• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kontrol Diri pada Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kontrol Diri pada Mahasiswa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Berprestasi dan Kontrol Diri pada Mahasiswa

Ni Nyoman Yogiswari W.

Endah Mastuti

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract. This research has a goal to observe the differences between academic procrastiation if perceived

from achievement motivations and self-control done by college students. This research was done to college students that has surpassed five years or more with approximately 104 test subjects on X study program in a prestigious university in Surabaya. The data are gathered through an online survey. The academic procrastination measurement and achievement motivation was constructed by Setyadi (2014), and the self-control measurement tool was constructed by the writer which consists of 22 items. Based on the data analysis, the conclusion is as follows: The major hypothesis is that there are no differences between aca-demic procrastinations and achivement motivations and self-control by college students (sig. 0,429). Then from minor hypothesis 1 shows that there are no differences between academic procrastination observed from achievement motivation towards the college students (sig 0,237) and from minor hypothesis 2 shows that there are differences between academic procrastination observed from self control from the college students (sig. 0,006).

Keywords: academic procrastination, achievement motivation, self-control, college student.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan prokrastinasi akademik apabila ditinjau dari

motivasi berprestasi dan kontrol diri yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada maha-siswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 104 orang di program studi X di salah satu PTN ternama di Surabaya. Alat ukur pengumpulan data dengan meng-gunakan kuisioner dengan sistem online. Skala prokrastinasi akademik dan motivasi berprestasi disusun oleh Setyadi (2014), dan skala kontrol diri yang disusun oleh penulis yang terdiri dari 22 aitem. Berdasar-kan hasil analisis data dapat disimpulBerdasar-kan bahwa pada hipotesis mayor yakni tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik antara motivasi berprestasi dan kontrol diri yang dilakukan oleh mahasiswa (sig. 0,429). Kemudian pada hipotesis minor 1 menunjukkan tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik dilihat dari motivasi berprestasi pada mahasiswa (sig. 0,237), dan pada hipotesis minor 2 menunjukkan terdapat perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari kontrol diri pada mahasiswa (sig. 0,006). Kata kunci:

prokrastinasi akademik, motivasi berprestasi, kontrol diri, mahasiswa

Korespondensi: Ni Nyoman Yogiswari W. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Univer-sitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031) 5014460, Fax (031) 5025910. Email: nyomanyogiswari@gmail.com

(2)

PENDAHULUAN

Mahasiswa merupakan sebutan untuk individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai seorang maha-siswa yang tingkatan pendidikannya lebih tinggi daripada seorang siswa sekolah menengah atas (SMA), mahasiswa tentu saja memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Tugas sebagai mahasiswa yaitu belajar, mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, dan melakukan praktikum. Pada um-umnya, mahasiswa dari program sarjana menem-puh masa studi selama 4 tahun atau 8 semester di perguruan tinggi. Seperti menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan pasal 16 mengenai Beban SKS per Program Studi, dimana program sarjana mempunyai beban studi 144 sks yang dijadwalkan dalam 8 semester atau 4 tahun (Kemdikbud, 2013). Namun pada nyatanya, me-nyelesaikan studi di perguruan tinggi dan mem-peroleh gelar sarjana bukan sesuatu yang mudah. Banyak mahasiswa menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugasnya serta menunda untuk belajar dengan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang dapat menyenangkan dirinya dan pada akhirnya menghambat penyelesaian studi. Pemanfaatan waktu yang tidak efektif dan ketidakdisiplinan mengakibatkan perpanjangan masa studi dari waktu 4 tahun menjadi 7-10 ta-hun (Godfrey, 1991, dalam Rumiani, 2006). Sejalan dengan itu, masa studi 5 tahun atau lebih, men-garah pada indikasi yang disebut dengan prokras-tinasi akademik (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Rumiani, 2006). Dengan tingginya angka frekuensi prokrastinasi, maka penting untuk di lakukan penelitian (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Ursia, dkk., 2013).

