahan yang kemudian muncul dalam perencanaan wisata
kreatif ini diantaranya adalah kendala di bidang sarana dan prasarana, kendala
kurangnya fasilitas yang lengkap bagi wisatawan maupun seniman-seniman yang
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya/langkah konkret untuk menjawab
semua permasalahan yang timbul. Salah satu diantara upaya-upaya yang ada
adalah dengan mengembangkan Kampung Wisata Dago Pojok Bandung sebagai
objek wisata kreatif yang berbasis komunitas lokal. Oleh karena itu perencanaan
industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang tepat dalam menjawab
persoalan-persoalan yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan maka dapat dirumuskan batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi kepariwisataan yang ada di Kampung Wisata Dago
Pojok ?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam proses pengoperasian wisata
kreatif berbasis komunitas lokal di Kampung Wisata Dago Pojok ?
3. Bagaimana peran komunitas lokal dalam kegiatan operasional
Kampung Wisata Dago Pojok ?
4. Bagaimana bentuk perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan kawasan wisata kreatif
berbasis komunitas lokal di kampung wisata Dago Pojok Bandung yang
terintegrasi dan terencana dengan baik. Perencanaan Kawasan Wisata Kreatif
Berbasis Komunitas di Kampung Wisata Dago Pojok Bandung dapat terlaksana
dan menghasilkan sebuah sintesa dengan penjabaran sasaran-sasaran penelitian
Desy Chairunnisa, 2012
Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Mengidentifikasi potensi kepariwisataan yang dimiliki Kampung
Wisata Dago Pojok.
2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pengoperasian
Kampung Wisata Dago Pojok.
3. Menganalisis peran komunitas lokal dalam kegiatan operasional yang
ada di Kampung Wisata Dago Pojok.
4. Menjabarkan bentuk perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini berperan dalam peningkatan kualitan serta
pengetahuan tentang pariwisata yang berbasis kreativitas serta memberi
pengetahuan tentang pengembangan pariwisata yang berbasis kreativitas.
2. Bagi pihak pengelola Kampung Wisata Dago Pojok, sebagai bahan
referensi dalam perencanaan dan pengembangan selanjutnya.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang pentingnya peran kreativitas masyarakat dalam mengemas industri
kreatif menjadi wisata yang berbasis kreativitas di Bandung.
4. Sebagai masukan kepada pemerintah daerah, khususnya pemerintah Kota