26
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran (Arikunto, 2006: 96). Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas. Hal itu senada dengan pendapat Arikunto (2006: 96) yang menyatakan penelitian tindakan yang baik apabila dilakukan dalam bentuk kolaborasi dimana pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
3.2 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penelitian direncanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang adalah bahwa penelitian dengan topik “Penerapan model Problem Based Learning berbantuan video dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015", belum pernah dilakukan di SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015. Karakteristik siswa kelas 4 ini adalah berumur antara 9 tahun sampai 10 tahun dengan jumlah 16 siswa yang terdiri atas 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Rata-rata hasil belajar berupa ulangan harian pada
pelajaran IPS tentang Koprasi di SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Semester II tahun ajaran 2014/2015 masih perlu di tingkatkan (<KKM 70). Berdasarkan wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai pedagang dan petani. Kebiasaan belajar siswa selama ini yaitu hanya menggunakan satu sumber untuk belajar, siswa kurang mampu bekerja dalam kelompok, dan tidak terbiasa bertanya atau menyampaikan pendapatnya.
3.3 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Alokasi waktu Penelitian
No Pelaksanaan Penelitian Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi √ √
2 Penyusunan proposal dan soal-soal untuk uji validitas
√ √
3 Uji validitas soal siklus 1 dan siklus 2 √ 4 Siklus 1 Perencanaan √ √ Pelaksanaan √ √ Observasi √ √ Refleksi √ √ 5 Siklus 2 Perencanaan √ √ Pelaksanaan √ √ Observasi √ √ Refleksi √ √ 6 Pelaporan √ √ √ √
3.4 Variabel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2010: 2), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini di kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 pada mata pelajaran IPS tentang perkembangan teknologi ada dua variabel yang terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel Bebas/Independen (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable terikat/dependen (Sugiyono, 2010: 4). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah model Problem Based Learning dan video.
Langkah Model Problem Based Learning berbantuan video dalam Pelajaran IPS sebagai berikut ini:
1. Orientasi tentang masalah berupa penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian masalah dalam bentuk video pembelajaran.
2. Mengorganisasikan siswa untuk mandiri berupa pembentukan kelompok (1 kelompok terdiri dari 3-4 siswa)
3. Pelaksanaan investigasi mandiri dan kelompok yang meliputi :
a. Identifikasi masalah yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia dari video yang ditampilkan.
b. Pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan perkembangan teknologi yang terjadi di Indonesia.
c. Menyusun hipotesis untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia.
d. Melakukan penyelidikan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia.
e. Pemecahan masalah berupa penyimpulan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan tentang perkembangan teknologi di Indonesia seperti misalnya menggunakan teknologi sebijak mungkin.
Variabel Terikat/Dependen (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4). Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah: hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi. Hasil merupakan besarnya skor yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes yaitu observasi keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama baik dalam proses diskusi maupun presentasi ketika proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal itu dapat dicapai dengan cara membandingkan antar kondisi yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Secara teknis wujud keefektifan pembelajaran dapat diukur dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini merupakan besarnya skor yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes yaitu observasi keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama baik dalam proses diskusi maupun presentasi dalam proses pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah jumlah skor dari ada tidaknya identifikasi masalah yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia, ada tidaknya data yang berkaitan dengan permasalahan perkembangan teknologi di Indonesia, ada tidaknya rumusan hipotesis tentang solusi untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia, ada tidaknya hasil penyelidikan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di Indonesia, ada tidaknya kesimpulan mengenai solusi untuk mengatasi permasalahan tentang perkembangan teknologi di Indonesia seperti menggunaan teknologi sebijak mungkin, ada tidaknya penyusunan laporan hasil kerja kelompok tentang permasalahan perkembangan teknologi di Indonesia, ada tidaknya presentasi hasil laporan, dan ada tidaknya refleksi serta evaluasi mengenai permasalahan perkembangan teknologi di Indonesia.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus atau sampai indikator keberhasilan yang telah ditentukan tercapai. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto , 2006: 97) terdapat 3 langkah (dan pengulanganya) Penelitian, meliputi: perencanaan
(planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Yang disajikan dalam gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Bagan Langkah Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto, 2006: 97)
Berdasarkan prosedur penelitian PTK model Mc. Taggart, maka pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui penerapan model Problem Based Learning berbantuan video pada siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 diperkirakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus atau lebih pada semester II Tahun ajaran 2014/2015 sampai memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 85% dari keseluruhan siswa. Dimana pada akhir masing-masing siklus guru dan peneliti melakukan refleksi untuk menilai atau mengukur tingkat keberhasilan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan video dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 tersebut.
3.5.1 Pra Siklus
Pra siklus merupakan kondisi awal sebelum dilakukan penelitian. Kondisi awal yaitu ketika proses pembelajaran guru masih cenderung menggunakan satu
PRA SIKLUS Perencanaan Pelaksanaan dan Pengamatan SIKLUS - II Refleksi Perencanaan Pelaksanaan dan Pengamatan SIKLUS - I Refleksi
sumber buku, kurangnya pemanfaatan media, kurangnya penggunaan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa tidak terbiasa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa masih di bawah KKM 70.
3.5.2 Pelaksanaan Siklus I
Pada pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan merupakan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada kondisi awal (Pra Siklus). Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan tatap muka yaitu 2 pembelajaran dan 1 pertemuan evaluasi, dengan rincian prosedur tindakan berikut ini.
3.5.2.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil tes awal dan observasi awal. Dalam kegiatan perencanaan, guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Di samping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: penyusunan RPP IPS tentang teknologi, lembar observasi implementasi RPP, dan lembar penilaian.
3.5.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya. Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual, diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran. Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai dua aktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu: 1) aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi.
3.5.2.3 Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada Siklus I. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan serta hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar pertimbangan
untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II. Siklus II akan dilaksanakan untuk memantapkan model pembelajaran yang digunakan.
3.5.3 Pelaksanaan Siklus II
Tahapan pelaksanaan tindakan dalam siklus II dirancang apabila siklus I belum berhasil mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sama dengan siklus I yaitu sebanyak 3 kali pertemuan dimana dengan perincian 2 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali pertemuan evaluasi yang terdiri dari:
3.5.3.1 Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan hampir sama dengan siklus I, yaitu guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Di samping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: penyusunan RPP IPS tentang perkembangan teknologi, lembar observasi implementasi RPP, dan lembar penilaian.
Namun dalam siklus II ini perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I. Tindakan pada siklus II ini disertai dengan penambahan/penyesuaian kegiatan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pada siklus I atau dapat meningkatkan keterampilan yang diinginkan.
3.5.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya. Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual, diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran
Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai dua aktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu: 1) aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua
aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.
3.5.3.3 Refleksi
Kegiatan refleksi dalam siklus II ini dilakukan sama seperti tahap refleksi pada siklus I yaitu pada saat setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada Siklus II dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan serta hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan video terhadap hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang setelah menggunakan model Problem based learning berbantuan video adalah berikut ini.
3.5.1.1 Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006: 231) dalam melakukan dokumentasi, peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi bertujuan untuk mengungkapkan fakta yang terjadi saat dilaksanakannya tindakan. Metode dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kondisi awal subjek yang diteliti. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara meminta data transkrip nilai hasil belajar siswa pada materi koprasi di semester dua.
3.5.1.2 Metode Observasi
Menurut Arikunto (2006: 229) dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item – item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Tehnik observasi digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan guru dan siswa dalam mata pelajaran IPS tentang perkembangan teknologi dengan model Problem based learning berbantuan video. Observer melakukan pengamatan pada setiap pertemuan. Melalui pengamatan tersebut observer mampu mengetahui bagaimana sikap anak dalam pembelajaran dan guru dalam mengajar.
3.5.1.3 Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan, untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi IPS tentang perkembangan teknologi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yakni posttest. Posttest digunakan mengukur kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi menggunakan model Problem Base Learning berbantuan video.
3.6.2 Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah butir-butir soal dan lembar observasi aktivitas guru, serta lembar observasi aktivitas siswa. Kisi-kisi instrumen penelitian siklus I disajikan pada tabel dibawah ini.
3.6.2.1 Instrumen Tes
Soal tes ini digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian penggunaan model Problem Based Leraning dengan video dalam meningkatkan hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi. Adapun kisi-kisi dalam pembuatan tes atau instrumen evaluasi siklus I dan II untuk mengukur hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 tersaji dalam tabel 3.2 dan 3.3 berikut ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal siklus I
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator No Item
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
Mengidentifikasi alat teknologi produksi, teknologi komunikasi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, Mengklasifikasikan
macam-macam alat teknologi produksi, teknologi komunikasi
9, 10, 11,12, 13,14,15,16 Menggunakan alat teknologi
produksi, teknologi komunikasi
17,18, 19,20,21,22 23,24,25,26 Mengidentifikasi kelemahan dan
keunggulan alat teknologi produksi, teknologi komunikasi
27,28
Membandingkan keunggulan dan kelemahan alat teknologi produksi, teknologi komunikasi
29,30
Jumlah 30
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Soal siklus II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Item 2. Mengen al sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
Mengidentifikasi alat teknologi Transportasi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, Mengklasifikasikan
macam-macam alat teknologi Transportasi 10,11,12,13 ,14,15, 16,17, Menyebutkan memanfaatkan alat Transportasi 18,19,20,21 22,23,24,25 Mengidentifikasi kelemahan dan
keunggulan alat teknologi Transportasi
26,27,28
Membandingkan kelemahan dan keunggulan alat teknologi Transportasi
29,30
3.6.2.2 Instrumen Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang terjadi saat penelitian berlangsung. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui penerapan model Problem Based Learning berbantuan video dan perkembangan kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai pelaksana pembelajaran. Sedangkan penulis meminta teman sejawat guru untuk menjadi observer. Penulis bertindak sebagai pengamat proses pembelajaran serta sebagai dokumenter. Ada dua hal yang menjadi fokus pengamatan, yakni kegiatan guru saat mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penilitian ini menggunakan dua lembar observasi, yaitu lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi kinerja siswa. Lembar observasi untuk kinerja guru menggunakan Rating Scale (Suyigono, 2010: 141-144) dengan rentan skor 1-4 dengan 28 item dan skor maksimal adalah 112. Kriteria yang ditetapkan berdasarkan skor tersebut dapat dikategorikan dalam tingkat ”sangat tidak baik” jika skor hasil pengamatan ≤ 28, tingkat “tidak baik” jika skor hasil pengamatan 29-56, tingkat “baik” jika skor hasil pengamatan 57-84, dan tingkat “sangat baik” jika skor hasil pengamatan 85-112. Adapun kisi-kisi lembar observasi guru tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
Aspek yang
diamati Indikator No. Item
Kegiatan Awal Pembelajaran
Memeriksa kesiapan ruang, alat, media, dan siswa 1 – 2
Kegiatan apersepsi 3
Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
Kegiatan Inti Pembelajaran
Penyampaian materi 5 – 7
Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik 8 – 12 Penerapan Problem based learning 13 – 18
Pemanfaatan media 19 – 22 Penggunaan bahasa 23 – 25 Kegiatan Akhir Pembelajaran/ Penutup Refleksi pembelajaran 26 Pelaksanaan evaluasi 27
Pelaksanaan tindak lanjut 28
Lembar observasi untuk aktivitas siswa menggunakan Rating Scale (Suyigono, 2010: 141-144) dengan rentan skor 1-4 dengan 19 item dan skor maksimal adalah 76. Kriteria yang ditetapkan berdasarkan skor tersebut dapat dikategorikan dalam tingkat ”sangat tidak baik” jika skor hasil pengamatan ≤ 19, tingkat “tidak baik” jika skor hasil pengamatan 20-38, tingkat “baik” jika skor hasil pengamatan 39-57, dan tingkat “sangat baik” jika skor hasil pengamatan 58-76. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa
Aspek yang diamati Indikator No. Item
Kegiatan Awal Pembelajaran
Ketenangan menempati tempat duduk 1
Mempersiapkan buku catatan 2
Menjawab apersepsi 3
Memperhatikan tujuan pembelajaran 4
Kegiatan Inti Pembelajaran
Penjelasan materi pembelajaran 5 – 7 Penggunaan Problem based learning 8 – 14
Pemanfaatan media video 15 – 17
Kegiatan Akhir Pembelajaran
Membuat rangkuman materi yang dipelajari 18 Mengerjakan soal dan menerima tindak lanjut 19
Jumlah 19
3.7 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah terjadinya kenaikan hasil belajar yang ditunjukkan adanya kenaikan skor hasil belajar siswa. Target Ketuntasan hasil belajar IPS (KKM =70) dan dicapai minimal 85% dari seluruh siswa yang ada.
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. (Arikunto 2006 : 168).
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 184) mengemukakan bahwa suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,2. Jadi, instrumen dikatakan valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Tingkat validitas dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan setiap skor pada butir instrument dengan total skor setelah dikurangi butir skornya sendiri (corrected item to total correlation) dengan dinotasikan (r). Mengukur validitas digunakan program komputer Statistical Package for the Social Science (SPSS) versi 16.0. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Koefisien Validitas
r < 0,20 tidak ada validitas 0,20 ≤ r < 0,40 validitas rendah 0,40 ≤ r ≤ 0,60 validitas sedang 0,60 ≤ r < 0,80 validitas tinggi 0,80 ≤ r < 1,00 validitas sempurna
Tabel 3.7 merupakan hasil uji validitas soal pada siklus I dan siklus II yang diujikan pada siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 yang berjumlah 18 siswa dengan mengerjakan 30 butir soal.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
No Item
Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 14,15,16, 17,18, 19, 21, 22, 23, 25,26, 27,28, 29,30, 29,30 5,9, 12, 13, 20, 24, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10,11,12,13,15,16,17,1 8,19,20,2122,23,24,25, 26,27,29,30 5, 8, 14, 28 24 6 26 4 3.7.2 Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006: 178) reabilitas menunjuk pada pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi instrumen. Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten karena pengukuranya menghasilkan alat yang minimal. Uji reliabilitas dilakukan oleh bantuan SPSS 16,0. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi menggunakan ketentuan yang dikemukakan oleh George dan Mallery (dalam Sudijono, 2011: 254-259) pada tabel 3.8 dan hasilnya pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.8
Koefisien Reliabilitas dan Kategori Koefisien Reliabilitas Kategori
< 0,7 Tidak reliable
0,7 < ≤ 0,8 Dapat diterima 0,8 < ≤ 0,9 Reliabel Bagus 0,9 < ≤ 1,0 Reliabel memuaskan
Tabel 3.9
Hasil Reliabilitas Siklus I dan Siklus II
3.7.3 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu butir soal meneurut Slameto (Nanik 2012:338). Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah, sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal tersebut semakin sukar. Menurut Aiken (Naniek 2012:338) tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam betuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Indeks tingkat kesukaran (P) dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
=
Reliability Statistics Siklus I
Cronbach's Alpha N of Items
.897 30
Reliability Statistics Siklus II
Cronbach's Alpha N of Items
Keterangan:
P = Angka indeks kesukaran item
B = Banyaknya testee yang menjawab benar N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar
Cara memberikan penafsiran terhadap angka indek kesukaran item adalah sebagai berikut.
Kurang dari 0,25 = sukar 0,25-0,75 = sedang Lebih dari 0,75 = mudah
Tabel 3.10 merupakan hasil dari uji kesukaran pada siklus I dan siklus II yang diujikan pada siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 1 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Kesukaran Soal
Indek Kriteria Siklus I Siklus II
Nomor Soal Jumlah Nomor Soal Jumlah
≤ 0,25 Sukar 3, 18, 21, 3 3, 18, 21 3 0,25-0,75 Sedang 2,5,7,8,9,10,11 12,13,14,15,16 17,19,20,22,23 24,25,26,27,29 30 23 1,2,4,5,7,8,9 10,11,12,13, 14,17,19,20, 22,23,24,25, 26,27,29, 22 ≥ 0,75 Mudah 1,4,6,28 4 6,15,16,28, 30 5