• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Pengembangan Fungsi Legendre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3.1. Pengembangan Fungsi Legendre"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

3.Fungsi Legendre

3.1. Pengembangan fungsi Legendre

3.2. Sifat-sifat Fungsi Legendre

3.3. Legendre Asosiasi

3.4. Harmonik Sferis

(2)

3.1. Pengembangan Fungsi

Legendre

Fungsi Legendre dapat langsung dikembangkan dari basis fisika yakni elektrostatik:

1 0

4

1

r

q

πε

ϕ

=

r r1

θ

q z=a z

ϕ

(3.1)

(3)

2 / 1 2 2 0

)

cos

2

(

4

+

=

θ

πε

ϕ

q

r

a

ar

Dalam koordinat polar r dan

θ

:

Dapat diekspansikan dalam polinomial Pn:

∞ =

=

0 0

)

(cos

4

n n n

r

a

P

q

θ

πε

ϕ

Disini Pn adalah polinomial Legendre dan dapat didefinisikan:

1

|

|

,

)

(

)

2

1

(

)

,

(

0 2 / 1 2

=

<

+

=

∞ = −

P

x

t

t

t

xt

x

t

g

n n n

g(t,x) merupakan fungsi generator untuk polinomial Legendre (3.3)

(3.2)

(4)

∞ = −

=

+

0 2 2 2 2 / 1 2

)

2

(

)

!

(

2

)!

2

(

)

2

1

(

n n n

n

xt

t

n

t

xt

Fungsi generator dapat diekspansikan:

∞ =

=

0 2

)

2

(

!

)!

2

(

!

)!

1

2

(

n n

t

xt

n

n

n

t

xt

)

2

(

2

Ekspansi binomial dari menghasilkan deret dobel:

= = − −

=

+

0 0 2 2 2 / 1 2

)

2

(

)!

(

!

!

)

1

(

)

!

(

2

)!

2

(

)

2

1

(

n n k k k n k n n

k

n

k

x

t

n

t

n

n

t

xt

∑∑

∞ = = + −

=

0 0 2

(

2

)

)!

(

!

!

2

)!

2

(

)

1

(

n n k k n k n n k

x

t

k

n

k

n

n

(3.4) (3.5)

(5)

∑ ∑

∞ = = − − −

=

+

0 ] 2 / [ 0 2 2 2 2 / 1 2

)

2

(

)!

2

(

)!

(

!

2

)!

2

2

(

)

1

(

)

2

1

(

n n k n k n k n k

x

t

k

n

k

n

k

k

n

t

xt

Dapat diatur urutan sumasi:

(3.6) Bandingkan dengan (3.4) diperoleh:

= −

=

[ /2] 0 2

)!

2

(

)!

(

!

2

)!

2

2

(

)

1

(

)

(

n k k n n k n

x

k

n

k

n

k

k

n

x

P

(3.7)

Dapat dievaluasi langsung beberapa Pn(x) untuk n kecil.

1

)

(

0

x

=

P

x

x

P

1

(

)

=

2

1

2

3

)

(

2 2

x

= x

P

(6)

Kembali ke masalah elektrostatis, untuk kasus dipole:

⎟⎟

⎜⎜

=

2 1 0

1

1

4

r

r

q

πε

ϕ

r2 r r1

θ

q z=a z

ϕ

-q z=-a

(7)

⎟⎟

⎜⎜

=

2 1 0

1

1

4

r

r

q

πε

ϕ

Diekspansikan sesuai cosinus, untuk (r>a) :

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = − −1/2 2 1/2 2 0 cos 2 1 cos 2 1 4 r a r a r a r a q θ θ πε ϕ (3.8) (3.9) Jelas bahwa suku kedua serupa dengan pertama kecuali dengan mengganti a menjadi –a.

Gunakan (3.4) akan diperoleh:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =

∞ = ∞ =0 0 0 ) 1 )( (cos ) (cos 4 n n n n n n n r a P r a P q θ θ πε ϕ (3.10)

(8)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = (cos ) (cos ) .... 4 2 3 3 1 0 r a P r a P q θ θ πε ϕ

Suku pertama (dan suku paling dominan kalau r>>>a) adalah : 2 1 0 ) (cos 4 2 r P aq θ πε ϕ =

Yang merupakan potensial dipol listrik yang sudah biasa dikenal. Disini 2aq merupakan momen dipol.

(3.11)

(9)

Pelajari sendiri:

z

Multipol listrik linear

z

Polinomial Gegenbauer

∞ = +

=

+

21 0 2 / 1 2 / 1 2

(

)

)!

(

)

2

1

(

2

n n m n m m

t

x

T

m

t

xt

π

+ + + +

-+ +

-(3.13)

(10)

Latihan

z

Kembangkan potensial listrik dari deretan

muatan yang membentuk kuadrupol:

z

Gunakan E = −∇ϕ untuk mendapatkan

komponen-komponen medan listrik sebuah

dipole listrik. Anggap

r>>>a.