Prokrastinasi merupakan kecenderungan untuk meninggalkan, atau menunda, atau meng-hindari penyelesaian suatu aktivitas yang berada di bawah kontrol individu (Tuckman,1991, dalam Ferrari, dkk., 1995). Penundaan yang dilakukan

oleh individu berhubungan terkait dengan bidang akademik disebut dengan prokrastinasi akademik (Ferrari, dkk., 1995).

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellis dan Knaus (1977, dalam Solomon & Roth-blum, 1984) memperlihatkan bahwa 95% dari ma-hasiswa melakukan prokrastinasi. McCown dan Roberts (1994, dalam Solomon & Rothblum, 1984) menemukan bahwa kecenderungan prokrastinasi dilakukan oleh 23% dari mahasiswa baru, 27% dari mahasiswa tingkat dua, 32% junior di atas tingkat dua, dan 37% senior.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih prodi X di salah satu PTN ter-nama di Surabaya. Hasil wawancara menunjuk-kan bahwa mahasiswa melakumenunjuk-kan penundaan dalam penyelesaian tugas hingga mendekati deadline. Walaupun tidak semua mahasiswa di prodi X melakukan prokrastinasi, namun bebera-pa dari mahasiswa menunjukkan adanya indikasi melakukan prokrastinasi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa terdapar banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih melakukan prokrastinasi akademik. Namun dalam peneli-tian ini hanya berfokus mengenai faktor motivasi berprestasi dan kontrol diri. Dimana kedua faktor tersebut pasti dimiliki oleh setiap mahasiswa, na-mun hal itu tidak secara konsisten melekat pada diri mahasiswa (Setyadi, 2014). Sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya seorang mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi seperti memiliki semangat hidup yang tinggi, selalu opti-mis dan ulet, serta memiliki dorongan atau usaha untuk meraih cita-citanya (Uyun, 1998, dalam Rumiani, 2006), dan mahasiswa seharusnya juga memiliki kontrol diri yang baik dalam menjalank-an tugasnya sebagai seormenjalank-ang pelajar, seperti

(3)

me-miliki kemampuan untuk mengatur perilakunya, sehingga akan menghasilkan hasil yang lebih ber-manfaat yang akan menunjang perkuliahannya (Muhid, 2009). Namun pada nyatanya, bebebrapa mahasiswa memiliki motivasi berprestasi dan kontrol diri yang rendah, sehingga hal tersebut mendorongnya untuk melakukan prokrastinasi.

Motivasi berprestasi merupakan usaha yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan terbaiknya dengan berpedoman pada stan-dar keunggulan tertentu (McClelland, 1987). Mo-tivasi berprestasi yang rendah merupakan predik-tor yang kuat dari prokrastinasi akademik (Steel, 2007). Individu dengan motivasi berprestasi yang rendah cenderung tidak terdorong untuk menger-jakan tugasnya, sehingga mereka tidak segera memulai dan mudah menyerah saat mengerjakan tugasnya, tidak disiplin, bermalas-malasan, eng-gan untuk belajar, apatis dalam perkuliahan, dan kurang memiliki tanggung jawab akan tugas atau pekerjannya. (Hardjana, 1997, dalam Setyadi & Mastuti, 2014). Hal ini didukung oleh hasil pene-litian Sweeny (1979), Biordy (1980), Aitken (1982, dalam Ferrari, dkk., 1995) yang menemukan bahwa terdapat korelasi negatif antara motivasi berprestasi dan prokrastinasi akademik. Dimana semakin tinggi prokrastinasi akademik maka se-makin rendah motivasi berprestasi yang dimiliki individu, dan sebaliknya semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang dilakukannya.

Selain motivasi berprestasi, dari be-berapa hasil penelitian menunjukkan bahwa as-pek kontrol diri (self-control) yang rendah dapat mempengaruhi individu untuk memiliki kecend-erungan melakukan prokrastinasi (Muhid, 2009). Kontrol diri merupakan kemampuan yang dimil-iki setiap individu untuk menyusun, membimb-ing, mengatur dan mengarahkan segala perilaku-nya yang akan membawa ke arah pada hasil yang baik (Goldfried & Marbaum, dalam Muhid, 2009).

Individu yang memiliki kontrol diri yang rendah tidak akan mampu mengendalikan dan menga-rahkan perilaku dirinya sendiri, dan mereka lebih memilih untuk mengikuti kegiatan yang lebih menyenangkan daripada mencapai tujuan yang menyeluruh (Ferrari, dkk., 1995, dalam Kuhnle, dkk., 2011), membuang-buang waktu, dan cend-erung memilih konsekuensi jangka pendek (Tice & Baumeister, 1997, dalam Kuhnle, dkk, 2011). Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferrari dan Emmons (1995), Muhid (2009), Aini dan Mahardayani (2011), dan Endrianto (2014) yang menyatakan prokrastinasi akademik berkorelasi negatif dengan kontrol diri. Dimana rendanya kontrol diri individu diikuti dengan tingginya prokrastinasi akademik yang dilaku-kannya, begitu juga sebaliknya.

Mahasiswa yang melakukan prokrastina-si secara terus-menerus, akan memiliki dampak negatif seperti merosotnya prestasi akademik, terbuangnya waktu secara sia-sia dengan tidak menghasilkan apapun (Ferrari & Morales, 2007), stress yang timbulkan oleh tekanan dari adanya deadline tugas atau ujian (Endrianto, 2014), keru-gian dalam performa akademik, termasuk nilai yang rendah dan mengundurkan diri dari mata kuliah (course withdrawal) (Semb, dkk., 1979, dalam Solomon & Rothblum, 1984), terlebih masa studi yang seharusnya terselesaikan dalam waktu 8 semester atau 4 tahun terpaksa harus di-perpanjang hingga 5 tahun atau lebih. Kemudian prokrastinasi juga dapat memberikan ketidaknya-manan internal selama beberapa waktu, yakni dengan adanya kecemasan, gangguan, penyesa-lan, rasa putus asa, dan menyalahkan diri sendiri (Solomon & Rothblum, 1984).

Adanya dampak negatif yang dihasilkan dari melakukan prokrastinasi, maka perlu adanya penelitian yang membahas mengenai prokrasti-nasi akademik pada mahasiswa yang telah men-empuh studi 5 tahun atau lebih. Hal tersebut

(4)

ber-manfaat untuk mendapatkan informasi mengenai adakah perbedaan prokrastinasi akademik ditin-jau dari motivasi berprestasi dan kontrol diri pada mahasiswa? Adakah perbedaan prokrastinasi akademik apabila dilihat dari motivasi berprestasi pada mahasiswa? Dan adakah perbedaan prokras-tinasi akademik apabila dilihat dari kontrol diri pada mahasiswa? Dengan mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik apabila dilihat dari moti-vasi berprestasi dan kontrol diri, maka mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi ber-prestasi dan mengontrol diri sendiri, serta men-gurangi prokrastinasi akademik yang dilakukan agar terhindar dampak negatif dari prokrastinasi akademik yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang, dan pertan-yaan-pertanyaan itulah yang menarik penulis un-tuk melakukan penelitian ini.

Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan kecenderungan untuk meninggalkan atau menunda atau benar-benar menghindari penyelesaian suatu kegiatan yang berada dibawah kontrol individu (Tuck-man, 1991, dalam Ferrari, dkk., 1995). Penundaan yang dilakukan oleh individu berhubungan ter-kait dengan bidang akademik disebut dengan prokrastinasi akademik (Ferrari, dkk, 1995). Ellis dan Knaus (1977, dalam Solomon & Rothblum, 1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi aka-demik mengacu pada penundaan pengerjaan tu-gas dalam bidang akademik sehingga individu ti-dak memungkinkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) terdapat enam area prokrastinasi akademik yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa yakni tugas membuat makalah, belajar untuk ujian, tugas membaca referensi terkait, tugas administratif perkuliahan, keterlambatan menghadiri kuliah, dan kewajiban akademik secara menyeluruh. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan usaha yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tu-juan terbaiknya dengan berpedoman pada standar keunggulan tertentu (McClelland, 1987). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ia akan berusaha melakukan sesuatu untuk hasil yang lebih baik, dan biasanya ia akan memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang sedang. Dimana ia merasa bahwa ia mampu mengerjakan. Kemu-dian individu yang memiliki motivasi berprestasi juga membutuhkan umpan balik atas pekerjaan-nya, memiliki tanggung jawab atas pekerjanpekerjaan-nya, memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi, dan tekun dalam mengerjakan tugas (McClelland, 1987).

Kontrol Diri

Kontrol diri merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk membimbing tingkah lakunya sendiri, menekan atau merintan-gi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive (Chaplin, 2002). Kontrol diri merupakan sesuatu yang baik dan sesuai dengan batas pertimban-gan. Sesuatu yang baik seharusnya tidak memi-liki konsekuensi yang buruk, kecuali mungkin dalam kondisi patologi (Averill, 1973). Individu dengan kontrol diri yang baik, ia dapat mengon-trol perilaku dan pikirannya ketika berada pada situasi yang tidak menyenangkan, serta mampu mengontrol ketika hendak mengambil keputusan (Averill, 1973).

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggu-nakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis pene-litian survei. Penepene-litian ini menggunakan 2 varia-bel bebas yaitu motivasi berprestasi dan kontrol diri, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prokrastinasi akademik.

Penelitian ini dilakukan pada 104 maha-siswa aktif jenjang S1 yang telah menempuh studi

(5)

5 tahun atau lebih di prodi X salah satu PTN terna-ma di Surabaya. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik simple random sampling. Alat pen-gumpulan data dalam penelitian ini berupa kue-sioner. Skala prokrastinasi akademik dan motivasi berprestasi disusun oleh Setyadi (2014), dan skala kontrol diri yang disusun oleh penulis yang ter-diri dari 22 aitem. Analisis data dilakukan dengan teknik two-way between groups analysis of vari-ance dengan bantuan IBM SPSS 16.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini yang pertama yaitu untuk mengetahui apakah terdapat per-bedaan prokrastinasi akademik apabila ditinjau dari motivasi berprestasi dan kontrol diri pada mahasiswa, yang kedua yaitu adakah perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi pada mahasiswa, dan yang ketiga yaitu adakah perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari kontrol diri pada mahasiswa. Setelah dilakukan uji hipotesis di dapatkan hasil sebagai berikut;

Tabel 1 Hasil Penelitian

Hipotesis Nilai Signifikansi Hasil

Hipotesis Mayor 0,429 Di tolak

Hipotesis Minor 1 0,273 Di tolak

Hipotesis Minor 2 0,006 Di terima

Dari tabel hasi penelitian didapatkan bahwa hipotesis mayor ditolak artinya tidak ter-dapat perbedaan prokrastinasi akademik apabila ditinjau dari morivasi berprestasi dan kontrol diri pada mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi dan kon-trol diri yang tinggi tidak memiliki perbedaan prokrastinasi akademik dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi dan kontrol diri yang rendah. Hasil dari penelitian ini bisa mem-berikan temuan baru dalam lingkup prokrastinasi akademik dengan variabel motivasi berprestasi dan kontrol diri.

Selanjutnya, hipotesis minor 1 dalam penelitian ini ditolak, artinya tidak terdapat per-bedaan prokrastinasi akademik apabla ditinjau dari motivasi berprestasi pada mahasiswa. Menu-rut McClelland (1987) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi yakni peniruan tingkah laku dan lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Pada faktor peniruan tingkah laku individu secara selektif meniru banyak karateristik dari individu yang

dijadikannya role model, termasuk dalam kebutu-han untuk berprestasi, apabila role model tersebut memiliki motif dalam derajat tertentu. Kemudian pada faktor kedua yaitu lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana belajar yang mampu memberikan efek semangat dan rasa op-timis kepada mahasiswa serta tidak mengancam akan memberikan dampak yang baik bagi maha-siswa. Dimana hal tersebut mampu mendorong mahasiswa untuk belajar, bertoleransi ketika di-hadapkan pada kompetisi dan tidak memiliki rasa takut akan kegagalan ketika menimpanya. Selain itu, dari hasil wawancara kepada beberapa maha-siswa prodi X, mengatakan bahwa program studi X memiliki karakteristik tugas yang berbeda den-gan program studi lainnya, dan mereka kurang termotivasi untuk mengerjakan tugas sebelum deadlinenya tiba.

Oleh karena itu mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih dalam pene-litian ini dihadapkan pada lingkungan akademis yang sama seperti memilih role model kepada individu yang sama. Mahasiswa yang telah

(6)

men-empuh studi 5 tahun atau lebih, mungkin saja menjadikan teman-teman yang juga belum lulus menjadi seseorang yang ia tiru. Sehingga ia me-miliki persepsi bahwa ia masih meme-miliki teman yang sama-sama belum lulus yang pada akhirnya tidak terdorong untuk menyelesaikan tugasnya. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa. Seperti lingkungan tempat belajar yang kurang menyenangkan yang ditandai dengan ketidak-konsistenan antar dosen ketika asistensi dimana hal tersebut membuat mahasiswa malas atau ti-dak tahu apa yang harus di kerjakan. Kemudian mahasiswa prodi X menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas dengan alasan yang sama antar mahasiswa yakni karakteristik tugas yang lebih sulit, dan kurang termotivasi untuk menger-jakan tugas. Bisa saja mahasiswa prodi X memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, namun ketika eksekusi atau ketika hendak meakukan suatu ak-tivitas, sangat besar di pengaruhi oleh faktor ling-kungan. Seperti adanya pengaruh teman untuk tidak menyelesaikan tugas, adanya ajakan teman untuk melakukan aktivitas lainnya di luar tugas perkuliahan, dan merasa masih memiliki teman yang sama-sama belum menyelesaikan studi se-hingga masih merasa santai. Dalam penelitian ini mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih, memiliki tingkat motivasi berprestasi yang sama dan hal itulah yang menyebabkan ti-dak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik apabila ditinjau dari motivasi berprestasi.

Kemudian menurut Davis dan Nastron (1989, dalam Rumiani, 2006) individu dengan karakter selalu berusaha, bekerja keras, pantang menyerah, dan ulet adalah individu yang memi-liki motivasi berprestasi tingi. Selain itu, ia juga lebih memilih untuk menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang cepat dan selalu berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga individu dengan motivasi berprestasi

yang tinggi tidak akan mudah terdistraksi. Hal ini disebabkan karena ia tekun dalam mengerjakan tugas dan bertanggungjawab secara penuh untuk menyelesaikannya, sehingga individu yang memi-liki motivasi berprestasi yang tinggi cenderung tidak melakukan penundaan terhadap tugasnya (Setyadi & Mastuti, 2014). Sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan mudah terdistraksi ketika mengerjakan tugas yang sulit dan melakukan kegiatan yang tidak menunjang tugasnya, sehingga lebih memung-kinkan untuk melakukan penundaan terhadap pengerjaan atau penyelesaian tugas. Perhitungan nilai berdasarkan norma kategori menunjukkan bahwa mayoritas motivasi berprestasi berada pada kategori sedang artinya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Namun tidak berarti in-dividu dengan motivasi berprestasi yang sedang tidak melakukan prokrastinasi.

Penelitian ini kurang sesuai dengan ha-sil penelitian yang dilakukan oleh Sweeny (1979), Biordy (1980), Aitken (1982, dalam Ferrari, dkk, 1995), Rumiani (2006), Setyadi dan Mastuti (2014) yang menemukan bahwa terdapat korelasi negatif antara motivasi berprestasi dan prokrastinasi aka-demik, artinya semakin tinggi motivasi berpresta-si mahaberpresta-siswa, maka semakin rendah prokrastinaberpresta-si akademik yang dilakukannya. Akan tetapi dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik apabila ditin-jau dari motivasi berprestasi, sehingga semua mahasiswa memiliki motivasi dengan tingkatan prokrastinasi yang sama. Dengan perbedaan hasil penelitian maka penelitian ini dapat memberikan temuan baru dalam lingkup prokrastinasi aka-demik dan motivasi berprestasi.

Kemudian hipotesis minor 2 dalam pene-litian ini diterima. Artinya terdapat perbedaan prokrastinasi akademik pada mahasiswa apabla ditinjau dari kontrol diri. Dengan adanya perbe-daan prokrastinasi maka berbeda pula kontrol

(7)

terhadap diri yang dimiliki masing-masing indivi-du. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bah-wa aspek kontrol diri (self-control) yang rendah dapat mempengaruhi individu untuk memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi (Muhid, 2009). Dengan artian bahwa prokrastinasi akan muncul apabila mahasiswa tidak bisa mengenda-likan dirinya sendiri dari hal-hal yang tidak ber-guna. Sebagai salah satu sifat kepribadian, setiap individu akan memiliki kontrol diri yang berbe-da-beda yakni tinggi atau rendah.

Individu dengan kontrol diri yang tinggi mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya secara mandiri dan membawa pada hasil positif (Muhid, 2009). Mahasiswa dengan kontrol diri tinggi akan menggunakan waktunya dengan tepat dan berperilaku kepada tujuan utamanya, yaitu belajar/kuliah. Selain itu individu yang memiliki kontrol diri tinggi juga mampu menahan diri dari hal yang menurutnya beresiko, dan akan memikir-kan kembali konsekuensi jangka panjangnya, se-hingga kecil kemungkinan individu dengan kon-trol diri yang tinggi melakukan penundaan dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas. Berbeda dengan individu dengan kontrol diri yang rendah, dimana ia kurang mampu mengatur perilaku-nya sendiri. Dengan demikian apabila mahasiswa memiliki kontrol diri yang rendah maka ia cen-derung menunda mengerjakan tugas yang seha-rusnya ia selesaikan, dan lebih membuang wak-tunya dengan melakukan kegiatan yang dapat menyenangkan dirinya sepeti jalan-jalan ke mall (Muhid, 2009). Sehingga individu dengan kontrol diri yang rendah memiliki kemungkinan yang be-sar melakukan prokrastinasi akademik.

Menurut Averill (1973), kemampuan kontrol diri mencakup bagaimana individu men-gontrol perilakunya, mampu menmen-gontrol pikiran-nya dan individu juga mampu mengontrol ke-tika hendak mengambil keputusan. Berdasarkan kemampuan-kemampuan yang di ungkapkan

oleh Averill (1973), hendaknya mahasiswa me-miliki kontrol diri yang baik untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas akademiknya sehingga mahasiswa mampu mengatur dan menghadapi stimulus yang akan menghambat penyelesaian tugas akademiknya. Kemudian mahasiswa juga harus memiliki kemampuan untuk mengantisi-pasi suatu kejadian yang akan menghalangi ketika mereka menyelesaikan tugas akademiknya. Selain itu seorang mahasiswa hendaknya juga mamiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang terbaik terkait tugas akademiknya. Hal ini juga yang membuat mahasiswa memiliki kontrol diri dengan tingkatan tinggi, sedang atau rendah, sehingga terdapat perbedaan prokrastinasi jika ditinjau dari kontrol diri. Selain itu, perbedaan karakteristik individu yang memungkinkan ma-hasiswa pada program studi X memiliki kontrol diri yang berbeda-beda.

Kemudian mayoritas subjek dalam pene-litian ini tergolong dalam kontrol diri yang sedang (tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu rendah). Dari hasil perhitungan post hoc test ditemukan bahwa kontrol diri mahasiswa dengan kategori tinggi berbeda secara nyata (signifikan) dengan kontrol diri dengan kategori sedang dan seba-liknya. Kontrol diri dengan kategori tinggi berbe-da signifikan dengan kontrol diri kategori renberbe-dah, begitu juga sebalinya. Maka hal tersebut sesuai dalam hasil hipotesis minor 2 penelitian ini yakni terdapat perbedaan prokrastinasi akademik apa-bila ditinjau dari kontrol diri pada mahasiswa.

