• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Mariah Jambi merupakan salah satu Desa di Kabupaten Simalungun yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah Jambi. Suku dan Budaya yang ada didalam masyarakat beragam, ada Suku Jawa, Batak, Minang, Mandailing, dan Karo. Tetapi suku yang paling mendominasi di Desa Mariah Jambi yaitu Suku Jawa. Walaupun Suku Jawa yang mendominasi tetapi masyarakatnya tidak hidup berkelompok dengan satu sukunya saja, melainkan mereka hidup berbaur dan saling melengkapi. Masyarakat yang tinggal di Desa Mariah Jambi juga beragam mata pencahariannya seperti: petani, buruh pabrik, buruh bangungan, buruh tani tetapi ada pula sebahagian kecil masyarakatnya yang bekerja pada instansi pemerintahan. Di Desa Mariah Jambi ada suatu perilaku yang tidak biasa dilakukan di Desa-Desa lain yaitu “Ninja Sawit”. Ninja Sawit ini dijadikan sebagai suatu usaha untuk menambah penghasilan bagi masyarakat, oleh karena itu peneliti tertarik untu meneliti tentang “Ninja Sawit”.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Mariah Jambi masih jauh dari keadaan cukup atau yang tergolong kedalam kategori miskin. Keadaan ini dikarenakan minimnya penghasian dan kelangkahan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan merupakan hal yang sulit, karena mereka tidak memilki cukup biaya untuk menyekolahkan anaknya. Akibat minimnya pendidikan membuat mereka dengan mudah melanggar hukum atau norma yang berlaku di dalam masyarakat.

(2)

2 Contohnya kedalam “Ninja Sawit” untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomimya (sumber data kantor kelurahan mariah jambi)

Dalam buku Elly M. Stiadi dan Usman Kolip ketimpangan ekonomi sering kali menimbulkan tindak kejahatan manusia, sebab kemiskinan sering mendorong manusia untuk melakukan penyimpangan seperti mencuri, mencopet, merampok hingga sampai bentuk pembunuhan. Seperti yang terjadi di Desa Mariah Jambi ketimpangan ekonomi membuat mereka melakukan penyimpangan yaitu “ninja sawit”

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhaan hidup yang pokok. Dikatakan dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti, pangan, tempat berteduh, dan lain-lain (Emil Salim, 1982). Persepsi masyaraka terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah bernilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.

Banyaknya masyarakat Desa Mariah yang termasuk ke dalam kategori miskin karena gaji yang diperoleh selama bekerja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena mereka hanya bekerja sebagai buruh pabrik dan

(3)

3 hanya mendapat Upah perhariny sebesar Rp. 45.000, dan upah buruh tani hanya Rp.70.000 tetapi kalau menjadi buruh tani kerjanya tidak setiap hari ada, satu minggu itu biasanya kerja hanya 3-4 kali saja, terkadan dalam satu minggu tidak ada kerja sama sekali. Ada juga yang bekerja sebagi BHL (Buruh Harian Lepas) di PTN IV Bah Jambi. BHL ini belum menjadi karyawan tetap diperkebunan, kerja yang biasa mereka lakukan yaitu sebagai pemanin buah, hitungan gajinya tergantung seberapa banyak buah yang di dapat biasanya setiap Kg nya di hargai Rp. 100. Jadi gaji yang di dapatnya selama bekerja satu hari itu hanya cukup untuk satu hari itu saja. Maka untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya mereka melakukan pekerjaan mencuri sawit atau yang biasa di sebut juga “ninja sawit”

Untuk membantu menambah pendapatan dalam keluarga para wanita/istri juga ikut bekerja sebagai buruh tani walaupun gaji yang diperoleh sedikit, biasanya mereka bekerja di ladang/sawah orang untuk pekerjaan yang ringan-ringan saja seperti menanam padi, menanam jagung memupuk, panen dan sebagainya. Biasanya gaji yang diperoleh dalam satu hari hanya Rp. 20.000 saja. Tetapi setidaknya sudah dapat membantu menyambung hidup keluarganya. Mereka tidak hanya bekerja sebagai buruh tani saja tetapi ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Sementara itu di sekeliling mereka perkebunan sawit yang luas dan buahnya yang banyak membuat mereka tergiur untuk memanen (mencuri). sehingga dijadikan masyarakat sebagai sumber yang dapat menambah perekonomian keluarga dan waktu untuk melakukan “Ninja Sawit” lumayan banyak dan mereka juga sudah mengetahui waktu-waktu para patroli untuk keliling. Jadi pada waktu dan kesempatan itu lah mereka melakukan aksinya.

(4)

4 Masyarakat sudah biasa melihat tindakan “ninja sawit” yang sebenarnya sudah jelas-jelas prilaku menyimpang. “Ninja Sawit” dijadikan salah satu sasaran bagi mereka untuk menambah penghasilan, “Ninja Sawit” lebih sering dilakukan di malam hari atau diwaktu-waktu senggang mereka jadi tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari mereka. “Ninja Sawit” hanya membutuhkan waktu kerjanya sangat singkat tetapi hasilnya lumayan besar. Para “Ninja Sawit” beroperasi dalam bentuk kelompok (kerja sama) yang menggunakan kekompakan yang sangat tinggi karena “Ninja Sawit” cara beroperasinya harus cepat maka mereka harus membagi tugas masing-masing seperti, ada yang memanen sawit, ada yang mengangkat dan biasanya sawit yang di ambil di simpan di belakang rumah warga atau langsung disimpan di gudang penyimpanan khus buah “ninja” kemudian ada juga yang menjaga pasar untuk mengetahui situasi aman atau tidak supaya mereka cepat selesainya.

Mereka tidak lagi peduli dengan sanksi atau hukuman dari pihak perkebunan PTPN IV jika sudah tertangkap pada waktu “Ninja Sawit”. Bahkan tidak main-main hukuman yang di jatuhka pada mereka pelakunya yaitu hukuman penjara tetapi mereka tidak menghiraukan itu karna memang kebutuhan hidup yang sudah benar-benar sangat mendesak. Adapun upaya pihak perusahaan PTPN IV Bah Jambi untuk menanggulangi para “Ninja Sawit” dengan cara mengerahkan atau menurunkan tim yang sering disebut Papam, dan centeng untuk menjaga perkebunan. Mereka secara rutin bergantian patroli mengelilingi perkebunan setiap waktu untuk mengamankan perkebunan dari para “Ninja Sawit” tetapi usaha ini sia-sia.

(5)

5 Gejala suatu penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak mustahil mengakibatkan timbulnya budaya khusus (sub-culture). Menurut Sebalt, maka kebudayaan khusus merupakan bagian dari kebudayaan umum yang dianut oleh bagian tertentu dari masysrakat dan penduduk kebudayaan umum (Hans Sebald 1969: 205) kebudayaan khusus tadi mungkin sesuai dengan kebudayaan umum, atau mungkin bertentangan (counter-culture). Walaupun bertentangan, kebudayaan tandingan tidak selalu buruk. (Soerjono Soekanto. 1992: 92)

Dalam penelitian ini peneliti akan membahas masalah “Ninja Sawit” yang terjadi pada masyarakat Desa, tepatnya di Desaa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi, Kabupatrn Simalaungun. Sebagai masyarakat Desa kebiasaan “Ninja Sawit” yang dilakukan masyarakat tidaklah lumrah.

1.2 Rumusan Masalah

berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “Ninja Sawit” ? 2. Bagaimana jaringan kerja “Ninja Sawit”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarka rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

(6)

6 2. Untuk bagaimana jaringan yang terbagun dalam “Ninja sawit” di Desa

Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapu manfaat menelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih tentang perilaku menyimpang dipedesaan, kemudian dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan perilaku menyimpang.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan “Ninja Sawit” dan bagai mana jaringan yang terbangun di dalam “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitia ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan pengelola perkebunan dalam hal penanggulangan para “Ninja Sawit” dan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan mahasiswa dalam membuat kajian ilmiah sehingga diharapka dapat menjadi rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

(7)

7 1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu penghasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk ke kenyataanya dan bukan merupakan refleksisempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (Suyoto, 2005:49). Defenisi konsep adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

1. “Ninja sawit” yaitu usaha menambah penghasilan atau sumber penghasian masyarakat tetapi juga tindakan menyimpang yang melanggar ketentuan norma dan nilai yang berlaku. “Ninja” ini diartikan “mencuri” yang dilakukan oleh orang-orang, biasanya “Ninja Sawit” ini dilakukan secara berkelompok dan waktu kerjanya pun tidak menentu kadang dilakukan siang hari, malam hari maupun pagi Tetapi mereka lebih sering “Ninja” di malam hari. Ketidak menentuan mereka “Ninja” dikarenakan penjagaan perkebunan yang sangat ketat. Adapun oknum/orang yang melakukannya mulai dari anak remaja sampai yang tua.

2. Toke atau agen Merupakan orang yang menerima sawit hasil “Ninja” dari para “Ninja” atau mengumpulkan dari hasil panen atau hasil “ninja sawit”

3. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam satu kelompo ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun dalam bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerja sama atau koordinasi antar warga yang

(8)

8 di dasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprositas (Damsar, 2002:157).

4. Penyimpangan Sosial adalah Perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tersebut dalam masyarakat. Perbuatan yang mengabaikna norma, penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak memenuhi patokan baku di dalam masyarakat, biasany dikaitkan dengan perilaku-perilaku negatif. (Cohen, 1992:281)

5. Centeng adalah sebutan nama untuk penjaga perkebunan yang di utus dari perusahaan untuk menjaga keamanan perkebunan.

6. Pentolan adalah sebutan nama unuk penjaga keamanan ninja sawit yang di utus oleh Toke untuk menjaga keamanan pada saat beroprasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Siswa Kelas III SDN Bone-Bone Kecamatan Bangkurung

Asuransi Takaful Umum Kantor Perwakilan Purwokerto telah menerapkan syariah marketing tactic yaitu dari segi diferensiasi (differentation), bauran pemasaran

Perusahaan ini berada dibawah rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga

Jadi pada dasarnya, yang dimaksud dengan Perencanaan atau Planning ini dalam Manajemen adalah menentukan tujuan organisasi dan memutuskan cara yang terbaik untuk

Ahmad Dahlan dalam novel ”Sang Pencerah” karya Akmal Nasery Basral dalam bentuk perilaku sang tokoh yang diungkapkan pengarang.. memunculkan perilaku-perilaku berani , prinsipil

Audit harus dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh yang memadai dalam mendeteksi salah saji

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Penyebab Kegagalan Dalam Pemberian ASI

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang