RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA
MALANG DAN KOTA BATU) Faizatul Widad, I Nyoman Pujawan
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: faizatulwidad@gmail.com ; pujawan@ie.its.ac.id
Abstrak
Pemerintah membuat kebijakan pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG) pada tahun 2007. Konversi dari minyak tanah ke LPG ditargetkan akan selesai pada tahun 2010. Di Kota Malang dan Kota Batu telah 100% terkonversi sedangkan di Kab. Malang belum sepenuhnya terkonversi. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian LPG 3 kg selama ini adalah sistem terbuka. Sistem terbuka merupakan sistem dimana downstream channel dapat memperoleh pasokan lebih dari 1 upstream channel namun sistem tersebut menimbulkan ketidakstabilan demand pada SPPBE dan agen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Penulis melakukan pendekatan sistem tertutup. Metode yang digunakan dalam dalam Tugas Akhir ini adalah integer programming dengan menggunakan software LINGO. Dari hasil running LINGO, dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya distribusi selama 1 tahun untuk distribusi terbuka sebesar Rp 663,845,850,356.90,- sedangkan untuk distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52,-. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.
Kata kunci: distribusi tertutup, integer programming, LINGO, dan LPG 3 kg,. ABSTRACT
The government made the policy of diversion of kerosene subsidy to Liquid Petroleum Gas (LPG) in 2007. This conversion program is targeted to be completed in 2010. In Malang and Batu district have converted 100% while Kabupaten Malang has not fully converted yet. The system used in the distribution of LPG 3 kg is an open system. Open system is a system where the downstream channel can obtain more than one supplies from upstream channel but the system is causes instability in demand SPPBE and agents.To solve these problems use a closed distribution approach. The method which is the writer used in the Final Project is an integer programming using Lingo software. From the LINGO’s, we know that the difference in distribution cost for 1 year for the open system is Rp 663,845,850,356.90, - while for the closed system is Rp 813,328,840,727.52, -. This difference between with the two system approaches about Rp 149,482,990,370.62 or 23% more expensive than open system.
Keywords: closed distribution, integer programming, LINGO, and LPG 3 kg.
1. Pendahuluan
Pada tahun 2007 Pemerintah membuat kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG). Dasar persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk penggantian minyak tanah terdapat dalam surat dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang PT. Pertamina (PERSERO) untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga serta surat Wakil Presiden RI No.20/ WP/ 9/2006 tanggal 1
September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian Mitan ke Elpiji.
Pada awalnya proses konversi
direncanakan berjalan dari tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010 untuk wilayah Jawa Timur, Bali dan NTB. Data per 31 Juli 2009 Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran IV telah mendistribusikan 7.019.846 penduduk yaitu sekitar 81% dari target awal wilayah Jawa Timur. Adanya keterlambatan tersebut disebabkan banyak faktor salah satunya ketidaksiapan pabrikan dalam penyediaan alat-alat pendukung. Permasalahan tidak selesai
hanya pada terpenuhi target pendistribusian paket konversi, selanjutnya permasalahan yang lebih penting untuk dihadapi adalah rangkaian distribusi dari LPG berukuran 3 kg.
Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk LPG
Gambar 1.2 Data Penjualan LPG 3 kg Wilayah Jawa Timur
Pada Gambar 1.1 terlihat alur penerimaan dan distribusi LPG 3 kg. Ada mata rantai baru yang muncul dalam distribusi LPG 3
kg, yaitu keberadaaan dari Stasiun
Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE). Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa kenaikan demand semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu maka keberadaan dan kapasitas dari SPPBE memegang peranan penting dalam kelancaran distribusi LPG. Padahal untuk mendirikan SPPBE dibutuhkan waktu yang lama dan modal yang besar sehingga pendiriannya harus dengan rencana dan strategi yang matang. Maka dari itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi eksisting SPPBE saat ini agar dapat diketahui kemampuan SPPBE dalam memenuhi kebutuhan demand yang semakin meningkat.
Dari hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi untuk menentukan jumlah dan lokasi yang optimal agar pendistribusian LPG dapat berjalan lancar.
