• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi,"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

oukup bertujuan untuk menjaga kesehatan bagi ibu-ibu pasca melahirkan dengan

cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi, seseorang atau ibu-ibu dibungkus dengan kain selimut dan kemudian diuap melalui sebuah wadah yang dipanasi dan diberi ramuan tumbuh-tumbuhan. Melalui ramuan yang diuapkan ini ibu yang habis melahirkan menurut tradisi Karo dipercaya akan segera memulihkan kembali kesehatan, stamina dan peredaran darahnya. Oukup juga dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Karo sangat baik untuk membersihkan darah kotor setelah proses melahirkan serta memudakan kembali kulit dari kerut-kerut setelah proses kehamilan. Menurut penuturan orang Karo, oukup ini baru bisa dilakukan dua pekan setelah persalinan, karena selama kurun waktu tersebut kemungkinan pendarahan tidak akan terjadi ( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009).

Cara perawatan ini kemudian dipraktekkan secara turun-temurun dan menjadi tradisi yang khas bagi orang Karo. Sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi ini terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Bentuk-bentuk perubahan ini dapat ditemui disekitar kota Medan. Walaupun perubahan yang ditemui itu adalah cara penggodogan dan teknik penguapannya, namun ramuan utama tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar. Seandainya terdapat perkembangan jumlah jenis ramuan hanya sebatas pada ramuan alternatif dan

(2)

disesuaikan dengan kondisi lingkungan, terutama struktur dan komposisi vegetasi di masing-masing wilayah, serta falsafah budaya yang melatarbelakanginya (Walujo, 2002).

Modernisasi Oukup ternyata merubah pandangan masyarakat bahwa tidak hanya ibu yang habis persalinan akan tetapi berkembang untuk semua kalangan, tidak mengenal jenis kelamin maupun kelas usia. Secara perlahan fungsi Oukup yang awalnya hanya untuk ibu pasca melahirkan, sekarang fungsi utama tersebut bergeser ke: (1) Kesehatan, (2) Pengobatan, (3) Kebugaran, dan (4) Kecantikan (Nasution, J. dan Radiansyah H. C. 2009).

2.1.1 Manfaat Oukup

Beberapa tahun terakhir ini oukup dikenali sebagai SPA (solid per aqua) tradisional yang kegunaannya lebih kepada perawatan tubuh, kebugaran dan rileksasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa pusat sumber informasi yaitu pengguna Oukup, tabib, pengusaha Oukup dan pedagang ramuan

Oukup di pasar,Oukup memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Menghilangkan sakit pinggang secara perlahan-lahan. b. Menetralkan kadar gula dalam tubuh.

c. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman penyakit. d. Memperindah bentuk tubuh serta menghaluskan kulit. e. Menyegarkan jasmani.

f. Mengendurkan saraf yang tegang. g. Memperlancar peredaran darah.

(3)

i. Mengantisipasi ancaman hipertensi atau reumatik. j. Menurunkan kadar kolesterol secara perlahan-lahan. k. Menurunkan kadar lemak.

l. Menyehatkan paru-paru dan jantung. m. Membangkitkan nafsu makan. n. Meringankan kepala yang pusing/flu. o. Menetralisir kesehatan ibu seusai bersalin.

Masing-masing usaha menawarkan keistimewaan tersendiri, mulai dari kualitas ramuan, kenyamanan tempat, dan harga yang bersaing. Begitu juga ruang untuk oukup, masing-masing usaha memiliki disain sendiri dengan luas ruangannya hampir semua sama yaitu 1 x 1,5 meter. Tarif yang dikenakan bervariasi mulai dari Rp.10.000 sampai Rp.50.000.

Persalinan merupakan peristiwa alamiah yang dapat terjadi secara normal atau dengan gangguan. Meskipun persalinan berlangsung normal (keluar dari rahim melalui jalan lahir tanpa bantuan peralatan) dan lancar, tetap menyebabkan kelelahan bagi ibu. Kelelahan fisik akibat menyangga beban bayi dalam perut ditambah proses persalinan telah menguras tenaga ibu. Untuk memulihkan kondisi tubuhnya, ibu yang baru melahirkan sebaiknya beristirahat atau tidur. Kehamilan dan pasca persalinan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh ibu. Kulit dan otot perut akan meregang, karena adanya janin dalam perut. Perubahan tubuh yang lain biasanya berupa kegemukan, kulit meregang, kulit kotor, dan rambut rontok. Perawatan tubuh yang baik akan memulihkan kesehatan dan kecantikan ibu seperti keadaan semula (Handayani, 2003).

(4)

Perawatan tubuh bagi ibu pasca melahirkan juga menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang Karo. Oukup merupakan salah satu cara perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan, artinya membuat ibu si bayi berkeringat dengan cara memasak air disertai ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat dan didekatkan kepadanya sambil dibungkus dengan selimut. Uap air panas itu memaksa si ibu berkeringat, maksudnya supaya si ibu sehat karena sisa kotoran di dalam tubuhnya telah keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu pasca melahirkan. Oukup bukan hanya dari suku Karo saja, suku lain juga ada hanya namanya saja yang berbeda. Untuk suku Jawa dinamakan ungkep, suku Minang dinamakan batangi, suku Batak dinamakan martup, sedangkan suku Minahasa disebut bakera. Ditinjau dari segi kegunaannya sama yaitu menyegarkan kembali stamina dan memulihkan kesehatan bagi ibu pasca melahirkan, hanya saja ramuan yang digunakan pastinya berbeda-beda (Handayani,2003)

Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang dianggap berada dalam kondisi panas (Foster & Anderson, 2005). Maka dalam kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dan juga bayinya dianggap memerlukan pemanasan. Di lingkungan masyarakat Karo misalnya, wanita yang baru melahirkan diharuskan tidur bersama bayinya di dekat tungku dapur selama sekitar 10 hari sambil didiangi kayu keras yang dibakar secara terus menerus untuk menghangatkan badan mereka (Bangun, 1986).

(5)

Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara umum dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok etnis, terdapat bermacam-macam titikberat perhatian dan sikap, khususnya dalam menanggapi proses ini. Sebagian etnis lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, dan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya. Banyak etnis di dunia mempercayai bahwa tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau membahayakan, baik yang bersifat nyata maupun bersifat gaib. Untuk itu dilakukan upacara-upacara adat yang disebut crisisrite (upacara waktu krisis) atau

ritesdepassage (upacara peralihan) untuk menolak bahaya gaib yang mengancam

individu dan lingkungannya (Koentjaraningrat, 1990).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami perawatan ibu pasca melahirkan. Sebagian pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

2.1.2 Keanekaragaman Tumbuhan yang dipergunakan sebagai Ramuan Oukup

Keanekaragaman jenis yang dimaksudkan adalah untuk menggambarkan jumlah seluruh jenis yang diketahui dan didaftar dari hasil wawancara keseluruh responden, baik para pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, maupun pedagang ramuan oukup di pasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi

(6)

(pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pedagang ramuan oukup di pasar) berbeda-beda. Secara kumulatif dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis tumbuhan yang terdiri atas 42 marga dan 28 suku yang digunakan sebagai ramuan

oukup (Lampiran 1). Diantara jenis-jenis itu, yang terbanyak adalah jenis yang

termasuk ke dalam suku Zingiberaceae (15 jenis), kemudian berturut-turut Rutaceae (11 jenis), Arecaceae (8 jenis), dan selebihnya kurang dari 3 jenis, bahkan hanya diwakili oleh 1 jenis. Besarnya keanekaragaman jenis yang digunakan sebagai ramuan oukup menyatakan bahwa belum ada standarisasi ramuan, baik yang dijual di pasar, yang digunakan ditempat-tempat praktek oukup bahkan pengetahuan masyarakat tentang ramuan pun berbeda-beda. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengelompokkan ramuan yang merupakan komponen utama dalam ramuan oukup tersebut ( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009).

Berdasarkan hasil analisis data dari keempat pusat sumber informasi (pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan pasar), tercatat sebanyak 16 jenis, 11 marga dan 7 suku, yang dikenali oleh seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa ke 16 jenis tumbuhan tersebut merupakan komponen utama dalam ramuan

oukup.

Secara tradisi, menurut para responden mengatakan, bahwa jenis-jenis tersebut merupakan sumber bahan ramuan utama oukup untuk kesehatan ibu pasca melahirkan. Sedangkan jenis-jenis lain hanya merupakan jenis ramuan pelengkap atau jenis-jenis alternatif yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sesuai dengan kandungannya, Zingiberaceae dan Rutaceae banyak menghasilkan minyak

(7)

atsiri yang bermanfaat untuk antiseptik, aromaterapi, anti oksidan dan anti mikroba sehingga berguna untuk memulihkan kesehatan ibu pasca melahirkan ( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009).

Bila ditinjau dari bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di dalam oukup, terdapat 9 (sembilan) macam bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun, batang, bunga, buah, biji, rimpang, umbi, akar, kulit dan seluruh bagian tumbuhan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan, yaitu 35,2% atau 25 jenis, menyusul buah dan rimpang masing-masing 19,7% atau 14 jenis, dan bagian tumbuhan lainnya dibawah 10%. Dengan demikian bagian daun, buah dan rimpang merupakan bagian yang paling utama dalam ramuan oukup, sedangkan bagian tumbuhan yang lain hanya merupakan bagian ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution (2009) dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis ramuan oukup.

Tabel 2.1 Keanekaragaman Tumbuhan Yang Dipergunakan Sebagai Ramuan Oukup NO Nama Jenis Bagian Tumbuhan yang digunakan Ketersediaan di Alam

Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Daun paris Justicia sp Daun Banyak

2. Rengas Gluta renghas L. Daun Kurang

3. Seledri Apium graveolens L. Daun Banyak

4. Pegagan Centella asiatica (L.) Urban Daun Banyak

5. Nira Arenga pinnata Merr. Akar Kurang

6. Pinang Areca catechu L. Akar Banyak

7. Rotan Calamus sp.1 Akar Kurang

8. Rotan rambung Calamus sp.2 Akar Kurang

9. Rotan runtih Calamus sp. 3 Akar Kurang

10. Rumbia Metroxylon sp. Akar Kurang

11. Ketang Calamus sp. 4 Daun Kurang

12. Enau Arenga pinnata Merr. Buah Kurang

(8)

14. Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Buah Kurang

15. Salinsayo Gaultheria Leucocarpa Blume Daun Kurang

16. Kemiri Aleurites moluccana Willd. Biji Banyak

17. Sapot-sapot Desmodium dasylobum Miq. Daun Kurang

18. Bambu Bambusa vulgaris Schrad. Akar Banyak

19. Rumput parang tegoh Eleusine indica (L.)Gaertn Seluruh bagian Kurang

20. Sere wangi Andropogon citratus DC. Batang Banyak

21. Asam glugur Garcinia atroviridis Griff. Daun Banyak

22. Bunga lawang Illicium verum Hook. Bunga Kurang

23. Jintan

hitam/torbangun

Coleus amboinicus Lour. Daun Banyak

24. Nilam Pogostemon cablin (Blaanco) Bth Daun Banyak

25. Kemangi Ocimum basilicum L. Daun Banyak

26. Pirawas Cinnamomum porrectum (Roxb.)

Kosterm

Daun Kurang

27. Kulit manis Cinnamomum burmanii Blume Daun Banyak

28. Bawang putih Allium cepa L. Umbi Banyak

29. Bawang merah Allium sativum L. Umbi Banyak

30. Gundera Allium schoenoprasum L. Daun Kurang

31. Benalu kopi/surindan kopi

Serurulla Perugia (Jack) Danser Daun Banyak

32. Senduduk/ senggani Melastoma sp. L. Daun Banyak

33. Pala Myristica fragrans Houtt. Bunga Banyak

34. Cengkeh Syzygium aromaticum L.Merr Buah Banyak

35. Kayu putih Eucalyptus alba Reinw. Daun Banyak

36. Pandan wangi Pandannus amaryllifolius Roxb. Daun Banyak

37. Lada Piper nigrum L. Biji Banyak

38. Sirih liar Piper caducibracteum Daun Banyak

39. Ciak-ciak Polygonium chinense L. Daun Kurang

40. Jeruk hantu Citrus sp. 1 Buah Kurang

41. Jeruk kayu Citrus sp.2 Buah Kurang

42. Jeruk kejaren Citrus sp. 3 Buah Kurang

43. Jeruk kelele Citrus sp. 4 Buah Kurang

44. Jeruk kersik Citrus sp. 5 Buah Kurang

45. Jeruk kuku harimau Citrus medica “sarcodactylis” Buah Kurang

46. Jeruk malem jeruk Citrus sp. 6 Buah Kurang

47. Jeruk mungkur/purut Citrus Hystrix DC. Buah Banyak

48. Jeruk nipis Citrus aurantifolia Buah Banyak

49. Jeruk pagar/ gawang Citrus medica L. Buah Banyak

50. Jeruk puraga Citrus nobilis Lour. Buah Banyak

51. Daun besan Eurycoma longifolia Jack Buah Kurang

52. Daun ikan-ikan Maoutia asperra Wedd Daun Kurang

(9)

55. Bungle Zingiber purpureum Roxb Rimpang Banyak

56. Cekala Nicolaia speciosa Batang Banyak

57. Jahe Zingiber officinale Roscoe Rimpang Banyak

58. Jahe merah Zingiber officinale Var Rimpang Banyak

59. Jahe prancis Zingiber sp Rimpang Banyak

60. Kencur Kaempferia galangan L Rimpang Banyak

61. Kuning gajah/ kunyit Curcuma domestica Val Rimpang Banyak

62. Laja Alpinia sp Rimpang Banyak

63. Lempuyang Zingiber Americanus Blume Rimpang Banyak

64. Lengkuas Alpinia galanga (L) Willd Rimpang Banyak

65. Temu giring Curcuma heyneana Val & Zyp Rimpang Kurang

66. Temu ireng Curcuma aeroginosa Roxs Rimpang Kurang

67. Temu kunci Boesenbergia pandurata Roxb Rimpang Banyak

68. Temu mangga Curcuma mannga Val & Zyp Rimpang Banyak

69. Temulawak Curcuma xanthorhiza Roxb Rimpang Banyak

(diambil dari http://atemalem.com/oukup-spa-rempah-khas-karo/)

Tumbuh-tumbuhan ini mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatil oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu. Biji-bijian bahkan putik bunga (Gunawan, 2009). Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun pewangi.

Tumbuh-tumbuhan ini ketika direbus akan mengeluarkan aroma atau bau yang disebut dengan aromaterapi. Aromaterapi dapat mengurangi stres, menenagkan pikiran dan membangkitkan semangat dan gairah dan dipercaya dapat membersihkan racun dalam tubuh (Ulla, 2009).

2.2 Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

(10)

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional (Latief, 2012).

Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999), pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Defenisi pengobatan tradisional menurut WHO tersebut mengacu kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasil-hasil yang diamati secara terus-menerus dari geneerasi baik secara lisan maupun tulisan.

2.2.1 Kebijakan Pengobatan Tradisional

Meskipun pelayanan kesehatan modern telah semakin berkembang di Indonesia, jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut SUSENAS 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, 31,7% menggunakan obat tradisional, dan 9,8% menggunakan cara pengobatan tradisional.

a. Kebijakan Umum

Berikut ini dua kebijakan umum dalam pengobatan tradisional:

1. Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau keperawatan, yang

(11)

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

2. Pengobatan tradisional perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar dapat menjadi pengobatan dan perawatan cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

b. Kebijakan Khusus

Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. Ini tercantum dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 (Pasal 59)Pengobatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan, dikembangkan, dan diawasi untuk digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

2.2.2 Pengelompokan Obat Tradisional

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara tradisional. Obat bahan alam yang sediaannya masih berupa simplisia sederhana. Khasiat dan keamanannya baru terbukti secara empiris secara turun-temurun. Bahan-bahan jamu umumnya berasal dari semua bagian tanaman, bukan hasil ekstraksi/isolasi bahan aktifnya saja. Berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional berdasarkan pengalaman (Purwanto. Y, 2002).

(12)

Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman turun temurun (Purwanto. Y, 2002).

1. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa Tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit, kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak/sari Tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis (Purwanto. Y, 2002).

2. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena :

(13)

b. Ditunjang bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan criteria memenuhi syarat ilmiah

c. Protokol uji yang telah disetujui

d. Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten e. Memenuhi prinsip etika

f. Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat

Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah (Purwanto. Y, 2002)

2.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan

Perawatan ibu pasca melahirkan adalah perawatan ibu yang telah selesai melahirkan, dimana perawatan ini membantu ibu dalam pemulihan tubuh setelah melahirkan, perawatan nifas yang meliputi: perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi.

1. Perawatan perineum

Beberapa metode untuk merawat daerah perineum yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode untuk ibu antara lain : terapi panas dingin, perawatan perineum, dan cara duduk.

2. Perawatan payudara

Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Tujuan perawatan payudara adalah untuk: Menjaga payudara tetap bersih

(14)

dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu: 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari (Anggraini,2010).

Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara: menjaga payudara agar tetap bersih, dan kering, terutama puting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara, mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar sekitar puting susu apabila puting susu lecet dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet, mengistirahatkan payudara apabila lecet berat selama 24 jam, minum paracetamol 1 tablet selama 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri, melakukan pengompresan dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, mengurut payudara dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.

ASI sebagian dikeluarkan dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak, bayi disusui setiap 2-3 jam dan apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan lalu meletakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui (Saifuddin, 2005)

2.3.1 Resiko Ibu Pasca Melahirkan

Beberapa resiko yang terjadi pada ibu pasca melahirkan yaitu : a. Gangguan emosional

(15)

pasca persalinan umumnya dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu postpartum blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum.

 Postpartum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi.

 Depresi postpartum kelanjutan dari postpartum blues yang makin parah dan tidak boleh diabaikan.

 Psikosis postpartum gejala ini berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda terjadinya gangguan depresi yang lebih berat (Iskandar, 2004).

b. Pendarahan

Hasil penelitian didapat secara umum bahwa dari 58 orang Ibu yang mengalami anemia saat kehamilan, yang mengalami perdarahan saat melahirkan sebanyak 42 orang (72,4%), sedangkan yang tidak mengalami perdarahan saat melahirkan sebanyak 16 orang (27,6%). Selain itu dari 62 orang Ibu yang tidak mengalami anemia saat kehamilan, yang mengalami perdarahan saat melahirkan sebanyak 18 orang (29%), sedangkan yang tidak mengalami perdarahan saat melahirkan sebanyak 44 orang (71%), (Rosmiyati, 2014).

2.4 Budaya dalam Perawatan Pasca Melahirkan 1. Definisi Budaya

Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal.

(16)

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2009).

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003). Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan.

Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang

(17)

mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas (syafrudin. 2009).

Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim (Syafrudin, 2009).

Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya.

Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat (Syafrudin, 2009).

Dalam budaya Karo cara perawatan Ibu Pasca Melahirkan yaitu setelah mandi si Ibu diberikan param ke seluruh tubuhnya, setelah itu dipakaikan stagen

(18)

yang dililitkan di pinggang untuk merampingkan pinggang ibu, lalu perawatan minum jamu untuk membersihkan darah kotor, dan untuk menhangatkan badan, dan ASI nya lebih enak untuk si bayi nya. Pengertian param disini adalah obat pelumur seperti bedak basah yang dilumurkan pada bagian tubuh untuk menghilangkan rasa pegal (ketegangan urat) atau terkilir.

2.5 Kerangka Teori

Suatu teori lain dikembangkan oleh Lawrence Green yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, yang mengatakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 (tiga) faktor yaitu:

1. Faktor –faktor predisposisi (predisporsing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan kelompok refleksi dari perilaku masyarat.

(19)

2.6 Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir diatas menggambarkan bahwa bahan-bahan ramuan

oukup, pengetahuan ibu tentang oukup, pandangan ibu tentang oukup, serta

dorongan keluarga yang mendukung ibu saat menjalani proses oukup ini dapat mempengaruhi proses penggunaan oukup pada ibu pasca melahirkan pada Suku Karo. - Bahan-bahan Ramuan Oukup - Pengetahuan tentang Oukup - Pandangan tentang Oukup - Dorongan Keluarga

Penggunaan Oukup Pada Ibu Pasca Melahirkan Di Desa Sukanalu Simbelang

Gambar

Tabel 2.1  Keanekaragaman Tumbuhan Yang Dipergunakan Sebagai  Ramuan Oukup

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Seladang pada mata pelajaran IPS materi

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) citra penginderaan jauh Quickbird dapat digunakan untuk mengektraksi parameter kondisi fisik kualitas permukiman secara mendetail, (2)

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya atas izin-Nya proposal tugas akhir yang berjudul Perencanaan

SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ ATAU BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN YANG TELAH TERDAFTAR

QUR'AN HADITS, AKIDAH AKHLAK, FIQH, SKI, BAHASA ARAB, GURU KELAS RA, DAN GURU KELAS MI TAHUN 2012.. PROPINSI : JAWA TENGAH STATUS

Gen VP-24 memiliki homologi yang tinggi dengan protein-protein histon oleh karena itu protein ini diperkirakan memiliki peran dalam pengikat DNA WSSV, membentuk poros

(Lembar ini diperuntukkan untuk satu/lebih temuan dan dapat diperbanyak sesuai banyaknya

Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris social ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun