• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN PADA POLI KIA RSUD KOTA SABANG TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN PADA POLI KIA RSUD KOTA SABANG TAHUN 2012"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU

PELAYANAN KESEHATAN PADA POLI KIA RSUD

KOTA SABANG TAHUN 2012

THE RELATED FACTORS WITH QUALITY OF HEALTH SERVICES AT CHILD AND MOTHER HEALTH STATUS IN SABANG HOSPITAL IN 2012

ZUL AMNA

1 1

Mahasiswa D-IV Kebidanan pada StiKes Ubudiyah Banda Aceh

Intisari

Mutu pelayanan kesehatan yang baik di poli KIA RSUD Kota Sabang akan memberikan kepuasan kepada pasien sebagai pelanggannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan pada poli KIA RSUD Kota Sabang tahun 2012, dengan desain penelitian cross sectional melalui pendekatan kuantitatif yang kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat. Sampelnya adalah pasien yang berkunjung pada poli KIA RSUD Kota Sabang pada bulan Juni sampai dengan Juli 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan pasien yang merasa pelayanan poli KIA baik sebesar 56,8 %. Hasil bivariat didapatkan yang berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan adalah tangible (nilai p = 0,036) dan emphaty (nilai p = 0,000). Faktor yang tidak berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan reliability, responsivess, assurance. Perlu adanya pendekorasian ulang ruang tunggu, pemasangan media cetak atau poster yang menarik di ruang pemeriksaan, penggunaan USG 4 dimensi sesuai kasus yang ada, dalam memberikan pelayanan petugas tidak sambil mengobrol dengan sesame, pembinaan kepada petugas tentang pencatatan hasil pelaporan dan penyimpanan dokumen yang benar, peningkatan kemampuan petugas serta pengawasan yang lebih intensif kepada petugas.

Kata kunci: mutu layanan kesehatan ABSTRACT

A good quality of health services at polyclinic KIA RSUD of Sabang will bring satisfaction to its patients as the customer. This research aimed at figuring out the Factors correlating with the quality of health services at polyclinic KIA RSUD of Sabang in 2012. This research employed cross sectional research design with quantitative approach, data will be analyzed with univariate and bivariate analysis. Samples were the patients visiting the polyclinic KIA RSUD Sabang from June 29 to July 25, 2012, amounting to 74 patients. The results of the research showed that 56.8% of patients felt that the services at polyclinic of health of mother and child were good. The result of bivariate analysis showed that the factors that were not related to the health services quality were reliability, responsiveness, and assurance factor. The polyclinic should redecorate the waiting room, put up some interesting posters in examination room, use 4 dimension USG in compliance with existing cases. While providing services the health personnel in duty may not chat with their peers, the health personnel should be informed

(2)

about recording the results of the report and proper document storage, the polyclinic should improve the competence of the personnel and supervise them intensively.

Keywords : quality of health services

PENDAHULUAN Latar Belakang

Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan dengan standar pelayanan rumah sakit. Untuk menyelenggarakan pelayanan pengobatan tersebut, maka rumah sakit harus mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang didukung oleh beberapa instalasi penunjang. Salah satu pelayanan rawat jalan untuk melayani pemeliharaan, pengobatan

dan pemulihan kesehatan untuk

kesehatan ibu dan anak adalah poli rawat jalan ibu dan anak (poli KIA) (Depkes, 2006).

Azwar (1996), menyatakan

pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan sesuai dengan tingkat

kepuasan rata-rata penduduk, serta

penyelenggaraannya sesuai dengan

standar kode etik profesi yang

ditetapkan. Selain itu faktor utama

dalam pelayanan kesehatan yang

menentukan kepuasan selain mutu hasil mengatasi masalah kesehatan yaitu

adanya kesembuhan, juga mutu

pelayanan petugas yang baik, ramah, santun dan kelengkapan sarana.

Dengan peralatan dan ketersediaan dokter spesialis kandungan maka pihak

RSUDKota Sabang maka terjadi

peningkatan jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak 2192 pada tahun 2010 menjadi 2375 pada tahun 2011, sehingga sekitar 63,5% ibu hamil di

Kota Sabang memeriksakan

kesehatannya di RSUD Kota Sabang (Profil RSUD Kota Sabang, 2012).

