• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN

Rhizophora mucronata PADA BERBAGAI

TINGKAT SALINITAS

SKRIPSI

Oleh:

INTAN MARLINA GULTOM

041202012/BUDIDAYA HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(2)

Judul Penelitian : Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora mucronata pada Berbagai Tingkat Salinitas

Nama Mahasiswa : Intan Marlina Gultom Nim : 041202012

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si. Dr. Budi Utomo, SP. MP Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar. M.S Ketua Departemen

(3)

ABSTRACT

INTAN MARLINA GULTOM. Decomposition Rate of Rhizophora mucronata

Litter Leaf in the Different Salinity Level. Under Academic Supervision of

YUNASFI and BUDI UTOMO.

Mangrove important role in maintaining soil fertility forest, one of the functions of mangrove forest products to maintain soil fertility that came from litter leaf. Litter leaf give the decomposition of organic material and influenced by salinity. The litter leaf produced essence that absorbed by plants and also a source of feed for fish. This is a research in Canang Belawan, Medan.

The objectives of this research were to measure the decomposition rate of R. mucronata litter leaf at different levels of salinity as well as to determined composition of carbon (C), nitrogen (N), phosphorus (P) substance that obtained in decomposition of R. mucronata litter leaf on the different levels of salinity.

Research results indicate that the level of salinity >30 ppt decompositiated faster than the levelof salinity <30 ppt. Average decompositiated namely the level at 0-10 ppt salinity is 14,13 grams, salinity 10-20 ppt is 17,5 grams, salinity 20-30 ppt is 21,1 grams, and salinity >30 ppt is 4 grams. Leaf decomposition rate R. mucronata at the level of salinity 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, and >30 ppt are 0,36, 0,30, 0,24, and 0,72. While C elements salinity level that is 0-10 ppt, 10-20 ppt, 10-20-30 ppt, and >30 ppt is 1,38%, 2,42%, 2,5%, 0,32%. N elements in the burly offal leaves R. mucronata on the level of salinity 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, and >30 ppt is 0,026%, 0,05%, 0,031%, 0,006%, and the P elements at the salinity level of 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, and >30 ppt is 0,025%, 0,06%, 0,021%, 0,004%.

Keyword: decomposition rate, elements, litter leaf, mangrove, R. mucronata, salinity.

(4)

ABSTRAK

INTAN MARLINA GULTOM, Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora

mucronata pada berbagai Tingkat Salinitas, di bawah bimbingan YUNASFI dan

BUDI UTOMO.

Mangrove berperan penting dalam mempertahankan kesuburan tanah hutan, salah satu fungsi produk hutan mangrove untuk menjaga kesuburan tanah yang berasal dari serasah. Serasah yang mengalami dekomposisi memberikan sumbangan bahan organik yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan organisme lain di ekosistem mangrove. Proses diantaranya dipengaruhi oleh salinitas, selain menghasilkan bahan organik, serasah juga melepaskan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dikawasan pesisir.

Tujuan penelitian adalah untuk mengukur laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas serta untuk menentukkan kandungan unsur karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serasah daun R. mucronata yang ditempatkan pada tingkat salinitas >30 ppt lebih cepat terdekomposisi daripada tingkat salinitas < 30 ppt. Rata-rata serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi yaitu pada tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 14,13 gram, salinitas 10-20 ppt adalah 17,5 gram, salinitas 20-30 ppt adalah 21,1 gram, dan salinitas >30 ppt adalah 4 gram. Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada tingkat salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt dan >30 ppt adalah 0,36, 0,30, 0,24, dan 0,72 sedangkan unsur hara C serasah daun R. mucronata yaitu tingkat salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt dan >30 ppt adalah 1,38%, 2,42%, 2,5%, 0,32%. Unsur hara N pada serasah daun R.mucronata yaitu pada tingkat salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt dan >30 ppt adalah 0,026%, 0,05%, 0,031%, 0,006% serta unsur hara P serasah daun R.mucronata pada tingkat salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt dan >30 ppt adalah 0,025%, 0,06%, 0,021%, 0,004%. Kata kunci : mangrove, laju dekomposisi, R. mucronata, salinitas, serasah, unsur hara.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibolga pada 18 Januari 1986 dari Bapak J.P. Gultom dan mama E. Panjaitan. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SDN 084087 Sibolga, tahun 2001 lulus dari SMPN 1 Sibolga, tahun 2004 lulus dari SMU Markus Medan. Penulis masuk Universitas Sumatera Utara Program studi Budidaya Hutan melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB).

Pada tahun 2006 bulan Juni, penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di hutan pegunungan Sopo Tinjak, hutan mangrove di Desa Bintuas dan juga Hutan Mandailing Natal di Kabupaten Mandailing Natal selama 20 hari. Pada tahun 2008 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan di Musi Hutan Persada Sumatera Selatan selama dua bulan, mulai dari bulan Juni sampai bulan Agustus. Penulis melakukan penelitian di kawasan hutan mangrove di Belawan Canang Medan selama 105 hari.

Penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen USU sebagai anggota di Tim Kehutanan selama periode 2005-2006.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya pada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini membahas tentang Laju

Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora mucronata pada Berbagai Tingkat

Salinitas dengan tujuan untuk mengukur laju dekomposisi serasah daun

R. mucronata dan mengetahui kandungan unsur karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada serasah daun R. mucronata pada berbagai tingkat salinitas.

Dengan selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda J.P Gultom dan Ibunda E. Panjaitan dan saudariku Kak Agnes dan Adik Elvina yang telah memberi dukungan. 2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si. dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP. MP. selaku

Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Sahabat-sahabatku (Grace, Lidia, Hotmian, Klara, Febroni, Yopi, Cory). 4. Teman-teman Angkatan 2004 di Departemen Kehutanan Universitas Sumatera

Utara, khususnya teman-teman di Program Studi Budidaya Hutan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Hipotesis Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian ... 3 Kerangka Pemikiran ... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Defenisi Hutan Mangrove ... 5

Manfaat Hutan Mangrove ... 6

Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia ... 7

Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove 8 Salinitas ... 8

Tanah ... 9

Cahaya ... 10

Curah Hujan ... 10

Suhu ... 11

Unsur-unsur hara yang terkandung didalam serasah daun Rhizophora mucronata ... 11 Nitrogen ... 11 Fosfor ... 12 Karbon ... 12 Hara ... 12 Dekomposisi Serasah ... 13 KONDISI UMUM Letak dan posisi ... 14

Keadaan Hidro Oseanografi ... 14

METODOLOGI PENELITIAN ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

(8)

Prosedur Penelitian ... 17

Penentuan lokasi berdasarkan tingkat salinitas ... 17

Penempatan kantong serasah daun R. mucronata ... 18

Analisis Serasah Daun R. mucronata ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Hasil Penelitian ... 23

Laju Dekomposisi ... 23

Makrobentos ... 25

Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen, Fosfor ... 26

Pembahasan ... 30

Laju Dekomposisi ... 30

Faktor lingkungan ... 31

Makrobentos ... 32

Kandungan Unsur Hara ... 33

Karbon ... 33

Nitrogen ... 34

Fosfor ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Luas hutan mangrove di Indonesia ... .. 8 2. Kandungan unsur hara di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove ... ..12 3. Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2. Rata-rata sisa serasah daun Rhizophora mucronata selama 105 hari ... 24

3. Laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata selama 105 hari pada berbagai tingkat salinitas ... 24

4. Sisa serasah yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke-105 ... 25

5. Makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun R. mucronata. Siput laut (a), (b), (c), cacing (d), (e), kepiting (f).. ... 26

6. Unsur hara karbon pada berbagai tingkat salinitas ... 27

7. Unsur hara nitrogen pada berbagai tingkat salinitas ... 28

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

 

No. Teks Halaman

1. Perhitungan Laju Dekomposisi Metode Olson ... 40 2. Berat awal serasah daun R. mucronata ... 41 3. Berat laju dekomposisi serasah daun R. mucronata ... 42

4.

Makrobentos yang terdapat didalam kantong serasah daun R. mucronata ... 43

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove merupakan suatu ekosistem dengan fungsi yang unik di kawasan pesisir. Pengaruh laut dan daratan, di kawasan ekosistem mangrove menyebabkan terjadi interaksi kompleks antara sifat fisik dan sifat biologi. Berdasarkan sifat fisik, mangrove dapat berperan sebagai penahan ombak serta penahan intrusi dan abrasi air laut. Hutan mangrove dapat berperan sebagai sumber penghasilan masyarakat desa di kawasan pesisir, tempat berkembangnya biota laut tertentu dan flora fauna pesisir, serta dapat dikembangkan sebagai wanawisata untuk kepentingan pendidikan dan penelitian (Arief, 2003).

Mangrove berperan penting dalam melindungi pantai dari gelombang angin dan badai, tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan, lahan pertanian dari angin kencang dan intrusi air laut. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus. Lingkungan mangrove dapat menyediakan perlindungan dan sumber makanan berupa bahan-bahan organik bagi organisme di kawasan pesisir. Mangrove juga berperan penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska serta sebagai pemasok bahan organik sebagai sumber makanan bagi organisme di perairan (Davies dan Claridge, 1993 diacu oleh Noor dkk., 1999). Serasah mangrove berperan penting dalam kesuburan perairan pesisir (Nontji, 1987 diacu oleh Noor dkk., 1999). Serasah mangrove yang terdekomposisi akan menghasilkan unsur hara yang diserap oleh tanaman

(13)

dan digunakan oleh jasad renik di lantai hutan dan sebagian lagi akan terlarut dan terbawa air surut ke perairan sekitarnya (Suwarno, 1985 diacu oleh Rismunandar, 2000).

Pemanfaatan dan pengalihan hutan mangrove secara berlebihan untuk berbagai kegiatan dapat menyebabkan hutan mangrove akan rusak dan lahan akan menjadi terbuka. Akibat dari itu tanah sebagai tempat tumbuh menjadi rusak sehingga hutan mangrove tidak dapat lagi melanjutkan fungsinya sebagai penahan dari abrasi pantai, mengganggu tata air, salinitas akan meningkat dan akan menurunkan kadar keasaman tanah (Soeroyo, 1993).

Salah satu fungsi yang dapat mempertahankan kesuburan tanah hutan mangrove adalah guguran serasah daun yang berada di lantai hutan yang akan memberikan sumbangan bahan organik, Bahan organik yang diurai oleh bakteri dan fungi berasal dari serasah daun R. mucronata. Serasah daun R. mucronata yang terdapat di lantai hutan akan mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan unsur hara yang berperan dalam mempertahankan kesuburan tanah serta menjadi sumber pakan bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata melalui rantai makanan fitoplankton dan zooplankton.

Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran yang dilakukan oleh marobentos terhadap tumbuhan dan sisa bahan organik mati selanjutnya menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan proses biologi yang dilakukan oleh bakteri dan fungi untuk menguraikan partikel-partikel organik. Proses dekomposisi oleh bakteri dan fungi sebagai dekomposer mengeluarkan

(14)

enzim yang dapat menguraikan bahan organik menjadi protein dan karbohidrat (Sunarto, 2003).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengukur laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas.

2. Untuk mengetahui kandungan unsur karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang mengalami terdekomposisi pada berbagai tingkat salinitas.

Hipotesis

1. Serasah daun R. mucronata yang ditempatkan pada tingkat salinitas >30 ppt lebih cepat terdekomposisi.

2. Unsur-unsur karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) pada serasah daun R. mucronata lebih cepat dilepas pada tingkat salinitas > 30 ppt.

Manfaat Penelitian

1. Menentukan kecepatan laju dekomposisi serasah daun R. mucronata 2. Menentukan kecepatan pelepasan berbagai unsur hara C, N, P

3. Bahan acuan untuk menentukan tingkat kesuburan tanah di ekosistem mangrove

(15)

Kerangka Pemikiran

Mangrove disebut jenis pohon-pohon yang tumbuh di antara batas air tertinggi saat air pasang dan batas air terendah diatas rata-rata permukaan laut. Jenis pohon mangrove yaitu Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Nypah. Salah satu produk hutan mangrove adalah daun, daun yang jatuh ke lantai hutan disebut serasah, serasah daun tersebut akan memberikan sumbangan bahan organik yang akan mengalami dekomposisi dan dipengaruhi oleh salinitas. Serasah yang mengalami dekomposisi menghasilkan unsur hara yang digunakan tumbuhan untuk hidup dan berkembang, serta menjadi sumber pakan bagi jenis ikan dan invertebrata. Secara rinci kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

--- MANGROVE

--- Unsur-unsur hara Tumbuh-tumbuhan

(Avicenia, Rhizophora, Ceriops dsb)

Serasah daun Rhizophora mucronata ---Salinitas-- Tanah terdekomposisi

Bahan organik

Hewan-hewan laut

(Herbivora, siput, kerang, makrobentos dll) ---

PERAIRAN ESTUARI

--- Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Hutan Mangrove

Beberapa ahli mendefinisikan istilah “mangrove” secara berbeda-beda,

namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan

Wightman (1989) diacu oleh Noor dkk. (1999) mendefinisikan mangrove baik

sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai

komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral

yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung

(Saenger dkk., 1983). Sementara itu Soerianegara (1987) diacu oleh Noor dkk.

(1999) mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada

tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang

surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia,

Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypah.

Pada dasarnya karakteristik dari ekosistem mangrove adalah berkaitan dengan keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang surut, dan kandungan oksigen. Adapun adaptasi dari tumbuhan mangrove terhadap habitat tersebut tampak pada fisiologi dan komposisi struktur tumbuhan mangrove (Rismunandar, 2000).

Menurut Arief (2003) Pembagian zonasi juga dapat dilakukan berdasarkan jenis vegetasi yang mendominasi, dari arah laut kedataran berturut-turut sebagai berikut:

(17)

1. Zone Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zone ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia ini banyak ditemui berasosiasi dengan Sonneratia spp. Karena tumbuh dibibir laut, jenis-jenis ini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari hempasan ombak laut. Zone ini juga merupakan zone perintis atau pioner, karena terjadinya penimbunan sedimen tanah akibat cengkeraman perakaran tumbuhan jenis-jenis ini.

2. Zone Rhizophora, terletak dibelakang zone Avicennia dan Sonneratia. Pada zone ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman tetap terendam selama air laut pasang.

3. Zone Bruguiera, terletak dibelakang zone Rhizophora. Pada zone ini, tanah berlumpur agak keras. Perakaran tanaman lebih peka serta hanya terendam pasang naik dua kali sebulan.

4. Zone Nypah, yaitu zone pembatas antara daratan dan lautan, namun zone ini sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir (sungai) ke laut.

Manfaat Hutan Mangrove

Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan

lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk

berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove

bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak

(18)

1999). Menurut Departemen Kehutanan (2002) manfaat hutan mangrove terdiri

atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya:

- Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang - Pengendali intrusi air laut

- Habitat berbagai jenis fauna

- Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang

- Pembentukan lahan melalui proses sedimentasi - Pengontrol penyakit malaria

- Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)

- Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe hutan lain.

Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Indonesia

Hutan mangrove yang ada di Indonesia tersebar di daerah pantai yang terlindungi dan di muara-muara sungai. Indonesia terdiri dari 13,677 pulau memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 81.000 km (Kusmana dkk., 2008). Data perkiraan

luas areal mangrove di Indonesia sangat beragam sehingga sulit untuk mengetahui

secara pasti seberapa besar penurunan luas areal mangrove tersebut. Meskipun

mangrove tidak terlalu sulit untuk dikenali dari foto penginderaan jarak jauh dan

dipetakan, kenyataannya memperoleh data yang memadai mengenai luas mangrove

pada masa yang lalu dan saat ini tidak terlalu mudah (Noor dkk., 1999). Luas

(19)

Tabel 1. Luas hutan mangrove di Indonesia

No. Provinsi UNESCO 1990

(hektar)

INTAG 1993 (hektar)

1 Daerah Istimewah Aceh 50.000 102.969

2 Sumatera Utara 60.000 98.344 3 Sumatera Barat - 4.844 4 Riau 95.000 221.045 5 Jambi - 13.453 6 Sumatera Selatan 195.000 363.424 7 Bengkulu - 2.612 8 Lampung 17.000 49.443 Sumatera 417.000 856.134 10 DKI Jakarta - - 11 Jawa Barat 20.400 594.061 12 Jawa Tengah 14.000 12.188 13 DI Yogyakarta - 1.875 14 Jawa Timur - 10.156 Jawa 34.400 618.280 16 Bali - -

17 Nusa Tenggara Barat 3.700 -

18 Nusa Tenggara Timur - 4.598

Bali dan Nusa Tenggara 3.700 4.598

20 Kalimantan Barat 40.000 194.288 21 Kalimantan Tengah 10.000 48.733 22 Kalimantan Selatan 75.000 120.782 23 Kalimantan Timur 40.000 775.640 Kalimantan 165.000 1.139.443 25 Sulawesi Utara - 38.135 26 Sulawesi Tengah - 37.640 27 Sulawesi Tenggara 29.000 70.841 28 Sulawesi Selatan 24.000 104.021 Sulawesi 53.000 250.637 29 Maluku 100.000 148.696 30 Irian Jaya 2.943.000 1.326.990 Jumlah Total 3.707.100 3.771.493

Sumber : FAO, 1990 dalam Arief (2003).

Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas

Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai

jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda.

(20)

media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan

garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999).

Perkembangan salinitas berpengaruh terhadap perkembangan jenis makrobentos. Adanya masukan air sungai atau hujan akan menurunkan kadar salinitas, yang akan mengakibatkan kematian beberapa jenis makrobentos tersebut Kehidupan beberapa makrobentos tergantung pada rendahnya salinitas, tetapi ada juga sebaliknya. Aktivitas makroorganisme yang tahan terhadap salinitas yang tinggi dan mikroorganisme membantu dalam proses pendekomposisian bahan organik dalam tanah. Kadar salinitas jenis tegakan Rhizophora spp berkisar antara 32 ppt-36 ppt, pada saat keadaan air laut tidak pasang/surut (Arief, 2003).

Tanah

Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah

berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia,

substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata and Avicennia

marina (Kint, 1934).

Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan hancur oleh mikroorganisme, seperti bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus atau partikel pasir, bahan kasar, seperti potongan batu dan koral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya

(21)

tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda dan hitam (Soeroyo, 1993).

Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempung berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi lempung berpasir hanya dapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah tegakan jenis Rhizophora spp. (Arief, 2003).

Cahaya

Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga struktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi (MacNae, 1968).

Curah Hujan

Menurut Aksornkoae (1993) diacu oleh Rismunandar (2000) menyatakan bahwa jumlah dan lama pada distribusi curah hujan yang merupakan faktor untuk dapat mengatur perkembangan dan penyebaran tumbuhan. Curah hujan sangat mempengaruhi faktor lingkungan yang lain, misalnya pada suhu udara dan air,

(22)

kadar garam air permukaan dan air tanah yang ada pada gilirannya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup spesies-spesies di mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh dengan baik pada daerah curah hujan dengan kisaran 1500-3000 mm/tahun tetapi tumbuhan mangrove juga dapat ditemukan dengan curah hujan 4000 mm/tahun, yang tersebar antara 8-10 bulan dalam satu tahun.

Suhu

Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-280 C, untuk

Bruguiera spp adalah 270 C dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada

suhu 18-200 C (Hutchings dan Saenger, 1987).

Unsur-unsur hara yang terkandung di dalam serasah daun R. mucronata Nitrogen

Unsur N di dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik sisa-sisa tanaman maupun binatang, pemupukan (terutama urea dan ammonium nitrat) dan air hujan. Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisi (Hanafiah, 2003).

Nitrogen harus mengalami fiksasi menjadi NH3, NH4 dan NO3. Meskipun

beberapa organisme dapat memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, akan tetapi nitrogen di perairan tidak terdapat dalam bentuk gas. Nitrogen berupa nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO3), dan molekul

(23)

nitrogen (N2) dalam bentuk gas dan nitrogen organik berupa protein, asam amino,

dan urea (Effendi, 2003).

Fosfor (P)

Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae yang sangat mempengaruhi produktivitas perairan (Effendi, 2003).

Karbon (C)

Karbon dan oksigen yang terdapat di atmosfer berasal pelepasan CO2 dan

H2O. Oksigen secara berangsur terbentuk karena rerata produksi biomassa yang

menghasilkan oksigen melampaui sedikit respirasi yang mengkonsumsi oksigen, maka CO2 berperan dalam pembentukan iklim. Karbondioksida berperan besar

dalam proses pelapukan secara kimia batuan dan mineral (Notohadiprawiro, 1998).

Hara

Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove terdiri dari karbon, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan unsur hara di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove

Sumber : Laboratorium Fahutan, IPM, 1997

No. Jenis Daun Karbon Nitrogen Fosfor Kalium Kalsium Magnesium

1 Rhizophora 50.83 0.83 0.025 0.35 0.75 0.86

2 Ceriops 49.78 0.38 0.006 0.42 0.74 1.07

3 Avicennia 47.93 0.35 0.086 0.81 0.30 0.49

(24)

Dekomposisi Serasah

Dekomposisi serasah adalah perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah (bakteri, fungi dan hewan tanah lainnya) atau sering disebut juga mineralisasi yaitu proses penghancuran bahan organik yang berasal dari hewan dan tanaman menjadi senyawa-senyawa anorganik sederhana (Sutedjo dkk., 1991).

Serasah yang jatuh ke lantai hutan tidak langsung mengalami pelapukan oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan bantuan hewan-hewan yang disebut makrobentos. Makrobentos memiliki peran yang sangat besar dalam penyediaan hara bagi pertumbuhan dan perkembangan pohon-pohon mangrove maupun bagi makrobentos itu sendiri. Makrobentos berperan sebagai dekomposer awal yang bekerja dengan cara mencacah-cacah daun-daun menjadi bagian-bagian kecil, yang kemudian akan dilanjutkan oleh organisme yang kecil, yakni mikroorganisme (bakteri dan fungi)   yang menguraikan bahan organik menjadi protein dan karbohidrat. Pada umumnya keberadaan makrobentos mempercepat proses dekomposisi (Arief, 2003).

(25)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak/Posisi

Pelabuhan Belawan berada di dalam Wilayah kota Medan yang terletak ± 27 km dari pusat kota tepatnya pada posisi 03_47’_00” LU;980-42’-00” BT.

Keadaan Hidro Oseanografi

a. Hidrografi

Pelabuhan Belawan di muara sungai Belawan sepanjang pantai tanahnya labil berlumpur. Tingkat pengendapan/sedimentasi berkisar antara 0,4-0,2 cm/hari dan sangat dipengaruhi oleh sungai Belawan dan sungai Deli. Alur pelayaran yang dimiliki adalah sepanjang 13 km dengan lebar 100 m kedalaman 9,50 m LWS. b. Pasang surut

Air tinggi tertinggi HHWS: 3,30 MLWS Air tinggi MHWS: 2,40 MLWS Duduk tengah MSL : 1,50 MLWS Chart datum MLWS: 0,00 MLWS Air terendah LWS: 1,80 MLWS Muka surut : 1,50 MLWS Waktu tolok : GMT + 07,00

Sifat pasut : harian ganda beraturan

Tinggi air rata-rata pada pasang purnama adalah 192 cm dan saat pasang mati 56 cm. Besar perbedaan pasang surut bervariasi antara 1,1-2,7 m. Pada saat pasang

(26)

surut mati kadang-kadang sama sekali tidak arus, sedangkan di saat pasang surut perdani kadang-kadang terjadi arus keluar ± 1 mil dan arus naik ± 2 mil.

c. Gelombang

Pada daerah kawasan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya kecepatan angin maksimum mencapai 4,3 m/detik. Kondisi ini akan menimbulkan gelombang setinggi 0,6 m dan umumnya terjadi pada sore hari.

d. Arus

Arus kearah darat sangat dipengaruhi oleh Sungai Belawan dan sungai Deli, sedangkan arus kearah laut dipengaruhi oleh Selat Malaka. Faktor musim juga turut mempengaruhi arah arus demikian pula kecepatannya. Disaat pasang purnama kecepatan arus masuk mencapai 3 knot dengan kecepatan terkecil sekitar 0,2 knot. Kecepatan arus dipantai stasiun yang berada pada posisi 030-49’-18”

LU; 980-44’-04” BT.

e. Angin

1. Desember, Januari, Februari

Angin arah BL/U/TL, kecepatan 04-08 knot, Dominan TL/16 knot. Gelombang : 0,8-1,0 M

Suhu : 26,10C-29,00 C

Lembab nisbi : 81%-83% 2. Maret, April, Mei

Angin arah TL/BD/BL, kecepatan 04-07 knot, Dominan BL/12 knot. Gelombang : 0,5-1,0 M

(27)

Lembab nisbi : 79%-80% 3. Juni, Juli, Agustus

Angin arah BD/S/TG, kecepatan 04-07 knot, Dominan BL/22 knot. Gelombang : 0,5-1,0 M

Suhu : 26,00C-27,50 C

Lembab nisbi : 82%-85% 4. September, Oktober, Nopember

Angin arah TL/BD/BL, kecepatan 04-07 knot, Dominan BL/12 knot. Gelombang : 0,5-1,0 M

Suhu : 25,40C-26,00 C

Lembab nisbi : 82%-85%

(Data Fasilitas Pelabuhan Belawan, Juni 2006) Keterangan :

1. HHWS : Highest High Water Spring 2. MHWS : Mean High Water Spring 3. MLWS : Mean Low Water Spring 4. MSL : Mean Sea Level

5. LWS : Low Water Spring

6. Angka-angka MLWS yang dinyatakan pada kondisi umum ketika pasang surut adalah nilai ketinggian rata-rata pada air ketika pasang surut yang diukur selama 19 tahun sekali periode.

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan mangrove Canang Belawan Medan. Penimbangan serasah dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan sedangkan analisis unsur hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian di lapangan dilaksanakan bulan September 2008 sampai bulan Februari 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini adalah serasah daun R. mucronata yang diambil dari kawasan hutan mangrove Canang Belawan.

Peralatan yang digunakan meliputi: peta kawasan hutan mangrove, Hand refractormeter dan untuk keperluan berat kering serasah di Laboratorium

dengan alat yang digunakan adalah oven dan timbangan analitik. Kantong serasah (Litter bag yang berukuran 40 x 30 cm daun yang terbuat dari nylon), kantong plastik dengan ukuran ¼ kg, tali plastik (rafia), patok bambu, dan amplop sampel.

Prosedur Penelitian

Penentuan lokasi berdasarkan tingkat salinitas

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian diukur tingkat salinitasnya. Pengukuran tingkat salinitas dilakukan pada titik tertentu dari darat

(29)

ke laut dengan menggunakan alat Hand refractometer. Makin dekat ke arah laut, maka salinitas akan semakin tinggi. Pengukuran salinitas dilakukan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore hari. Tingkat salinitas yang diukur adalah: 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, > 30 ppt.

Penempatan kantong serasah daun R. mucronata

Serasah daun R. mucronata diambil dari lantai hutan mangrove Canang Belawan. Serasah daun R. mucronata ditimbang seberat 50 gr dan dimasukkan ke kantong serasah. Pada tiap salinitas ditempatkan kantong serasah daun sebanyak 33 kantong, kantong tersebut diikat dengan tali rafia yang telah dililitkan ke patok dan patok dimasukan ke dalam tambak sehingga kantong serasah terendam oleh air. Patok digunakan sebagai penahan kantong serasah agar tidak terbawa air pasang.

Setelah kantong serasah ditempatkan pada tingkat salinitas yang digunakan ke dalam tambak, kantong serasah tersebut diambil sekali dalam 15 hari sebanyak 3 kantong serasah dari tiap tingkat salinitas. Kantong berisi serasah yang diambil dari semua tingkat salinitas adalah sebanyak 12 kantong. Serasah daun dari kantong serasah tersebut dikeluarkan dan ditiriskan/dikeringanginkan kemudian ditimbang bobot basahnya. Selanjutnya dimasukkan kedalam amplop sampel. Amplop kantong kertas yang berisi serasah daun R. mucronata dimasukan kedalam oven dengan suhu 1050 C selama 3 x 24 jam, setelah dioven serasah

tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot keringnya. Laju dekomposisi serasah daun dihitung dari penyusutan bobot serasah yang terdekomposisi.

(30)

Analisis serasah daun R. mucronata

Serasah daun dari tiap tingkat salinitas yang telah diketahui berat dianalisis unsur hara C, N, P. Analisis unsur hara dilakukan 4 kali, yaitu diawal pengeringan, minggu pertama sampai minggu berikutnya.

Analisis Data

1. Perhitungan Laju Dekomposisi

Laju dekomposisi serasah dihitung dengan menggunakan rumus Olson, 1963 adalah :

Xt/Xo = e –kt

Dimana : Xt = Berat serasah setelah periode pengamatan ke-t Xo = Berat serasah awal

e = Bilangan logaritma (2,72) t = Periode Pengamatan k = Laju Dekomposisi

2. Analisis Unsur Hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor a. Karbon (C)

Ditimbang 2 g daun kering oven, dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 cc. Ditambahkan 5 ml K2CrO7 1 N (menggunakan pipet) kemudian goncang

dengan tangan. Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian digoncang 3-4 menit,

diamkan selama 30 menit. Ditambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4 85%,

(31)

larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Dititrasikan dengan Fe (NH4)2(SO4)2

0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Dilakukan kerja ini lagi (tanpa daun) untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2(SO4)2 0,5 N untuk

blanko Perhitungan

C

organik

= 5 x (1- ) x 0,003 x

x

keterangan:

T = vol.titrasi Fe (NH4)2(SO4)2 0,5 N dengan daun

S = vol. Titrasi Fe (NH4)2(SO4)2 0,5 N blanko

0,003 = 1 ml K2Cr2O7 1 N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 g C-organik

1/0,77 = metode ini hanya 77% C-organik yang dapat dioksidasi.

b. Nitrogen (N) - Destruksi

Ditimbang 2 gr daun kering oven, dimasukkan ke tabung digester, Ditambahkan 2 gr katalis campuran dan ditambahkan H2O 10 ml; kemudian

ditambahkan lagi 10 ml campuran H2SO4-asam salisilat. Biarkan 1 malam.

Didestruksi pada alat Digestor (Kjeldhaltherm) dengan suhu rendah dan dinaikan secara bertahap hingga larutan jernih/putih. (<2000 C) setelah larutan jernih suhu

dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit. Dinginkan dan encerkan dengan menambahkan 15 ml H2O.

(32)

- Destilasi

Dimasukan ke tabung destruksi pada alat destilasi, Diambil 25 ml H3BO3 4%,

lalu masukan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator campuran; dan dimasukkan kedalam hasil destilasi. Ditambahkan NaOH 40% ± 25 ml ke tabung destilasi dan langsung di destilasi. Hasil dari destilasi dimasukkan ke erlenmeyer yang berisi H3BO3. Destilasi dihentikan bila larutan di erlenmeyer

berwarna hijau dan volumenya ±75 ml. - Titrasi

Dipindahkan erlenmeyer hasil destruksi ke dalam titrasi dengan HCl 0,02 N. dititik akhir perubahan warna hijau menjadi merah.

Perhitungan:

N(%) =

= mL HCl x 0,014 c. Fosfor (P)

Diambil dengan pipet 5 ml cairan destruksi encer dari ekstraksi destruksi basah atau cairan dari ekstraksi pengabuan kering dimasukan kedalam tabung reaksi. Kemudian Ditambahkan 10 ml reagen fosfat B biarkan ± 10 menit. Kemudian ukur transmitance (absorbance) pada spectronic dengan 660 nm. Dilakukan pada larutan standar 0-2-4-6-8 dan 10 ppm P, dengan cara mengambil dengan pipet masing-masing 5 ml dan ditambahkan 10 ml reagen fosfat B,dan diukur pada spectronic.

(33)

Perhitungan

Bila cairan didestruksi basah :

P

daun

(%) =

P larut

x

x 10

-4

= P larutan x 0,2

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Laju Dekomposisi

Serasah daun R. mucronata yang mengalami proses dekomposisi mulai dari hari ke 15 sampai hari ke-105 terjadi penurunan bobot kering. Perubahan bobot kering serasah daun R. mucronata rata-rata pada berbagai tingkat salinitas untuk tiap waktu pangamatan disajikan pada Gambar 2.

Perubahan bobot kering serasah daun R. mucronata dari keempat tingkat salinitas menunjukkan bahwa tingkat salinitas >30 ppt lebih cepat terdekomposisi sehingga laju dekomposisinya lebih tinggi daripada tingkat salinitas yang lainnya. Nilai laju dekomposisi serasah daun R. mucronata lebih tinggi pada awal dekomposisi, dan terjadi grafik yang berbeda-beda pada tingkat salinitasnya setiap dalam pengambilan data (15 hari). Tingkat salinitas 20-30 ppt menunjukkan nilai laju dekomposisi terendah dan tingkat salinitas >30 ppt menunjukkan nilai laju dekomposisi tertinggi.

Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada tingkat salinitas 0-10 ppt yaitu 0,36, tingkat salinitas 10-20 ppt yaitu 0,30, tingkat salinitas 20-30 ppt yaitu 0,24 dan tingkat salinitas >30 ppt yaitu 0,72 dapat dilihat pada Gambar 3.

(35)

50 29 ,6 26,5 26,4 23 ,1 26,33 17,26 14 ,13 50 30,56 34 ,4 29 31,2 29,2 20 ,8 6 17,53 50 36 ,0 6 36 ,4 34,9 39 ,4 33,1 16,9 21 ,1 50 23, 5 20, 4 12, 5 11 9,7 9,5 4 0 10 20 30 40 50 60 Kontrol 15 30 45 60 75 90 105 S isa se ra sa h d a u n ( g ra m ) Ha ri penga ma ta n 0-10 ppt 10-20 ppt 20-30 ppt >30 ppt

Gambar 2. Rata-rata sisa serasah daun Rhizophora mucronata selama 105 hari.

Gambar 3. Laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata selama 105 hari pada berbagai tingkat salinitas.

Sisa serasah dari pengamatan hari ke-15 sampai hari ke-105 mengalami penurunan bobot basah dan secara penampakan fisiknya menunjukkan cercahan daun R. mucronata semakin menuju hari ke-105 berubah menjadi partikel yang lebih kecil dan semakin menurun bobot keringnya. Untuk lebih jelasnya serasah daun dapat dilihat pada Gambar 4.

(36)

Gambar 4. Sisa serasah yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke-105.

Makrobentos

Makrobentos termasuk salah satu dekomposer awal yang meremas-remas atau mencacah sisa-sisa daun yang kemudian dikeluarkan kembali sebagai kotoran setelah itu dilanjutkan oleh bakteri dan fungi untuk menguraikan bahan organik menjadi protein dan karbohidrat. Tabel 3 menunjukkan beberapa jenis makrobentos yang terdapat di dalam serasah daun R. mucronata lebih banyak

(37)

Tabel 3. Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun R. mucronata.

Kelas Ordo Genus Gastropoda Mesogastropoda Eubonia, Telescopium

Basammatophora Pupoides

Crustaceae Decapada Chiromantes Turbellaria Macrostomida Microstonum

Jenis makrobentos yang dapat dilihat dalam Gambar 5. Menunjukkan bahwa makrobentos berperan dalam mendekomposisikan bahan organik menjadi sisa-sisa atau partikel yang lebih kecil dan dikeluarkan kembali sebagai kotoran.

a b c

d e f

Gambar 5. Makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun R. mucronata. Siput laut (a), (b), (c), cacing (d), (e), kepiting (f)

Kandungan Unsur Hara Karbon, Nitrogen, Fosfor

Proses dekomposisi terjadi dari hari ke-15 sampai hari ke-105. Serasah daun R. mucronata mengandung unsur hara Karbon, Nitrogen dan Fosfor. Kandungan

(38)

Unsur karbon berperan dalam pembentukan iklim dan berperan dalam pelapukan kimia batuan dan mineral.

Gambar 6. Unsur hara karbon pada berbagai tingkat salinitas.

Nitrogen dapat melibatkan makrobentos dan mikroorganisme. Nitrogen harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi NH3, NH4 dan NO3, sebagian

besar nitrogen terlibat dalam proses biologi yang berasal dari atmosfer dalam kesetimbangan nitrogen yang dilepaskan oleh mikroorganisme pada proses dekomposisi. Dalam penelitian dapat dilihat kandungan unsur hara nitrogen pada Gambar 7.

(39)

0, 1 0, 1 0, 0 6 0, 0 8 0, 05 0, 1 0, 04 0, 03 0, 09 0, 0 2 0, 1 0, 0 6 0, 0 7 0, 09 0, 0 0 3 0, 1 0, 0 2 0, 05 0, 03 0, 00 6 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 sera sa h 0-10 ppt 10-20 ppt 20-30 ppt > 30 ppt Ni tr o g e n (% ) 15 ha ri 45 ha ri 75 ha ri 105 ha ri

Gambar 7. Unsur hara nitrogen pada berbagai tingkat salinitas.

Kandungan unsur hara fosfor selama proses dekomposisi serasah daun R. mucronata menurun. Fosfor juga berperan dalam proses metabolisme tanaman, Fosfor merupakan salah satu unsur hara essensial. Bentuk fosfor selalu berubah, akibat proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang dilakukan oleh organisme. Kandungan unsur hara fosfor dapat dilihat dalam Gambar 8.

(40)

0, 06 0, 0 41 0, 01 0, 03 0, 02 0, 06 0, 02 0, 04 0, 06 0, 01 0, 06 0, 03 0, 03 0, 03 0, 0 01 0, 06 0, 02 0, 06 0, 02 0, 0 04 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 sera sa h 0-10 ppt 10-20 ppt 20-30 ppt > 30 ppt Fo sf o r ( % ) 15 ha ri 45 ha ri 75 ha ri 105 ha ri

(41)

Pembahasan Laju Dekomposisi

Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata selama 105 hari terjadi perubahan rata-rata bobot kering serasah daun R. mucronata pada berbagai tingkat salinitas yang berbeda, Hal ini menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh terhadap proses dekomposisi karena serasah yang ditempatkan di dalam kantong serasah pada masing-masing tingkat salinitas mengalami penurunan bobot kering serasah daun.

Penurunan bobot kering dan laju dekomposisi serasah daun R. mucronata yang tertinggi terjadi pada tingkat salinitas >30 ppt dan yang paling lama terdekomposisi adalah pada tingkat salinitas 20-30 ppt. Setiap minggu terjadi perubahan bobot serasah daun R. mucronata di dalam kantong serasah, diduga diakibatkan oleh peranan makrobentos yang membutuhkan bahan makanan sebagai pendekomposer yang tinggi dan faktor lingkungan yang mempengaruhi akibat pasang surut air laut.

Rata-rata laju dekomposisi serasah daun R. mucronata menunjukkan proses pembusukan serasah semakin berkurang pada tingkat salinitas tinggi. Pada pengamatan hari ke-105 hari yang terdekomposisi semakin sedikit serasah menurun beratnya, yaitu pada tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 14,13 gram, tingkat salinitas 10-20 ppt adalah 17,5 gram, tingkat salinitas 20-30 ppt adalah 21,1 gram, dan tingkat salinitas >30 ppt adalah 4 gram. Sementara itu, Beberapa kantong serasah yang berisi daun R. mucronata mulai berlumut, artinya terjadi proses humifikasi. Proses humifikasi menunjukkan dipengaruhi oleh keadaan iklim atau keadaan lingkungan. Didukung oleh Kononova (1961 diacu oleh Rismunandar,

(42)

2000), terjadinya proses humifikasi tergantung pada kondisi tanah, tumbuhan penutup, aktivitas mikroorganisme tanah dan fauna tanah, pengaruh iklim, serta aktivitas manusia. Menurut Sunarto (2003) bahwa kecepatan terdekomposisi mungkin berbeda dari waktu ke waktu tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor Lingkungan

Oksigen diperlukan dekomposer untuk mendekomposisikan bahan organik dimana dekomposer ini sangat besar peranannya. Berawal dari anaerobik yang mencacah bahan organik menjadi partikel kecil kemudian dilanjutkan oleh aerobik membutuhkan oksigen dan sama-sama melakukan proses dekomposisi.

Bahan organik merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan organik merupakan zat yang penting bagi makrobentos terutama dalam rantai makanan. Dimana makrobentos memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan.

Cahaya yang masuk perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas sehingga proses penyerapan cahaya memiliki suhu yang lebih tinggi. Pasang surut dapat membantu terjadinya proses dekomposisi melalui pelapukan secara lambat dan dapat menghancurkan bahan organik. Selain itu,

(43)

salinitas juga dapat berperan dalam membantu proses dekomposisi karena salinitas juga dapat menentukan kelimpahan jumlah makrobentos, pada umumnya makrobentos menyukai lokasi yang bersaline karena dapat dimanfaatkan untuk pembentukan cangkangnya.

Makrobentos

Makrobentos yang terdapat di dalam kantong serasah yaitu kelas Gastropoda, Crustaceae, dan Turbellaria (Tabel 3), banyaknya makrobentos di dalam kantong serasah dipengaruhi oleh tingkat salinitas (Lampiran 4). Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh organisme pengurai dalam proses dekomposisi dimana makroorganisme dan mikroorganisme membantu dalam penguraian bahan organik. Menurut Notohadiprawiro (1999) bahwa laju dekomposisi bahan organik ditentukan oleh faktor bahan organik dan lingkungan yang mempengaruhi aktivitas makroorganisme dimana mikroorganisme membantu dalam proses perombakan bahan organik dalam tanah. Makrobentos dapat hidup dan membentuk koloni di hutan mangrove, Kehidupan beberapa makrobentos tergantung pada rendahnya salinitas, tetapi ada juga sebaliknya. Menurut Arief (2003) organisme yang hidup di perairan pada umumnya menghadapi masalah kadar salinitas yang selalu berubah-ubah.

Makrobentos berperan dalam dekomposer awal yang akan mencacah sisa-sisa bagian pohon. Cacing maupun kepiting dalam kantong serasah yang memanfaatkan sisa-sisa daun yang kemudian dikeluarkan lagi sebagai kotoran. Menurut Arief (2003) kehidupan makrobentos membutuhkan habitat berlumpur

(44)

yang telah dihambat oleh perakaran pohon. Selain itu, makrobentos harus mampu hidup dengan membenamkan diri dalam lumpur di bawah pohon.

Kandungan Unsur Hara

Unsur hara merupakan unsur esensial yang berasal dari bahan organik mati yang dilakukan oleh aktivitas makroorganisme dan mikroorganisme. Proses pendekomposisian berkaitan dengan kecepatan arus sekitar 0,2–0,4 m/dtk, dimana kecepatan arus membantu mempercepat proses penghancuran unsur hara. Sesuai menurut pendapat Hadiwegono (1990) yang diacu oleh Ansal(2009).

Laju dekomposisi memberikan sumbangan unsur hara yang berperan dalam pembentukan pertumbuhan dan perkembangan di hutan mangrove. Menurut Arief (2003), meneliti bahwa unsur hara yang dikandung oleh daun-daun mangrove adalah karbon, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium.

Karbon

Kandungan unsur hara Karbon (C) pada kondisi awal dari hari ke-15 sampai hari ke-105 mengalami penurunan pada tiap tingkat salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 10-20-30 ppt, >30 ppt. Nilai persen (%) karbon semakin berkurang pada tingkat salinitas yang tinggi >30 ppt. Menurut Effendi (2003) kadar karbondioksida di perairan dapat mengalami pengurangan akibat proses fotosintesis dan evaporasi yang terjadi. Karbon yang terdapat di atmosfer dan perairan diubah menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis. Akan tetapi, pada pengamatan hari ke-75 terjadi pengecualian yakni kandungan unsur karbon

(45)

meningkat melebihi kandungan kontrol karena pada saat pengamatan tersebut intensitas hujan tinggi yang diduga sebagai penyebab dari tingginya kandungan karbon tersebut juga industri disekitar lokasi yang mendukung. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003) yang menyatakan bahwa hujan merupakan salah satu sumber penambahan karbon di perairan karena hujan tersebut mengandung karbondioksida yang terdapat di atmosfer.

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam penyusunan asam amino, asam nukleat, dan protein yang berperan besar dalam metabolisme tanaman. Kebutuhan unsur hara nitrogen dalam proses dekomposisi mengalami penurunan pada tiap tingkat salinitas >30 ppt. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendi (2003) dengan bertambahnya waktu, kadar nitrogen organik berkurang karena di konversi menjadi amonia. Pada pengamatan hari ke-75 dan pada tingkat salinitas 20-30 ppt diperoleh bahwa kandungan nitrogen lebih tinggi dari tingkat salinitas lainnya karena makrobentos yang ada didalam kantong serasah mengalami penguraian (mati) dan diduga juga menjadi penyebab naiknya jumlah kandungan nitrogen dimana makrobentos memanfaatkan nitrogen di perairan dalam jumlah yang besar. Sesuai dengan pendapat Effendi (2003) menyatakan beberapa jenis organisme memanfaatkan nitrogen pada daun dan mengeluarkan tinja (kotoran) dari organisme tersebut. Kotoran itu mengandung amonia yang menempel pada serasah daun tanaman. Berdasarkan jumlah makrobentos memiliki empat tingkat salinitas kandungan nitrogen yang tinggi dan juga dapat menyebabkan oleh

(46)

adanya pemupukan. Namun, kenyataanya pada tingkat salinitas >30 ppt diperoleh kandungan nitrogen yang rendah yang mana hal ini diduga kotoran makrobentos lebih cepat tercuci karena dipengaruhi pasang surut atau gelombang yang lebih besar daripada tambak yang lebih tenang.

Fosfor

Kandungan unsur hara fosfor, dilihat pada pengamatan mulai dari hari ke 15 sampai hari ke 105 pada berbagai tingkat salinitas yang berbeda yang menunjukkan penurunan di hari ke 105. Kandungan unsur hara fosfor pada R. mucronata dibutuhkan tanaman dalam proses metabolisme. Effendi (2003) di perairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus-menerus, akibat proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, dengan kadar yang sedikit daripada kadar nitrogen karena sumber fosfor lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Akan tetapi fosfor pada tingkat salinitas 10-20 ppt dan 20-30 ppt pada hari ke-105 dan hari ke-45 mengalami peningkatan karena kadar fosfat yang tinggi berasal dari penguraian senyawa-senyawa organik (hewan, tumbuhan dan sebagainya) disertai dengan pertumbuhan lumut yang berada di perairan. Menurut Effendi (2003) bahwa keberadaan fosfor yang berlebihan dapat diakibatkan oleh pertumbuhan alga di perairan.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam laju dekomposisi serasah daun R. mucronata menunjukkan bahwa rata-rata C/N yang tertinggi adalah pada

(47)

tingkat salinitas 20-30 ppt dan pada pengamatan ke 105 sebesar 84,33%. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007) bahwa C/N merupakan salah satu indikator untuk melihat laju dekomposisi bahan organik, dimana semakin tinggi C/N maka akan semakin lama bahan organik itu terdekomposisi.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata didapat dari tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 0,36, tingkat salinitas 10-20 ppt adalah 0,30, tingkat salinitas 20-30 ppt adalah 0,24, dan tingkat salinitas >30 ppt adalah 0,72.

2. Unsur hara C yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke 105, yaitu tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 1,38%, tingkat salinitas 10-20 ppt adalah 2,42%, tingkat salinitas 20-30 ppt adalah 2,5%, tingkat salinitas > 30 ppt adalah 0,32%

3. Unsur hara N yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke 105, yaitu tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 0,026%, tingkat salinitas 10-20 ppt adalah 0,05%, tingkat salinitas 20-30 ppt adalah 0,031%, dan tingkat salinitas > 20-30 ppt adalah 0,006%.

4. Unsur hara P yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke 105, yaitu tingkat salinitas 0-10 ppt adalah 0,025%, tingkat salinitas 10-20 ppt adalah 0,06%, tingkat salinitas 20-30 ppt adalah 0,021%, dan tingkat salinitas > 30 ppt adalah 0,004%.

Saran

Perlu dilakukan identifikasi pada spesies dekomposer di hutan mangrove yang lebih spesifik untuk mengetahui jenis makrobentos yang berperan dalam pendekomposisian serasah pada daun.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ansal. B. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kandungan Karagenan Rumput Laut Kappaphycus striatum. Budidaya Perairan UNHAS. [3 Juni 2009].

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove. Penerbit Kanisius. Jakarta

Departemen Kehutanan. 2002. Udang Dibalik Mangrove. Edisi VI. Pusat Standarisasi dan Lingkungan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

http://www.dephut.go.id. [3 September 2008]

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hariah, K dan S. Rahayu, 2007. Pengukuran Carbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan lahan. http//:www. World agroforestry.org (31 Februari 2009)

Hutching, P. And P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Queensland Press, St. Lucia. Australia

INTAG. 1993. Hasil Penafsiran Luas Areal Hutan dari Citra Landsat MSS Liputan Tahun Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.

Kusmana, C. dkk. 2008. Manual Silvikultur Mangrove di Indonesia. Korea International Cooperation Agency (KOICA): The Project Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged by Tsunami in Aceh. Jakarta.

Mac Nae, W. 1968, “A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest-Pasific Region.” Dalam: Adv. Mar. Biol.

Noor, Y. R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 1999, Panduan Pengenalan mangrove di Indonesia. Wetlends Internasional-Indonesia Programe. Bogor. Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal

(50)

Rismunandar, 2000. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas (Studi Kasus di Kawasan Hutan Mangrove Blanakan, RPH Tegal Tangkil, BKPH Ciasem-Pamanukan, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat)

Saenger, P., E.J. Hegerl & J.D.S. Davie. 1983. Global Status of Mangrove

Ecosystems. IUCN Commission on Ecology Paper.

Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Jakarta.

Soeroyo, 1993. pertumbuhan mangrove dan permasalahannya. Bulletin Ilmiah INSTIPER, Yogyakarta.

Sunarto. 2003. Peranan Dekomposisi dalam Proses Produksi Pada Ekosistem

Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor http://www.google.com. [20 Februari 2009]

Sutedjo, M.M., A. G. Kartasapoetra, Rd. S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

                                                

(51)
(52)

Lampiran 1. Perhitungan Laju Dekomposisi Metode Olson

Xt/Xo = e –kt

Dimana : Xt = Berat serasah setelah periode pengamatan ke-t Xo = Berat serasah awal

e = Bilangan logaritma (2,72) t = Periode Pengamatan k = Laju Dekomposisi 1. Xo = 50 gr Xt = 14,13 = 3,48 -3,48 k = ln = ln 0,2826 -3,48 k = ln 0,2826 = - 1,2637 -3, 48 k = k = 0,3631 2. Xo = 50 gr Xt = 17,53 = 3,48 -3,48 k = ln = ln 0,3506 -3,48 k = ln 0,3506 = - 1,048 -3, 48 k =

(53)

3. Xo = 50 gr Xt = 21,1 = 3,48 -3,48 k = ln = ln 0,422 -3,48 k = ln 0,422 = - 0,863 -3, 48 k = k = 0,248 4. Xo = 50 gr Xt = 4 = 3,48 -3,48 k = ln = ln 0,08 -3,48 k = ln 0,08 = - 2,526 -3, 48 k = k = 0,726

(54)

Lampiran 2. Berat awal serasah daun R. mucronata Salinitas 15 30 45 60 75 90 105 0 - 10 ppt 1 33 34,2 24,2 27,4 26,8 22,4 15,1 2 28,8 35,4 33,9 29,7 34,6 23,2 31,2 3 30,1 36,2 27,8 18,7 34,1 19,8 9,9 sub total 91,9 105,8 85,9 75,8 95,5 65,4 56,2 rata-rata 30,63 35,27 28,63 25,27 31,83 21,80 18,73 10 - 20 ppt 1 27,9 40,8 26,4 43,8 39,7 23,1 24 2 37,8 26,2 31,8 33 42,5 32,4 25,2 3 32 46,8 31,7 37,3 23,5 23,8 25,7 sub total 97,7 113,8 89,9 114,1 105,7 79,3 74,9 rata-rata 32,57 37,93 29,97 38,03 35,23 26,43 24,97 20 - 30 ppt 1 42,6 45,3 40,9 42,3 38,5 28,6 21,3 2 34,9 48,9 35,5 40,1 41,9 12,3 29,3 3 36,4 29 40 42,1 43,5 22,5 35 sub total 113,9 123,2 116,4 124,5 123,9 63,4 85,6 rata-rata 37,97 41,07 38,80 41,50 41,30 21,13 28,53 > 30 ppt 1 28,7 26,5 4,9 10,4 1,6 19,7 3,5 2 24 17,4 19,8 17,6 20,4 5,9 10,1 3 24,3 18,5 13,8 8,1 15,7 11,8 2,9 sub total 77 62,4 38,5 36,1 37,7 37,4 16,5 rata-rata 25,67 20,80 12,83 12,03 12,57 12,47 5,50

(55)

Lampiran 3. Berat laju dekomposisi serasah daun R. mucronata salinitas 15 30 45 60 75 90 105 0 - 10 ppt 1 31,8 20,9 17,4 20,7 21,8 17,6 12 2 26,9 22,2 22,6 22,8 28,8 18,5 22,4 3 30,1 22 21,8 14,3 28,4 15,7 8 sub total 88,8 65,1 61,8 57,8 79 51,8 42,4 rata-rata 29,60 21,70 20,60 19,27 26,33 17,27 14,13 10 - 20 ppt 1 26,6 31,1 20,4 33,7 33,2 19 16,9 2 36,1 19,5 24,7 25,2 35,1 25,5 15,7 3 29 32,7 24,6 28,2 19,3 18,1 20 sub total 91,7 83,3 69,7 87,1 87,6 62,6 52,6 rata-rata 30,57 27,77 23,23 29,03 29,20 20,87 17,53 20 - 30 ppt 1 38,1 29,3 29,2 32,1 30,8 23,1 15,6 2 33,7 28 26,8 38,1 33,5 9,9 22,7 3 36,4 21,9 33 41,1 35,2 17,8 25,1 sub total 108,2 79,2 89 111,3 99,5 50,8 63,4 rata-rata 36,07 26,40 29,67 37,10 33,17 16,93 21,13 > 30 ppt 1 24,3 14,3 3,8 7,1 1,3 16 2,6 2 21,9 11,6 14,9 12,3 16,1 5 7,2 3 24,3 14,1 10,3 5,6 11,7 7,6 2,2 sub total 70,5 40 29 25 29,1 28,6 12 rata-rata 23,50 13,33 9,67 8,33 9,70 9,53 4,00

(56)

Lampiran 4. Makrobentos yang terdapat didalam kantong serasah daun R. mucronata

nama salinitas kantong minggu jumlah

siput, kepiting,cacing 0-10 ppt 1A 15 8 siput, cacing 1B 15 3 siput 1C 15 2 siput 10-20 ppt 2A 15 4 siput 2B 15 4 siput 2C 15 3 siput 20-30 ppt 3A 15 1 siput 3B 15 0 siput 3C 15 0 siput, kepiting,cacing >30 ppt 4A 15 11 siput, kepiting,cacing 4B 15 15 siput, kepiting,cacing 4C 15 14 siput,cacing 0-10 ppt 1A 30 19 siput,cacing 1B 30 12 siput,cacing 1C 30 17 siput,cacing 10-20 ppt 2A 30 13 siput,cacing 2B 30 4 siput,cacing 2C 30 15 siput 20-30 ppt 3A 30 2 siput 3B 30 1 siput 3C 30 1 siput, kepiting,cacing >30 ppt 4A 30 30 siput, kepiting,cacing 4B 30 28 siput, kepiting,cacing 4C 30 20 siput, cacing 0-10 ppt 1A 45 32 siput, cacing 1B 45 25 siput, cacing 1C 45 28 siput, cacing 10-20 ppt 2A 45 20 siput, cacing 2B 45 35 siput, cacing 2C 45 18 siput 20-30 ppt 3A 45 10 siput 3B 45 13 siput 3C 45 2 siput, kepiting,cacing >30 ppt 4A 45 35 siput, cacing 4B 45 40 siput, cacing 4C 45 43 siput, cacing 0-10 ppt 1A 60 52 siput, cacing 1B 60 62 siput, cacing 1C 60 51 siput, kepiting,cacing 10-20 ppt 2A 60 40 siput, kepiting,cacing 2B 60 32 siput, cacing 2C 60 45 siput 20-30 ppt 3A 60 20 siput 3B 60 29 siput 3C 60 31

(57)

siput, kepiting,cacing 4B 60 81 siput, kepiting,cacing 4C 60 89 siput, kepiting,cacing 0-10 ppt 1A 75 71 siput, kepiting,cacing 1B 75 76 siput, cacing 1C 75 91 siput, cacing 10-20 ppt 2A 75 80 siput, cacing 2B 75 71 siput, cacing 2C 75 60 siput, cacing 20-30 ppt 3A 75 50 siput, cacing 3B 75 43 siput, cacing 3C 75 31 siput, kepiting,cacing >30 ppt 4A 75 128 siput, cacing 4B 75 102 siput, cacing 4C 75 92 siput, kepiting,cacing 0-10 ppt 1A 90 89 siput, cacing 1B 90 78 siput, kepiting,cacing 1C 90 56 siput, cacing 10-20 ppt 2A 90 56 siput, cacing 2B 90 71 siput, kepiting,cacing 2C 90 91 siput, cacing 20-30 ppt 3A 90 43 siput, cacing 3B 90 45 siput, cacing 3C 90 67 siput, kepiting,cacing >30 ppt 4A 90 98 siput, kepiting,cacing 4B 90 120 siput, kepiting,cacing 4C 90 105 siput, cacing 0-10 ppt 1A 105 60 siput, cacing 1B 105 76 siput, cacing 1C 105 50 siput, cacing 10-20 ppt 2A 105 48 siput, cacing 2B 105 47 siput, cacing 2C 105 36 siput, cacing 20-30 ppt 3A 105 22 siput, cacing 3B 105 14 siput, kepiting,cacing 3C 105 21 siput, cacing >30 ppt 4A 105 40 siput, cacing 4B 105 52 siput, cacing 4C 105 61

(58)

Lampiran 5. Unsur-unsur hara yang terdapat didalam daun R. mucronata

Unsur Hara Karbon

Salinitas 15 45 75 105 Kontrol 4,22 4,22 4,22 4,22 0-10 ppt 4,36 1,98 3,26 1,38 10-20 ppt 2,23 2,46 5,17 2,42 20-30 ppt 3,32 3,73 5,17 0,16 > 30 ppt 1,74 1,00 0,17 0,32 sub total 15,87 13,39 17,99 8,5 rata-rata 3,174 2,678 3,598 1,7

Unsur hara nitrogen

Salinitas 15 45 75 105 Kontrol 0,1 0,1 0,1 0,1 0-10 ppt 0,1 0,04 0,06 0,02 10-20 ppt 0,06 0,03 0,07 0,05 20-30 ppt 0,08 0,09 0,09 0,03 > 30 ppt 0,05 0,02 0,003 0,006 sub total 0,39 0,28 0,323 0,206 rata-rata 0,078 0,056 0,0646 0,0412

unsur hara fosfor

Salinitas 15 45 75 105 Kontrol 0,06 0,06 0,06 0,06 0-10 ppt 0,041 0,02 0,03 0,02 10-20 ppt 0,01 0,04 0,03 0,06 20-30 ppt 0,03 0,06 0,03 0,02 > 30 ppt 0,02 0,01 0,001 0,004 sub total 0,161 0,19 0,151 0,164 rata-rata 0,0322 0,038 0,0302 0,0328 unsur hara C/N Salinitas 15 45 75 105 Kontrol 40,23 40,23 40,23 40,23 0-10 ppt 43,6 45 53,44 69 10-20 ppt 33,78 63,07 73,85 48,4 20-30 ppt 41,5 41,4 54,4 84,33 > 30 ppt 30,06 47,71 56,6 53,33 sub total 189,17 237,41 278,52 295,29 rata-rata 37,834 47,482 55,704 59,058  

Gambar

Tabel 1. Luas  hutan mangrove di Indonesia
Tabel 2. Kandungan unsur hara di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove
Gambar 3.  Laju dekomposisi serasah daun Rhizophora mucronata selama 105  hari pada berbagai tingkat salinitas
Gambar 4.  Sisa serasah yang terdekomposisi pada pengamatan hari ke-105.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan iklim keselamatan kerja (komitmen manajemen) dengan perilaku keselamatan kerja (pemakaian

terhadap pH tanah sedangkan pemberian isolat bakteri pereduksi sulfat tidak. berpengaruh nyata terhadap

Ciri ini sangat penting kerana pemimpin sebenarnya adalah seorang daie (pendakwah) yang bertanggungjawab untuk menyeru ummat ke arah penghayatan Islam yang sebenar

Seperti pada blok Way Pemerihan dan Way Canguk yang memiliki satwa mangsa harimau yang cukup banyak, tetapi survai harimau dan satwa mangsanya pada periode pengamatan

Pengembangan Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis.. Perancangan Percobaan: Untuk Menganalisis

Kempen Hijaukan Sekolah- Membuat Buku Skrap 9..

Penelitian menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapatkan, gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena recording IB pada ternak

Selama periode tahun buku 2015, kegiatan Dewan Komisaris masih difokuskan pada rapat yang telah diagendakan sebelumnya. Secara umum di dalam rapat tersebut Dewan Komisaris