-2q q

z=a z

q z=-a

(11)

3.2. Sifat-sifat Fungsi Legendre

Hubungan Rekursi dan Sifat-sifat Khusus

2 / 1 2

)

2

1

(

)

,

(

t

x

=

xt

+

t

g

Seperti pada fungsi Bessel, fungsi generator pada polinomial Legendre dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan

hubungan rekursi Turunkan terhadap t:

∞ = −

=

+

=

0 1 2 / 3 2

(

)

)

2

1

(

)

,

(

n n n

x

t

nP

t

xt

t

x

t

x

t

g

Dapat disusun menjadi:

0

)

(

)

(

)

(

)

2

1

(

0 0 1 2

+

=

+

∞ = ∞ = − n n n n n n

x

t

t

x

P

x

t

nP

t

xt

(3.14)

(12)

Seterusnya (buktikan!):

)

(

)

(

)

1

(

)

(

)

1

2

(

n

+

xP

n

x

=

n

+

P

n+1

x

+

nP

n1

x

Inilah hubungan rekursi tiga suku seperti pada fungsi Bessel. Misal untuk n=1:

)

(

)

(

2

)

(

3

xP

1

x

=

P

2

x

+

P

0

x

Dari hal ini:

)

1

3

(

)

(

21 2 2

x

=

x

P

Nilai Pn(x) untuk orde n yang lebih tinggi secara iterasi. (3.15)

(13)

Polinomial Legendre

)

15

70

63

(

)

(

)

3

30

35

(

)

(

)

3

5

(

)

(

)

1

3

(

)

(

)

(

1

)

(

3 5 8 1 5 2 4 8 1 4 3 2 1 3 2 2 1 2 1 0

x

x

x

x

P

x

x

x

P

x

x

x

P

x

x

P

x

x

P

x

P

+

=

+

=

=

=

=

=

Secara manual teknik menghitung polinomial

Legendre dapat membosankan. Namun dengan

komputer digital hal ini dapat mudah dilakukan:

)

1

/(

)]

(

)

(

[

)

(

)

(

2

)

(

1 1 1

=

+

+

x

xP

x

P

x

xP

x

P

x

n

P

n n n n n (3.16)

(14)

Persamaan Diferensial

∞ =

=

+

=

0 2 / 3 2

'

(

)

)

2

1

(

)

,

(

n n n

x

t

P

t

xt

t

x

x

t

g

Sifat-sifat lain polinomial Legendre dapat diperoleh dengan diferensiasi fungsi generator:

0

)

(

)

(

'

)

2

1

(

0 0 2

=

+

∞ = ∞ = n n n n n n

x

t

t

P

x

t

P

t

xt

atau (3.17)

dari hal ini:

)

(

)

(

'

2

)

(

'

)

(

'

1

x

P

1

x

xP

x

P

x

P

n+

+

n

=

n

+

n (3.18)

(15)

Diferensiasikan (3.15) terhadap x kemudian kalikan dua dan gabung dengan persamaan (3.18), didapat:

)

(

)

1

2

(

)

(

'

)

(

'

1

x

P

1

x

n

P

x

P

n+

n

=

+

n (3.19)

Gabungan (3.15) dan (3.19) menghasikan macam-macam relasi, diantaranya:

)

(

'

)

(

)

1

(

)

(

'

1

x

n

P

x

xP

x

P

n+

=

+

n

+

n

)

(

'

)

(

)

(

'

1

x

nP

x

xP

x

P

n

=

n

+

n

)

(

)

(

)

(

'

)

1

(

x

2

P

n

x

=

nP

n1

x

nxP

n

x

)

(

)

1

(

)

(

)

1

(

)

(

'

)

1

(

x

2

P

n

x

=

n

+

xP

n

x

n

+

P

n+1

x

(3.20) (3.21) (3.22) (3.23)

(16)

Diferensiasikan (3.22) dan gunakan (3.21) untuk menghilangkan P’n-1(x) diperoleh p.d. orde-2:

0

)

(

)

1

(

)

(

'

2

)

(

"

)

1

(

x

2

P

n

x

xP

n

x

+

n

n

+

P

n

x

=

(3.24) Persamaan terakhir inilah yang disebut dengan persamaan diferensial Legendre.

Dalam banyak kasus di Fisika, pers. Legendre sering juga dinyatakan dalam diferensiasi terhadap

θ

, dengan x = cos

θ

0

)

(cos

)

1

(

)

(cos

sin

sin

1

+

+

=

θ

θ

θ

θ

θ

θ

n

n

n

P

n

d

dP

d

d

(3.25)

(17)

∞ = −

=

+

=

0 2 / 1 2

)

(

)

2

1

(

)

,

(

n n n

x

t

P

t

xt

x

t

g

Kembali ke fungsi generator:

Untuk x=1, dapat dievaluasi:

∞ = −

=

=

+

=

0 2 / 1 2

1

1

)

2

1

(

)

1

,

(

n n

t

t

t

t

t

g

Dapat disimpulkan:

1

)

1

(

=

n

P

Juga dapat dibuktikan dengan cara serupa:

n n

P

(

1

)

=

(

1

)

(3.26)

(18)

Bila x=0, maka dapat dievaluasi:

∞ = −

=

+

=

0 2 / 1 2

)

0

(

)

1

(

)

0

,

(

n n n

t

P

t

t

g

Sementara kita ketahui bahwa:

....

!

2

)

1

2

....(

3

.

1

)

1

(

....

1

)

1

(

+

2 −1/2

=

21 2

+

38 4

+

+

n n

t

2n

+

n

n

t

t

t

Maka:

0

)

0

(

!

)!

2

(

!

)!

1

2

(

)

1

(

!

2

)

1

2

....(

3

.

1

)

1

(

)

0

(

1 2 2

=

=

=

+ n n n n n

P

n

n

n

n

P

(3.28)

(19)

Paritas

Dapat dibuktikan dengan mudah bahwa:

z

g(-t,-x) = g(t, x)

z

P

n

(-

x) = (-1)

n

P

n

(

x)

(3.29) (3.30)

(20)

Latihan

z

Lihat Arfken

1. Tunjukkan bahwa

Petunjuk dalam koordinat polar sferis:

2. Tunjukkan bahwa:

Hasil ini bermanfaat untuk menghitung muatan

terinduksi pada bola metal oleh suatu muatan titik

q.

2 1 1 ) (cos ) 1 ( ) (cos + + + ⎥⎦ = − + ⎤ ⎢⎣ ⎡ ∂ ∂ n n n n r P n r P z θ θ θ θ θ ∂ ∂ − ∂ ∂ = ∂ ∂ r r z 1 sin cos

∞ = + = + − − 0 2 / 3 2 2 ) ( ) 1 2 ( ) 2 1 ( 1 n n n x t P n t tx t

(21)

Ortogonalitas Fungsi Legendre

Persamaan differensial Legendre (3.24):

dapat ditulis:

Kalikan dengan

P

m

(

x) kemudian integrasi

dengan batas -1 sampai 1, didapat:

0

)

(

)

1

(

)

(

'

2

)

(

"

)

1

(

x

2

P

n

x

xP

n

x

+

n

n

+

P

n

x

=

0

)

(

)

1

(

)]

(

'

)

1

[(

x

2

P

x

+

n

n

+

P

x

=

dx

d

n n

− −

+

+

=

=

1 1 1 1 2 2

)

(

)

(

)]

1

(

)

1

(

[

)]

(

'

)

1

[(

)

(

)]

(

'

)

1

[(

)

(

dx

x

P

x

P

n

n

m

m

dx

x

P

x

dx

d

x

P

x

P

x

dx

d

x

P

m n m n n m (3.31) (3.32)

(22)

Karena faktor (1-

x

2

) maka suku sebelah kiri

=0, sehingga:

Untuk

m

n, maka:

tampak ortogonalitas pada interval [-1,1].

Masih harus dihitung untuk

m=n, jelas

integral tidak sama dengan nol.

Bagaimana mencarinya?

0

)

(

)

(

)]

1

(

)

1

(

[

1 1

=

+

+

dx

x

P

x

P

n

n

m

m

n m

0

)

(

)

(

1 1

=

dx

x

P

x

P

n m (3.33)

(23)

Dari fungsi generator:

Integrasikan dari

x=-1 sampai 1, maka suku

bersilang akan menjadi nol, sehingga:

Misalkan

y = 1-2tx+t

2

, didapat:

2 0 1 2

)

(

)

2

1

(

=

+

∞ = − n n n

x

t

P

t

xt

[

]

∑ ∫

∞ =

=

+

0 1 1 2 2 1 1 2

(

)

2

1

n n n

P

x

dx

t

t

xt

dx

+

=

=

+

+ − −

t

t

t

y

dy

t

t

xt

dx

t t

1

1

ln

1

2

1

2

1

2 2 ) 1 ( ) 1 ( 1 1 2 (3.35) (3.34)

(24)

Ekspansikan dalam deret pangkat:

Sehingga dapat disimpulkan (bandingkan 3.34

dan 3.36):

Jadi:

∞ =

+

=

+

0 2

1

2

2

1

1

ln

1

n n

n

t

t

t

t

[

]

1

2

2

)

(

1 1 2

+

=

n

dx

x

P

n (3.36) (3.37) n m n m

n

dx

x

P

x

P

, 1 1

2

1

2

)

(

)

(

δ

+

=

(25)

Definisi alternatif untuk

polinomial Legendre

z

Pelajari sendiri formula Rodrigues

n n n n

x

dx

d

n

x

P

(

1

)

!

2

1

)

(

2

=

(3.38)

Latihan:

(26)

Contoh-contoh penggunaan di Fisika

1. Medan Gravitasi Bumi

Salah satu penggunaan deret Legendre adalah

untuk menjelaskan potensial gravitasi Bumi.

Dengan

R =radius equator = 6378,1

± 0,1 km

Dapat ditulis:

2 2

/

km

001

,

0

494

,

62

s

R

GM

±

=

( )

=

∞ = + 2 1

)

(cos

)

,

(

n n n r R n

P

a

r

R

R

GM

r

U

θ

θ

(27)

2. Bola dalam Medan Uniform

Problem: mencari potensial yang terdistorsi

karena ada bola konduktor dengan radius

r

0.

z E

(28)

Potensial elektrostatik memenuhi pers.

Laplace:

0

2

=

∇ V

Gunakan metode separasi variabel (lihat. Fisika

Matematika II) pada koordinat polar sferis:

(Mengapa tidak ada ketergantungan

ϕ

?)

Bagaimana mencari koefisien

a

n

dan

b

n

?

Gunakan syarat batas kondisi fisis.

∞ = + ∞ =

+

=

0 1 0

)

(cos

)

(cos

n n n n n n n n

r

P

b

P

r

a

V

θ

θ

(29)

Bila medan original (tak terdistorsi) adalah

E

0

maka:

V(rÆ

∞)=− E

0

z =

− E

0

r cos

θ

= − E

0

r P

1

(cos

θ

)

Karena deret Legendre adalah unique maka

dapat disimpulkan:

a

n

= 0, untuk

n>1

a

1

= − E

0

∞ = + ∞ =

+

=

0 1 0

)

(cos

)

(cos

n n n n n n n n

r

P

b

P

r

a

V

θ

θ

(30)

Kita dapat memilih pada bola konduktor dan

bidang

θ

=

π

/2 potensial =0, sehingga:

Supaya hal ini bisa terjadi maka semua

koefisien

P

n

(cos

θ

) harus nol.

a

0

= b

0

= 0

b

n

= 0 untuk n

≥ 2

z E

0

)

(cos

)

(cos

)

(

2 1 0 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0

=

+

⎟⎟

⎜⎜

+

+

=

=

∞ = + n n n n

r

P

b

P

r

E

r

b

r

b

a

r

r

V

θ

θ

(31)

Dan juga

b

1

=

E

0

r

03

Potensial elektrostatik (di luar bola) menjadi:

Pada teori Medan Elektromagnetik, hasil yang

sama dapat dikerjakan dengan metode

bayangan (detail lihat Jackson).

⎟⎟

⎜⎜

=

+

=

3 3 0 1 0 2 3 0 0 1 0

1

)

(cos

)

(cos

)

(cos

r

r

rP

E

r

r

E

rP

E

V

θ

θ

θ

(32)

Sebagai informasi tambahan, kerapatan

muatan permukaan terinduksi dapat dihitung:

Momen dipole listrik terinduksi:

θ

ε

ε

σ

0

3

0 0

cos

0

E

r

V

r r

=

=

= 0 0 3 0

4

r

E

P

=

π

ε

(33)

Pelajari sendiri

(34)

3.3. Fungsi Legendre Asosiasi

Fungsi Legendre Asosiasi dapat dikembangkan dari fungsi Legendre:

0

)

(

)

1

(

)

(

'

2

)

(

"

)

1

(

x

2

P

n

x

xP

n

x

+

n

n

+

P

n

x

=

Diturunkan sebanyak m kali akan diperoleh:

0

)

1

)(

(

'

)

1

(

2

"

)

1

(

x

2

u

x

m

+

u

+

n

m

n

+

m

+

u

=

Dengan:

P

(x

)

dx

d

u

m n m

(3.39)

Sekarang kalau kita ambil:

)

(

)

1

(

)

(

)

1

(

)

(

2 /2 2 /2

P

x

dx

d

x

x

u

x

x

v

m n m m m

=

=

(3.40)

(35)

Masukkan ke (3.31) (latihan!!!) akan diperoleh:

0

1

)

1

(

'

2

"

)

1

(

2 2 2

=

+

+

v

x

m

n

n

xv

v

x

Pers. (3.33) merupakan p.d. Legendre asosiasi yang akan kembali menjadi Legendre bila m=0.

Dalam koordinat polar, Legendre asosiasi menjadi:

(3.41)

0

sin

)

1

(

sin

sin

1

2 2

=

+

+

v

m

n

n

d

dv

d

d

θ

θ

θ

θ

θ

(3.42)

(36)

Solusi reguler, dilabelkan kembali Pm n(x) adalah:

)

(

)

1

(

)

(

)

(

2 /2

P

x

dx

d

x

x

P

x

v

m n m m m n

=

Beberapa fungsi Legendre asosiasi:

θ

θ

θ

θ

θ

θ

θ

θ

θ

3 2 / 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 / 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 / 1 2 1 2 2 / 1 2 1 1

sin

15

)

1

(

15

)

(

sin

cos

15

)

1

(

15

)

(

sin

)

1

cos

5

(

)

1

)(

1

5

(

)

(

sin

3

)

1

(

3

)

(

sin

cos

3

)

1

(

3

)

(

sin

)

1

(

)

(

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

x

x

P

x

x

x

P

x

x

x

P

x

x

P

x

x

x

P

x

x

P

(3.43)

(37)

dan dihubungkan dengan:

)

(x

P

nm

P

nm

(x

)

)

(

)!

(

)!

(

)

1

(

)

(

P

x

m

n

m

n

x

P

n m m nm

+

=

dan jelas bahwa:

)

(

)

(

0

x

P

x

P

n

=

n

Terdapat juga fungsi generator untuk Legendre Asosiasi, namun amat sangat jarang digunakan di Fisika.

(3.44)

(38)

Hubungan Rekursi:

Karena ada dua indeks (n dan m) maka ada macam-macam variasi hubungan rekursi. Beberapa diantaranya dapat dilihat di Arfken. Misal: m n m n m n

m

n

P

m

n

P

xP

n

1

)

(

)

1

(

1

)

1

2

(

+

=

+

+

+

+ (3.46)

(39)

Paritas Fungsi Legendre Asosiasi:

)

(

)

1

(

)

(

x

P

x

P

nm

=

m+n nm

Ortogonalitas Fungsi Legendre Asosiasi:

q p m q m p

m

q

m

q

q

dx

x

P

x

P

, 1 1

(

)!

)!

(

1

2

2

)

(

)

(

δ

+

+

=

atau dalam koordinat polar:

q p m q m p

m

q

m

q

q

d

P

P

, 1 1

(

)!

)!

(

1

2

2

sin

)

(cos

)

(cos

θ

θ

θ

θ

δ

+

+

=

− (3.47) (3.48) (3.49)

(40)

Contoh kasus di Fisika:

Medan induksi magnet dari loop arus

ϕ dλ x y z r θ I Potensial vektor:

r

Id

d

λ

π

μ

4

0

=

A

Dari argumentasi simetri tampak bahwa A hanya

mempunyai komponen

ϕ

0 dan independen dari

ϕ

. A

)

,

(

ˆ

0

θ

ϕ

A

ϕ

r

=

A

(3.50) (3.51)

(41)

Persamaan Maxwell:

,

J

H

=

×

(

D

/

t

=

0

,

pada satuan MKS) Karena maka:

μ

0

H

=

B

=

×

A

J

A

=

μ

0

×

×

Disini J adalah rapat arus. Pada masalah ini nilai J adalah nol kecuali pada loop itu sendiri. Jadi untuk yang jauh dari loop:

0

)

,

(

ˆ

0

=

×

×

ϕ

A

ϕ

r

θ

Dalam koordinat sferis:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ − ∂ ∂ − ∂ ∂ − ∂ ∂ − = × ∇ × ∇ ˆ ( , ) ˆ 2 1 1 (cot ) 2 2 2 2 2 2 0 0 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ θ ϕ θ θ θ ϕ A r A r r A r r A r A = 0 (3.52) (3.53) (3.54) (3.55)

(42)

)

(

)

(

)

,

(

θ

θ

ϕ

r

=

R

r

Θ

A

Gunakan metode separasi variabel: Didapat

0

sin

)

1

(

cot

0

)

1

(

2

2 2 2 2 2 2

=

Θ

Θ

+

+

Θ

+

Θ

=

+

+

θ

θ

θ

θ

d

n

n

d

d

d

R

n

n

dr

dR

r

dr

R

d

r

(3.56) (3.57)

Persamaan yang kedua merupakan Legendre asosiasi dengan m=1

)

(cos

)

(

θ

=

P

n1

θ

Θ

Konstanta separasi n(n+1) dipilih untuk membuat solusi ini well behaved.

(43)

Solusi trial R(r) = rα , didapat

α

= n, −n − 1. Solusi pertama divergen ketika r→∞. Sehingga solusi yang sesuai:

)

(cos

)

(cos

1 1 1 1

θ

θ

ϕ n n n n n n n

P

r

a

c

P

r

b

A

+ +

=

=

dan:

∞ = +

=

1 1 1

)

(cos

)

,

(

n n n n

P

r

a

c

r

A

ϕ

θ

θ

Dari potensial vektor ini dapat dicari medan magnet (latihan!!) (3.59)

(44)

3.4. Harmonik Sferis

Dalam separasi variabel dari (a) pers. Laplace, (b) pers. gelombang klassik bergantung ruang, dan (c) pers. gelombang Schrodinger

untuk gaya sentral,

0

)

(

2 2

+

=

ψ

k

f

r

ψ

Ketergantungan angular datang sepenuhnya dari operator Laplacian adalah:

0

)

(

)

1

(

)

(

sin

)

(

sin

sin

)

(

2 2 2

+

+

ΘΦ

=

Φ

Θ

+

Θ

Φ

ϕ

ϕ

ϕ

θ

θ

θ

θ

θ

θ

ϕ

n

n

d

d

d

d

d

d

(3.61) (3.62)

(45)

2 2 2

)

(

)

(

1

m

d

d

=

Φ

Φ

ϕ

ϕ

ϕ

Ketergantungan azimutal: Dengan solusi: ϕ ϕ

ϕ

e

im

e

im

,

)

(

=

Φ

Yang memenuhi kondisi ortogonalitas:

2 1 2 1 , 2 0

2

m m im im

e

d

e

ϕ

πδ

π ϕ ϕ

=

− (3.63) (3.64) (3.65)

Dapat dibuktikan dengan argumentasi fisis (misal dalam

elektrostatik dan kuantum) bahwa m harus merupakan bilangan bulat (buktikan!)

(46)

ϕ

π

ϕ

e

im

2

1

)

(

=

Φ

Pers. (3.56) menuntun kepada:

yang merupakan ortonormal (ortogonal dan ternormalisasi) terhadap sudut azimuth

ϕ

(3.66)

Ketergantungan pada Sudut:

Kita lihat kembali ortogonalitas fungsi Legendre Asosiasi pada pers. (3.48) atau (3.49). Kita dapat definisikan fungsi ortonormal dari

Legendre asosiasi, yakni:

)

(cos

)!

(

)!

(

2

1

2

)

(cos

θ

nm

θ

m n

P

m

n

m

n

n

+

+

=

P

(3.67)

(47)

φ

θ

π

φ

θ

m im n m m n

P

e

m

n

m

n

n

Y

(cos

)

)!

(

)!

(

4

1

2

)

1

(

)

,

(

2 / 1

+

+

Ketergantungan pada sudut dari solusi pers. (3.62) menjadi:

)

(

)

(cos

θ

Φ

ϕ

m n

P

Hal terakhir disebut Harmonik sferis, yang dapat ditulis menjadi:

(3.68)

Disini dimasukkan suku fasa (-1)m untuk menyesuaikan dan memudahkan pada perhitungan real di banyak kasus Fisika.

(48)

ϕ ϕ ϕ

θ

π

φ

θ

θ

π

φ

θ

θ

π

φ

θ

θ

π

φ

θ

π

φ

θ

i i i

e

Y

e

Y

Y

e

Y

Y

2 2 2 2 1 1 0 1 1 1 0 0

sin

3

96

5

)

,

(

sin

8

3

)

,

(

cos

4

3

)

,

(

sin

8

3

)

,

(

4

1

)

,

(

=

+

=

=

=

=

− −

Tabel beberapa Harmonik Sferis:

(49)

3.5. Operator Momentum Angular

Dalam Mekanika Kuantum, konsep momentum angular memegang peran yang sangat penting serupa dengan yang terjadi pada

Mekanika Klassik, disini momentum angular dihubungkan dengan torsi. Namun dalam Mekanika Kuantum kita mengeksplorasi

Hamiltonian klassik yang hanya tergantung pada momentum angular.

(50)

z x y L=r×p θ φ Posisi partikel R,θ,ϕ momentum p

Sekarang perhatikan sebuah partikel klassik yang bergerak dalam permukaan bola, partikel boleh kemana saja selama

tetap berada jarak konstan R dari pusat bola. Jadi variabel

(51)

Dalam kasus ini momentum selalu tegak lurus posisi:

p•r = 0

Vektor momentum angular klassik:

L = r×p

Sekarang kita lihat kuadrat dari momentun angular:

L2 = (r×p)• (r×p)

= (r•r)(p•p) − (r•p)(p•r) = r2p2 = R2p2

Tidak ada energi potensial pada masalah ini, hanya energi kinetik. Hamiltonian untuk gerakan ini:

dengan I merupakan momen inersia.

I

L

mR

L

m

p

H

2

2

2

2 2 2 2

=

=

=

(52)

Definisi klassik untuk momentum angular L = r×p memberikan komponen: y z x

yp

zp

L

=

z x y

zp

xp

L

=

x y z

xp

yp

L

=

)

/

(

x

i

p

x

= h

= h

i

p

Operator momentum seperti biasanya ditulis:

(53)

h

Sekarang dapat kita evaluasi beberapa komutator: [Lx , z] = [ypz

zpy , z] = y [pz , z] = −i y

[Lx , pz] = [ypz

zpy , pz] =

[z, pz] py = −i py [Lx , x] = 0

[Lx , px] = 0

dan masih banyak lagi komutator serupa.

(54)

h

i p

x, x] =

[ [y, py] = ih [z, pz] = ih Hubungan ini dapat diringkas:

* posisi dan momentum:

, juga dan

[x, py] = 0, juga [x, pz]=[y, px]=[y, pz]=[z, px]= [z, py]=0

x i L z z i L y y i L x y i L z x i L y z i L x L z L y L x y x z x z y z y x h h h h h h − = − = − = = = = = = = ] , [ ; ] , [ ; ] , [ ] , [ ; ] , [ ; ] , [ 0 ] , [ ] , [ ] , [ x y z z x y y z x y x z x z y z y x z z y y x x

p

i

L

p

p

i

L

p

p

i

L

p

p

i

L

p

p

i

L

p

p

i

L

p

L

p

L

p

L

p

h

h

h

h

h

h

=

=

=

=

=

=

=

=

=

]

,

[

;

]

,

[

;

]

,

[

]

,

[

;

]

,

[

;

]

,

[

0

]

,

[

]

,

[

]

,

[

x y z * posisi dan momentum angular:

(55)

z y x z x x x z x x y x L i xp i yp i p L x p z L xp zp L L L h h h + = − = − = − =[ , ] [ , ] [ , ] ] , [ y x z x z y L i L L L i L L , ] = h dan [ , ] = h [

x,y,z

i,j,k

L

i

L

L

i

,

j

]

=

ijk k

dengan

=

[

h

ε

1 2 3

Sekarang kita gunakan komutator-komutator tersebut untuk menyelesaikan hubungan komutasi antar

komponen L. Misalnya:

Dengan mudah dapat dibuktikan juga:

Secara simbolik dapat ditulis:

ε

ijk adalah Levi civita yang bernilai +1 untuk permutasi genap/ siklis (123, 231, 312) dan

1 untuk permutasi ganjil/ antisiklis (132, 321, 213), serta bernilai nol kalau ada indeks yang sama.

(56)

2 2 2 2 z y x

L

L

L

+

+

=

L

]

,

[

]

,

[

]

,

[

L

2

L

z

=

L

2x

+

L

2y

+

L

2z

L

z

=

L

2x

+

L

2y

L

z y z y z y y x z x z x x

L

L

L

L

L

L

L

L

L

L

L

L

[

,

]

+

[

,

]

+

[

,

]

+

[

,

]

=

0

=

+

+

=

i

h

L

x

L

y

i

h

L

y

L

x

i

h

L

y

L

x

i

h

L

x

L

y

Sekarang kita lihat kuadrat dari momentum angular

Evaluasi komutator berikut:

Dapat dibuktikan juga berlaku untuk Lx dan Ly

0

]

,

(57)

Karena L2 berkomutasi dengan semua komponen

momentum angular, kita dapat temukan eigenstate simultan dari L2 dan salah satu komponen L.

Biasanya dipilih L2 dan L

z. Anggap harga eigen

masing-masing

λ

dan m :

L2 |

λ

m〉 =

λ

|

λ

m〉 Lz |

λ

m〉 = mħ |

λ

m〉

Dalam representasi (

θ

,

ϕ

) fungsi eigen: 〈

θ

,

ϕ

|

λ

m〉 =

ψ

λm(

θ

,

ϕ

)

(58)

Kita dapatkan:

θ

,

ϕ

| L2|

λ

m〉 =

λ

θ

,

ϕ

|

λ

m〉

θ

,

ϕ

|Lz|

λ

m〉 = mħ 〈

θ

,

ϕ

|

λ

m〉

Untuk menyelesaikan masalah ini, maka perlu menyatakan

L2 dan L

z dalam representasi (

θ

,

ϕ

).

Berikut akan dibuktikan bahwa representasi 〈

θ

,

ϕ

|

λ

m〉 atau

ψ

λm(

θ

,

ϕ

) adalah harmonik sferis

Y

λm

(

θ

,

φ

)

(59)

L2 dan L z dalam representasi (

θ

,

ϕ

):

ϕ

= h

i

L

z ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ∂ ∂ − = 2 2 22 2 sin 1 sin sin 1

ϕ

θ

θ

θ

θ

θ

h L Tampak bahwa:

)

,

(

)

,

(

θ

φ

lm

θ

φ

m l z

Y

m

Y

L

=

h

)

,

(

)

1

(

)

,

(

2 2

θ

φ

m

θ

φ

l m l

l

l

Y

Y

=

+

h

L

(60)

Pendekatan Operator Secara Umum

Sekarang kita tinjau metode operator, sebut saja

triplet operator momentum angular

J

x

,

J

y

,

J

z

yang

tidak tergantung pada representasi. Ketiga

operator ini tidak terbatas pada

L

x

,

L

y

,

L

z

yang

didefinisikan dari hubungan Klassik.

Hubungan komutasi:

[

J

x

, J

y

] =

iħJ

z

x,y,z siklis

Kita definisikan:

J

2

=

J

(61)

Maka, seperti sebelumnya:

[J

2

,

J

i

] = 0,

i= x, y atau z

Sekarang kita pilih eigenstate yang merupakan

eigenstate simultan untuk J

2

dan

J

z

dengan harga

eigen

λ

J

dan

mħ.

J

2

J

m

〉 =

λ

J

|

λ

J

m

J

z

|

λ

J

m

〉 = mħ |

λ

J

m

Lalu kita definisikan operator non-hermitian:

J

+

=

J

x

+

iJ

y

(62)

Komutasi dengan

J

z

dapat dengan mudah

dievaluasi:

[

J

z

,

J

+

] =

ħJ

+

; [

J

z

,

J

] = − ħJ

[

J

+

,

J

] = 2

ħ J

z

Lebih lanjut dapat dibuktikan (latihan!)

J

+

J

= J

2

− J

z2

+

ħJ

z

J

J

+

= J

2

− J

z2

− ħJ

z

Pengenalan pada

J

+

,

J

tidaklah begitu aneh,

karena serupa pada kasus operator tangga

naik/turun dalam osilator harmonis (akan dibahas

pada bab berikutnya)

(63)

Dari relasi komutasi, diperoleh

J

z

J

+

=

J

+

(

J

z

+

ħ)

Sehingga:

J

z

J

+

|

λ

J

m

〉= J

+

(

J

z

+

ħ) |λ

J

m

〉 = (m+1) ħ J

+

|

λ

J

m

Tampak bahwa

J

+

|

λ

J

m

〉 merupakan eigenstate dari

J

z

yang memiliki harga eigen (

m+1) ħ. Oleh karena

itu

J

+

disebut sebagai operator tangga naik.

(64)

Hal serupa dapat dibuktikan

J

z

J

|

λ

J

m

〉= (m−1) ħ J

|

λ

J

m

Jadi

J

merupakan operator tangga turun.

Dapat ditulis:

J

+

|

λ

J

m

〉= c

λ

J

m |λ

J

m+1

J

|

λ

J

m

〉= d

λ

J

m |λ

J

m

−1〉

Dengan

c dan d merupakan konstanta yang harus

dihitung.

(65)

Sebelum menghitung itu kita lihat bahwa nilai

m

punya batas bawah dan batas atas. Hal ini secara

mudah dibuktikan dengan kenyataan bahwa harga

ekspektasi

J

x2

+

J

y2

tidak bisa negatif, atau:

0 ≤ 〈

λ

J

m|J

x2

+

J

y2

J

m

〉 = 〈

λ

J

m|J

2

−J

z2

J

m

〉=

λ

J

−(mħ)

2

Jadi (

mħ)

2

λ

J

, artinya untuk nilai

λ

J

tertentu nilai

m

(66)

Di atas

m

max

tidak ada keadaan lagi, artinya:

J

+

|

λ

J

m

max

〉 = 0

dan juga

J

J

+

|

λ

J

m

max

〉 = 0

atau

(J

2

J

z2

− ħJ

z

) |

λ

J

m

max

〉 = 0,

hal ini memberikan:

λ

J

− m

max

(

m

max

+1)

ħ

2

= 0

Hal serupa dari kenyataan tidak ada lagi keadaan

di bawah

m

min

, maka

J

|

λ

J

m

min

〉 = 0, diperoleh:

(67)

Kedua persamaan digabung, diperoleh:

m

max

(

m

max

+1) =

m

min

(

m

min

−1)

Salah satu solusi persamaan ini:

m

min

=

m

max

+1,

hal ini tentu saja tidak mungkin. Solusi yang benar

adalah:

m

max

= − m

min

Misal

m

max

=

j, maka

λ

J

=

j(j +1) ħ

2

Hasil terakhir ini sangat mirip dengan harga

eigen L

2

yang dikerjakan (dengan susah payah!)

menggunakan cara diferensial.

(68)

Tetapi apakah J dan L sama persis? Ternyata

tidak, bahkan akan ada kejutan disini.

Nilai

j tidak boleh sembarang, hal ini terlihat:

m

max

− m

min

=

j

− (−j) = 2j

Karena

m

max

− m

min

selalu bulat positif atau

nol, maka 2

j demikian juga.

Artinya

j bisa bulat, nol atau setengah-bulat

(

half-integer).

(69)

Kondisi

j yang dapat mempunyai nilai

setengah-bulat ini agak mengejutkan karena berbeda

dengan

l dari L

2

yang hanya boleh bernilai

bilangan bulat positif atau nol. Jadi tampak

bahwa J

2

dan L

2

sedikit berbeda.

Apakah fisisnya ada untuk kasus

j setengah bulat

(yang secara Klassik tidak ada analoginya)?

Ternyata ada yaitu untuk momentum angular spin.

Selanjutnya L disebut sebagai momentum angular

orbital, S disebut sebagai momentum angular

spin. Sedangkan momentum angular J merujuk ke

(70)

Sekarang kita evaluasi nilai konstanta

c dan d.

Keadaan |

λ

J

m

〉 kita tulis saja sebagai |jm〉.

Karena J

=

J

++

maka

〈jm| J

J

+

|

jm

〉 = 〈( J

+

)

jm| J

+

|

jm

〉 = |c

jm

|

2

Sementara

〈jm| J

J

+

|

jm

〉 = 〈jm| J

2

− J

z2

− ħJ

z

|

jm

=

j(j+1)ħ

2

− m

2

ħ

2

−ħmħ

Jadi

c

jm

=

ħ [j(j+1)

− m(m+1)]

½

(71)

Evaluasi

J

+

J

pada |

jm

〉 akan menghasilkan

d

jm

=

ħ [j(j+1)

− m(m−1)]

½

Dapat diringkas untuk kedua operator tangga

> + + − + >= + | jm j( j 1) m(m 1) | jm 1 J h > − − − + >= − | jm j( j 1) m(m 1) | jm 1 J h

(72)

Pelajari Sendiri

z

Teorema Adisi untuk Harmonik Sferis

z

Integral dari hasil kali 3 Harmonik Sferis

z

Fungsi-fungsi Legendre Jenis Kedua

(73)

Gambar

Tabel beberapa Harmonik Sferis:

Referensi

Dokumen terkait

Pemisahan analit dalam kolom kromatografi terjadi didasarkan pada aliran fase gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan interaksi analit dengan permukaan

Maka, hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan masalah penyediaan dan

Dari angka - angka toraobut depot disimpulkan, - bahra pengenbangan induotri pupuk kompoo akan oangat bo car crtinya dalam mcnunjang pcaonuhan kebutuhan pupuk, khuoucnya

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai signifikan ( p = 0, 443) yaitu lebih besar dari 0,05 sehinggga

Proses penyelesaian melalui mediasi dapat dilakukan oleh penyidik dalam penegakan hukum tindak pidana ringan dengan catatan perkara tersebut memiliki tingkat kerugian

Ginting (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh risiko dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan dan alternatif strategi

Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut SKPD adalah Perangkat Daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang menggunakan

Penelitian ini secara umum untuk mengkaji retensi β-karoten pada minyak goreng curah yang difortifikasi RPO. Tujuan khususnya adalah: 1) Mengetahui karakteristik