Hasil survei awal yang peneliti lakukan terhadap 6 orang pasien pada bulan Maret 2012 yang berobat pada poli KIA RSUD Kota Sabang, mereka

mengeluh bahwa petugas kurang

perhatian, petugas kurang

mendengarkan keluhan, petugas kurang memberi penjelasan yang memuaskan, kadang petugas belum datang jam 8.30 (terlambat buka), ketidakhadiran dokter spesialis sehingga penulisan resep ke dokter di poli umum.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan peneliti

“faktor-faktor apakah yang berhubungan

dengan mutu pelayanan kesehatan pada poli KIA RSUD Kota Sabang tahun 2012?”.

Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan pada Poli KIA RSUD Kota Sabang tahun 2012. b. Tujuan khusus

1. Mengetahui mutu pelayanan kesehatan pada Poli KIA di RSUD Kota Sabang tahun 2012.

2. Mengetahui 5 dimensi mutu pelayanan kesehatan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty) pada Poli KIA di RSUD Kota Sabang tahun 2012.

3. Mengetahui hubungan 5

dimensi mutu pelayanan

kesehatan dengan mutu

(3)

KIA di RSUD Kota Sabang tahun 2012.

Manfaat Penelitian

1. Memberi pengalaman pertama

bagi peneliti menyangkut

implementasi tri darma

perguruan tinggi.

2. Sebagai masukan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang untuk

perbaikan mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

TINJAUAN PUSTAKA

Gaspersz (2003) mengatakan bahwa mutu atau kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti

kinerja (performance), kehandalan

(reliability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics) dan sebagainya. Definisi strategik dari kualitas adalah segala sesuatu yang

mampu memenuhi keinginan atau

kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).

Menurut Parasuraman, dkk (1990) untuk mengevaluasi kepuasan pelanggan

dalam bidang jasa

mengidentifikasikannya dalam sepuluh dimensi yaitu: tangible (bukti nyata), reliability (kehandalan), responsiveness

(ketanggapan), competence

(kemampuan), courtesy (keramahan),

credibility (dapat dipercaya), security (keamanan), access (mudah diperoleh),

communication (komunikasi)

understanding the customer (memahami pelanggan).

Kesepuluh dimensi tersebut kemudian disederhanakan menjadi lima dimensi konsep servqual yaitu::

1) Bukti fisik (Tangible)

Meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan karyawan dan sarana komunikasi.

2) Kehandalan (Reliability)

Kemampuan untuk melakukan

pelayanan sesuai yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan

memuaskan.

3) Daya tanggap (Responsiveness)

Kesediaan untuk menolong

pelanggan dan kesediaan untuk

melayani pelanggan dengan baik. 4) Jaminan (Asurance)

Pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya yang dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.

5) Empati (Empathy)

Rasa kepedulian, memberi

perhatian pribadi kepada pelanggan.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Dari tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan dalam hal ini rawat jalan KIA adalah teori yang disampaikan oleh Parasuraman, dkk (1990), Departemen Kesehatan (2008), Muzakarah kesehatan MUI (1998) dalam Budi (2009), Tjiptono (2007)

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Mutu Pelayanan KIA: Pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh

petugas selama masa kehamilan sesuai standar pelayanan. Variabel ini

akan diukur dengan cara

membagikan kuesioner kepada

responden. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu : (1) Baik, jika nilai jawaban responden > 1,36. (2) Kurang, jika nilai jawaban

(4)

responden <1,36. Hasil ukur tersebut berskala ordinal.

2. Tangible (bukti fisik) : Tingkat

pemenuhan dimensi tangible yang

diukur oleh tanggapan pasien

terhadap bukti langsung yang dapat dirasakan oleh pelanggan secara indrawi seperti, penampilan fasilitas fisik, seperti penataan ruangan, perlengkapan yang dipakai, prosedur

pelayanan, kerapian petugas,

petunjuk ruangan. Hasil ukur

dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu: Baik: Jika nilai jawaban responden ≥ 1,87. Kurang: Jika nilai jawaban responden < 1,87. Hsil ukur tersebut berskala ordinal.

3. Reliability (kehandalan): Tingkat

pemenuhan dimensi reliability yang

diukur oleh tanggapan pasien

terhadap kemampuan petugas

memberikan pelayanan kesehatan sesuai yang dijanjikan dengan segera, tepat dan terpercaya yang meliputi

ketepatan jad wal pelayanan,

pelayanan pemeriksaan oleh petugas, resep yang diberikan untuk mengatasi keluhan pasien, ketrampilan petugas. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu: Baik: Jika nilai jawaban responden ≥ 1,88. Kurang: Jika nilai jawaban responden < 1,88. Hasil ukur tersebut berskala ordinal.

4. Responsiveness (ketanggapan

pelayanan) Tingkat pemenuhan

dimensi responsive ness yang diukur oleh tanggapan pasien terhadap

ketanggapan petugas dalam

memberikan jasa pelayanan

kesehatan dengan cepat dan baik yaitu memberi kan informasi yang jelas dan mudah dimengerti, memberi pelayanan dengan cepat dan tepat, tidak membedakan pelayanan. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu: Baik: Jika nilai jawaban responden ≥ 1,85. Kurang: Jika nilai

jawaban responden < 1,85. Hasil ukur tersebut berskala ordinal.

5. Assurance/ jaminan. Tingkat

pemenuhan dimensi assurance yang

diukur oleh tanggapan pasien

terhadap kemampuan/ pengetahuan

petugas dalam memberikan

pelayanan kesehatan yaitu kesopanan

petugas, keramahan petugas,

kecakapan petugas dalam

pengobatan, profesionalitas petugas sehingga pasien terbebas dari resiko

dan ragu-ragu. Hasil ukur

dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu: Baik: Jika nilai jawaban responden ≥ 1,83. Kurang: Jika nilai jawaban responden < 1,83. Hasil ukur tersebut berskala ordinal.

6. Empathy . Tingkat pemenuhan

dimensi empathy yang diukur oleh

tanggapan pasien terhadap

kemampuan petugas dalam

memberikan pelayanan kesehatan

dalam bentuk rasa kepedulian,

perhatian pribadi yaitu mempu nyai waktu untuk mendengarkan. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori,

yaitu: Baik: Jika nilai jawaban

responden ≥ 1,72. Kurang: Jika nilai jawaban responden < 1,72. Hasil ukur tersebut berskala ordinal.

Hipotesa

Ada hubungan antara Tangible (bukti

fisik), Reliability (kehandalan),

Responsiveness (ketanggapan

pelayanan), Assurance/ jaminan dan

empathy dengan mutu pelayanan

kesehatan pada poli KIA RSUD Kota Sabang.

Populasi dan sampel

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

yang berkunjung untuk

(5)

pada Poli KIA Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang.

2. Sampel

Besar sampel responden diambil dengan memakai rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (Lemeshow, 1997), pada tingkat kepercayaan 95%, maka didapat besar sampel berjumlah 74 orang.

Penelitian ini bersifat analitik,

dengan menggunakan desain cross

sectional sstudy, karena variabel independen dan dependen diteliti pada waktu yang bersamaan.

Tempat dan waktu

Penelitian ini telah dilakukan di poli KIA RSUD Kota Sabang pada bulan Juni sampai Juli tahun 2012.

Analisa data

Proses analisa dilakukan secara bertahap yaitu analisa univariat dan

bivariat. Metode statistik yang

digunakan adalah tabulasi silang

(crosstabs). Uji statistik yang digunakan adalah uji Kai Kuadrat dengan derajat kemaknaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari bulan Juni s/d Juli 2012 dengan jumlah responden 74 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Hasil Univariat

Distribusi Frekuensi Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance,

Empathy Menurut Responden Pasien Rawat Jalan Poli KIA Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sabang Tahun 2012

Hasil Bivariat

Hubungan Tangibles (Daya Tanggap) dengan Pelayanan KIA

Tabel 7

Hubungan Tangible (Bukti Fisik) dengan Pelayanan KIA RSUD Kota

Sabang Tahun 2012 Tangibl e Pelayanan KIA Total OR (95% CI) P val ue α Baik Kurang N % n % n % Baik 10 38,5 16 61,5 26 100,0 0,313 (0,12-0,84) 0,036 0,05 Kurang 32 66,7 16 33,3 48 100,0 Jumlah 42 56,8 32 43,2 74 100,0

Hasil analisis hubungan antara tangible (bukti fisik) dengan pelayanan KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 16 (61,5%) pasien mendapat tangible (bukti fisik) baik dengan pelayanan KIA kurang. Sedangkan diantara pasien yang mendapat tangible (bukti fisik) kurang, terdapat 16 (33,3%) dengan pelayanan KIA kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,036 (p < 0,05) maka dapat dikatakan ada hubungan mutu pelayanan KIA dengan tangible (bukti fisik). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=0,313 artinya pasien yang

mendapat tangible (bukti fisik) kurang mempunyai peluang sebanyak 0,313 kali untuk mendapat pelayanan KIA

