• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

5.1. Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor

Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun 1972 oleh Prof. Dr. Darjo Somaatmadja yang saat itu bekerja di Balai Besar Penelitian Hasil Pertanian. Uji coba pertama pada tahun 1972 tidak berhasil. Selanjutnya pada tahun 1975, proses pembuatan nata de coco diseminarkan secara nasional pada Seminar Teknologi Pangan II yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penelitian Hasil Pertanian dan pada saat itu dilakukan uji coba kedua. Uji coba kedua berhasil membuat lembaran nata de coco.

Pembuatan nata de coco awalnya diusahakan dalam skala rumah tangga sekitar tahun 1980-an dengan penggunaan bahan baku air kelapa dalam jumlah yang relatif sedikit. Usaha ini diawali oleh seorang alumni IPB yaitu Bapak Ir. Yohanes. Saat ini perusahaannya diberi nama ST dengan merek produk KS.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, jumlah industri nata de coco yang terdaftar sebanyak 23 perusahaan, namun setelah dilakukan peninjauan ke lapangan, dari 23 perusahaan tersebut banyak yang sudah tidak beroperasi lagi, yang disebabkan oleh : pemiliknya meninggal dunia, pindah keluar wilayah kota Bogor dan gulung tikar. Industri nata de coco di Kota Bogor saat ini ada yang membuat sendiri lembaran natanya, tapi ada juga yang membelinya dari industri di wilayah Bogor dan luar wilayah Bogor baik dalam bentuk lembaran nata maupun nata yang sudah dipotong-potong. Hal ini dikarenakan tuntutan lingkungan yang tidak menginginkan bau dari proses pembuatan lembaran nata de coco dan dianggap lebih praktis jika membeli.

Industri nata de coco yang terdapat di Kota bogor semuanya masih termasuk kelompok industri kecil. Menurut Depperindag RI yang tertuang dalam rencana induk pengembangan IKM 2002-2004, defenisi industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa ntuk diperniagakan secara komersial yang mempunyai kekayaan bersih Rp. 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp. 1 milyar atau kurang. Nilai investasi disini dihitung berdasarkan mesin, peralatan dan modal kerja selama 4 bulan, sedangkan kendaraan, tanah dan bangunan tidak termasuk dalam perhitungan nilai investasi ini.

(2)

Teknologi yang digunakan oleh industri nata de coco di Kota Bogor pada awalnya masih sederhana, dimana dalam proses pemotongan lembaran natanyapun masih menggunakan pisau, perebusan masih menggunakan kompor biasa dan pengepakan masih manual (sealer manual). Saat ini beberapa perusahaan sudah menggunakan teknologi lebih modern, misalnya dalam hal pemotongan sudah menggunakan mesin potong sehingga ukuran yang dihasilkan lebih seragam dan rapih, perebusan ada yang sudah menggunakan kompor gas, bahkan ada yang sudah menggunakan boiler sebagai sumber energinya (sumber panasnya), sedangkan dalam hal pengepakan sudah menggunakan sealer semi otomatis (memasukkan nata masih manual, sedangkan penambahan larutan sirup nata sudah secara otomatis) 2 line sampai 8 line.

Produk yang dihasilkan oleh industri nata de coco di Kota Bogor pada umumnya nata de coco dalam kemasan yang siap dikonsumsi. Kemasan yang dihasilkan ada dalam bentuk plastik ½ kg, cup atau gelas plastik ukuran 220 ml, 200 ml dan 120 ml. Wilayah pemasaran industri nata de coco di Kota Bogor pada umumnya adalah daerah Jabotabek, tetapi ada juga yang sudah mencapai pulau Sumatera dan Kalimantan.

5.2. Proses Pembuatan Nata de Coco

Proses pembuatan nata de coco dalam gelas plastik terdiri dari tahapan proses penyaringan, perebusan air kelapa, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan starter, fermentasi (pemeraman), pemanenan, pembersihan permukaan atas lembaran nata, pemotongan, perebusan, pembuatan sirop nata dan pengemasan.

1. Penyaringan

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang pada umumnya masih kotor. Agar air kelapa ini bersih dari kotoran dan kontaminan fisik lainnya, maka air kelapa ini disaring dengan menggunakan saringan yang terbuat dari dari kain kasa.

2. Pencampuran

Air kelapa yang sudah bersih atau jernih dimasukkan kedalam panci besar, kemudian ditambahkan gula dan asam cuka. Setiap 100 liter ditambahkan 960 ml gula (4 x gelas plastik @ 240 ml) dan 600 ml asam cuka.

(3)

3. Perebusan

Air kelapa yang sudah bersih atau jernih direbus dengan menggunakan panci besar diatas api hingga mendidih. Tujuan perebusan ini adalah untuk membunuh mikroorganisme dan kontaminan biologis yang terdapat dalam air kelapa. Selama perebusan air kelapa harus diaduk. Setelah panas, tambahkan Zwavelzuur Ammonia (ZA) atau Amonium sulfat, setiap 100 liter ditambahkan Amonium sulfur sebesar 480 ml, kemudian rebus hingga mendidih. Aduk hingga larutan tercampur, larutan ini harus memiliki pH 3-4. 4. Penempatan dalam wadah fermentasi

Air kelapa asam bergula dari hasil perebusan dituangkan kedalam wadah fermentasi (baki/loyang) dalam keadaan masih panas atau suam-suam kuku dengan menggunakan gayung. Setiap baki atau loyang diisi satu gayung larutan (sekitar 1.25 liter)

5. Pendinginan

Setelah agak dingin, baki atau loyang disimpan dalam rak fermentasi. Tutup baki atau loyang dengan kertas koran bersih dan ikat dengan karet gelang. Biarkan selama 24 jam. Tujuan pendinginan ini adalah agar pada saat inokulasi (penambahan starter), bakteri yang terdapat dalam starter tidak mati karena jika penambahan starter dilakukan pada saat media dalam keadaan panas, maka bakteri tersebut akan mati.

6. Penambahan starter

Penambahan starter dilakukan untuk menumbuhkan Acetobacter xylinum dan memfermentasi air kelapa sehingga dalam metabolismenya membentuk nata. Untuk setiap baki atau loyang yang sudah berisi larutan ditambahkan 60 ml starter dengan cara membuka sedikit kertas koran dibagian sudutnya.

7. Fermentasi (Pemeraman)

Setelah penambahan starter, tutup dan ikat kembali baki atau loyang. Kemudian simpan diruang inkubasi. Baki disusun bertumpuk secara rapi, kemudian diberi kode sesuai dengan hari dimulainya pemeraman. Pemeraman atau fermentasi dilakukan selama seminggu.

8. Pemanenan

Setelah proses fermentasi (pemeraman) selama 1 minggu (7 hari), nata tersebut siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan pada hari yang sama dengan saat dimulainya fermentasi. Lembaran nata de coco yang dipanen disortir menurut kriteria kualitas, yang dilihat berdasarkan warna, bau,

(4)

ketebalan dan ada/tidaknya kotoran. Lembaran nata tersebut kemudian ditempatkan kedalam drum plastik besar yang sudah berisi air. Setiap loyang biasanya menghasilkan lembaran nata seberat 1 kg. Lembaran nata ini pada umumnya memiliki ketebalan 1.0 - 1,5 cm.

9. Pembersihan permukaan atas lembaran nata

Lembaran nata yang sudah disortir kemudian dibersihkan permukaan atasnya dengan menggunakan kain lap. Setelah dilakukan pembersihan permukaannya. Lembaran nata tersebut dicuci hingga bersih. Nata yang telah bersih langsung dikirim ketempat pemotongan dengan menggunakan drum plastik besar yang telah diisi air.

10. Pemotongan

Lembaran nata de coco yang sudah bersih dibawa ke tempat pemotongan nata. Pemotongan nata dilakukan dengan menggunakan mesin khusus pemotong nata. Ukuran potongan nata bervariasi sesuai pesanan diantaranya 1 x 1 cm atau 1,2 x 1,2 cm atau 0,3 x 0,3 cm, sedangkan tingginya (ketebalannya) tergantung dari tebal lembaran nata yang dihasilkan. Nata de coco yang sudah dipotong-potong ini ditampung dalam drum plastik besar yang sudah diisi air.

11. Perebusan potongan nata de coco

Untuk nata yang siap dikonsumsi (dalam kemasan gelas plastik), maka potongan nata direbus terlebih dahulu. Potongan nata de coco yang berbentuk dadu direbus dengan tujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme dan menghilangkan bau dan rasa asam yang terdapat pada nata mentah. Perebusan ini juga dilakukan untuk memperbaiki tekstur dari nata sehingga mudah dikunyah. Perebusan ini dilakukan hingga warna nata de coco menjadi putih bersih.

12. Pembuatan sirop nata

Sirop nata dibuat dengan menggunakan gula, natrium benzoat, asam sitrat dan diberi flavour sesuai pesanan. Sirop nata ini nanti digunakan sebagai bahan pencampur nata pada saat dikemas.

13. Pengemasan

Potongan nata yang sudah direbus dimasukkan kedalam gelas plastik (kapasitas 220 ml) sebanyak 1/2 - 2/3 bagian, kemudian ditambahkan sirop atau air gula (dalam keadaan panas). Setelah itu, gelas plastik ini ditutup dengan plastik yang bermerek perusahaan, menggunakan sealer.

(5)

Adapun diagram alir proses pembuatan nata de coco dalam kemasan gelas plastik dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de Coco dalam Gelas Plastik.

Air Kelapa

Penyaringan

Pencampuran

Penempatan dalam Wadah Fermentasi

Pendinginan

Penambahan Starter

Fermentasi (Pemeraman)

Pemanenan dan Perendaman

Pembersihan permukaan dan pencucuian

Pemotongan

Perebusan

Pengemasan

Nata de Coco dalam Gelas Plastik

Starter (bibit)

Perebusan Gula, Asam cuka

Amonium Sulfur

Pembuatan Sirop Nata

(6)

5.3. Kriteria Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco

Perusahaan nata de coco di Kota Bogor secara umum merupakan industri kecil yang menghasilkan produk berupa nata de coco dalam gelas plastik. Kondisi perusahaan nata de coco di Kota Bogor ada yang maju, sedang dan kurang maju. Oleh karena itu dilakukan pengelompokan/pengelompokan perusahaan nata de coco di Kota Bogor. Pengelompokan ini menggunakan beberapa kriteria, nilai yang diperhitungkan untuk setiap kriteria berbentuk angka (numerik). Untuk kriteria yang penilaiannya bukan numerik, diberikan skor berdasarkan aturan tertentu. Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor adalah :

1. Volume Penjualan

Volume penjualan perusahaan dihitung berdasarkan volume penjualan pada satu tahun terakhir (tahun 2004) karena adanya fluktuasi penjualan dari bulan ke bulan, sehingga dengan menghitung volume penjualan dalam waktu satu tahun maka akan diperoleh data yang lebih akurat. Perusahaan yang memiliki volume penjualan lebih tinggi merupakan perusahaan yang lebih maju dibandingkan perusahaan yang memiliki volume penjualan yang rendah.

2. Jumlah Investasi

Jumlah investasi merupakan nilai uang yang ditanamkan perusahaan pada usaha yang sedang dijalankan. Nilai investasi disini berdasarkan nilai uang dari mesin produksi, mesin perkantoran dan peralatan produksi yang dimiliki perusahaan, sedangkan nilai uang dari tanah, bangunan dan kendaraan tidak dimasukkan dalam perhitungan.

3. Total Produksi

Total produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan perusahaan selama periode waktu satu tahun (tahun 2004).

4. Segmen Pasar

Segmen pasar merupakan bagian dari pasar yang menjadi sasaran penjualan perusahaan, segmen pasar disini dikategorikan pada tiga bagian yaitu golongan menengah ke bawah dan golongan menengah ke atas. Perusahaan yang mampu memperoleh segmen pasar lebih tinggi merupakan perusahaan yang mampu menghasilkan produk lebih baik, sehingga perusahaan ini akan memperoleh skor tertinggi.

(7)

Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan yang tidak membuat nata kemasan, skornya 0

- Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke bawah, skornya 1

- Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke atas, skornya 2 - Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke bawah dan

menengah ke atas, skornya 3 5. Usia Perusahaan

Usia perusahaan dilihat berdasarkan tahun berdirinya perusahaan, hal ini memberikan gambaran tentang lamanya sebuah perusahaan beroperasi di industri nata de coco. Perusahaan yang telah lama beroperasi dianggap lebih berpengalaman dibandingkan perusahaan yang baru beroperasi.

6. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja berkaitan dengan banyaknya orang yang bekerja pada perusahaan dan terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan hanya tenaga kerja bagian produksi. Tenaga kerja yang diperhitungkan adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi normal, bukan tenaga kerja pada waktu produksi banyak atau berlimpah.

7. Tempat Penjualan Produk

Tempat penjualan produk perusahaan merupakan lokasi dimana produk nata de coco perusahaan dijual dan dapat diperoleh oleh konsumen. Tempat penjualan produk ini bisa di pasar tradisional, pedagang kaki lima, minimarket, swalayan atau supermarket. Semakin banyak lokasi penjualan perusahaan maka akan semakin mudah memperoleh produk tersebut dan kesempatan untuk menjangkau pasar juga semakin besar. Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan yang tidak membuat nata kemasan, skornya 0

- Perusahaan yang menjual produknya pada pedagang kaki lima atau pedagang pasar tradisional, skornya 1

- Perusahaan yang menjual produknya pada minimarket dan supermarket, skornya 2

- Perusahaan yang menjual produknya pada minimarket, supermarket dan pedagang kaki lima atau pedagang pasar tradisional, skornya 3

(8)

8. Wilayah Pemasaran

Wilayah pemasaran mencakup seluruh daerah atau lokasi penjualan produk perusahaan yang masih aktif sampai dengan saat ini.

Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor, skornya 1.

- Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor dan Jakarta, skornya 2. - Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor, Jakarta dan daerah

lainnya, skornya 3.

9. Jumlah Distributor Pemasaran

Jumlah distributor pemasaran memperlihatkan banyaknya distributor yang dimiliki perusahaan dan terlibat langsung dalam memasarkan produk perusahaan, hal ini akan memberikan jaminan bagi kontinuitas pemasaran produk perusahaan.

10. Pendidikan Tenaga Kerja

Pendidikan tenaga kerja merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh tenaga kerja perusahaan. Pendidikan tenaga kerja meliputi SD, SMP, SMU, D-1, D-2, D-3, S-1, S-2 dan S-3.

Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SD, skornya 1.

- Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SMP, skornya 2.

- Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SMA, skornya 3.

- Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi D-3 atau S-1, skornya 4.

11. Alat Pengepakan

Alat pengepakan merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengemasan terutama dalam pembutan nata de coco dalam gelas. Alat pengepakan ini bisa berupa peralatan manual (sealer manual) dan semi otomatis (sealer semi otomatis 2 line, 4 line, 8 line dst).

Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan yang memiliki tidak memiliki alat pengepakan, skornya 0. - Perusahaan yang memiliki sealer manual untuk pengepakan produk,

(9)

- Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 2 line untuk pengepakan produk, skornya 2.

- Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 4 line untuk pengepakan produk, skornya 3.

- Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 8 line untuk pengepakan produk, skornya 4.

12. Alat Angkut Pemasaran

Alat angkut pemasaran merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Sarana transportasi dapat berupa kendaraan kendaraan roda empat (mobil biasa, pick up, engkel) dan kendaraan roda enam (truk, kontainer).

Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah :

- Perusahaan yang memiliki mobil biasa sebagai alat angkut pemasaran, skornya 1.

- Perusahaan yang memiliki mobil pick up sebagai alat angkut pemasaran, skornya 2.

- Perusahaan yang memiliki mobil engkel kecil sebagai alat angkut pemasaran, skornya 3.

- Perusahaan yang memiliki mobil engkel besar sebagai alat angkut pemasaran, skornya 4.

- Perusahaan yang memiliki truk atau kontainer sebagai alat angkut pemasaran, skornya 5.

Kriteria-kriteria diatas memiliki bobot yang berbeda satu dengan yang lainnya, bobot ini diperoleh dengan menggunakan pairwise comparison berdasarkan pendapat dari pakar. Hasil gabungan pendapat pakar untuk kriteria pengelompokan industri yang telah diolah menggunakan expert choise 2000 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil pembobotan terlihat bahwa kriteria volume penjualan (0.231), jumlah investasi (0.181), total produksi (0.173), segmen pasar (0.084) dan usia perusahaan (0.070) secara berurutan merupakan lima kriteria yang memiliki bobot tertinggi dan menjadi fokus utama dalam mengelompokkan industri nata de coco di Kota Bogor. Hal ini memperlihatkan bahwa kriteria yang memiliki nilai kuantitatif sangat menjadi perhatian dalam mengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor. Adapun bobot dan peringkat dari masing-masing kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

(10)

Tabel 5. Bobot dan Peringkat dari Masing-masing Kriteria Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco

No Kriteria Pengelompokan Bobot Peringkat

1. Volume Penjualan 0.231 1

2. Jumlah Investasi 0.181 2

3. Total Produksi 0.173 3

4. Segmen Pasar 0.084 4

5. Usia Perusahaan 0.070 5

6. Jumlah Tenaga Kerja 0.062 7

7. Tempat Penjualan Produk 0.047 8

8. Wilayah Pemasaran 0.070 6

9. Jumlah Distributor Pemasaran 0.030 9 10. Pendidikan Tenaga Kerja 0.022 10

11. Alat Pengepakan 0.015 11

12. Alat Angkut Pemasaran 0.016 12 5.4. Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco

Berdasarkan hasil tinjauan di lapangan dari 23 perusahaan nata de coco yang terdaftar di Dinas Perindag Kota Bogor sebagai industri kecil, yang masih aktif beroperasi sampai saat ini sebanyak 8 perusahaan sedangkan perusahaan yang lainnya sudah tidak beroperasi lagi. Perusahaan yang sudah tidak beroperasi lagi disebabkan karena pemiliknya meninggal dunia, pindah keluar wilayah Kota Bogor dan gulung tikar. Perubahan kondisi ini banyak terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga biaya untuk operasional perusahaan semakin besar, selain itu juga disebabkan karena persaingan yang semakin ketat dan turunnya daya beli terhadap produk nata de coco di kalangan masyarakat.

Data dasar untuk setiap kriteria pengelompokan pada masing-masing perusahaan nata de coco di Kota Bogor tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan data dasar ini terlihat bahwa kondisi perusahaan nata de coco di Kota Bogor bervariasi, ada yang sudah sangat modern dan maju, namun ada juga yang masih sederhana. Data dasar ini akan digunakan sebagai input untuk membuat klaster atau kelompok perusahaan nata de coco.

Klaster yang dilakukan bertujuan untuk mengelompokkan perusahaan-perusahaan nata de coco berdasarkan kesamaan karakteristik diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan nata de coco di Kota Bogor akan

(11)

diklasifikasikan kedalam tiga kelompok sehingga perusahaan yang berada dalam satu kelompok akan mempunyai kemiripan dengan yang lainnya.

Pengelompokan perusahaan yang dilakukan menggunakan teknik K-means klaster, pengolahan data untuk pengelompokkan perusahaan nata de coco ini menggunakan bantuan software SPSS 11.0 for Windows. Input data untuk pengelompokan ini pada program SPSS dapat dilihat pada Lampiran 4. Input data tersebut harus distandarisasi sebelum dikelompokkan. Hasil dari proses standarisasi data dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hasil Proses Standarisasi Data

Data yang telah distandarisasi ini hanya bisa ditampilkan sebagian karena keterbatasan layar. Data ini kemudian diolah menggunakan bantuan software SPSS untuk mengelompokkan perusahaan nata de coco. Jumlah kelompok yang dibentuk sebanyak tiga kelompok. Keluaran dari proses pengelompokkan (klaster) ini dapat dilihat pada Gambar 10.

(12)

Gambar 10. Keluaran Klaster Perusahaan Nata de Coco

Berdasarkan output pengolahan klaster yang terdapat pada gambar diatas (kolom qcl_1), terlihat bahwa perusahaan no 1, 3, 4, 5 (ST, IMM, ET dan UI) berada pada kelompok yang sama yaitu dengan simbol angka 1 (kelompok B). Perusahaan no 7 dan 8 (EB dan RS) berada pada simbol angka 2 (kelompok C). Sedangkan perusahaan no 2 dan 6 (TK dan PT) berada pada simbol angka 3 (kelompok A). Adapun hasil pengelompokan perusahaan nata de coco di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco di Kota Bogor Kelompok Nama Perusahaan Merek Produk

1. TK CJ Kelompok A (Kinerja Tinggi) 2. PT CN 1. ST KS 2. IMM PY 3. ET KS dan NK Kelompok B (Kinerja Sedang) 4. UI KA 1. RS - Kelompok C (Kinerja Rendah) 2. EB CB

(13)

Penafsiran terhadap kelompok perusahaan diatas dilakukan berdasarkan rata-rata sampel (dalam hal ini rata-rata pada kriteria pengelompokan pada klaster tertentu). Perhitungan rata-rata sampel untuk setiap kriteria pada setiap kelompok perusahaan nata de coco dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan nilai rata-rata sampel yang diperoleh, maka disimpulkan bahwa :

1. Klaster A (Kelompok A)

Klaster A berisi perusahaan yang memiliki kinerja paling bagus. Perusahaan pada kelompok ini, kondisinya berada diatas perusahaan pada kelompok B dan kelompok C. Perusahaan ini berada diatas rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat penjualan produk, daerah pemasaran, jumlah distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja, alat pengepakan maupun alat angkut yang digunakan untuk pemasaran produk perusahaan.

2. Klaster B (Kelompok B)

Klaster B berisi perusahaan yang memiliki kinerja sedang. Perusahaan pada kelompok ini kondisinya berada dibawah kondisi perusahaan pada kelompok A, tapi lebih baik kondisinya dibandingkan perusahaan pada kelompok C. Perusahaan pada kelompok ini memiliki volume penjualan, total produksi, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat enjualan produk dan alat pengepakan berada diatas rata-rata. Sedangkan segmen pasar, jumlah distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja dan alat angkut yang digunakan dalam pemasaran produk berada dibawah rata-rata. Perusahaan pada kelompok ini memiliki daerah pemasaran yang sama dengan rata-rata. 3. Klaster C (Kelompok C)

Klaster C berisi perusahaan yang memiliki kinerja paling rendah. Perusahaan pada kelompok ini, kondisinya berada dibawah perusahaan pada kelompok B dan kelompok A. Perusahaan ini berada dibawah rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat penjualan produk, daerah pemasaran, jumlah distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja, alat pengepakan maupun alat angkut yang digunakan untuk pemasaran produk perusahaan.

(14)

Berdasarkan hasil klaster/pengelompokan ini, dipilih perusahaan yang berada pada kelompok dengan kinerja paling rendah (kelompok C) dan membuat nata de coco dalam kemasan sebagai perusahaan yang menjadi fokus utama dalam penelitian. Perusahaan RS tidak dipilih sebagai objek penelitian karena hanya membuat nata de coco berbentuk lembaran. Perusahaan yang dipilih sebagai fokus penelitian adalah Perusahaan EB dengan merek produk CB. Sedangkan perusahaan pesaing yang dipilih sebagai objek penelitian adalah ST dengan merek produk KS, IMM dengan merek produk PY dan PT dengan merek produk CN.

Gambar

Gambar 8.  Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de Coco dalam Gelas Plastik.
Tabel 5.   Bobot dan Peringkat dari Masing-masing Kriteria                                    Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco
Gambar 9.  Hasil Proses Standarisasi Data
Tabel 6.  Hasil Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco di Kota Bogor  Kelompok  Nama Perusahaan  Merek Produk

Referensi

Dokumen terkait

Limbah industri nata de coco yang ditemukan di Kota Padang berupa kotoran hasil penyaringan air kelapa, limbah cair, lapisan kulit nata de coco, nata yang tidak terpakai (hasil

Dalam menentapkan strategi pengembangan yang tepat bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi

STRATEGI PEMASARAN HUBUNGANNYA DENGAN PENJUALAN PASAR SASARAN DAYA TARIK SEGMEN STRATEGI PEMASARAN PESAING SUMBER DAYA PERUSAHAAN KEKUATAN BISNIS DI SEGMEN KRITERIA

negatif terhadap perusahaan. Namun selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak

Analisis penyusunan biaya ke dalam harga pokok penjualan, biaya standar yang ditetapkan melalui perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari metode

minuman sering ditemukan dalam produk tertentu karena ingin mendapatkan keuntungan dalam penjualan, kadar pemanis buatan jenis Sakarin pada Nata De Coco (Minuman ringan

Langkah yang dapat dilakukan berupa penetapan prosedur operasional standard penggunaan bahan (gula pasir, asam cuka, ZA) pada proses pencampuran, penjualan koran

Dengan adanya sistem verifikasi ini perusahaan dapat menjamin bahwa rencana HACCP telah berjalan dalam kegiatan operasional sehari-hari untuk menghasilkan produk yang