Penelitian ini memberikan hasil yang berbeda terhadap penelitian yang ada sebelum-nya. Penelitian yang dilakukan oleh Aini dan Mahardayani (2011), Muhid (2009), dan Endri-anto (2014) menyatakan bahwa prokrastinasi aka-demik berkorelasi negatif dengan kontrol diri, artinya rendahnya kontrol diri yang dimiliki ma-hasiswa akan diikuti dengan tingginya perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukannya.

(8)

Ke-mudian pada penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat perbedaan prokrastinasi akademik ditin-jau dari kontrol diri. Dengan tingkat kontrol diri yang tinggi, sedang, atau rendah yang dimiliki mahasiswa akan memberikan tingkat prokrasti-nasi yang berbeda pula. Dengan perbedaan hasil penelitian maka penelitian ini dapat memberikan temuan baru dari penelitian-penelitian sebelum-nya.

Perhitungan nilai berdasarkan norma kategori menunjukkan bahwa mayoritas prokras-tinasi akademik berada pada kategori sedang, dan hasil nilai berdasarkan norma sebelumnya menujukkan bahwa sebagian besar subjek memi-liki motivasi berprestasi yang sedang dan kontol diri yang sedang. Dari perhitungan hasil norma, terjadi kemungkinan dikarenakan mayoritas dari subyek berada pada masa studi 5 tahun, sehingga mereka memiliki tugas dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sesuai dengan pernyataan dari Solomon dan Rothblum (1984, dalam Rumiani, 2006) dimana indikasi munculnya prokrastinasi akademik akan terjadi pada mahasiswa dengan masa studi 5 tahun atau lebih, dan akan bertam-bah buruk seiring lamanya studi. Namun perilaku prokrastinasi akademik yang mereka lakukan ma-sih bisa mereka kontrol karena mereka memiliki motivasi berprestasi dan kontrol diri yang sedang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis mayor ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan prokrastinasi akademik apabila ditinjau dari mo-tivasi berprestasi dan kontrol diri pada maha-siswa. Selanjutnya pada hipotesis minor 1 dalam penelitian ini ditolak, yakni tidak terdapat per-bedaan antara prokrastinasi akademik dengan motivasi berprestasi, sehingga semua mahasiswa memiliki tingkatan prokrastinasi yang sama.

Ke-mudian pada hipotesis minor 2 dalam penelitian ini diterima, dimana terdapat perbedaan antara prokrastinasi akademik dengan kontrol diri. Den-gan tinggi, sedang atau rendahnya kontrol diri yang dimiliki oleh mahasiswa akan memberikan perbedaan tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan.

SARAN

Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang serupa dengan penelitian ini yaitu lebih banyak mencari litera-ture dari penelitian sebelumnya terkait topik yang akan diteliti. Kemudian apabila hendak meng-kategorisasikan subjek berdasarkan norma, lebih baik hanya ada 2 kategori yaitu tinggi dan ren-dah, karena hal tersebut juga dapat mempenga-ruhi hasil dari penelitian. Selain itu, melakukan penelitian terkait dengan variabel-variabel lain yang memiliki hubungan atau pengaruh dengan prokrastinasi akademik

Bagi Mahasiswa

Saran bagi mahasiswa yaitu mahasiswa sangat perlu menghindari atau mengurangi melakukan perilaku prokrastinasi akademik agar terhindar dari adanya dampak negatif dengan menyicil setiap tugas yang telah diberikan tanpa menunggu deadline tiba. Kemudian mahasiswa juga perlu mempertahankan atau meningkat-kan motivasi berprestasi yang dimiliki dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai. Selain itu, mahasiswa juga perlu mempertahankan atau meningkatkan kontrol diri yang dimiliki dengan memikirkan konsekuensi jangka panjang setiap keputusan atau aktivitas yang hendak dilakukan. Bagi Pihak Fakultas

Sebaiknya pihak fakultas perlu memberi-kan perhatian berupa evaluasi hasil studi secara rutin dan membuat suatu program khusus bagi mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun

(9)

atau lebih. Dimana program tersebut nantinya mampu memberikan peningkatan terhadap mo-tivasi berprestasi dan kontrol diri yang dimiliki

oleh mahasiswa, dan mahasiswa juga mengetahui apa dampak dan bagaiamana mengatasi dampak dari prokrastinasi akademik.

PUSTAKA ACUAN

Aini, A. N., & Mahardayani, I. H. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi dalam me-nyelesaikan skripsi pada mahasiswa universitas muria kudus. Jurnal Psikologi Pitutur. 1 (2), 65-71. Averill, J. R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to stress. Psychological

Bulletin. 80 (4), 286-303.

Chaplin, J. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Endrianto, C. (2014). Hubungan antara self-control dan prokrastinasi akademik berdasarkan TMT. Ca-lyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3 (1).

Ferrari, J.R., & Emmons, R.A. (1995). Method of procrastination and their relation to self-control and self-reinforcement: An exploratory study. Journal of Social Behaviour and Personality, 10(1), 135-142.

Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown W. G. (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, re-search, and treatment. New York: Plenum Press.

Ferari, J.R., & Morales, J.F.D. (2007). Perceptions of self-concept and self-presentation by procrastinators: further evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1), 91-96.

Kuhnle, C., Hofer, M., Kilian, B., (2011). The relationship of self-control procrastination, motivational interference and regret with school grades and life balance. Diskurs Kindheits-und Jugendforshung Heft, 1, 31-44.

McClelland, D. C. (1987). Human motivation. New York: Cambridge University Press.

Muhid, A. (2009). Hubungan antara self-control dan self-efficacy dengan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa fakultas dakwah IAIN sunan ampel Surabaya. Jurnal Ilmi Da-kwah, 18.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Standar nasional pendidi-kan tinggi (SNPT), 11 Juli 2013. Direktorat Jenderal Pendidipendidi-kan Tinggi & Badan Standar Nasional Pendidikan: Penulis.

Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (2), 37-48.

Setyadi. P. (2014). Pengaruh fear of failure dan motivasi berprestasi terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang berasal dari program akselerasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Setyadi, P., & Mastuti, E. (2014) Pengaruh fear of failure dan motivasi berprestasi terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang berasal dari program akselerasi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 3 (1), 12-20.

Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1984). Academic procrastination: Frequency and cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31, 503-509.

Gambar

Tabel 1 Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ruang publik politik dan civil society merupakan ruang dan wahana strategis bagi partisipasi politik gereja dalam keberpihakan kepada masyarakat di hadapan kekuasaan politik

Selama melakukan praktik di SMP Negeri 4 Yogyakarta, praktikan melakukan need assessment dengan menggunakan instrumen Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa (IKMS), yang

pada siswa agar siswa dapat mengikuti dan memahami materi yang akan disampaikan sehingga memperlancar kegiatan pemberian informasi. 4) Konselor menjelaskan materi tentang

Tutkimuksen tavoitteena on selvittää, miten tutkimusaineistossa representoidaan sukupuolta, millaisia sukupuoliin liittyviä dikotomioita aineistossa rakentuu, miten

Kenaikan tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks Sektor Pertanian sebesar 0,08 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 0,31

Sedangkan dari hasil uji statistik yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan adalah nilai stabilitas dan marshall quotient pada prosentase penambahan serbuk karet ban

Peningkatan kadar protein pada rumput yang diberi bokashi lebih banyak disebabkan karena nilai N yang terdapat di tanah lebih tinggi sehingga kadar protein pada

PENDISTRIBUSIAN REKAM MEDIS KE POLIKLINIK DI RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG. TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG SISTEM PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS DI