Tangible Frekuensi % Baik 26 35,1 Kurang 48 64,9 Reliability Baik 38 51,4 Kurang 36 48,6 Responsiveness Baik 31 41,9 Kurang 43 58,1 Assurance Baik 62 83,8 Kurang 12 16,2 Emphaty Baik 34 45,9 Kurang 40 54,1

Mutu Pelayanan KIA

Baik 42 56,8

(6)

kurang dibanding pasien yang mendapat tangible (bukti fisik) yang baik.

Hubungan Reliability (Kehandalan) dengan Pelayanan KIA

Tabel 8

Hubungan Reliability (Kehandalan) dengan Pelayanan KIA RSUD Kota

Sabang Tahun 2012 Reliab ility Pelayanan KIA Total OR (95% CI) P val ue α Baik Kurang n % n % N % Baik 22 57,9 16 42,1 38 100,0 1,100 (0,44-2,76) 1,000 0,05 Kurang 20 55,6 16 44,4 36 100,0 Jumlah 42 56,8 32 43,2 74 100,0

Hasil analisis hubungan antara

reliability (kehandalan) dengan

pelayanan KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 16 (42,1%) pasien mendapat reliability (kehandalan) baik dengan pelayanan KIA kurang. Sedangkan

diantara pasien yang mendapat

reliability (kehandalan) kurang, terdapat 16 (44,4%) dengan pelayanan KIA kurang.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,000 (p > 0,05) maka dapat dikatakan tidak ada hubungan mutu

pelayanan KIA dengan reliability

(kehandalan). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR=1,100 artinya

pasien yang mendapat reliability

(kehandalan) kurang mempunyai

peluang sebanyak 1,100 kali untuk

mendapat pelayanan KIA kurang

dibanding pasien yang mendapat

reliability (kehandalan) yang baik.

Hubungan Responsiveness (Daya Tanggap) dengan Pelayanan KIA

Tabel 9

Hubungan Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap) dengan Pelayanan KIA

RSUD Kota Sabang Tahun 2012

Respon sive ness Pelayanan KIA Total OR (95% CI) P val ue α Baik Kurang n % n % N % Baik 17 54,8 14 45,2 31 100,0 0,874 0,9 0,05 Kurang 25 58,1 18 41,9 43 100,0 (0,34-2,22) 64 Jumlah 42 56,8 32 43,2 74 100,0

Hasil analisis hubungan antara responsiveness (daya tanggap) dengan pelayanan KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 14 (45,2%) pasien mendapat responsiveness (daya tanggap) baik

dengan pelayanan KIA kurang.

Sedangkan diantara pasien yang

mendapat responsiveness (daya tanggap) kurang, terdapat 18 (41,9%) dengan pelayanan KIA kurang.

Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,964 (p > 0,05) maka dapat

dikatakan tidak ada hubungan mutu pelayanan KIA dengan responsiveness (daya tanggap). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,874 artinya pasien yang mendapat responsiveness (daya tanggap) kurang mempunyai peluang sebanyak 0,874 kali untuk

mendapat pelayanan KIA kurang

dibanding pasien yang mendapat

responsiveness (daya tanggap) yang baik.

Hubungan Assurance (Jaminan) dengan Pelayanan KIA

Tabel 10

Hubungan Assurance (Jaminan) dengan Pelayanan KIA RSUD Kota Sabang

Tahun 2012 Assurance Pelayanan KIA Total OR (95% CI) P val ue α Baik Kurang n % n % n % Baik 36 56,5 27 43,5 62 100, 0 0,926 (0,26 -3,24) 1,000 0,05 Kurang 7 58,3 5 41,7 12 100, 0 Jumlah 42 56,8 32 43,2 74 100, 0 Hasil analisis hubungan antara assurance (jaminan) dengan pelayanan KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 27 (43,5%) pasien mendapat assurance (jaminan) baik dengan pelayanan KIA kurang. Sedangkan diantara pasien yang mendapat assurance (jaminan) kurang,

(7)

terdapat 5 (41,7%) dengan pelayanan KIA kurang.

Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=1,000 (p > 0,05) maka dapat

dikatakan tidak ada hubungan mutu

pelayanan KIA dengan assurance

(jaminan). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,926 artinya pasien yang mendapat assurance (jaminan) kurang mempunyai peluang sebanyak 0,926 kali untuk mendapat pelayanan KIA kurang

dibanding pasien yang mendapat

assurance (jaminan) yang baik.

Hubungan Emphaty dengan

Pelayanan KIA

Tabel 11

Hubungan Emphaty dengan Pelayanan KIA RSUD Kota Sabang Tahun 2012

Empha ty Pelayanan KIA Total OR (95% CI) P val ue α Baik Kurang n % n % N % Baik 11 32,4 23 67,6 34 100,0 0,13 9 (0,04 -0,39) 0,000 0,05 Kurang 31 77,5 9 22,5 40 100,0 Jumlah 42 56,8 32 43,2 74 100,0

Hasil analisis hubungan antara

emphaty dengan pelayanan KIA

diperoleh bahwa ada sebanyak 23 (67,6%) pasien mendapat emphaty baik

dengan pelayanan KIA kurang.

Sedangkan diantara pasien yang

mendapat emphaty kurang, terdapat 9 (22,5%) dengan pelayanan KIA kurang.

Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,000 (p < 0,05) maka dapat

dikatakan ada hubungan mutu pelayanan KIA dengan emphaty. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,139 artinya pasien yang mendapat emphaty kurang mempunyai peluang sebanyak 0,139 kali untuk mendapat pelayanan KIA

kurang dibanding pasien yang

berpendapat emphaty yang baik. \

Pembahasan

Hubungan Tangible dengan Pelayanan KIA

Sesuai tabel 7 tentang hubungan antara tangible (bukti fisik) dengan pelayanan KIA diperoleh nilai p=0,036 maka dapat dikatakan ada hubungan antara tangible (bukti fisik) dengan pelayanan KIA. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,313 artinya pasien yang mendapat tangible (bukti

fisik) kurang mempunyai peluang

sebanyak 0,313 kali untuk mendapat pelayanan KIA kurang dibanding pasien yang mendapat tangible (bukti fisik) yang baik.

Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Susetyo (2008)

dimana bukti fisik yang dijanjikan oleh

pihak manajemen rumah sakit

mempunyai hubungan yang bermakna

dengan kepuasan pasien terhadap

pelayanan yang diterimanya, yang dalam hal ini pelayanan KIA. Walaupun ada hubungan, tetapi perbaikan yang berkesinambungan perlu dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit karena media informasi baik dalam bentuk poster maupun media lain yang menarik serta peralatan yang masih kurang dan belum sesuai dengan standar yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan republik Indonesia.

Kurangnya bukti fisik ini perlu

mendapat perhatian dari pihak

manajemen rumah sakit, serta untuk dapat segera dilakukan perbaikan-perbaikan untuk dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh pasien. Sesuai dengan ketentuan dari Kementrian Kesehatan tentang PKMRS bahwa setiap ruangan atau tempat yang terbuka

maupun tertutup harus dapat

dimanfaatkan untuk media informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan merubah perilaku dari yang

mengetahuinya. Sedangkan untuk

peralatan, di poli KIA bagian obsgyn terdapat 1 buah USG 4 dimensi dan 1

(8)

buah USG 2 dimensi, menurut pasien lebih sering di pakai yang 2 dimensi, hal tersebut memang sesuai SOP yang ada, penggunaan kedua macam USG sesuai kasus yang ditangani.

HubunganReliability (Kehandalan) dengan Pelayanan KIA

Sesuai tabel 9 tentang hubungan antara reliability dengan pelayanan KIA diperoleh nilai p=1,000 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan

antara dimensi reliability dengan

pelayanan KIA di RSUD Kota Sabang. Hal ini juga berarti tidak terjadi perbedaan proporsi mutu pelayanan KIA antara pasien yang mendapat reliability (kehandalan) baik dengan pasien yang

mendapat reliability (kehandalan)

kurang. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,100 artinya pasien yang

mendapat reliability (kehandalan)

kurang mempunyai peluang sebanyak 1,100 kali untuk mendapat pelayanan KIA kurang dibanding pasien yang mendapat reliability (kehandalan) yang baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Zeitaml, et al dalam Tjiptono (2007), yang menyatakan bahwa kadang dengan reliabilitas baik belum tentu mutu pelayanan yang disampaikan akan baik, yang disebabkan karena adanya gap antara spesifikasi kualitas tidak terpenuhi dalam proses penyampaian jasa. Walaupun tidak ada hubungan antara kehandalan petugas KIA dengan pelayanan yang diberikan, tetapi ada kecenderungan kehandalan yang baik akan membuat tingkat pelayanan yang baik juga (57,9%).

Hal yang masih perlu perhatian yaitu disebabkan karena kadang petugas dalam memberi informasi jarang jelas (10,8%) serta jarang bisa menyakinkan pasien serta petugas jarang mencatat

hasil pemeriksaan serta

penyimpanannya tidak rapi (29,7%) yaitu hanya digeletakkan di atas meja saja.

Hasil tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen rumah sakit untuk mengadakan perbaikan-perbaikan guna dapat merubah perilaku petugas sehingga mau dan mampu menjalankan tugas secara profesional sesuai standar yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit, baik dengan mengirimkan petugas ke pelatihan-pelatihan maupun seminar. Sedangkan perbaikan secara internal dan segera dengan cara pembinaan oleh Kabid Keperawatan serta pemberian sangsi

kepada petugas KIA apabila tidak

menjalankan standar yang telah

ditetapkan.

Hubungan Responsiveness (Daya Tanggap ) dengan Pelayanan KIA

Sesuai tabel 10 tentang

hubungan antara responsineness dengan pelayanan KIA di RSUD kota Sabang diperoleh nilai p=0,964 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara responsiveness (daya tanggap) dengan pelayanan KIA. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,874 artinya pasien yang mendapat responsiveness

(daya tanggap) kurang mempunyai

peluang sebanyak 0,874 kali untuk

mendapat pelayanan KIA kurang

dibanding pasien yang mendapat

responsiveness (daya tanggap) yang baik.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Susetyo (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara daya tanggap

seseorang terhadap pelayanan yang

diberikan. Perbedaan ini dapat

disebabkan oleh rendahnya daya

tanggap pada petugas KIA terhadap pasien yang berobat terutama pada waktu tunggu yang dirasa lama, petugas jarang bertindak cepat saat dibutuhkan

(9)

tetapi petugas berusaha untuk

melaksanakan prosedur pemeriksaan

KIA sesuai dengan standar operasional prosedur rumah sakit, walaupun belum semua bisa dijalankannya.

Kurangnya daya tanggap

petugas kesehatan ini harus segera ditindaklanjuti oleh pihak manajemen, karena berhubungan dengan perilaku petugas yang harus selalu dikontrol karena belum adanya kesadaran akan pentingnya memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.

Hubungan Assurance (Jaminan) dengan Pelayanan KIA

Sesuai tabel 11 tentang

hubungan antara assurance dengan

pelayanan KIA di RSUD Kota Sabang, diperoleh hasil nilai p=1,000 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara assurance (jaminan) dengan pelayanan KIA. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,926 artinya pasien yang mendapat assurance (jaminan) kurang mempunyai peluang sebanyak 0,926 kali untuk mendapat pelayanan KIA kurang dibanding pasien yang berpendapat assurance (jaminan) yang baik.

Hasil penelitian ini didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jaminan yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien yang berobat dengan pelayanan yang didapatkan oleh pasien. Hal ini menurut Susetyo (2008)

disebabkan karena jaminan yang

merupakan nilai jual pada suatu

organisasi pelayanan kesehatan yang disampaikan oleh pihak manajemen pelayanan kesehatan banyak yang belum dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Penyebab tidak dilaksanakannya aturan tersebut bisa dari dalam diri yang merupakan pembawaan sikap mental dari petugas yang bersangkutan, bisa juga karena lemahnya pengawasan dari

pihak manajemen terhadap pelaksanaan standar tersebut.

Secara umum tingkat

pelaksanaan pelayanan yang dijanjikan pihak manajemen rumah sakit kepada pasien sudah dilaksanakan oleh petugas kesehatan, tetapi karena masih adanya petugas yang tidak ada ditempat pada jam kerja dengan alasan apapun, perlu untuk dilakukan penertiban kembali. Sedangkan untuk petugas yang jarang mampu menjawab pertanyaan pasien dengan jawaban yang menyakinkan, perlu adanya peningkatan kemampuan

sumber daya manusia dengan

mengirimkan ke pelatihan/simposium, mengirimkan tugas belajar ataupun supaya petugas tersebut sering membaca

buku sehingga meningkat

pengetahuannya.

