Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perilaku peserta didik saat ini sangat mencemaskan bahkan
cenderung memprihatinkan. Sebagaimana yang sering diungkapkan baik di media
massa, perbincangan pada kegiatan seminar atau diskusi para pemerhati perilaku
sosial maupun dunia pendidikan, perilaku peserta didik cendrung mengarah pada
hal-hal negatif seperti tawuran, konsumerisme, hedonisme, perilaku seks bebas
dan lain-lain. Hal tersebut menjadi permasalahan besar bagi bangsa, karena jika
tidak dilakukan suatu tindakan terhadap kemerosotan moral ini maka akan
berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan bangsa. Seperti yang diungkapkan
oleh Lickona dalam Megawangi (2004:8) terhadap kekhawatiran akan
kelangsungan hidup sebuah bangsa, yaitu bahwa “terdapat sepuluh tanda-tanda
jaman yang perlu diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu
berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran”. Adapun
tanda-tanda yang dimaksud di antaranya
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Kegelisahan orang tua dan guru dewasa ini dirasakan sangat tinggi akibat
adanya penyimpangan perilaku siswa. Pergeseran nilai-nilai dan norma-norma
yang mereka anut baik dalam bergaul maupun dalam mengaktualisasikan dirinya
pada lingkungan dimana mereka berada, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun sekolah. Hal ini terlihat dari cara mereka berkomunikasi,
menampilkan diri, dan sikap lainnya yang cenderung mengarah pada sisi negatif
seperti rasa iri ketika melihat temannya lebih baik; kurang mendorong pada arah
kemajuan pendidikan, tidak disiplin, mencontek, budaya konsumtif, hedonisme;
daya juang yang kurang, kurang peduli terhadap lingkungan, cepat marah, mudah
tersinggung yang akhirnya memicu perkelahian; kurang menghargai budaya
sendiri dan lebih menyukai budaya barat, dan yang lebih mencengangkan lagi
adalah adanya pergaulan bebas yang dilakukan oleh siswa karena mengikuti pola
kehidupan barat dan mengikuti seorang public figure yang dijadikan sebagai idola.
Dari fenomena di atas maka diasumsikan bahwa masyarakat, khususnya
remaja (siswa), kemungkinan besar memandang bahwa tidak ada yang patut
menjadi contoh keteladanan bagi pengembangan dan pembentukan karakter
mereka. Rasa jenuh dan kecewa terhadap realita yang ada serta proses pencarian
jati diri, diaktualisasikan pada kegiatan-kegiatan yang mereka contoh dari perilaku
dan hal-hal yang kurang baik. Perilaku para idola yang mereka ikuti tentu saja
tidak sepenuhnya benar karena gaya hidup yang berbeda, lingkungan yang
berbeda bahkan jauh dari nilai-nilai keteladanan yang patut ditiru oleh para
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Disinilah peran seorang pendidik dituntut untuk peduli dan peka terhadap
perkembangan karakter para penerus estafet kepemimpinan bangsa di masa depan.
Ryan & Thomas Lickona (2004:4) dalam Megawangi (2004:7) mengemukakan
bahwa:
Societies, of course, must do more than merely survive. They must also grow in their understanding of what it means to be a human community, in the range of opportunities they offer each member for full human development, and their capacity to handle the new ethical problems brought by technology and other social changes. In addition, they must learn to functional part of increasingly complex world community, where global peace and justice demand ever increasing levels of cooperation. But whether the task is survival or development, any society ultimately depends
for its success on character of its citizens.
Seluruh masyarakat, tentu saja, harus melakukan sesuatu yang lebih dari
sekedar bertahan hidup. Mereka juga harus tumbuh dan memahami makna
menjadi sebuah komunitas, dalam memberikan kesempatan kepada setiap
anggotanya untuk tumbuh secara utuh dan dalam kapasitasnya untuk menangani
problema etika yang timbul dari perubahan teknologi maupun perubahan sosial
lainnya. Lagipula mereka harus belajar untuk mengambil bagian dari komunitas
dunia yang kompleks, dimana untuk terwujudnya perdamamian dunia dan
kebutuhan akan keadilan membutuhkan suatu hubungan kerjasama yang kuat.
Meskipun demikian, apakah bertugas untuk bertahan atau tumbuh kembang,
setiap masyarakat, mau tidak mau bergantung terhadap keberhasilan dalam
membentuk kualitas karakter masyarakat negara tersebut.
Hal tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan terhadap penyimpangan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
sehingga perlu dipikirkan bagaimana pemecahan masalah yang tepat untuk
memperbaikinya. Kepala Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Diah Harianti
(Suara Pembaharuan, 20 November 2006) mengatakan bahwa maraknya
kekerasan di jalanan, keluarga, dan sekolah, perilaku korupsi, perusakan
lingkungan, etika yang menipis, kurangnya tanggung jawab dan tenggang rasa,
memunculkan "gugatan" tentang hal-hal apa saja yang diajarkan di sekolah dan
perguruan tinggi. Pada saat yang bersamaan, Sumantri dan Sauri (2007:38)
mengemukakan bahwa moral dan etika bukan lagi menjadi ''menu bergizi'' bagi
siswa sekolah (juga guru), tetapi telah menjadi ''komoditas eceran''.
Sumantri dan Sauri (2007:40) memaparkan lebih lanjut mengenai
pertanyaan yang menjadi permasalahan karakter bangsa, yaitu mengapa para
pejabat negara dan politisi semakin gandrung melakukan praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN)? Mengapa aparat penegak hukum cenderung melanggar
peraturan-peraturan hukum yang mereka buat sendiri? Mengapa para elite politik
suka ''cakar-mencakar'' dan berusaha menjatuhkan lawan-lawan politiknya?
Mengapa kaum intelektual cenderung melanggar etika profesinya dan visi-misi
luhurnya? Mengapa sesama anak-anak bangsa senang menabur benih-benih
kebencian, permusuhan, dengki, dan dendam? Mengapa para siswa-siswi sering
terlibat dalam aksi-aksi kekerasan, pornografi, seks bebas, narkoba, dan aneka
macam penyakit sosial lainnya? Mengapa antar anggota keluarga sering terjadi
percekcokan, perkelahian, bahkan berakhir pada pembunuhan? Mengapa hidup
selalu diwarnai tragedi-tragedi kemanusiaan yang memilukan, dan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
kita gagal menumbuhkembangkan pendidikan karakter, baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sekolah tidak dapat menghindar dari
misinya sebagai lembaga pendidikan dan pengembang nilai. Bahkan Dewey
(1934:85) mengungkapkan bahwa sekolah sebagai pusat pendidikan dimana
karakter moral anak harus dikembangkan dalam alam, sementara lingkungan
sekolah harus menjadi lingkungan yang mengembangkan moral anak, karena
spirit inilah lembaga pendidikan dikembangkan.
Senada dengan pendapat di atas, Spencer dalam Purpel (1987:3)
mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan objek pembentuk karakter, oleh
karena itu antara nilai dengan sekolah merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya
upaya peningkatan pendidikan nilai pada jalur pendidikan formal. Namun
demikian, terdapat perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dan
modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar
menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang
dikembangkan di negara-negara barat, seperti halnya pendekatan perkembangan
moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai.
Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni
melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah, apakah lembaga pendidikan
mampu melakukan fungsi yang demikian berat untuk membentuk karakter
manusia Indonesia di tengah minimnya keteladanan dari para pemimpin dan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
nantinya lembaga-lembaga pendidikan telah bekerja dengan keras membentuk
karakter anak bangsa yang jujur dan bertanggunjawab, apakah yang akan terjadi
saat mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat yang tidak menghargai sikap
jujur dan bertanggung jawab tersebut? Pendidikan karakter akan menjadi sangat
berguna, apabila masyarakat negeri ini memang memberikan tempat terhormat
bagi manusia yang berkarakter baik. Pendidikan karakter hanyalah akan menjadi
kesia-siaan belaka apabila para pemimpin tidak dapat memberi keteladanan yang
baik kepada masyarakat.
Pendidikan karakter lebih efektif ditularkan kepada siswa dengan
keteladanan, karena dengan demikian siswa melakukan sesuatu disebabkan oleh
kesadarannya sendiri. Fadhil (1993:135) mengemukakan bahwa salah satu faktor
yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan dan dalam kehidupan manusia
sehari-hari adalah uswatun hasanah atau suri tauladan. Pada dasarnya karakter
dapat diubah, dibentuk, dan dikembangkan seperti halnya keterampilan.
Pembangunan dan pembentukan karakter harus ditularkan kepada siswa dengan
keteladanan yang merupakan perilaku paling riil di masyarakat. Tidak dapat
disangkal bahwa keteladanan memiliki peran yang sangat signifikan dalam usaha
pencapaian keberhasilan pendidikan, hal tersebut disebabkan karena secara
psikologis anak didik lebih banyak mencontoh perilaku atau sosok figur yang
diidolakannya termasuk gurunya, karena itu seorang pendidik hendaknya
menyadari bahwa perilaku yang baik adalah tolak ukur yang menjadi keberhasilan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mengembangkan karakter generasi muda, terutama dengan nilai-nilai yang juga
digunakan oleh tokoh-tokoh sejarah.
Dengan demikian, sungguh tepat pendapat Wineburg (2007:6) yang
menilai bahwa sejarah perlu diajarkan di sekolah karena memiliki potensi untuk
menjadikan manusia berkeperikemanusiaan, hal yang tidak dilakukan oleh semua
kurikulum pembelajaran lainnya di sekolah. Lebih jauh Wineburg menjelaskan
bahwa jika dimanfaatkan dengan baik antara penyelarasan kebutuhan kekinian
dan mengabaikan yang tidak sesuai lagi dengan sejarah, maka akan menjadi
sangat berguna. Dengan menggunakan strategi yang tepat dalam memahami
nilai-nilai sejarah, pembelajaran sejarah dapat mempertinggi sikap kritis dan daya
kreatif bangsa terutama untuk menjawab berbagai tantangan bangsa pada masa
kini dan nanti. Pengajaran sejarah yang normatif seperti ini dalam beberapa hal
diakui oleh para ahli telah berperan dalam pewarisan nilai-nilai luhur bangsa
untuk memperkuat tujuan pendidikan.
Mempelajari sejarah bukannya sekedar untuk memahami masa lampau itu
sendiri, tetapi bermakna dalam pencarian pelajaran dan antisipasi masa kini dan
mendatang. Hal ini sesuai pula dengan ungkapan Seeley dalam Wiriaatmadja
(2003:93) yang mempertautkan masa lampau dengan sekarang dalam pemeonya
;”We study history, so that we may be wise before the event”. Dalam menghadapi
kehidupan saat ini, peserta didik tidak hanya membutuhkan keterampilan
intelektual, namun ia juga membutuhkan ketegaran, keuletan, kesetiaan,
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
sekolah tidak hanya kental dengan pengembangan kegiatan berpikir (ranah
kognitif) dengan mengabaikan domain afektifnya dan pendidikan nilai.
Sangat kuat anggapan di kalangan siswa bahwa belajar sejarah tidak lain
dari belajar menghafal fakta-fakta, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
tokoh-tokoh sejarah. Banks (1985: 226-227) mengemukakan bahwa pandangan yang
demikian menyebabkan munculnya sikap yang memperlihatkan rasa bosan, tidak
tertarik pada bidang sejarah, dan merasa belajar sejarah sebagai beban yang tidak
ada gunanya. Jika studi sejarah terbatas pada pengatahuan fakta-fakta, maka akan
menjadi steril dan mematikan minat terhadap sejarah. Secara tegas Soedjatmoko
(1976:15) menyatakan bahwa cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan
fakta sejarah harus dibuang jauh-jauh. Pandangan ini sangat penting
diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi apa yang
dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad (1978:9), siswa tidak berhasil tiba pada
taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis, tetapi pengetahuan
sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan
nama-nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh berhenti pada tingkat
fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis.
Pendidikan sejarah sesuai dengan kedudukan kurikulum yang memberikan
penguatan dalam mengembangkan materi nilai dan moral untuk mencapai tujuan
dalam ranah karakter yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Lebih lanjut, Hasan (2011) mengungkapkan:
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
memberikan perhatian dan kepedulian yang secara berlebihan pada pengembangan materi yang bersifat faktual dan mengabaikan materi yang bersifat nilai dan moral. Sayangnya, materi yang bersifat faktual mempunyai keterbatasan untuk digunakan dalam membangun karakter peserta didik. Dalam keadaan demikian maka materi pendidikan sejarah akan sulit menjadi sumber bagi inspirasi dan aspirasi kehidupan masa kini dan masa depan (Hasan, 2011b). Konsentrasi yang berlebihan pada pengajaran fakta sejarah telah menyebabkan pendidikan sejarah kehilangan kekuatan menjadi “bank
of examples for solving present problems and for chartering the future”.
Dalam pembelajaran sejarah, proses pemaknaan merupakan salah satu hal yang
penting. Hal itu disebabkan karena tujuan pembelajaran sejarah sesungguhnya
tidak hanya menuntut siswa untuk mengingat informasi faktual saja tetapi
membutuhkan pemaknaan yang mendalam. Kartodirdjo (1992:252) dalam
Nadjamuddin (2006:65) mengemukakan bahwa maksud pembelajaran sejarah
adalah agar generasi muda dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari
pengalaman nenek moyangnya. Tujuan-tujuan pembelajaran sejarah yang
diungkapkan di atas akan tercapai jika dikembangkan apa yang telah didefinisikan
sebagai pembelajaran sejarah yang bermakna. Secara jelas Supriatna (2007:13)
menggambarkan bahwa:
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Hertz (2007) menyatakan bahwa dalam buku teks, tokoh historis sering
nampak sangat luar biasa dan gagah berani atau justru terlihat tidak memiliki
peran sama sekali sehingga para siswa tidak melihat “sosok” manusia yang
memiliki karakteristik normal. Para siswa tidak dapat memahami bahwa tokoh
sejarah tersebut mempunyai cara pandang terhadap dunia yang sesuai dengan
zamannya. Kemudian, para siswa tidak dapat menyerap gagasan dari tokoh
historis sebagai orang-orang riil, sehingga sejarah menjadi lebih berbeda
dibanding kenyataan. Hasan (2011) mengemukakan bahwa ada faktor emosi yang
dapat dikembangkan pada diri peserta didik untuk menjadi orang yang lebih
peduli akan penderitaan manusia. Dari apa yang diceritakan tentang suatu
peristiwa sejarah peserta didik dapat membandingkannya dengan penderitaan
masyarakat di sekitarnya dan mengembangkan rasa peduli sosial yang tinggi.
Ketika siswa belajar tentang tokoh sejarah, pembahasan di kelas tentang
bagaimana perasaan si tokoh, ketakutan, kesedihan, atau cita-cita apa yang
mendorongnya untuk bertindak, memberi sudut pandang emosional yang dapat
dirasakan siswa tanpa harus menarik perhatian terhadap dirinya sendiri. Selain itu
guru dapat menggunakan cerita untuk membantu anak-anak mengenali beragam
karakter dan mendapatkan nilai-nilai keteladanan dari para tokoh sejarah. Cerita
juga dapat mendukung kecakapan analitis remaja dan memperhalus transisi dari
masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Siswa akan merasa dibolehkan kembali
mengenang masa lalu sambil membuat keterkaitan dengan tokoh-tokoh cerita
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dalam kaitannya dengan apa yang dipaparkan di atas, peserta didik dari
SMA Negeri 8 Bandung yang termasuk salah satu sekolah yang berada pada
klaster satu dan menempati posisi ranking 3 (tiga) di kota Bandung, masih
memiliki perilaku ataupun karakter yang harus diperbaiki. Masih ada dari mereka
yang menyontek dalam ujian, kurang disiplin, kurang gemar membaca, memiliki
perilaku konsumtif, juga masih ada peserta didik yang bersikap destruktif,
merusak fasilitas sekolah dengan mencoret-coret dinding, membuang sampah
tidak pada tempatnya, dan lainnya. Sugiarto (2009:11-13) mengemukakan 55
(lima puluh lima) kebiasaan kecil yang lambat laun akan menghancurkan bangsa,
antara lain:
Kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan bagaimana mareka memperlakukan diri sendiri: (1) meremehkan waktu; (2) bangun kesiangan, (3) terlambat masuk kantor, (4) tidak disiplin, (5) suka menunda, (6) melanggar janji, (7) menyontek, (8) ngarasani, (9) kebiasaan meminta, (10) melayani stres, (11) menganggap berat setiap masalah, (12) pesimis terhadap diri sendiri, (13) terbiasa mengeluh, (14) merasa hebat, (15) merendahkan oranglain, (16) tidak sarapan, (17) tidak terbiasa antre, (18) banyak tidur, (19) banyak nonton TV, (20) terlena dengan kenyamanan dan takut berubah; Kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan bagaimana mareka memperlakukan lingkungan: (21) merokok di sembarang tempat, (22) membuang sampah di sembarang tempat, (23) corat-coret/vandalisme, (24) kendaraan kita mengotori udara, (25) jalan bertabur iklan, (26) konsumsi plastik berlebihan, (27) tidak terbiasa mengindahkan aturan pakai, (28) abai dengan pohon, (29) menganggap remeh daur ulang; Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan ekonomi: (30) konsumtif, (31) pamer, (32) silau dengan kepemilikan oranglain, (33) boros listrik, (34) kecanduan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
provokatif dan mudah terprovokasi, (53) tidak berani berkata “tidak”, (54) berambisi menguasai, (55) mengesampingkan tradisi adat.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Yuke Indriati, salah seorang
team pengembang dari pusat kurikulum bahwa implementasi pendikakan karakter
di SMA Negeri 8 Bandung masih belum ada perubahan, baik dari substansi materi
ajar maupun pada perubahan perilaku yang berkarakter positif. Hal ini
menunjukkan adanya indikasi bahwa sebagai sekolah piloting, penerapan
Pendidikan Karakter Bangsa di SMA Negeri 8 perlu dilakukan perbaikan yang
signifikan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan melalui eksperimen,
yaitu dalam bentuk pemberian treatment dalam pembelajaran menggunakan
strategi peneladanan pahlawan guna membentuk karakter budaya dalam diri
siswa.
B. Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana pembelajaran
sejarah dengan meneladani pahlawan memberikan kontribusi terhadap pendidikan
karakter budaya peserta didik”. Selanjutnya masalah pokok tersebut secara
spesifik dijabarkan kedalam rumusan masalah, antara lain:
1. Apakah terdapat perbedaan karakter bangsa peserta didik kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebelum diterapkan strategi peneladanan pahlawan?
2. Apakah terdapat perbedaan karakter bangsa peserta didik kelas eksperimen
setelah dilakukan pembelajaran sejarah dengan strategi peneladanan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3. Apakah terdapat perbedaan karakter bangsa peserta didik kelas kontrol
sebelum dan setelah pembelajaran?
4. Apakah terdapat perbedaan karakter bangsa peserta didik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai pandangan atau persepsi awal
siswa mengenai tokoh-tokoh sejarah baik yang bersifat positif maupun
pandangan yang bersifat negatif.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai keteladan apa saja yang
ditangkap dan dipahami siswa dari tokoh sejarah sehingga dapat
mengembangkan karakter mereka.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis gambaran realitas ideal bagi siswa
mengenai tokoh-tokoh sejarah setelah dilakukan proses pembelajaran
dengan menggali nilai-nilai keteladanan tokoh sejarah.
4. mengidentifikasi perwujudan karakter siswa yang nampak setelah melalui
usaha menggali nilai-nilai keteladanan tokoh sejarah dalam pembelajaran
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu D. Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di tingkat persekolahan yang secara
signifikan juga berdampak bagi pengembangan karakter siswa, guru dan
pengembangan pembelajaran sejarah.
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kualitas individu dengan
mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk mengetahui,
memahami, merefleksi, dan mengaktualisasikan nilai-nilai dalam pelajaran
sejarah sebagai bekal agar mampu memecahkan
permasalahan-permasalahan individu ataupun sosial kemasyarakatan yang sedang dan
akan dihadapinya di masa mendatang.
2. Bagi guru, diharapkan dapat berdampak positif pada pengembangan
kualitas diri dengan menyajikan proses pembelajaran yang berorientasi
pada nilai serta pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seluruh
peserta didik.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat berdampak positif pada pengembangan
kualitas diri dan profesionalitas untuk terus meningkatkan keilmuan
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu E. Struktur Organisasi Tesis
C. Lokasi dan Sampel Penelitian
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Eha Julaeha, 2012
Pengaruh Pembelajaran Sejarah Dengan Peneladanan Biografi Pahlawan Terhadap Pengembangan Karakter Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
2. Uji Hipotesis
a. Normalitas
b. Homogenitas
G. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Perlakuan
2. Skenario Kegiatan
3. Skenario Perlakuan
4. Alur Pelaksanaan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Strategi Peneladanan Biografi Pahlawan pada Kelas
Eksperimen
B. Pembelajaran pada Kelas kontrol
C. Hasil Penelitian
D. Pembahasan
E. Keterbatasan Peneliti dan Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN