• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1. Konsep Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Menurut American Institute of Stress (2016), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Menurut pendapat yang lain, stress merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Sherwood, 2014). Dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi sosial yang berpotensi merusak pribadi individu. Stres adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk menghadapi tuntutan dan situasi. 2.1.2. Faktor Penyebab Stres

Faktor penyebab dalam perkembangan gangguan stres disebut sebagai stresor (Pinel, 2009). Stresor dapat berupa biologi, fisiologi, kimia, dan psikologi lalu stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis (Yuniyanti, 2014). Stresor biologik berupa mikroba, bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya serta makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan. Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi dan lain sebagainya. Stresor kimia yang berasal dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan dari luar tubuh dapat berupa

(2)

obat, alkohol, nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, indektisida, dan lain-lain. Stresor psikologi, yaitu labelling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan) percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, tuntutan pekerjaan atau perkuliahan dan masih banyak lagi (Rasmun, 2009). Menurut Sukardiyanto ( 2010 ) penyebab stres adalah stressor. Macam – macam stressor antara lain fisik, psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stressor akademik.

1. Stressor fisik

Stressor fisik terbagi menjadi stressor fisik internal dan stressor fisik eksternal. Stresor fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit kepala, masalah perut, dan sebagainya.Stressor fisik eksternal adalah stres yang datang dari luar tubuh individu seperti panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat kimia, trauma, pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa.

2. Stressor psikologik

Stressor psikologis muncul karena tekanan waktu dan harapan yang tidak realistis pada individu sehingga menyebabkan tekanan dari dalam individu itu sendiri yang biasanya bersifat negatif seperti rasa takut, frustrasi, kecemasan ( anxiety ), rasa bersalah, rasa kuatir yang berlebihan, marah, benci, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.

(3)

3. Stressor keluarga

Stressor keluarga muncul dari masalah keluarga seperti hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis, masalah dengan pasangan hidup, dan masalah dengan anak – anak seperti masalah uang, perhatian yang kurang dari keluarga, dan lain – lain.

4. Stressor sosial

Stressor sosial muncul karena akibat tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi sosial dan lingkungannya seperti sekolah, pekerjaan, dan masyarakat. Banyak stres sosial yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah, pindah tempat kerja, dan sebagainya.

5. Stressor spiritual

Stressor spiritual muncul saat nilai dasar spiritual atau keyakinan mengalami hambatan akibat hambatan dari waktu pertumbuhan spiritual tersebut. Mengabaikan kebutuhan spiritual mengakibatkan dan memberikan kontribusi kedalam tingkat stres yang lebih tinggi yang dapat menyebabkan penurunan spiritual.

6. Stressor masalah keuangan

Masalah keuangan hampir semua manusia mengalaminya. Hampir setiap mahasiswa maupun siswa mengalami masalah keuangan. Setiap mahasiswa atau sebagian mahasiswa untuk dapat bertahan kuliah dengan membawa beban pinjaman uang oleh orang tua atau keluarganya atau

(4)

mahasiswa itu sendiri. Hal inilah yang membuat mahasiswa merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kuliahnya.

7. Stressor akademik

Stressor akademik ini muncul ketika beban kuliah yang berat dan amat padat. Dua tahun pertama perkuliahan mahasiswa menghadapi persaingan yang ketat dan takut gagal.Sebagai mahasiswa keperawatan stres muncul pada saat tugas kuliah banyak dan beban pratikum yang berat.

2.1.3. Klasifikasi Stres

Stres terbagi atas dua tipe, yaitu eustress dan distress (Pinel, 2009). Eustress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan menguntungkan bagi tubuh. Bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang. Distress adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat dan negatif bagi tubuh kita. Distress merupakan semua bentuk stress yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami distress, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Pinel, 2009).

(5)

2.1.4. Aspek – aspek stres menurut sarafina (1994) ada dua yaitu : 1. Aspek biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain : sakit kepala, gangguan pola tidur, gangguan pencernaan dan produksi keringat yang berlebihan.

2. Aspek fisiologis

Aspek fisiologis tres merupakan gejala spsikis, anatara lain :  Gejala kognesi

Kondisi stres dapat menganggu proses berfikir individu yang yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

 Gejala emosional

Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosional individ. Individu yang mengalami stres akan menunjukan gejala mudah marah dan kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu.  Gejala tingkalaku

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam interpesional.

2.1.5. Patofisiologi Stres

Secara psikologis respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi hipotalamus, selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Saraf simpatis berespon terhadap inpuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada dibawah pengendaliannya, sebagai contoh akan meningkatkan kecepatan denyut

(6)

jantung ( takikardia ) dan mendilatasi pupil. Saraf simpatis memberi signal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin kedalam aliran darah. Jika tubuh tidak melakukan penyesuaian diri dengan perubahan maka akan terjadi gangguan keseimbangan (Puspitasari,2010). Selain korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mengekskresi CRF ( coricortropin releasing factor ) yaitu zat kimia yang bekerja pada hipofisis, terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini selanjunya akan mensekresikan hormon ACTH (adrenocorticocotropic hormone), lalu dibawah melalui aliran darah ke korteks adrenal kemudian akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon antara lain kortisol berfungsi untuk menregulasi kadar gula darah ( Wijoyo, 2009 ). ACTH ( adrenocorticocotropic hormone ) memberi signal ke kelenjar endokrin lain untuk mengluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi dari berbagai hormon stres yang dibawah melalui aliran darah dan ditambah aktivasi saraf simpatis dan sistem saraf otonom berperan dalam merespon fight or flight( respon untuk melawan atau kabur ) ( Wijoyo, 2009).

2.1.6. Koping Stres

Koping stres adalah keadaan stres yang mendorong usaha individu untuk mengatasinya. Koping stres merupakan proses yang terjadi dalam diri individu saat mengalami stres. Dalam mengatasi persoalan usaha individu tidak saja berpusat pada pemecahan masalah, tetapi juga pada pengurangan masalah ( usaha untuk mengurangi ) perasaan – perasaan tertekan akibat permasalahan yang dihadapi. Koping stres menurut Lazarus adalah suatu upaya yang dilakukan oleh individu pada

(7)

saat dihadapkan pada tuntutan – tuntutan baik secara internal maupun secara eksternal yang ditujukan untuk mengukur suatu kondisi stres dengan tujuan mengurangi distress ( Chomaria, 2009 ).

2.1.7. Bentuk – Bentuk Koping Stres 1. Problem focus koping

Problem focus koping adalah suatu usaha berupa perilaku individu untuk mnegatasi atau mengurangi masalah, tekanan, dan tuntutan. Koping yang muncul berfokus pada masalah individu yang akan mengalami stres dengan mempelajari keterampilan yang baru. Strategi ini membawa pengaruh pada individu yaitu usaha untuk melakukan perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya termasuk dampak – dampak dari masalah tersebut ( Wijoyo, 2009 ).

2. Emotion focus koping

Emotion focus koping adalah bentuk koping yang untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menekan. Tujuan dari emotion focus koping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman serta memperkecil tekanan yang dirasakan. Emotion focus koping berusaha untuk mengurangi, meniadakan tekanan, mengurangi beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya.

3. Emotion focus koping lebih dianjurkan pada usia antara 17 – 20 tahun karena pada usia ini mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa mengontrol emosi. Emotion focus koping merupakan respon yang mengendalikan penyebab stres yang berhubungan emosi dan usaha untuk memelihara keseimbangan yang efektif ( Wijoyo, 2009 ).

(8)

2.1.8. Beberapa Cara Untuk Mengurangi Stres

Menurut Sukadiyanto ( 2010 ) beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makanyang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan,latihan relaksasi, melakukan aktivitasyang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan.

1. Aktivitas jasmani

Aktivitas jasmani yang dilakukan secara terprogram, terukur, teratur, dan rutin mampu mengurangi potensi serangan stress, selain itu juga mampu memelihara kebugaran jasmani individu. Dianjurkan individu non olahragawan untuk melakukan aktivitas fisik, antara lain seperti jogging, jalan, renang, bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang, dalam durasi waktu minimal 20 menit, frekuensinya 3 kali setiap minggu, akan membantu memelihara kebugaran jasmani.

2. Latihan pernafasan

Pernafasan yang baik adalah menarik nafas secara perlahan dan dalam yaitu menggunakan diagphragma (Jawa: unjal ambegan) dan sesaat ditahan di perut, selanjutnya dikeluarkan secara perlahan pula. Cara bernafas seperti ini sangat membantu mereduksi stress. Sebagai contoh, jika individu mengalami jantung berdebar - debar, lakukanlah bernafas secara perlahan dan dalam maka denyut jantung relatif akan lebih lambat. Permasalahan yang muncul sekarang, apakah pernafasan yang selama ini dilakukan oleh setiap individu sudah baik? Adapun caranya dengan merasakan pada saat menghirup maupun mengeluarkan udara yang

(9)

dilakukan secara perlahan dandalam dengan memanfatkan diagphragma. Untuk itu, mulai dari sekarang perlu dilakukan latihan pernafasan yang baik dan benar agar semua individu terhindar dari stress yang berat.

3. Latihan relaksasi

Relaksasi sangat diperlukan baik secara fisik maupun psikis. Bagi olahragawan yang mengandalkan aktivitas fisik perlu melakukan masase secara rutin. Hal itu dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf yang tidak dalam posisinya pada saat berolahraga. Menurut Lake (2004 dalam Sukadiyanto, 2010) massage can be used as relaxation, reassurance, communication and fun. Selain itu, relaksasi secara psikologis dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan latihan pernafasan dan relaksasi. Sebagai contoh bagi umat muslim pada waktu shalat tahajud atau setelah shalat subuh wajib melakukan dzikir atau wiridan yang dibarengi dengan merasakan dan melakukan cara bernafas yang baikdan benar. Insya Allah individu ituakan terhindar dari stresyang berat.

4. Melakukan aktivitas yang menggembirakan

Melakukan aktivitas yang menggembirakan akan membantu individu terhindar dari perasaan stres. Sebab melalui aktivitas yang menggembirakan, individu yang memiliki masalah, sejenak akan melupakan permasalahannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini muncul terapi melalui tertawa yang sampai terbahak-bahak dan bahkan sampai menangis, yang tujuannya untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri. Cara ini dapat

(10)

dikombinasikan dengan latihan kebugaran jasmani di atas, dengan aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu 20 menit juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan munculnya hormon endorphin tersebut akan berdampak pada individu merasakan riang dan gembira.

5. Berlibur atau rekreasi

Berlibur atau rekreasi merupakan aktivitas yang bertujuan untuk melepaskan segala kelelahan (kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara mengubah suasana yang menjadi rutinitas. Terutama bagi yang sudah berkeluarga berlibur sangat diperlukan guna menjalin hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi yang harmonis pula. Selain itu,dengan perubahan suasana mampu menggairahkan kinerja individu yang mengalami kepenatan karena rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang terlalu berat.

6. Menjalin hubungan yang harmonis

Menjalin hubungan yang harmonis, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain secara harmonis, terutama keluarga, akan membantu mereduksi potensi individu terserang stres. Sebagai contoh individu yang tidak diterima dengan baik dalam ligkungan keluarganya, akan menyebabkan stres sehingga perilakunya serba salah. Hal itu yang mengakibatkan individu tidak nyaman tinggal di rumah, jika kondisi sepertiitu terus berkepanjangan berakibat brokenhome pada diri individu. Untuk itu, dalam keluarga harus diciptakan suasana dan komunikasi yang harmonis antar anggotanya agar terhindar dari stres. Selain itu, dengan tetangga atau

(11)

rekan kerja jalinan yang harmonis terus digalakkan, agar dalam lingkungan atau satu ruang kerja tidak terjadi rasa permusuhan dan saling mencurigai satu dengan yang lainnya. Suasana lingkungan tempat tinggal atau tempa tkerja yang tidak harmonis berpotensimelahirkan stres.

7. Menghindari kebiasaan yang jelek

Pada umumnya individu yang mengalami stres penyalurannya antara lain melalui merokok, makan secara berlebihan, minum minuman keras, dan mengkonsumsi narkoba. Sesaat mungkin kegiatan tersebut dapat menghilangkan stres, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan berlebihan justru akan membahayakan terhadap kesehatan individu itu sendiri.

8. Merencanakan kegiatan harian secararutin

Hidup adalah serangkaian rutinitas, namun manusia selalu melupakan rutinitas tersebut. Bahkan dalam menjalani hidup ini individu seringlupa dalam merencanakan kegiatan yang akan dijalani dalam satu hari ini. Sebagai contoh hari ini ada rapat atau seminar, tetapi individu tersebut jika lupa jadwal kegiatannya maka akan menimbulkan stres. Sebaliknya, jika individu mengetahui secara pasti jadwal kegiatan dari hari ke hari maka akan mengurangi resiko terkena stres.

9. Memelihara tanaman dan binatang

Memelihara tanaman dan binatang dapat sebagai sarana untuk mengurangi beban stres pada individu. Dengan menanam dan merawat tanaman dapat sebagai hiburan dan pengalihan perhatian atau konsentrasi pada suatu permasalahan. Dengan merawat tanaman konsentrasi sesaat akan tercurahkan pada tanaman tersebut, sehingga beban stres dapat berkurang.

(12)

Selain itu, memelihara binatang piaraan antara lain seperti kucing, anjing, burung, ikan dan sejenisnya merupakan hiburan yang mampu mengalihkan konsentrasi dari suatu permasalahan ke obyek yang dirawat.

10. Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga)

Seperti telah dijelaskan di atas dalam rekreasi atau meluangkan waktu bagi diri sendiri dan keluarga sangat diperlukan agar individu terhindar dari stres. Selain itu, kegiatan seperti memancing ikan dapat sebagai sarana mengurangi ketegangan pada individu yang mengalami stres. Menghindari diri dalam kesendirian.Jika individu mengalami stres sebaiknya banyak bergaul dengan orang lain agar tidak dalam kesendirian, sebab jika dalam kesendirian individu itu akan semakin menikmati stresnya. Dengan semakin menikmati stres kondisinya akan semakin buruk dan membahayakan. Untuk itu, akan lebih baik individu yang mengalami stres mencari teman yang dapat diajak untuk mencurahkan isi hati (curhat), sehingga beban psikologis penyebab stres dapat dikurangi.

2.1.9. Alat Ukur Stres

Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem skoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian, yaitu Kessler Psychological Distress Scale. Kessler Psychological Distress Scale(KPDS) terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres dan 5 untuk jawaban

(13)

dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stress dikategorikan sebagai berikut:

a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres b. Skor 20-24 : stres ringan

c. Skor 25-29 : stres sedang

d. Skor ≥ 30 : stres berat (Carolin, 2010) 2.2. Konsep Dismenorhea

2.2.1. Pengertian Dismenorhea

Dismenorhea berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri atas“dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran sehingga dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran darah menstruasi (Madhubala dan Jyoti, 2012). Dismenore merupakan keadaan dimana timbul rasa nyeri yang hebat pada saat mentruasi (Kusmiran, 2013). Wanita usia reproduktif akan sering mengeluhkan dismenore yang mengakibatkan penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari dalam beberapa jam atau beberapa hari (Winknjosastro, 2014). Dismenore merupakan penyebab paling utama ketidakhadiran berulang di sekolah. Beberapa penelitian di Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa, remaja dengan dismenore mengalami penurunan pada prestasi akademis, sosial dan kegiatan olahraga (Singh et al, 2008). Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Faktor lainnya yang memperburuk nyeri haid

(14)

adalah rahim yang menghadap ke belakang (retroversi), kurang berolahraga, juga stres psikisatau stres sosial (Saraswati, 2010).

2.2.2. Klasifikasi Dismenorhea

Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologik, dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Dismenorhea Primer

Dismenore primer adalah nyeri saat menstruasi dengan anatomipanggul normal. Biasanya dimulai saat remaja (Unsal et al, 2010). Rasa nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam (Simanjuntak, 2014).

Dismenore primer disebut juga sebagai dismenore sejati, intrinsik, esensial, fungsional, juvenil atau idiopatik (Jacoeb dkk, 1990). Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejalaini tidak membahayakan kesehatan (Wijayanti, 2009).

Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% perempuan mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontrak sirahim yang dirangsang oleh

(15)

prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketikabekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit (Saraswati, 2010

Ciri-ciri nyeri haid normal :

 Nyeri yang dirasakan biasanya satu atau dua hari sebelum haid datang atau saat haid hari pertama.

 Nyreri yang dirasakan berada di perut bagian bawah, pinggang atau di bagian paha.

 Sifat nyeri mulai dari ringan sampai berat, yang bertahan selama 12-72 jam paling lama.

 Gejala nyeri serta keluhan mual muntah, lemas, dan diare. b. Dismenorhea Sekunder

Dismenore sekunder merupakan nyeri mesntruasi yang ditandai dengan adanya kelainan panggul yang nyata. Terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri,stenosis serviks, kista ovarium, mioma uteri dan lain-lain (Unsal et al,2010). Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2011)

(16)

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor disekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya (Wijayanti, 2009 )

Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% perempuan yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder sering mulai timbul pada usia 20 tahun. Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus-menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, lalu mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah dua hari akan menghilang (Saraswati, 2010). Ciri-ciri nyeri haid tidak normal :

 Nyeri yang dirasakan lebih sakit di bandingkan nyeri keram perut biasa.

 Nyeri terkadang tidak berkurang meskipun haid telah selesai  Nyeri yang dirasakan tidak disertai dengan gejala mual dan

muntah.

2.2.3. Etiologi dan Faktor Resiko Dismenorhea Primer

Penyebab dari dismenore primer adalah karena terjadinya peningkatan atau produksi yang tidak seimbang dari prostaglandin endometrium selama menstruasi. Prostaglandin akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi sehingga timbul rasa sakit (Bavil et al, 2016). Ada beberapa faktor resiko penyebab dismenore primer, yaitu: usia < 30 tahun, usia menarche dini (<

(17)

12 tahun), Indeks Massa Tubuh yang rendah,status sosial ekonomi yang rendah, riwayat penyakit keluarga, siklus menstruasi yang lebih panjang, nulipara, sindrom premenstrual, jarang melakukan aktivitas fisik, stres, diet dan merokok. Bila dilihat secara klinis faktornya ada penyakit radang panggul, sterilisasi, dan riwayat kekerasan seksual (Latthe et al, 2006). 2.2.4. Patofisiologi Dismenorhea Primer

Sebagai respon terhadap produksi progesteron, asam lemak di dalam fosfolipid membran sel bertambah setelah selesai masa ovulasi. Asam arakidonat dilepaskan dan kaskade prostaglandin dalam uterus akan dimulai (Hillard, 2006). Prostaglandin F2α merupakan suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus yang dapat memperparah hipoksia uterus yang normal terjadi pada saat mentsruasi, sehingga menyebabkan rasa nyeri hebat (Corwin, 2009). Terjadi penurunan prostasiklin yang merupakan vasodilator dan relaksan uterus pada dismenore primer. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan aktivitas uterus dan vasokonstriksi karena kurang dihambatnya

prostaglandin. (Dawood, 2006). 2.2.5. Gejala Klinis Dismenorhea Primer

Dismenore primer ditandai dengan kram pada panggul, nyeri biasanya datang sesaat sebelum atau pada awal menstruasi yang akan berlangsung 1- 3 hari (Unsal et al, 2010). Nyeri juga dirasakan pada garis tengah abdomen bagian bawah (Hillard, 2006). Selain dirasakan pada suprapubik, nyeri juga dapat menjalar ke permukaan dalam paha dan dirasakan paling berat pada hari pertama atau kedua bersamaan dengan waktu pelepasan

(18)

maksimal prostaglandin ke dalam cairan menstruasi (Dawood, 2006). Ada juga gejala yang menyertai dismenore primer, antara lain mual, muntah, pusing, nyeri kaki bagian belakang, diare, konstipasi, dan pingsan (Novia danPuspitasari, 2008).

2.2.6. Alat Ukur Nyeri pada Dismenorhea

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat nyeri pada dismenore, salah satunya adalah Numeric Rating Scale (NRS). Pada NRS responden diminta untuk menyatakan intensitas nyeri yang dirasakannya pada skala antara angka 0 sampai 10 (Douglas, 2012). Angka 0 berarti tidak ada keluhan nyeri menstruasi atau kram pada perut bagian bawah. Angka 1-3 berarti nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian bawah tetapi masih dapat ditahan dan beraktivitas serta berkonsentrasi belajar). Angka 4-6 berarti nyeri sedang (terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, aktivitas terganggu dan sulit berkonsentrasi saat belajar). Angka 7-9 berarti nyeri hebat (terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktivitas dan tidak dapat konsentrasi saat belajar). Angka 10 berarti nyeri sangat berat (terasa kram yang sangat berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung,tidak ada nasfu makan, mual, muntah, sakit kepala, lemas, tidak dapat berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai pingsan) (Ningsih, 2011).

(19)

2.2.7. Hubungan Stres dengan Dismenorhea Primer

Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang merupakan regulator hipotalamaus utama menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophic Hormone(ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis prostaglandin F2α dan E2 yang menyebabkan timbul rasa nyeri saat menstruasi (Sherwood,2014).

2.3. Konsep Mahasiswa 2.3.1. Pengertian Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hapsari, 2009), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Menurut Kartono (2012 ), usia mahasiswa pada umumnya berkisar anatara 18-25 tahun. Sewaktu menjadi dewasa orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dariseorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggungjawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup, tanggungjawab dan komitmen - komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola - pola ini menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen - komitmen di kemudian hari (Hurlock, 1980 dalam Kartono, 2012 ). Menurut Papalia

(20)

(2009), banyak mahasiswa yang mulai berkuliah memiliki ide - ide yang kaku tentang kebenaran, mahasiswa tidak bisa melahirkan jawaban kecuali jawaban yang “benar”. Sejalan dengan mahasiswa yang mulai berhadapan dengan ruang gagasan dan pandangan yang luas, mereka berlayar di lautan ketidakpastian. Namun mereka menganggap tahap ini bersifat sementara dan berharap akan mempelajari “jawaban yang benar” pada akhirnya. Kemudian, mereka menyadari semua pengetahuan dan nilai bersifat relatif. Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang agak masih tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang – orang lain selama jangka waktu yang berbeda - beda. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendididkan mereka (Hurlock, 1980 dalam Hapsari, 2009 ).

Referensi

Dokumen terkait

membangun penguatan Matematika dalam kehidupan praktis. Dalam upaya meningkatkan kualitas perkuliahan bisa dilakukan melalui perbaikan sistem perkuliahan. Salah satu bentuk

Non Product Ouput (NPO) adalah keluaran yang bukan merupakan produk dan dapat dikatergorikan jenis limbah yang masih bisa dipakai ulang, diminimisasi atau dilakukan

Gambar 4.56 Hasil Test Case 15 “ Mengetahui respon sistem ketika data sisa pengiriman ditambahkan ” – Form Lihat Transaksi untuk Bagian Admin. A.6 Uji Coba Proses Input

Persamaan Unsur-unsur garis pada ke 3 Rumah Adat ini adalah pada susunan lantainya yang memanjang mempunyai arti luas dan lebar, di karenakan pada Rumah Adat

di pasar Sidorejo tersebut semakin tinggi atau baik sesuai dengan ajaran. dan aturan

Sewaktu lahan di bumi terus-menerus diperindah de- ngan gedung-gedung kudus yang diabdikan bagi Tuhan, adalah doa saya semoga kita akan melakukan bagian kita dalam membawa surga

Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka

Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II sebagai tindak lanjut dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa pada pertemuan I, maka pada pelaksanaan