Hubungan Emphaty dengan Pelayanan KIA

Sesuai tabel 14 tentang

hubungan antara emphaty dengan

pelayanan KIA di RSUD Kota Sabang diperoleh nilai p=0,000 maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara

emphaty dengan pelayanan KIA. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=0,139 artinya pasien yang

mendapat emphaty kurang mempunyai peluang sebanyak 0,139 kali untuk

mendapat pelayanan KIA kurang

dibanding pasien yang berpendapat emphaty yang baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Tjiptono (2007) bahwa adanya emphaty

yang baik pada seorang petugas

pelayanan kesehatan terhadap pasien

yang berobat akan meningkatkan

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang didapatkannya.

Emphaty merupakan salah satu sikap kepedulian yang ditunjukkan oleh pemberi pelayanan terhadap penerima layanan. Empati ini sangat menentukan

(10)

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang didapatkannya. Oleh sebab itu, maka hasil ini perlu mendapat perhatian pihak manajemen rumah sakit untuk memperbaikinya, karena yang masih dikeluhkan oleh pasien yaitu petugas yang masih sering mengobrol sambil memberi pelayanan kepada pasien

sehingga pasien merasa tidak

diperhatikan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tanggible dan emphaty dengan mutu pelayanan kesehatan pada Poli KIA di RSUD Kota Sabang tahun 2012.

2. Tidak ada hubungan antara

reliability, responsiveness, dan assurance dengan mutu pelayanan kesehatan pada Poli KIA di RSUD Kota Sabang tahun 2012.

Saran untuk Institusi Rumah Sakit

1) Berdasarkan analisis yang memiliki hubungan dengan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah tangible dan emphaty, untuk itu perlu adanya peningkatan pada kedua dimensi tersebut melalui:

a) Pendekorasian ulang ruang

tunggu sehingga menjadi

nyaman.

b) Pemasangan poster atau media yang menarik di ruangan dengan

lebih mengaktifkan petugas

PKMRS.

c) Petugas agar menjelaskan

kepada pasien dalam

menggunakan peralatan USG 4

dimensi disesuaikan dengan

kasus yang ada.

d) Diharapkan petugas pada saat memberi pelayanan tidak sambil mengobrol dengan teman yang lain sehingga pasien merasa kurang mendapatkan perhatian yang penuh.

2) Petugas KIA perlu diberikan

pembinaan tentang pencatatan hasil

pemeriksaan dan penyimpanan

dokumen secara tepat dan benar. 3) Perlunya peningkatan kemampuan

petugas KIA sehingga lebih

terampil dan cepat menangani keluhan pasien sesuai dengan SOP yang ada.

4) Perlunya pengawasan yang lebih intensif dari pihak manajemen

supaya terjadi peningkatan

kedisiplinan petugas sehingga pada jam pelayanan petugas bertugas diruangan.

Daftar Pustaka

Dari 26 buku yang digunakan diantaranya:

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008) Buku Pedoman Pelayanan Antenatal, Jakarta

2. ________ (2008) Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta

3. _______, (2006) Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, Jakarta, 2006

4. Gaspersz, Vincent, (2003) Sistem

Manajemen Kinerja Tertinggi

BALANCED SCORECARD

DENGAN SIX SIGMA untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

5. Parasuraman, Zeithaml, Valarie, et.al, (1990) Delivering Quality

Service Balancing Customer

Perceptions and Expectation, The Free Press, New York

6. Susetyo, Adhi, (2008) Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Mutu

(11)

Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kota Sabang Tahun 2008, Thesis FKM UI

7. Tjiptono, Fandy, (2007) Service Quality and Satisfaction. Andi Offset, Yogyakarta

8. Wijono, Djoko, (1999) Manajemen

Mutu Pelayanan Kesehatan,

Airlangga University Press,

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian zakat secara syar'i adalah “Sejumlah harta tertentu (jenisnya) yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan kepada golongan tertentu dengan nilai dan ukuran tertentu

pengguna menganggap melakukan pembelian melalui sosial media lebih beresiko karena tidak adanya garansi mengenai suatu produk yang ditawarkan, kasus kasus penipuan

Terdapat hubungan yang signifikan konsentrasi dengan hasil penalty stroke pada permainan hoki field, bahwa korelasi antara konsenrasi dengan penalty stroke

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam konteks pemikiran bahwa, Muhammad adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa