• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pasal 55 Ayat (2) Huruf A Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Di Kantor Kependudukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Pasal 55 Ayat (2) Huruf A Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Di Kantor Kependudukan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN. A.. Latar Belakang Pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-. Bangsa telah mengesahkan hak-hak anak. Di dalam mukadimah deklarasi ini tersirat antara lain bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Secara garis besar, deklarasi memuat asas tentang hak-hak anak yaitu hak memperoleh perlindungan khusus, kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat, memiliki nama dan kebangsaan sejak lahir, mendapat jaminan sosial termasuk gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika cacat, tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman sedapat mungkin dibawah asuhan serta tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dalam mendapatkan pendidikan dan dalam hal terjadi kecelakaan atau malapetaka, mereka termasuk orang yang pertama memperoleh perlindungan serta pertolongan, memperoleh perlindungan terhadap segala bentuk yang yang menyia-nyiakan anak, kekejaman dan penindasan serta perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi. Perlindungan anak dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu : 1.. Perlindungan bersifat yuridis yang meliputi perlindungan dalam: a.. Bidang hukum publik. b.. Bidang hukum keperdataan. 1.

(2) 2. 2.. Perlindungan yang bersifat non-yuridis yang meliputi, antara lain : a. Bidang sosial. b. Bidang kesehatan. c. Bidang pendidikan.. Karena negara Indonesia adalah negara hukum, maka perlindungan yang bersifat yuridis ini sangatlah penting dalam kehidupan bernegara bagi seorang anak dalam melaksanakan suatu perbuatan hukum. Salah satu contoh perlindungan yang bersifat yuridis ini adalah perlindungan terhadap asal usul anak. Sebelum terlahirkannya anak dalam keluarga maka harus dilakukan perkawinan. Dimana di Indonesia perkawinan ini sendiri diatur dalam UndangUndang Perkawinan No. 1 tahun 1974. Perkawinan itu sendiri menurut UndangUndang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jelaslah bahwa perkawinan merupakan lembaga suci dan berkekuatan hukum. Perkawinan itu sendiri akan memberikan kejelasan asal usul anak tersebut. Dimana asal usul anak akan mempengaruhi status dan kedudukan anak dikemudian hari, apakah dia terlahir sebagai anak sah atau anak diluar kawin. Dari perbedaan tersebut, maka akan terdapat perbedaan hak dan kedudukan antara anak sah dengan anak luar kawin. Dengan adanya perbedaan status anak sah dan anak luar kawin tersebut maka akan menyebabkan timbulnya beberapa permasalahan, antara lain : 1.. Hak memakai nama keluarga.

(3) 3. 2.. Pemberian izin perkawinan. 3.. Hak untuk mewaris. 4.. Kekuasaan orang tua.. Asal usul kelahiran anak dapat dilihat dalam akta kelahirannya. Dengan adanya akta kelahiran, seseorang dapat mebuktikan bahwa dirinya adalah benarbenar anak dari ayah x dan ibu y. Jika asal usul anak tidak dilindungi oleh hukum atau dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki akta kelahiran maka akan beradampak pada saat anak tersebut ingin melakukan perbuatan hukum tertentu di kemudian hari. Contohnya jika kelak anak tersebut ingin melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, misalnya menuntut harta warisan orang tuanya maka anak tersebut tidak dapat membuktikan secara hukum bahwa ia adalah anak sah dari orang tua yang meninggalkan harta warisan tersebut. Di Indonesia perlindungan anak ini diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak. Dan dari Undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa anak harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi kepada anak, termasuk melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana serta melindungi kepentingan-kepentingan keperdataan anak. Oleh karena itu, setiap kelahiran itu perlu memiliki bukti tertulis dan otentik karena untuk dapat membuktikan identitas seseorang dan mempunyai kekuatan hukum pembuktian yang sempurna. Dalam hal ini yang menjadi bukti dari identitas seseorang adalah akta kelahirannya. Di Indonesia, lembaga yang berhak mengeluarkan akta kelahiran adalah Lembaga Catatan Sipil yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 Tentang Penataan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan.

(4) 4. Sipil yang salah satu fungsinya menurut pasal 5 ayat (2) adalah pencatatan dan penerbitan akta kelahiran. Setelah ditetapkannya Keputusan Presiden tersebut maka setiap peristiwa kelahiran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat perlu didaftarkan ke Kantor Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil guna mendapatkan akta kelahiran. Hal ini agar kedudukan hukum dan status seseorang dapat dilihat sewaktu-waktu dengan memiliki alat bukti yang otentik. Selain itu informasi dan data yang ada pada akta kelahiran juga penting untuk negara, yaitu : 1.. Untuk meningkatkan tertib administrasi kependudukan. 2.. Untuk menunjang bagi data perencanaan pembangunan. 3.. Pengawasan dan pengendalian.. Di kota Malang sendiri aturan tentang pencatatan akta kelahiran diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 pasal 51 yang berbunyi: (1) (2). Setiap peristiwa kelahiran dicatatkan pada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya kelahiran. Pencatatan peristiwa kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memperhatikan: a. tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia; b. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk Warga Negara Indonesia; c. t empat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing; d. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk Orang Asing; e. Orang Asing pemegang Izin Kunjungan; dan f. anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya.. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang mengatakan,.

(5) 5. “Dispenduk Capil dalam pencatatan akta kelahiran mengacu pada Perpres Nomor 25 Tahun 2008 pasal 51”.1 Seiring dengan perkembangan jaman banyak anak-anak yang dilahirkan diluar perkawinan. Di kota Malang sendiri setiap tahun kelahiran anak diluar perkawinan ini mengalami peningkatan. Menurut Kepala Seksi Kelahiran Dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang jumlah pencatatan akta kelahiran anak luar kawin di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang meningkat setiap tahunnya. Hal ini didasarkan atas data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Kota Malang yang mengatakan bahwa: “Tiap tahunnya Dispenduk Capil melayani sekitar 35 ribu pendaftaran akta kelahiran. Pada tahun 2009, 15% dari pendaftaran akta tersebut adalah pendaftaran akta kelahiran anak seorang ibu. Dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat hingga 20%”. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh pergaulan yang terlalu bebas dimana budaya-budaya barat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memikirkan efek negatif yang ditimbulkan. Untuk pencatatan anak luar kawin ini di Indonesia diatur dalam Pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan yang berbunyi : “anak lahir di luar kawin, yang dicatat adalah mengenai nama anak, hari dan tanggal kelahiran, urutan kelahiran, nama ibu dan tanggal kelahiran ibu”.. 1. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(6) 6. Di kota Malang anak luar kawin disebut dengan anak seorang ibu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran Dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. yang. mengatakan bahwa: “ Di kota Malang anak tidak sah disebut dengan anak seorang ibu, karena kata anak seorang ibu ini lebih sopan jika dibandingkan dengan kata anak luar kawin”. Pencatatan anak seorang ibu ini menimbulkan masalah baik itu bagi pegawai pencatatan sipil maupun pihak yang akan mencatatkan akta kelahiran anak diluar nikah. Menurut Kepala Seksi Kelahiran Dan Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang bahwa kebanyakan orang tua dari anak seorang ibu ini merasa bingung tentang syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk mengurus akta kelahiran anaknya. Karena para orang tua anak seorang ibu ini tidak memiliki akta perkawinan yang sah, dimana dalam pencatatan akta kelahiran hal ini merupakan salah satu syarat dalam pencatatan akta kelahiran seorang anak. Sedangkan menurut GH (nama inisial), salah satu orang tua dari anak seorang ibu, ia merasa bahwa pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini tidaklah terlalu penting. Ia beranggapan bahwa dirinya tidak memiliki akta kelahiran dan itu tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Selain itu, ia merasa malu jika harus mengurus akta kelahiran anaknya karena anaknya dilahirkan di luar ikatan perkawinan yang sah..

(7) 7. B.. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas dirumuskan permasalah sebagai berikut : 1.. Bagaimanakah implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan?. 2.. Bagaimanakah hambatan yang terjadi dalam pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan?. 3.. Bagaimanakah upaya penyelesaian atas hambatan yang timbul dalam implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan?. C.. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini memiliki. beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis tentang implementasi. pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan..

(8) 8. 2. Untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis menganalisis. hambatan-hambatan. yang. terjadi. dalam. implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. 3. Untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi hambatanhambatan yang terjadi dalam implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Sedangkan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1.. Secara teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum perdata yang berfokus pada hukum keluarga.. 2.. Secara praktis : a.. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Malang : Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan atatan Sipil kota. Malang. yang. bersangkutan. sehingga. meningkatkan pelayanan pada masyarakat.. dapat.

(9) 9. b.. Bagi masyarakat umum : Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber dan informasi lebih lanjut tentang pentingnya pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu dan bagaimana prosedur dalam pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu.. D.. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA. Bab menguraikan teori–teori yang melandasi penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul. Teori ini didapat dari studi kepustakaan pada beberapa literatur dan juga mendasarkan pada pandangan para ahli berkaitan dengan pencatatan Akta kelahiran anak seorang ibu. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang: Jenis penelitian, Metode pendekatan penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik pengumpulan data, Populasi dan Responden, Teknik Analisis Data dan Definisi operasional BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dituliskan laporan rinci pelaksanaan kegiatan dalam mencapai hasil berikut hasil–hasil kajiannya. Data yang.

(10) 10. diperoleh diolah sesuai dengan fakta–fakta empirik dalam upaya pengambilan kesimpulan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya dan berisi saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dan bermanfaat bagi semua pihak..

(11) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Umum Perkawinan 1. Pengertian perkawinan Pengertian perkawinan terdapat dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkawinan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ini tidak hanya sebagai ikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan keagamaan. Hal ini berbeda dengan apa yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata. Meskipun KUHPerdata tidak menjelaskan secara rinci tentang pengertian dari perkawinan itu sendiri, tetapi dapat diketahui bahwa perkawinan hanya merupakan perikatan perdata. Hal ini dapat dilihat dari pasal 26 KUHPerdata yang berbunyi : “UndangUndang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan Perdata”. Menurut hukum Islam khususnya yang diatur dalam ilmu Fiqih, pengertian perkawinan atau akad nikah adalah ikatan yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang antara keduanya bukan. 11.

(12) 12. merupakan muhrim.2 Pengertian perkawinan tersebut menggambarkan bahwa perkawinan merupakan suatu perjannjian antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga, yang di dalamnya termasuk pengaturan hak dan kewajiban serta saling tolong menolong dari kedua belah pihak. 2. Tujuan Perkawinan Didalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa yang menjadi tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Dan untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan material dan spiritual. Menurut Hilman Hadikusuma tujuan perkawinan menurut perundangan adalah untuk untuk kebahagian suami isteri, untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan keagamaan dalam kesatuan keluarga yang bersifat parental.3 Dari penjelasan diatas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa yang menjadi tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan kebahagiaan, mendapatkan keturunan dan untuk mengakkan keagamaan. 3. Sahnya Perkawinan Perkawinan adalah suatu perbuatan hukum, oleh karena itu mempunyai akibat hukum. Adanya akibat hukum ini penting sekali kaitannya dengan sah tidaknya suatu perbuatan hukum. Oleh karena itu, sah atau tidaknya perkawinan ditentukan oleh hukum yang berlaku, yaitu berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan 2 3. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Attahiriyah, Jakarta, 1993, Hal: 355. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2007, Hal: 21..

(13) 13. yang berbunyi : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya “. Dari ketentuan tersebut diatas dapat diketahui bahwa Undang-Undang Perkawinan menitik beratkan sahnya perkawinan pada dua unsur, yaitu: perkawinan harus dilaksanakan sesuai dengan syarat dan prosedur yang ditentukan oleh Undang-Undang (hukum negara) dan hukum agama.4 Yang berarti apabila perkawinan hanya dilangsungkan menurut Undang-Undang negara tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan agama perkawinan tersebut tidak sah, demikian juga sebaliknya. Keikut-sertaan pemerintah dalam kegiatan perkawinan adalah dalam hal menyangkut proses administratif, dimana perkawinan harus dicatatakan sebagaimana dimuat dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 4. Syarat dan Larangan Perkawinan Dalam rangka mewujudkan tujuan perkawinan yaitu menciptakan keluarga yang bahagia dan kekal, maka perkawinan dilakukan dengan syarat yang ketat. Syarat perkawinan ini diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, yaitu : a) Syarat formal, yaitu meliputi : i.. Perkawinan harus didasarkan atas perjanjian kedua calon mempelai. ( Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan). ii.. 4. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai. Wahyono Darmabrata, Tinjauan UU No. 1 Tahun 1974, Gitama Jaya, Jakarta, 2003, Hal: 101..

(14) 14. umur 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. (pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan) iii.. Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain kecuali dalam hal yang diizinkan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4. (pasal 9 Undang-Undang Perkawinan). b) Syarat materiil yang berlaku khusus, yaitu bagi perkawinan tertentu saja, antara lain : i.. Tidak melanggar larangan perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 8, 9 dan 10 Undang-Undang Perkawinan.. ii.. Izin dari orang tua bagi mereka yang belum mencapau umur 21 tahun. (pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan).. Apabila telah terpenuhinya syarat-syarat tersebut diatas, baik syarat formal maupun syarat materiil, maka kedua calon mempelai telah resmi menjadi suami isteri. Tetapi apabila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka akan menimbulkan ketidak absahan perkawinan yang berakibat batalnya suatu perkawinan. Larangan perkawinan sendiri dengan jelas diatur dalam Pasal 8 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi : Perkawinan dilarang antara dua orang yang : a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas; b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya; c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri; d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan;.

(15) 15. e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang; f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.. B. Kajian Umum Status Anak 1.. Pengertian Anak Sah Menurut Pasal 42 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Sedangkan menurut KUHPerdata, pengertian mengenai anak sah ini dirumuskan dalam pasal 250 KUHPerdata yaitu anak sah adalah anak yang dilahirkan atau dibesarkan sepanjang perkawinan, memperoleh suami sebagai ayahnya. Dalam rumusan anak sah pada pasal 250 KUHPerdata beranggapan bahwa suami adalah ayah dari anak yang dilahirkan dalam suatu perkawinan. Akan tetapi suami dapat menyangkal sahnya anak itu dalam hal-hal yang disebutkan dalam pasal-pasal yang terdapat di dalam KUHPerdata sebagai berikut : a) Jika anak dilahirkan sebelum 180 hari sejak perkawinan (pasal 251 KUHPerdata). Namun pengingkaran tidak boleh dilakukan dalam hal-hal berikut : (i) Bila sebelum perkawinan suami telah mengetahui kehamilan itu (ii) Bila pada pembuatan akta kelahiran dia hadir dan akta ini ditandatangani olehnya atau memuat suatu keterangan darinya yang berisi bahwa ia tak dapat menandatanganinnya.

(16) 16. (iii) Bila anak itu dilahirkan mati. b) Suami dalam masa 300 hari hingga 180 hari sebelum anak itu dilahirkan tidak bergaul atau mengadakan hubungan jasmaniah dengan istrinya. (pasal 252 KUHPerdata) c) Istri melakukan perzinahan dan kelahiran anak itu disembunyikan atau dirahasiakan terhadap suaminya. (pasal 253 KUHPerdata) d) Anak itu dilahirkan lewat 300 hari sesudah ada putusan Pengadilan Negeri yang menyatakan perpisahan meja dan tempat tidur. (pasal 254 KUHPerdata) e) Anak yang dilahirkan 300 hari setelah bubarnya perkawinan tidak sah. (pasal 255 KUHPerdata) 2.. Pengertian Anak Luar Kawin Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak memberikan pengertian anak luar kawin, tetapi hanya menjelaskan pengertian anak sah dan kedudukan anak luar kawin. Akan tetapi apabila dilihat dari bunyi pasal 42 dan 43 ayat (1) dan (2) Undang-undang perkawinan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian anak luar kawin yaitu anak yang dilahirkan diluar perkawinan dan hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya saja. Sedangkan menurut KUHPerdata anak luar kawin ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu: (a) anak-anak luar kawin dalam arti luas, yaitu semua anak yang lahir tanpa pernikahan orang tuanya; dan (b) anak-anak luar kawin dalam arti sempit, yaitu anak-anak yang lahir tanpa pernikahan orang tuanya, kecuali.

(17) 17. anak-anak zina dan sumbang.. C. Kajian Umum Akta 1.. Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta yang dalam bahasa Belanda disebut “acte” dan dalam bahasa Inggris disebut “act” / “deed” menurut pendapat umum mempunyai dua arti, yaitu : a.. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling).. b.. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai perbuatan hukum tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.5. Menurut R. Subekti dan Tjitrosudibio kata “acta” merupakan bentuk jamak dari kata “actum” yang merupakan bahasa latin yang mempunyai arti perbuatan-perbuatan.6 Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa akta adalah surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.7 Menurut A. Pitlo akta adalah suatu surat yang ditanda-tangani, diperbuat, untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang lain, untuk keperluan siapapun surat itu dibuat.8. 5. Victor M Situmorang dan Cormentyna, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, Hal: 50 6 R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kamus Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, Hal: 9. 7 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2002 Hal: 142. 8 A. Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Intermasa, Jakarta, 1986, Hal: 52..

(18) 18. Disamping akta sebagai surat yang dengan sengaja dibuat untuk dipakai sebagai alat bukti, dalam perbuatan perundang-undangan sering kita jumpai perkataan akta yang sama sekali bukanlah surat melainkan perbuatan. Hal ini dapat kita jumpai dalam pasal 108 KUHPerdata yang berbunyi : “ Seorang istri biar dia kawin diluar persatuan harta kekayaan, atau telah berpisah sekali pun, namun ia tidak dapat dihibahkan barang sesuatu atau memindah tangankannya, atau memperoleh, baik dengan cuma-cuma maupun atas beban, melainkan dengan bantuan akta, atau dengan izin tertulis suaminya.” Apabila diperhatikan dengan teliti dan seksama maka penggunaan kata akta dalam ketentuan Undang-Undang diatas adalah tidak tepat kalau diartikan dengan surat yang diperuntukkan sebagai alat bukti., tetapi akta merupakan suatu perbuatan hukum. Menurut R. Subekti, kata akta dalam pasal 108 KUHPerdata bukanlah berarti surat melainkan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, berasal dari acte yang dalam bahasa Perancis berarti perbuatan.9 Dari definisi tersebut diatas, jelaslah bahwa tidak semua surat dapat disebut sebagai akta, melainkan hanya surat-surat tertentu yang memenuhi syarat yang bisa disebut sebagai akta. Syarat-syarat tersebut adalah: a.. Surat tersebut haruslah ditandatangani.. b.. Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak dan perikatan.. c.. 9. Surat haruslah diperuntukan sebagai alat bukti.. R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2005, Hal : 29.

(19) 19. 2.. Macam-Macam Akta Pasal 1867 KUHPerdata berbunyi : “Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan (akta) otentik maupun tulisan-tulisan (akta) dibawah tangan”. Dari bunyi pasal tersebut maka akta itu dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : a.. Akta Otentik Menurut KUHPerdataapa yang dimaksud dengan akta otentik ini teradapat dalam pasal 1868 yang berbunyi : “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawaipegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.” Menurut pasal 165 HIR akta otentik adalah : “Suatu surat yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa akan membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak dari padanya yaitu tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja tetapi kemudian itu hanya sekedar yang diberitahukan itu langsung berhubungan dengan pokok dalam akta itu.” Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa akta otentik itu mengandung unsur pokok yaitu akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum yang ditentukan oleh undang-undang.. b.. Akta dibawah tangan Akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat10. Didalam KUHPerdatapasal 1874 ayat (1) menyatakan bahwa :. 10. Sudikno Mertokusumo, Op., cit, Hal: 151.

(20) 20. “ Sebagai tulisan-tulisan dibawah tangan dianggap akta-akta yang ditanda tangani dibawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum.” Dari ketentuan pasal 1874 ayat (1) KUHPerdata tersebut terdapat kekhususan akta dibawah tangan yaitu akta tersebut seluruhnya harus ditulis dengan tangan si penanda tangan sendiri, atau setidak-tidaknya, selain tanda tangan, yang harus ditulis dengan tangan si penanda tangan adalah suatu penyebutan yang memuat jumlah atau besarnya barang atau uang yang terhutang. 3.. Fungsi Akta Didalam hukum perdata, akta mempunyai bermacam-macam fungsi. Fungsi akta dapat berupa: a.. Syarat untuk menyatakan adanya suatu perbuatan hukum Suatu akta yang dimaksud dengan mempunyai fungsi sebagai syarat untuk menyatakan suatu perbuatan hukum adalah bahwa untuk lengkapnya suatu perbuatan hukum haruslah dibuat suatu akta.11 Maka dengan tidak adanya atau dengan tidak dibuatnya akta maka akan berarti perbuatan hukum tidak pernah terjadi. b. Alat pembuktian Fungsi suatu akta sebagai alat pembuktian dimaksudkan bahwa dengan tidak adanya akta atau tidak dibuatnya akta maka berarti perbuatan hukum tersebut tidak dapat terbukti adanya.. 11. Ibid, Hal: 152.

(21) 21. 4.. Kekuatan Pembuktian Akta Daya pembuktian atau kekuatan pembuktian akta dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a.. Kekuatan pembuktian Lahir Dimaksud. kekuatan pembuktian lahir yaitu suatu. kekuatan pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir, bahwa suatu surat yang kelihatannya seperti akta, diterima/dianggap seperti akta dan diperlakukan sebagai akta, sepanjang tidak terbukti kebalikannya. b. Kekuatan Pembuktian Formal Kekuatan Pembuktian formil itu menyangkut pertanyaan: “benarkah bahwa ada pernyataan?”12. Jadi yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian formal dari akta yaitu suatu kekuatan pembuktian yang didasarkan atas benar atau tidaknya pernyataan yang ditandatangani dalam akta, bahwa oleh penanda tangan diterangkan apa yang tercantum didalam akta. c. Kekuatan pembuktian Material Kekuatan Pembuktian formil itu menyangkut pertanyaan: “Benarkah isi pernyataan di dalam akta itu?”13. Jadi yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian material akta yaitu suatu kekuatan pembuktian yang didasarkan atas benar tidaknya isi pernyataan yang ditandatangani dalam akta, bahwa peristiwa hukum yang dinyatakan dalam akta benar-benar telah terjadi. 12 13. Ibid, Hal: 153 Ibid, Hal: 153.

(22) 22. D.. Kajian Umum Lembaga Catatan Sipil di Indonesia. 1.. Pengertian Lembaga Catatan Sipil Di Indonesia dikenal adanya suatu lembaga catatan sipil yang diusahakan oleh pemerintah. Lembaga catatan sipil ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari lembaga catatan sipil pada zaman Belanda yang dikenal dengan “Burgerlijke Stand” atau yang dikenal dengan B.S yang berarti suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar-daftar atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa-peristiwa penting bagi negara, seperti kelahiran, perkawianan, kematian.14 Oleh karena negara Indonesia adalah negara hukum, maka kedudukan dari suatu peristiwa pada setiap warga negaranya harus jelas dan pasti. Manusia dalam hidupnya mengalami peristiwa-peristiwa penting, antara lain: perkawinan, kelahiran, pengakuan atau pengesahan anak, perceraian dan kematian. Semua peristiwa diatas sangat penting artinya karena peristiwa tersebut akan membawa akibat hukum bagi orang yang bersangkutan dan orang lain. Misalnya: seorang bernama X meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan dua anaknya. Dengan meninggalnya X tersebut maka menimbulkan akibat hukum, yaitu istri dan kedua anaknya akan menjadi ahli waris dari X. Bagaimana cara membuktikan bahwa ahli waris tersebut adalah istri yang sah dan keduanya adalah anak yang sah dari X. Dalam hal ini tidak akan ada kesulitan apabila telah ada bukti yang otentik berupa akta perkawinan dan akta kelahiran yang dibuat oleh pejabat berwenang.. 14. R. Subekti dan Tjitrosudibio, Op,. Cit, Hal: 22..

(23) 23. Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa peristiwa penting dalam keluarga sangatlah perlu untuk didaftarkan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk memberikan kepastian serta membuat catatan selengkap-lengkapnya. atas. peristiwa-peristiwa. tersebut. kemudian. membukukannya. Semua daftar dari peristiwa penting tersebut dibukukan adalah terbuka umum, sehingga baik yang bersangkutan maupun orang lain yang berkepentingan dapat mengetahui dan memperoleh bukti serta kepastian tentang perkawinan, kelahiran, pengesahan/pengakuan anak, perceraian dan kematian seseorang. Dalam rangka untuk keperluan tersebut pemerintan mengadakan lembaga catatan sipil. Lie Oen Hock mengartikan bahwa catatan sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan. serta pembukuan. selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberikan kepastian hukum. yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan,. perkawinan dan kematian. R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio berpendapat, bahwa Catatan Sipil mempunyai pengertian sebagai suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar/catatan guna pembuktian status atau peristiwa penting bagi Warga Negara seperti : kelahiran, kematian, perkawinan.15 Dari pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa catatan sipil adalah suatu lembaga yang sengaja diadakan pemerintah yang bertujuan 15. Kabupaten Karimun, Profile Badan Kependudukan, Catatan Sipil Dan Keluarga Berencana,. http://www.kab-karimun.go.id diakses tanggal 13 Desember 2011..

(24) 24. untuk mencatat, mendaftarkan serta membukukan selengkap mungkin tiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang, misalnya perkawinan, kelahiran, pengakuan/pengesahan anak, perceraian dan kematian. 2.. Sejarah Terbentuknya Lembaga Catatan Sipil Lembaga catatan sipil yang ada di Indonesia pada saat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari “Burgerlijke Stand” yang selanjutnya disingkat dengan BS, pada zaman Belanda. BS ini merupakan lembaga yang diadakan oleh penguasa yang bermaksud membukukan tentang semua peristiwa atau kejadian penting, misalnya kelahiran, perkwinan, pengakuan, perceraian dan kematian. Setiap peristiwa tersebut dicatat sebagai bukti mengenai peristiwa yang dapat digunakan bagi pihak yang berkepentingan maupun pihak ketiga setiap saat. Sedangkan BS yang ada di negeri Belanda ini berasal dari Perancis, hal ini dapat kita lihat dari sejarah negara Belanda dimana pada abad ke 18 Belanda pernah pula menjadi negara jajahan Perancis. Sebelum negara Belanda mengenal lembaga catatan sipil, di Perancis lembaga ini telah ada sejak revolusi Perancis. Di negara Perancis sendiri terdapat kenyataan bahwa pendeta-pendera sebelumnya menyelenggarakan atau menyediakan daftar-daftar perkawinan, kelahiran, kematian dan sebagainya. Lembaga catatan sipil di Perancis kemudian diterapkan di Belanda. Di Batavia sendiri pelaksanaan catatan sipil telah ada sejak tahun 1802. hal ini terbukti dari arsip yang tersimpan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil provinsi DKI Jakarta, meskipun lembaga catatan sipil sendiri.

(25) 25. baru ada secara de jure pada tahun 1850, meskipun dalam pelaksanaannya hanya untuk golongan penduduk tertentu. Hal ini seirama dengan politik pemerintah pada waktu itu, yang membagi dan menggolongkan penduduk dan kemudian bagi setiap penduduk berlaku hukum yang berbeda. Hal in dapat diketahui dari pedoman politik pemerintah Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia yang dituliskan dalam pasal 131 Indische Staats Regelings yang pokoknya sebagai berikut: 1). Hukum perdata dan dagang harus diletakkan dalam Kitab Undang-undang, yaitu dengan kodifikasi.. 2). Untuk golongan bangsa Eropa dianut perundang-undangan yang berlaku di negara Belanda.. 3). Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing, jika ternyata kebutuhan masyarakat mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka baik seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan dan juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama. Untuk itu harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku dikalangan mereka dan juga boleh diadakan penyimpangan-penyimpangan jika. diminta. untuk. kepentingan. umum. atau. kebutuhan. kemasyarakatan mereka (ayat 2). 4). Orang Indonesia asli dan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditentukan dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan diri ini boleh dilakukan baik secara.

(26) 26. umum maupun dalam perbuatan saja. 5). Sebelum hukum bangsa Indonesia ditulis dalam Undang-undang, bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka, yaitu hukum adat.. Kemudian mengenai penundukan diri dipertegas atau diperjelas dengan adanya Staatblad 1917 nomor 12 mengenai kemungkinan menundukkan diri pada hukum Eropa, dalam hal ini ada empat macam penundukan diri : 1). Penundukan pada seluruh hukum perdata Eropa;. 2). Penundukan diri pada sebagian hukum perdata Eropa;. 3). Penundukan diri mengenai suatu perbuatan hukum tertentu;. 4). Penundukan diri secara diam-diam.. Pada tanggal 27 Desember 1964 pemerintah orde baru telah mengeluarkan Instruksi Presidium Kabinet Nomor 31/U/IN/12/1966 kepada menteri Kehakiman RI untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia.16 Maka penggunaan istilah golongan tersebut dihapuskan dan sejak saat itu pula catatan sipil dinyatakan terbuka untuk seluruh penduduk Indonesia baik yang berkewarganegaraan Indonesia asli maupun yang berkewarganegaraan asing. 3.. Status Hukum Lembaga Catatan Sipil Dahulu banyak yang berpendapat bahwa Lembaga Catatan Sipil berada dibawah Departemen Agama atau Departemen Kehakiman, mengingat lembaga ini mengatur masalah-masalah keluarga yang menyangkut. 16. Batlion Dieca, 2010, Bangsa Dan Negara, http://ardom319.blogspot.com/ diakses tanggal 13 Desember 2011..

(27) 27. kepentingan perorangan yang mempunyai akibat hukum. Lembaga Catatan Sipil selalu menyatakan Departemen Kehakiman merupakan induk dari Lembaga Catatan Sipil akan tetapi Departemen Kehakiman tidak mengakuinya. Sebagai tindak lanjut, kemudian pada tanggal 25 Februari 1983 dikeluarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 1983 tentang Penataan dan Pengangkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil. Dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa: “Menteri Dalam Negeri secara fungsional mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan catatan sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden No. 12 Tahun 1983 ini jelas bahwa status hukum Lembaga Catatan Sipil berada dibawah Departemen Dalam Negeri. Adapun yang bertanggung jawab mengenai penyelenggaraan catatan sipil didaerah adalah Gubernur. 4.. Tujuan Lembaga Catatan Sipil Seluruh peristiwa yang terjadi dalam keluarga yang mempunyai aspek hukum didaftarkan dan dibukukan sehingga yang bersangkutan sendiri atau orang lain yang mempunyai kepentingan, mempunyai bukti yang otentik tentang peristiwa tersebut. Tujuan dari Lembaga Catatan Sipil adalah sebagai berikut : 1.. Untuk mewujudkan kepastian hukum;. 2.. Untuk membentuk ketertiban;. 3.. Guna pembuktian;.

(28) 28. 4.. Untuk. memperlancar. aktivitas. pemerintah. kependudukan/administrasi kependudukan.. dibidang.

(29) BAB III METODE PENELITIAN A.. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini Penulis menggunakan jenis penelitian empiris karena. meneliti tentang implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.. B.. Metode Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu. pendekatan selain berdasarkan peraturan pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan juga melihat kenyataan yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.. C.. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilaksanakan, yaitu di. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Adapun alasan Penulis memilih lokasi penelitian di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang hal ini disebabkan karena kenaikan jumlah pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu di Kota Malang yang semakin meningkat dalam dua tahun. 29.

(30) 30. terakhir. Karena jumlah yang semakin meningkat tersebut, maka hambatan yang timbul pun akan semakin kompleks.. D.. Jenis dan Sumber Data 1.. Jenis Data Penulis membagi sumber data menjadi dua macam, yaitu : a). Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan teknik wawancara yang kemudian dicatat untuk pertama kalinya oleh Penulis.. b). Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, buku, dan internet yang kemudian dijadikan sebagai landasan teori dalam penyusunan skripsi ini.. 2.. Sumber Data a). Data Primer Sumber data primer dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran Dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, dua orang Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dan seorang narasumber pemohon akta kelahiran anak seorang ibu..

(31) 31. b). Data Sekunder Sumber data sekunder berasal dari mempelajari pustaka atau buku-buku, peraturan perundang-undangan serta data dari internet. Peraturan perundang-undang yang digunakan antara lain : i.. Undang-Undang Dasar 1945.. ii.. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.. iii.. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.. iv.. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak. v.. Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.. vi.. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil.. vii.. Instruksi Presidium Kabinet Nomor 31/U/IN/12/1966.. viii.. Keputusan Presiden No. 12 Tahun 1983 tentang Penataan. dan. Pengangkatan. Penyelenggaraan Catatan Sipil.. Pembinaan.

(32) 32. E.. Teknik pengumpulan data 1.. Untuk data primer digunakan teknik wawancara. Wawancara dalah cara memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada narasumber yang diwawancarai. Sifat wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih dimungkinkan adanya pertanyaan-pertanyaan lain yang disesuaikan dengan situasi ketika wawancara berlangsung.. 2.. Untuk data sekunder digunakan kepustakaan pustaka atau buku-buku, peraturan. perundang-undangan. serta. data. dari. internet. untuk. mendapatkan landasan teori berupa pendapat-pendapat atau tulisantulisan yang berkaitan dengan pokok masalah.. F.. Populasi dan Responden 1.. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang dan seluruh pemohon pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu.. 2.. Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Seksi Kelahiran Dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, dua orang Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota.

(33) 33. Malang dan seorang narasumber pemohon akta kelahiran anak seorang ibu. Responden pemohon akta kelahiran anak seorang ibu hanya didapati satu orang dikarenakan pemohon akta kelahiran anak seorang ibu lainnya tidak bersedia untuk diwawancarai. Hal ini disebabkan karena kelahiran anak seorang ibu ini dianggap sesuatu yang tidak wajar di masyarakat.. G.. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden maupun dari. studi kepustakaan nantinya akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari hasil wawancara menurut kualitas dan kebenarannya, yang kemudian akan dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas dan kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diketahui bagaimanakah implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, hambatan-hambatan yang terjadi dalam implementasi Pasal pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan dan bagaimanakah upaya dalam penyelesaian hambatan terhadap implementasi pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan yang terjadi dimasyrakat, khususnya di kota Malang..

(34) 34. H.. Definisi Operasional 1.. Implementasi Pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan yaitu pelaksanaan peraturan tentang pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu.. 2.. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yaitu lokasi dari penelitian ini dilaksanakan..

(35) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A.. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dibentuk. berdasarkan Peraturan Walikota Malang Nomor 61 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dimana kedudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ini dapat dilihat dari bunyi pasal 2 ayat (1) Peraturan Walikota Malang Nomor 61 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berbunyi: “Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan pelaksana Otonomi Daerah di bidang kependudukan dan catatan sipil serta transmigrasi”. 1. Lokasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Malang terletak di Perkantoran Terpadu Gedung A lantai 2 di Jalan Mayjen Sungkono Kota Malang dengan kontak yang bisa dihubungi sebagai berikut : -. Telepon : ( 0341 ) 751535. -. Fax. -. Website : http://kependudukan.malangkota.go.id. : ( 0341 ) 352070. 35.

(36) 36. 2. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Malang memiliki tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil, dan transmigrasi. Sedangkan untuk fungsi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Malang diatur dalam pasal 3 ayat (2) Peraturan Walikota Malang Nomor 61 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, antara lain: a. perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil; b. penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) di bidang kependudukan dan catatan sipil; c. pelaksanaan pendaftaran penduduk; d. pelaksanaan pemberian Nomor Induk Kependudukan (NIK); e. penerbitan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Tanda Penduduk Khusus; f. pelaksanaan penerbitan dan pengelolaan dokumen catatan sipil; g. pencatatan mutasi penduduk dan perubahan data-data penduduk; h. pengumpulan dan pengolahan data penduduk dengan hak akses; i. pelaksanaan dan fasilitasi transmigrasi; j. pengelolaan sistem dan pelayanan informasi kependudukan; k. pelaksanaan penyuluhan kependudukan dan catatan sipil; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kependudukan;.

(37) 37. m. pelaksanaan pencatatan sipil; n. pelaksanaan kegiatan bidang pemungutan retribusi; o. pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan; p. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); q. penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP); r. pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan; s. pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang kependudukan dan catatan sipil; t. penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait. layanan. publik. secara. berkala. melalui. website. Pemerintah Daerah; u. penyelenggaraan UPT dan jabatan fungsional; v. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; w. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Malang dalam pelaksanaannya memiliki struktur organisasi yang akan dijelaskan dengan.

(38) 38. gambar sebagai berikut: Gambar 1. Sumber: Data Primer, 201217 Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Malang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Kepala dinas tersebut membawahi Kelompok Jabatan Fungsional, Sekretariat, Bidang Pencatatan Sipil, Bidang Kependudukan dan Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan. Dimana tugas dari Kepala Dinas ini adalah mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan terhadap unit kerja dibawahnya serta melaksanakan tugas lain yang. 17. Gambar struktur organisasi didapat dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang kemudian diolah oleh Penulis...

(39) 39. diberikan Walikota sesuai tugas dan fungsinya. Bagian sekretariat terdiri dari sub bagian penyusunan program, sub bagian keuangan dan sub bagian umum. Bidang catatan sipil terdiri dari seksi kelahiran dan kematian,seksi perkawinan, perceraian dan perubahan dan seksi pengelolaan dokumen catatan sipil. Bidang kependudukan terdiri dari seksi pendataan, seksi pendaftaran penduduk dan seksi transmigrasi. Bidang pengelolaan informasi administrasi kependudukan terdiri dari seksi pengelolaan, seksi penyuluhan dan pengadaan dan seksi monitoring, evaluasi dan pelaporan. Setiap seksi yang ada tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. 4. Keadaan Sumber Daya Manusia Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang -. Jumlah Pegawai : 47 orang. -. Latar Belakang Pendidikan: a. Strata 2. : 4 orang. b. Strata 1. : 24 orang. c. Diploma. : 2 orang. d. SMA. : 14 orang. e. SMP. : 2 orang. f. SD. : 1 orang.

(40) 40. 5. Jenis Pelayanan Yang Diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang a. Dokumen kependudukan yang meliputi: 1) Biodata penduduk; 2) Kartu Keluarga (KK); 3) Kartu Tanda Penduduk (KTP); 4) Surat Keterangan Kependudukan; 5) Akta Pencatatan Sipil. b. Surat keterangan Penduduk yang meliputi: 1) Surat keterangan pindah; 2) Surat keterangan pindah datang; 3) Surat keterangan pindah ke luar negeri; 4) Surat keterangan pindah dari luar negeri; 5) Surat keterangan tempat tinggal; 6) Surat keterangan tempat tinggal terbatas; 7) Surat keterangan tempat tinggal tetap; 8) Surat keterangan kelahiran; 9) Surat keterangan lahir mati; 10) Surat keterangan pembatalan perkawinan; 11) Surat keterangan pembatalan perceraian; 12) Surat keterangan kematian; 13) Surat keterangan pengangkatan anak;.

(41) 41. 14) Surat keterangan pelepasan kewarganegaraan Indonesia; 15) Surat keterangan pengganti tanda identitas. c. Surat keterangan Penduduk yang meliputi: 1) Akta kelahiran; 2) Akta perceraian; 3) Akta kematian; 4) Akta pengakuan anak; 5) Akta pengesahan anak; 6) Akta pengangkatan anak; 7) Akta perubahan nama. 6. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang a. Visi: Terwujudnya pusat database kependudukan yang akurat dan. aktual. berbasis. Sistem. Informasi. Administrasi. Kependudukan (SIAK). b. Misi: 1) Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia; 2) Mengoptimalkan. penerapan. Sistem. Administrasi. Kependudukan berbasis teknologi; 3) Memberikan perlindungan hukum dan legalitas identitas penduduk secara administratif; 4) Meningkatkan. kualitas. kinerja. pelayanan. pendaftaran.

(42) 42. penduduk dan pencatatan sipil secara prima; 5) Memanfaatkan database kependudukan untuk perencanaan pembangunan; 6) Mengoptimalkan dan meningkatkan tertib administrasi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.. B.. Implementasi Pasal 55 Ayat (2) Huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Malang 1. Dasar Hukum Di Indonesia pencatatan anak seorang ibu diatur dalam pasal 55 ayat (2) huruf a Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi berbunyi: “anak lahir di luar kawin, yang dicatat adalah mengenai nama anak, hari dan tanggal kelahiran, urutan kelahiran, nama ibu dan tanggal kelahiran ibu”. Dari peraturan tersebut dapat diketahui bahwa anak seorang ibu dapat memiliki akta kelahiran meskipun nantinya dalam akta kelahiran tersebut tidaklah disebutkan nama ayah dari anak tersebut. Di kota Malang sendiri yang berwenang mencatat setiap akta kelahiran adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dalam.

(43) 43. melaksanakan pencatatan akta anak seorang ibu ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pasal 52 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal pelaporan kelahiran tidak disertai kutipan akta nikah/akta perkawinan orang tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, pencatatan kelahiran tetap dilaksanakan”. Hal ini sesuai dengan pernyataan. dari. Kepala. Seksi. Kelahiran. dan. Kematian. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan bahwa, “Dispenduk Capil dalam pencatatan akta kelahiran mengacu pada Perpres Nomor 25 Tahun 2008 pasal 51”.18 Dari peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun tidak ada akta nikah/akta perkawinan dari orang tuanya, dimana kutipan akta nikah ini menjadi salah satu syarat pencatatan akta kelahiran, pencatatan akta kelahiran tetaplah dilaksanakan. 2. Syarat-Syarat Pencatatan Akta Kelahiran Anak Seorang Ibu Untuk syarat-syarat yang diperlukan untuk mencatatkan akta kelahiran anak seorang ibu ini sebenarnya telah tersirat di dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pasal 52 ayat (1). yang. berbunyi : Pencatatan kelahiran penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a dan huruf b, dilakukan dengan memenuhi syarat berupa: a. Surat kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran; b. nama dan identitas saksi kelahiran; 18. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(44) 44. c. KK orang tua; d. KTP orang tua; dan e. Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan orang tua. Tetapi bagi anak seorang ibu ini dapat dipastikan bahwa orang tua dari anak tersebut tidaklah memiliki kutipan akta nikah sehingga kita harus melihat pada Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pasal 52 ayat (2) diatas. Sehingga meskipun orang tua tidak memiliki kutipan akta nikah pencatatan kelahiran anak seorang ibu akan tetap dilaksanakan. Menurut keterangan dari Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan bahwa, “Dispenduk Capil Kota Malang dalam pelaksanaan Pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini memiliki satu syarat tambahan yaitu, pemohon harus mengisi surat pernyataan”.19 Dari keterangan tersebut, maka dapat diketahui bahwa di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang untuk pencatatan anak seorang ibu ini, orang tua/pemohon haruslah mengisi surat pernyataan yang menyatakan tidak keberatan apabila di kutipan akta kelahiran anaknya tidak dicantumkan nama ayahnya dan dicatat sebagai anak seorang ibu. Surat pernyataan tersebut, selain harus ditanda tangani juga harus dibubuhi oleh materai sebesar enam ribu rupiah. Hal ini dimaksudkan surat pernyataan tersebut memiliki kekuatan hukum yang tetap. Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat 19. Hasil wawancara dengan Staf Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(45) 45. yang dibutuhkan untuk mencatatkan akta kelahiran anak seorang ibu adalah sebagai berikut: a) Surat kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran; b) nama dan identitas saksi kelahiran; c) KK orang tua; d) KTP orang tua; e) Surat pernyataan. 3. Prosedur Pencatatan Akta Kelahiran Anak Seorang Ibu Prosedur pelayanan pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang akan dijelaskan dalam gambar sebagai berikut: Gambar 2. Sumber: Data Primer, 201220 20. Gambar prosedur pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu didapat dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang kemudian diolah oleh Penulis...

(46) 46. Dari gambar tersebut diatas, dapat diketahui prosedur pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu adalah pertama pemohon menuju Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang sambil membawa syarat-syarat yang diperlukan untuk mencatatkan akta kelahiran seorang anak. Kemudian pemohon menuju ke loket 18 untuk mengambil formulir pendaftaran dan formulir surat pernyataan yang menyatakan bahwa pemohon bersedia apabila di kutipan akta kelahiran anaknya tidak dicantumkan nama ayahnya dan dicatat sebagai anak seorang ibu. Selanjutnya pemohon mengisi formulir pendaftaran dan formulir surat pernyataan dan kemudian menyerahkan kepada pegawai di loket 15 s/d 16 untuk. kemudian. didaftar. dan. diverifikasi. oleh. pegawai. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Apabila dalam proses verifikasi tersebut pegawai mengatakan dokumen yang diserahkan oleh pemohon tidak lengkap, maka dokumen tersebut akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi. Tetapi apabila dokumen-dokumen telah lengkap, maka akan dilakukan proses validasi oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.. Setelah. proses. validasi. selesai,. maka. pegawai. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang akan menerbitkan akta kelahiran dan kutipan akta kelahiran anak seorang ibu. Akta kelahiran ini akan disimpan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang sebagai data penduduk yang ada di Kota Malang. Sedangkan kutipan akta kelahiran anak seorang ibu akan diserahkan kepada pemohon..

(47) 47. C.. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam Implementasi Pasal 55 Ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Malang Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan di Dinas Kependudukan dan. Pencatatan Sipil Kota Malang dan hasil wawancara dengan pemohon akta anak seorang ibu ini ditemukan beberapa hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan tersebut. Hambatan-hambatan tersebut terbagi atas dua macam, yaitu: 1. Hambatan internal, yaitu hambatan yang dialami oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dalam proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu. 2. Hambatan eksternal, yaitu hambatan yang dialami pemohon dalam pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu. Hambatan-hambatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Hambatan internal Dalam proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini terdapat hambatan internal. Hambatan internal yang dialami antara lain adalah hambatan dalam prosedur dan substansi. Hambatan dalam prosedur yang adalah hambatan yang dialami pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dalam proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu. Sedangkan hambatan substansi adalah hambatan yang dialami pegawai Dinas Kependudukan.

(48) 48. dan Pencatatan Sipil Kota Malang berkaitan dengan aturan-aturan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini. a. Hambatan Dalam Prosedur Dalam. penelitian. yang. dilakukan. di. Kantor. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang hambatan yang ditemukan dalam prosedur pencatatan dalam pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu, yaitu: 1) Kurangnya syarat-syarat Seringkali ditemui bahwa pemohon yang datang ke Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ini datang dengan syarat-syarat yang tidak lengkap. Menurut Staf seksi Kelahiran dan Kematian di. Dinas Kependudukan dan. Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan, “Kurangnya syarat ini menjadi permasalah bagi Dispenduk Capil, hal ini karena akan memperlama proses pencatatan”.21 Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa karena dengan adanya syarat-syarat yang tidak lengkap ini proses pencatatan akan menjadi lebih lama. Selain itu ketika banyak orang yang akan mencatatkan akta kelahiran banyak hingga terjadi antrian yang panjang ada seseorang yang datang dengan tidak membawa syarat-syarat yang tidak lengkap maka waktu. 21. Hasil wawancara dengan Staf Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(49) 49. dalam proses pencatatan ini akan terbuang sia-sia. Seringkali dokumen yang tidak dimiliki ini adalah surat kelahiran. dari. dokter/bidan/penolong. kelahiran.. Sehingga. pemohon harus kembali pulang mengambil dokumen tersebut. Kebanyakan dari mereka juga tidak kembali pada hari yang sama untuk melanjutkan proses pencatatan ini. Ketika kembali, semua formulir yang telah diambil dan diisi di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ini telah hilang. Sehingga pemohon harus mengulang semua proses dari awal. Hal ini diakui oleh seorang pegawai sebagai sebuah hal yang sia-sia dan sangat menghambat proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. 2) Pendaftaran pencatatan akta kelahiran seorang ibu bukan oleh orang tua anak yang bersangkutan Pendaftaran pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu yang tidak dilakukan sendiri oleh orang tua anak yang bersangkutan ini menjadi salah satu hambatan dalam proses pencatatan dikarenakan pada saat pengisian formulir ada informasi yang terkadang tidak diketahui secara pasti oleh orang yang mendaftarkan pencatatan atas orang lain. Hal ini diakui oleh Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan bahwa: Pendaftaran pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu yang.

(50) 50. dilakukan oleh bukan ibu kandung dari anak yang akan dicatatan namanya ini akan menghambat proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu di Dispenduk Capil.22 Permasalahan yang dapat terjadi misalnya dalam pengisian nama anak dan tempat tanggal lahir yang salah, sedangkan pengisian tersebut sangatlah penting dan tidak boleh salah. Karena apabila terjadi kesalahan maka akibatnya dikemudian hari akan sangat berpengaruhi. Salah satunya apabila terjadi kesalahan penulisan nama, hal ini akan sangat berpengaruh kepada seorang anak dikemudian hari apabila akan melakukan suatu perbuatan hukum. Selain. itu. dapat. dipastikan. apabila. orang. yang. mendaftarkan bukanlah orang tua anak yang bersangkutan yang bersangkutan dapat dipastikan bahwa pendaftar tersebut tidak dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam pembuatan akta kelahiran anak seorang ibu, yaitu mengisi surat pernyataan bahwa pemohon bersedia apabila di kutipan akta kelahiran anaknya tidak dicantumkan nama ayahnya dan dicatat sebagai anak seorang ibu. Hal yang akan terjadi ialah pendaftar ini akan kembali pulang untuk menyerahkan surat pernyataan tersebut kepada pemohon. Seringkali yang terjadi ialah ketika kembali, semua formulir yang telah diambil dan diisi di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ini telah hilang. Pada saat bersamaan biasanya orang tua anak yang 22. Ibid..

(51) 51. bersangkutan yang datang sendiri sehingga harus mengulangi semua proses dari awal lagi. 3) Kurangnya jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pencatatan anak seorang ibu dan anak sah ini dilakukan di loket yang sama, hanya berbeda pada syaratnya saja. Pada saat ini jumlah pemohon akta kelahiran ini tiap tahunnya semakin meningkat. Sedangkan jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ini tidak bertambah seiring dengan meningkatnya pemohon akta kelahiran ini. Menurut keterangan dari Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang mengatakan, “Jumlah pegawai di Dispenduk Capil Malang tidak sebanding dengan jumlah pemohon akta kelahiran”.23 Hal ini sangatlah menghambat proses pencatatan akta kelahiran. secara. keseluruhan.. Karena. dengan. semakin. banyaknya pemohon akta kelahiran ini, kerja pegawai tidak bisa efektif. Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang akan bekerja secara tergesa-gesa dan hal ini akan meningkatkan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Salah satu contohnya ialah kesalahan penulisan nama di dalam akta 23. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(52) 52. kelahiran oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Sehingga harus dilakukan pembenaran dan hal tersebut membuat pegawai harus melakukan pekerjaan dua kali. b. Hambatan Substansi Hambatan. substansi. yang. dialami. oleh. pegawai. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Malang adalah tidak adanya aturan yang jelas mengenai syarat-syarat pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini. Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ini ada satu syarat tambahan dalam pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini, yaitu pengisian formulir surat pernyataan yang menyatakan tidak keberatan apabila dikutipan akta kelahiran anaknya tidak dicantumkan nama ayahnya dan dicatat sebagai anak seorang ibu. Hal ini menjadi masalah ketika ada pegawai baru di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Malang, karena dengan tidak adanya aturan tertulis tentang persayaratan pencatatan akta anak seorang ibu dan pengisian formulir pernyataan akan membuat bingung pegawai baru tersebut. Permasalahan ini pernah dialami oleh seorang Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, ia mengatakan bahwa “Pada saat saya pertama kali bekerja di Dispenduk Capil saya bingung ketika menangani pemohon yang menanyakan syarat-syarat.

(53) 53. untuk pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu”.24 Hal ini dapat dipastikan akan menghambat proses pencatatan anak seorang ibu ini. 2. Hambatan Eksternal a. Hambatan Dalam Prosedur Hambatan dalam prosedur ini adalah hambatan yang dialami pemohon dalam proses pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu. Dalam hambatan prosedur ini ditemukan dua hal yang menjadi permasalahan, yaitu: 1) Kurangnya pemahaman akan pentingnya pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu dan rasa malu pemohon Menurut GH, kurangnya pemahaman akan pentingnya akta kelahiran anak seorang ibu ini menjadi salah satu hambatan bagi pemohon. Hal ini diakuinya dengan pernyataan bahwa, “Saya ini tidak memiliki akta tetapi dapat hidup dan sekolah dengan layak”.25 Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pemohon merasa tidak perlu mencatatakan akta kelahiran. Tetapi karena negara Indonesia adalah negara hukum, maka akan kelahiran ini akan sangat penting artinya bagi anak untuk melakukan suatu perbnuatan hukumnya. Sehingga apabila anak tidak memiliki akta kelahiran ia akan kesulitan melakukan suatu perbuatan hukum. Ketika pemohon ini akan mencatatkan akta kelahiran 24. Hasil wawancara dengan pemohon akta kelahiran anak seorang ibu berinisial GH pada tanggal 20 Februari 2012. 25 Ibid..

(54) 54. anaknya permasalahan baru pun akan timbul dikarenakan pemohon akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang tentang pentingnya pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini. Karena adanya pertanyaan yang diajukan, hal ini pastinya akan. memperpanjang. waktu. yang. dibutuhkan. untuk. melaksanakan proses pencatatan anak seorang ibu ini. Selain itu dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut ia. akan. menutup-nutupi jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.. Salah. satunya. ialah. ketika. pegawai. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang mengajukan pertanyaan, “Ibu mau mengurus akta kelahiran anaknya ya?”. Ia mengaku bahwa yang akan diurus bukanlah anaknya, tetapi anak dari saudaranya. Ia pun tidak langsung melakukan pendaftaran pencatatan akta kelahiran anaknya pada hari itu, tetapi ia menundanya beberapa hari kemudian. Hal ini jelaslah akan menjadi hambatan karena waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dari yang seharusnya. 2) Tidak tersedianya materai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Salah satu syarat dalam pendaftaran pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ialah mengisi surat pernyataan.

(55) 55. bahwa pemohon bersedia apabila di kutipan akta kelahiran anaknya tidak dicantumkan nama ayahnya dan dicatat sebagai anak seorang ibu dan surat pernyataan tersebut haruslah dibubuhi materai enam ribu rupiah. Sehingga pemohon harus keluar kompleks perkantoran terpadu untuk mencari materai. Dan di daerah kompleks perkantoran terpadu sendiri mencari toko yang menjual materai ini lumayan jauh, sehingga hal ini akan memakan waktu bagi pemohon dalam mendaftarkan pencatatan akta kelahiran anaknya. Menurut GH, sumber yang Penulis wawancarai ketika ia kembali. setelah. membeli. materai. antrean. di. Dinas. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang telah bertambah panjang sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi. Hal ini berdasarkan pada pernyataannya yang menyatakan bahwa, “Tidak adanya materai di Kantor Capil ini membuat saya harus keluar kompleks untuk membeli materai, dan ketika kembali ke kantor Capil ternyata antrian sudah panjang”.26. 26. Ibid..

(56) 56. D.. Upaya Yang Dilakukan Dalam Menyelesaikan Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam Implementasi Pasal 55 Ayat (2) Huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23. Tahun 2006 Tentang. Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Malang Diatas telah disebutkan tentang hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan akta anak seorang ibu. Dari hambatan-hambtana tersebut maka upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Upaya Penyelesaian Hambatan Internal a. Hambatan Dalam Prosedur 1) Kurangnya syarat-syarat Untuk hambatan yang terjadi karena kurangnya syaratsyarat yang dibawa pemohon dalam rangka pencatatan anak seorang ibu ini, usaha yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang dalam menyelesaikannya dengan. sosialisasi. terbatas. yaitu. dengan. menempelkan. persyaratan yang dibutuhkan dalam pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini di loket 18. hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kepala Seksi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang mengatakan bahwa, “Persyaratan tentang pencatatan akta anak seorang ibu ini ditempel pada loket 18”.27. 27. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(57) 57. Dengan adanya pemberitahuan tentang syarat-syarat yang dibutuhkan pada loket 18 ini diharapkan pemohon yang akan mendaftarkan pencatatannya, telah melengkapi syarat-syarat yang diperlukan dan apabila ada syarat-syarat yang kurang diharapkan agar syarat tersebut dapat terpenuhi secepatnya. Dan diharapkan hal ini dapat membantu tugas pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang karena pemohon telah mengecek persyaratan tersebut dan apabila terjadi kekurangan, pemohon tidak perlu mengajukannya kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang tetapi melengkapinya dahulu sebelum dicek ulang oleh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. 2) Pendaftaran pencatatan akta kelahiran seorang ibu bukan oleh orang tua anak yang bersangkutan Pada hambatan yang terjadi dikarenakan pendaftaran pencatatan akta kelahiran tidak dilakukan oleh orang tua anak yang bersangkutan, maka pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang tidak akan memberikan formulir pendaftaran kepada orang yang mengajukan pendaftaran pencatatan akta kelahiran ini. Hal ini diakui oleh Staf Seksi Kelahiran dan Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang mengatakan bahwa, “Dipenduk Capil akan menolak pendaftaran akta kelahiran anak seorang ibu yang.

(58) 58. dilakukan oleh orang lain selain orang tua dari anak tersebut”.28 Ini dilakukan untuk menghindari permasalahan yang terjadi, seperti kesalahan penulisan nama dalam formulir pendaftaran tersebut. Karena informasi akan identitas anak ini sangatlah penting bagi si anak sendiri pada masa yang akan datang. Untuk. mengetahui. apakah. orang. tua. anak. yang. bersangkutan yang mengajukan atau tidak, pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang akan mengecek foto yang ada pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) apakah sama dengan pemohon atau tidak. Apabila fotonya sama dengan pemohon maka pemohon dapat melanjutkan proses pencatatan akta kelahiran anaknya. Tetapi apabila fotonya berbeda dengan orang yang mengajukan pendaftaran, maka formulir pendaftaran tidak akan diberikan. 3) Kurangnya jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah pemohon pun semakin hari semakin banyak dan hal ini tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Hal ini menjadi sebuah masalah utama bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Oleh karena itu, pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang mengambil 28. Hasil wawancara dengan Staf Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(59) 59. suatu tindakan agar permasalahan ini tidak lah berlarut-larut. Menurut Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan bahwa, “Tindakan yang diambil yaitu dengan membatasi jumlah pemohon akta kelahiran, baik akta kelahiran anak sah maupun akta kelahiran anak seorang ibu, yaitu 200 pemohon setiap harinya”.29 Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pembatasan pencatatan, yaitu 200 pemohon tiap harinya. Hal ini didasarkan pada kemampuan pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang hanya dapat melayani 200 orang setiap harinya tanpa harus mengurangi efektifitas pekerjaannya. Sehingga kerja terburu-buru yang dapat menciptakan kesalahan dapat diminimalkan. b. Hambatan Substansi Dalam mengatasi hambatan substansi ini, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang melakukan tindakan sosialisasi terbatas terhadap para pegawainya. Yaitu dengan memberikan penjelasan tentang syarat-syarat diperlukan untuk pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini. Hal ini dilakukan secara berkala setiap ada penambahan jumlah pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Di Dinas Kependudukan dan 29. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tanggal 22 Februari 2012..

(60) 60. Pencatatan Sipil Kota Malang yang menyatakan bahwa, “Penjelasan tentang syarat-syarat pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini diadakan tiap ada penambahan jumlah pegawai di Dispenduk Capil”.30 Sehingga pegawai mengerti tentang syarat-syarat pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu ini yang utamanya adalah pegawai baru di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang. Diharapkan dengan sosialisasi tersebut hambatan substansi ini dapat diminimalkan, dan kerja pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang tidak terganggu. 2. Upaya Penyelesaian Hambatan Eksternal a. Hambatan Dalam Prosedur 1) Kurangnya pemahaman akan pentingnya pencatatan akta kelahiran anak seorang ibu dan rasa malu pemohon Dalam permasalahan ini hal yang dilakukan oleh pemohon adalah dengan menambah pengetahuan tentang pentingnya pencatatan anaknya melalui buku, internet ataupun bertanya kepada orang yang lebih mengerti tentang pentingnya akta kelahiran bagi seorang ini. GH sendiri melalui pernyataannya mengatakan bahwa, “Sebelum mencatatkan akta kelahiran anak saya, saya mempelajari lewat internet dan buku-buku tentang. 30. Ibid..

Gambar

gambar sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

To further verify that judged outcome valence did not account for the causal superseding effect, we re-analyzed causal agreement ratings for the fixed agent in a regression using the

PENGENDALIAN KOLOM DISTILASI PADA HYSYS MENGGUNAKAN ROBUST IMC PADA MATLAB DENGAN HMI PADA APLIKASI PEMROGRAMAN..

Penggunaan produk disarankan memiliki fungsi meinmbang hasil panen pemetik sehingga dapat memecahkan cabang kegiatan penimbangan yang macet di satu tahap menjadi lebih banyak

Akibat musibah yang dialaminya, Mul harus menjalani hidup dengan tangan kiri saja.. Akan tetapi, Mul tidak berlama-lama terpuruk

Namun berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti di Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung (BPMP), peneliti menemukan permasalahan yang

Keadaan ini dapat dilihat pada Tabel 5 tentang pemenuhan kebutuhan yang menunjukan bahwa 66,7 % keluarga buruh pengrajin batu bata masih kurang tercukupi dalam

Bakat tidak akan berkembang manakala tidak didukung dengan program pendidikan yang sesuai. Sistem pengayaan dengan mengadakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler menjadi

Dalam penelitian ini telah dilakukan fabrikasi dan karakterisasi Directional coupler konfigurasi 4×4 susunan planar dan susunan persegi pada bahan serat optik plastik