• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Bencana Tsunami Di Kabupaten Banyuwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemetaan Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Bencana Tsunami Di Kabupaten Banyuwangi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Wilayah Pesisir Secara umum, wilayah pesisir dapat didefenisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly et al., 2002 dalam Dio 2014). Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi “nilai” wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir (Nurmalasari, 2001 dalam Dio, 2014). Bahwa dalam suatu wilayah pesisir dan lautan terdapat satu atau lebih lingkungan ekosistem dan sumberdaya. Ekosistem ini dapat bersifat alami ataupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan antara lain: terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri, dan kawasan pemukiman. Sumberdaya di wilayah pesisir (Dahuri, 2003 dalam Efendi, 2009). 2.2 Tsunami Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh d tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga setiap 5.

(2) tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan (Trianawati, 2008). Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut.. Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempa bumi terjadi di Iaut, 2). Gempa bumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempa bumi dangkal, dan 4). terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m (BNPB, 2008). Gelombang tsunami tersebut bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan membawa sejumlah energi yang sangat besar. Akibat dari gelombat tersebut adalah kerusakan apabila mengenai kehidupan dan segala infrakstruktur yang berada di kawasan pantai. Bencana ini mempunyai pengertian adanya kerusakan pada pola kehidupan normal, merugikan manusia baik yang berupa kematian, luka, kesengsaraan, ataupun gangguan kesehatan, merugikan struktur sosial seperti kerusakan sistem pemerintah, komunikasi, bangunan dan pelayanan umum lainnya (Birowo et al., 1983 dalam Naryanto, 1994). 2.3 Kerentanan Secara umum definisi kerentanan dapat dipahami sebagai kelemahan terhadap keterkejutan dari luar (external shocks), derajat kehilangan, atau 6.

(3) kerusakan yang mungkin terjadi ketika kejadian ekstrim terjadi, tidak berfungsinya fungsi-fungsi normal berkaitan dengan bencana, karakterisik orang atau kelompok dalam hal kapasitas mereka dalam mengantisipasi, menghadapi, atau melawan dampak bencana alam dan tekanan non-alam lainnya. Kerentanan dapat juga dipahami sebagai ketidakmampuan suatu unit keluarga atau masyarakat untuk menanggulangi korban jiwa, kerugian, kerusakan, dan gangguan yang timbul akibat terjadinya suatu ancaman yang terjadi secara periodik, siklikal, mendadak, perlahan, maupun jangka pendek atau panjang (Lasa et al., 2009). Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya (BNPB No.8 Tahun 2011). Kerentanan wilayah pesisir merupakan suatu kondisi dimana adanya peningkatan proses kerusakan di wilayah pesisir yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas manusia dan faktor dari alam, dan terdapat parameter parameter yang mempengaruhi kerentanan pesisir yaitu variable geologi (geomorfologi, perubahan garis pantai dan elevasi) dan variabel proses fisik (kenaikan muka laut, tunggang pasang surut, dan tinggi gelombang) (Gornitz, 1991 dalam Amandangi, 2012). 2.4 Parameter tingkat Kerentanan Tsunami Pendekatan Lingkungan 2.4.1 Elevasi Elevasi pantai merupakan salah satu parameter untuk menentukan potensi terhadap genangan. Apabila terjadi gelombang pasang maka pantai dengan morfologi landai dapat menyebabkan air akan masuk ke daratan relatif jauh. 7.

(4) sehingga luapan airnya sangat luas (Marwasta dan Priyono, 2007 dalam Amandangi 2012). Elevasi adalah perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis tertentu. Untuk sebuah negara, biasanya muka air laut rata-rata yang dipergunakan sebagai bidang referensinya, maka perluasannya ke daratan disebut geoid. Jarak yang diukur dari permukaan geoid ke titik tertentu disebut elevasi. Semakin tinggi letak kawasan di daerah pesisir maka semakin aman daerah tersebut dari genangan akibat naiknya permukaan laut. Elevasi daerah pesisir mengacu kepada ukuran ketinggian pada daerah tertentu yang berada di atas permukaan laut rata rata. Kajian mengenai elevasi pesisir sangat penting untuk dipelajari secara mendalam untuk mengidentifikasi dan mengestimasi luas daratan yang terancam oleh dampak kenaikan muka laut dimasa yang akan datang (Sostrodarsono, 2005 dalam Widiana, 2015). 2.4.2 Slope Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%). Kemiringan lereng berpengaruh terhadap dampak ketinggian gelombang tsunami (runup). semakin curam lereng, semakin rendah pengaruh tinggi gelombang tsunami (Sriwahyuni et al., 2015). Kemiringan merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat kerentanan tsunami di suatu daerah. Kemiringan daratan akan mempengaruhi tinggi run uptsunami yang akan terjadi. Semakin curam suatu daratan, maka tinggi run up semakin rendah. Satuan kemiringan daratan yang di gunakan adalah dalam prosentase (%). Range slope dalam persen berkisaran dari 0-200%. Nilai kemiringan 0% berarti termasuk flat area/no slope (area datar). Nilai kemiringan 8.

(5) 100% mengidentifikasikan kemiringan area 450 dan nilai 200% menunjukkan vertical slope yang berarti 900 (Earth resource mapping Ltd, 2008 dalam Sengaji, 2009). 2.4.3 Jarak dari Garis Pantai Jarak dari garis pantai merupakan parameter penting dalam kajian resiko tsunami, Berdasarkan kejadian Tsunami Flores, banyak warga pesisir yang meninggal dunia dan berbagai sarana penting mengalami kerusakan Karena berada di wilayah yang mudah terpapar tsunami. Oleh karena itu, pembuatan jarak dari garis pantai merupakan salah satu faktor penting dalam analisis kerentanan tsunami (Sengaji, 2009). Sebagian besar pemukiman dan sarana penting biasanya berada pada daerah pesisir yang sangat rentan terhadap tsunami. Hampir 140 juta penduduk (60%) penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir dan sekitar 80% dari industry Indonesia memanfaatkan sumberdaya pesisir Oleh karena itu, penataan ruang wilayah pesisir harus melihat konsep jarak dari garis pantai (Diposaptono dan Budiman, 2006). 2.4.4 Morfometri Pantai Morfometri pantai menunjukkan bentuk garis pantai. Morfometri pantai merupakan parameter yang sangat penting untuk dikaji karena menentukan daerah pemusatan atau penyebaran energi gelombang tsunami. Perubahan arah gelombang karena proses refraksi akan menghasilkan suatu daerah energi gelombang. penguncupan. (konvergen). dan. penyebaran. (divergen). yang. berpengaruh tehadap struktur pantai yaitu morfometri pantai. Morfometri pantai sangat berpengaruh besar terhadap tingkat energi gelombang yang akan menghempas ke daratan (USACE, 1984).. 9.

(6) Bentuk garis pantai (shore line) dapat memberikan berbagai pengaruh ketika gelombang tsunami mencapai daratan. Teluk, tanjung, inlet dan muara sungai dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Daerah-daerah pantai yang cekung menghadap ke laut seperti selat dan teluk akan menyebabkan gelombang mengalami refleksi. Energi gelombang tsunami menjadi terfokus pada wilayah cekungan dan pada akhirnya mampu meningkatkan ketinggian gelombang tsunami yang sampai di pantai (NTHMP, 2001). 2.4.5 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan adalah penggunaan kompleks oleh alam atau campur tangan manusia menurut kebutuhan tersendiri untuk memenuhi finansial dari kebutuhan fisik. Pengunaan lahan dipesisir pantai menjadi salah satu aspek yang menentukan tingkat kerentanan tsunami (Vink, 1975 dalam Zhafran, 2016). Kawasan pesisir tergolong sangat rentan terhadap terjadinya tsunami. Pemanfaatan lahan harus mengira ngira atau mengukura sesuai dengan keberadaan garis pantai agar bisa mewaspadai saat tsunami datang agar tidak ikut terkena hantaman oleh gelombang tsunami. Penggunaan lahan pada kawasan pesisir harus mempertimbangkan tata ruang lahan dan keperluan penduduk untuk melihat besar kecilnya resiko bahaya tsunami. Penggunaan lahan yang berkaitan dengan berbagai aktifitas manusia seharusnya tidak di bangun terhadap daerah yang sekiranya rawan terhadap tsunami (Irfani, 2005). 2.5 Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).. Sistem. ini. mengcapture,. mengecek,. mengintegrasikan,. memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial 10.

(7) mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasioperasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi (Anisah, 2009). SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristikkarakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi (Gistut, 1994 dalam SIG, 2012). SIG dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan datadata yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (SIG, 2012). 2.6. Aplikasi SIG dalam Pemetaan Bencana Tsunami Bencana alam kadang terjadi begitu saja tanpa sepengetahuan siapapun karna bercana alam tidah bisa di prediksikan kapan datangnya dan tidak bisa mengurangi kekuatan bencana tersebut secara langsung. Terjadinya fenomena bencana alam ini hanya bisa di kurangi dampak yang di akibatkan. Perkembangan 11.

(8) teknologi pencitraan jarak jauh, memungkinkan dalam pemanfaatan citra satelit untuk memetakan kerusakan daerah akibat fenomena alam dan untuk menilai daerah yang rentan terhadap bencana. Sistem Informasi Geografis (SIG) berguna untuk menganalisis data spasial karena perencanaan penanggulangan bencana. Analisa data spasial melalui data multi criteria dapat membantu dalam memetakan kerentanan daerah terhadap bencana oleh citra satelit. SIG dapat di terapkan untuk mengevaluasi strategi pemetaan tumbuhan untuk pelindung daerah pantai untuk menghadang risiko tsunami. dan. menganalisis. resiko. tsunami. menggunakan. pendekatan. multiscenario (Sambah, 2013). Zona pesisir sering berubah karena sering terjadi interaksi secara dinamis antara tanah, laut, aktivitas manusia, dan bencana alam seperti tsunami. Daerah yang paling berdampak besar bila terjadi tsunami tentunya daerah daratan pinggi pantai. Tinggi rendahnya dataran pantai merupakan hal yang juga berpengaruh saat terjadinya tsunami. Ketinggian maksimum run-up dari 410 didistribusikan sepanjang 500 km dari garis pantai, memiliki dampak langsung. Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri, 1996). 2.7 Cell bassed Modelling Cell bassed Modelling merupakan sistem analisis spaisal dalam Sistem Informasi Geografi yang banyak di gunakan untuk memodelkan keadaan alam. Secara umum suatu model mempresentasikan kekompleksitasan dan interaksi di alam dengan suatu penyederhanaan. Permodelan tersebut akan menolong kita untuk mengerti, menggambarkan, dan memprediksi banyak hal di alam. Ada dua model. yang. di. kenal. dalam. analisis. geospasial,. yaitu. model. yang 12.

(9) mempresentasikan objek atau kenampakan di alam (representation models) dan model yang mensimulasikan proses alam (process models). Keseluruhan model tersebut akan lebih efisien bila di lakukan pada data raster (ESRI, 2001). Analisis spassial pada data raster ini di sebut metode Cell Based Modelling karena bekerja berdasarkan sel atau piksel. Operasi piksel pada Cell Based Modelling di bagi menjadi lima kelompok (ESRI,2001) A. Local Function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan satu sel. Nilai piksel output di tentukan oleh satu piksel input. B. Focal Function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan beberapa sel terdekat. C. Zonal Function adalah operasi piksel yang melibatkan suatu kelompok sel yang memiliki nilai atau keterangan tersebut. D. Global Function yang melibatkankeseluruhan sel dalam data raster dan gabungan anatara keempat kelompok tersebut. E. Application Function adalah gabungan dari keempat operasi di atas yang meliputi Local Function, Focal Function, Zonal Function, Global Function. Metode Cell Based Modelling memiliki keunggulan yaitu struktur data raster lebih sederhana sehingga memudahkan dalam pemodelan dan analisis, kompatibel dengan data satelit serta memiiki variabilitas spasial yang tinggi dalam mempresentasikan suatu kondisi di alam. Metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu diantaranya membutuhkan space komputer yang besar dan secara spasial memiliki tampilan yang kurang estetik karena berupa data raster yang berbentuk sel (ESRI, 2001). 2.8 Analytical Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendekatan yang memberikan kesempatan bagi para perencana dan pengelola program 13.

(10) bidang kesehatan untuk dapat membangun gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefinisikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsiasumsi. dan. selanjutnya. mendapatkan. pemecahan. yang. diinginkannya. Penggunaan metode AHP menerapkan dengan cerdas pendekatan matematis yang kompleks namun berdasarkan pendekatan kualitatif yang dapat diterima oleh semua stake holder dan pengelola program (Kasman, 2012). Analytical Hierarchy Process adalah mengabstraksikan struktur suatu sistem untuk mempelajari hubungan fungsional antara komponen dan akibatnya pada sistem secara keseluruhan. Namun, pada dasarnya sistem ini dirancang untuk menghimpun secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui suatu prosedur untuk sampai pada suatu skala preferensi di antar berbagai alternative. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi ketika data dan informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali. Jadi sistem ini bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi (Saaty, 1994). Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami, antara lain: a. Dekomposisi.. Setelah. mendefinisikan. permasalahan/persoalan,. perlu. dilakukan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsurunsurnya, sampai yang sekecil-kecilnya, b. Comparative Judgement. Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Hasil penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.. 14.

(11) c. Synthesis of Priority. Dari setiap matriks pairwise comparison, vektor cirinya (eigen) adalah untuk mendapatkan prioritas local. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mengetahui prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. d. Logical Consistency, yakni konsistensi yang memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara obyekobyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.. 15.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Lumba-lumba jantan hidung botol yang dipelihara di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor memiliki Range frekuensi suara klik dengan nilai intensitas tertinggi yaitu

[r]

[r]

Lembaga Bahasa XYZ selama ini mengolah datanya dengan menggunakan cara manual ( pencatatan ), penulis membuat Aplikasi Administrasi dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

Pilihlah pasangan kata yang paling tepat untuk mengisi titik-titik (…) pada setiap nomor soal, sehingga hubungan antara dua kata di bagian kiri tanda = sepadan dengan hubungan

d Terdapat beberapa langkah untuk mencapai pengobatan yang rasional yaitu menentukan diagnosis pasien dengan tepat, menentukan tujuan dari terapi, memilih obat

Dari hasil mengasosiasi tersebut, peserta didik diminta untuk melakukan percobaan/eksperimen pengambilan video dengan teknik pergerakan kamera berdasarkan ukuran

Pendekatan Picture Exchange Communication System (PECS) terhadap kemampuan bicara dan komunikasi program kebutuhan khusus pada siswa autis, dengan perhitungan