Selain SPPBE, peranan dari agen LPG juga penting. Agen mempunyai fungsi sebagai
perantara antara PT. Pertamina dengan
konsumen dalam penyaluran LPG. Harga jual tertinggi dari LPG 3 kg telah ditetapkan oleh PT. Pertamina dengan harapan masyarakat sasaran tidak akan dirugikan dengan permainan harga oleh agen namun permasalahan justru pada harga jual terendah LPG 3 kg. Agen LPG 3 kg saling berebut konsumen dengan menetapkan harga jual yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 12.750,- sehingga akan terjadi persaingan yang tidak sehat di level agen. Hal tersebut
menjadikan ketidakpastian demand pada
masing-masing agen yang berpengaruh pada
product availability. Maka dari itu, diperlukan
suatu perbaikan konfigurasi supply chain dengan melakukan pendekatan sistem tertutup dengan tujuan dapat memperbaiki kondisi serta menyelesaikan masalah yang terjadi pada sistem terbuka pada distribusi LPG 3 kg selama ini.
Permasalahan mendasar yang terkait dengan pendistribusian LPG berukuran 3 kg adalah sistem yang diterapkan oleh PT. Pertamina dalam pendistribusian dan pemasaran LPG dalam mencapai kestabilan demand supply
chain pada masing-masing level. Setiap level
memiliki jumlah dan kebijakan untuk
mempertahankan kestabilannya. Dalam hal ini kestabilan dan kelancaran distribusi LPG 3 kg adalah yang menjadi tujuan utama. Oleh karena itu perumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE yang
harus ada di Kab./Kota Malang dan Kota Batu berdasarkan perkiraaan
demand saat ini.
2. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE
Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang harus ada ketika diproyeksikan demand potensial sudah terpenuhi semua dengan pendekatan sistem tertutup.
3. Bagaimana alokasi produk dari
masing-masing SPPBE ke wilayah agen (demand point) dengan pendekatan
sistem tertutup di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu.
4. Bagaimanakah perbandingan distribusi
LPG 3 kg dengan pendekatan sistem terbuka dan tertutup.
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah memberikan kajian dan masukan pada Pemerintah tentang jumlah dan lokasi SPPBE yang optimal di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu dengan adanya pendekatan sistem distribusi tertutup untuk mencapai kestabilan
demand.
Batasan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah lokasi distribusi tabung LPG 3 kg berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Asumsi dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk konsumen rumah tangga
menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 13,04 hari.
2. Untuk konsumen pengusaha kecil
menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 7,89 hari.
3. Setiap demand point mewakili jumlah
demand pada suatu wilayah.
4. Agen dapat menambah kapasitasnya
maksimal 50% dari kapasitas awal. Manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1.Mengetahui proses dan sistem distribusi
dari LPG 3 kg dari pihak PT. Pertamina sampai ke konsumen.
2.Mengetahui faktor-faktor kritis yang
mempengaruhi distribusi LPG 3 kg.
3.Memberikan saran perbaikan yang
berhubungan dengan penyelesaian studi kasus di Pertamina.
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian disusun secara sistematis dan terarah yang digunakan sebagai suatu kerangka dalam sebuah penelitian ilmiah. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah :
2.1 Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini adalah tahap awal dalam pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap
identifikasi masalah, perumusan masalah,
penentuan tujuan dan studi lapangan. Pada
tahap identifikasi awal ini dilakukan
pengumpulan informasi mengenai situasi pada Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit
Pemasaran V untuk mengidentifikasi
permasalahan yang sedang terjadi pada
distribusi LPG 3 kg.
2.2 Tahap Studi Pustaka
Pada tahap ini dilakukan literature
review yang berasal dari buku, penelitian serta
jurnal yang berhubungan dengan sistem tertutup dan integer programming. Dengan adanya studi pustaka maka akan didapatkan rancangan penelitian serta metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
2.3 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
data yang mendukung penyelesaian
permasalahan. Data yang dibutuhkan antara lain:
a. Data lokasi dan kapasitas SPPBE yang
telah beroperasi
b. Data penjualan elpiji 3 kg yang berada
di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang dikelompokkan menjadi
demand point.
c. Data konversi daerah Jawa Timur
khususnya Kab./Kota Malang dan Kota Batu
d. Data demand masing-masing agen LPG
3 kg di Kab./Kota Malang dan Kota Batu.
2.4 Tahap Pengembangan Model
Pada tahap pengembangan model akan dilakukan dengan menggunakan formulasi minimasi biaya pada distribusi LPG 3 kg untuk
demand saat ini dan demand potensial baik
dengan pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pada saat demand sekarang dan demand potensial adalah:
Minimum :
(1)
Untuk sistem tertutup yang akan dikembangkan modelnya terdapat pada Gambar 2.1. Model yang dibuat berdasarkan struktur distribusi yang terjadi di lapangan. Aktifitas
∑∑
∑
∑
+
+
i w iw iw iw w w w i i iy
f
y
c
x
d
f
distribusi yang diamati adalah pada SPPBE ke agen dan agen ke demand point. Yang membedakan model untuk menggambarkan sistem tertutup dan sistem terbuka pada level SPPBE-agen adalah konstrain 1 agen hanya bisa mendapatkan LPG dari 1 SPPBE.
Sedangkan untuk pengelompokan
demand point yang ada di level kecamatan
menjadi demand potensial pada agen akan menggunakan sistem distribusi terbuka dan tertutup dengan fungsi tujuan minimasi jarak antara agen ke kecamatan. Fungsi tujuan yang digunakan adalah : Minimum :
∑
w wj d (2)Penyelesaian model akan menggunakan
software LINGO dengan metode integer programming yang melakukan perhitungan
biaya transportasi dengan input data berasal dari data PT. Pertamina.
Gambar 2.1 Closed System pada distribusi LPG 3 kg
Adapun konstrain untuk distribusi terbuka yang terdapat pada model yang dibuat adalah :
: Pengiriman dari SPPBE tidak melebihi kapasitas SPPBE : Jumlah yang dikirim SPPBE ke setiap agen sama dengan
demand pada agen
: Jumlah yang dikirim agen ke seluruh demand point tidak melebihi kapasitas agen Sedangkan konstrain untuk distribusi tertutup yang terdapat pada model yang dibuat adalah :
: Pengiriman dari SPPBE tidak melebihi kapasitas SPPBE
: Jumlah yang dikirim
SPPBE ke setiap agen sama
dengan kebutuhan agen
apabila agen tersebut
menjadi anggota agen yang bersangkutan
: Jumlah yang dikirim agen ke seluruh demand point
tidak melebihi kapasitas
agen
: Jumlah yang dikirim agen ke setiap demand point sama dengan kebutuhan demand
point apabila demand point
tersebut menjadi anggota agen yang bersangkutan
1
=
∑
iiw
Z : Setiap agen hanya dilayani
oleh 1 SPPBE 1 =
∑
i ijZ : Setiap demand point hanya
dilayani oleh 1 agen Keterangan notasi :
i = index untuk SPPBE (1, 2,…n)
w = index untuk agen (1, 2, …p)
j = index untuk demand point (1, 2, …m )
Dj = permintaan tahunan dari demand point j
diw = jarak antara SPPBE ke agen
dwj = jarak antara agen ke demand point
Ki = kapasitas tahunan SPPBE i
Kw = kapasitas tahunan agen w
fi = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi
biaya tahunan) SPPBE i
fw = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi
biaya tahunan) agen w
ciw = biaya transportasi 1 unit produk dari
SPPBE i ke agen w
Yi = 1 bila SPPBE i dipilih dan 0 jika tidak
Yw = 1 bila agen w dipilih dan 0 jika tidak
xiw = volume yang dikirim dari SPPBE i ke
agen w tiap tahun
iw w iw D Z x = i i w iw K y x ≤
∑
w w j wj K y x ≤∑
wj j wj D Z x = iw w iw D Z x = i i w iw K y x ≤∑
w w j wj K y x ≤∑
Zwj = 1 bila agen w melayani demand point j dan 0 jika tidak
2.5 Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini akan dilakukan
pengolahan data yang didapatkan dari PT. Pertamina unit Pemasaran V dan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan software LINGO 8.0 agar dapat dilakukan pendekatan eksak. Dari hasil yang didapatkan dengan pendekatan sistem tertutup dan sistem terbuka akan dapat terlihat hasil yang berbeda.
2.6 Tahap Analisa dan Intepretasi
Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari pengolahan data. Analisa yang dilakukan akan mempertimbangkan ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan keadaan real berdasarkan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya.
2.7 Tahap Pengambilan Kesimpulan
Tahap terakhir adalah penarikan
kesimpulan dimana kesimpulan yang diambil harus menjawab tujuan awal dari penelitian Tugas Akhir.
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1 Penyelesaian Model dengan LINGO
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan demand saat ini menggunakan persamaan 3.1 yang dikerjakan dengan LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah :
sets :
SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j):
jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+@sum(SP
PBE(i):biaya1)+@sum(agen(j):biaya2)
;
! Konstrain 1;
@for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i));
@for(agen(j): @sum(SPPBE(i): jumlah(i,j)) = butuh(j));
Data :
!Import the data from Excel;
Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak=
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE.xls');
!Export the solution back to Excel;
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE.xls')= jumlah;
end data
Dalam menentukan kecamatan dari wilayah pengamatan termasuk dalam lingkup agen terdaftar menggunakan dua pendekatan, yaitu: distribusi terbuka dan distribusi tertutup dengan perhitungan menggunakan software LINGO. Berikut adalah fungsi yang digunakan untuk distribusi terbuka :
sets :
agen /1..14/ : Cap;
kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j));
! Konstrain 1;
@for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i));
@for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j));
!Import the data from Excel;
Cap, butuh, jarak=
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE4.2=.xls');
!Export the solution back to Excel;
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah;
end data
Sedangkan untuk fungsi yang digunakan untuk distribusi tertutup adalah :
sets :
agen /1..14/ : Cap;
kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j));
! Konstrain 1;
@for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i));
@for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j));
@for(kecamatan(j): @sum(agen(i): jumlah(i,j)) = butuh(j));
@for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j)));
Data :
!Import the data from Excel;
Cap, butuh, jarak=
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE4.2=.xls');
!Export the solution back to Excel;
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah;
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem
terbuka menggunakan bantuan software
LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah:
sets :
SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j):
jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+
@sum(SPPBE(i): biaya1)+
@sum(agen(j):biaya2);
! Konstrain 1;
@for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i));
@for(agen(j): @sum(SPPBE(i): jumlah(i,j)) = butuh(j));
Data :
!Import the data from Excel;
Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak=
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE3.xls');
!Export the solution back to Excel;
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLE3.xls')= jumlah;
end data
Perhitungan LINGO tersebut akan menghasilkan pembagian wilayah kecamatan di Kab./Kota Malang dan Kota Batu menjadi
demand potensial pada masing-masing agen
yang ada di wilayah terdekat.
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem
tertutup menggunakan bantuan software
LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah :
sets :
SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1;
agen /1..32/ : pakai,butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : guna,jumlah, jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j):
jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+
@sum(SPPBE(i): biaya1)+
@sum(agen(j):biaya2);
! Konstrain 1;
@for(agen(j): @sum(SPPBE(i): guna(i,j))= pakai(j));
@for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)* guna(i,j))<= Cap(i));
@for(agen(j): @sum(SPPBE(i):
jumlah(i,j)* guna(i,j))= butuh(j));
@for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j)));
Data :
!Import the data from Excel;
Cap, biaya1, butuh, biaya2,
jarak,pakai = @OLE('D:\Bismillah
Tugas Akhir Widad\OLEtutup.xls');
!Export the solution back to Excel;
@OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir
Widad\OLEtutup.xls')= jumlah;
end data
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Demand saat ini
Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan LINGO, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.1 didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 311.993.088.849,-.
Tabel 3.1 Hasil LINGO untuk demand saat ini
1 2 3 4 5 6 7 8 SPPBE 1 - - - - - - 8,446,122 -SPPBE 2 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075 - 2,291,958 SPPBE 3 - - - - - - - -SPPBE 4 - - - - - - - -TOTAL TERKIRIM 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075 8,446,122 2,291,958 TOTAL DEMAND 1,627,875 2,390,328 345,240 1,477,440 586,656 2,301,075 8,446,122 2,291,958 AGEN VOLUME 9 10 11 12 13 14 15 16 SPPBE 1 2,687,625 - - - - 2,432,475 2,150,325 -SPPBE 2 - - - 282,600 1,235,457 - - -SPPBE 3 - 2,381,625 3,320,820 - 177,093 - - 600,462 SPPBE 4 - - - - - - - -TOTAL TERKIRIM 2,687,625 2,381,625 3,320,820 282,600 1,412,550 2,432,475 2,150,325 600,462 TOTAL DEMAND 2,687,625 2,381,625 3,320,820 282,600 1,412,550 2,432,475 2,150,325 600,462 AGEN VOLUME 17 18 19 20 21 22 23 24 SPPBE 1 - - - 441,225 - - - -SPPBE 2 554,400 1,250,100 105,840 - 270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - - - -TOTAL TERKIRIM 554,400 1,250,100 105,840 441,225 270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 TOTAL DEMAND 554,400 1,250,100 105,840 441,225 270,180 890,325 2,021,648 1,331,280 AGEN VOLUME 25 26 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 1,605,600 - 2,836,350 1,324,620 7,135,890 - - -SPPBE 2 - 1,765,170 - - - - - 446,976 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - - - 1,551,330 274,950 -TOTAL TERKIRIM 1,605,600 1,765,170 2,836,350 1,324,620 7,135,890 1,551,330 274,950 446,976 TOTAL DEMAND 1,605,600 1,765,170 2,836,350 1,324,620 7,135,890 1,551,330 274,950 446,976 AGEN VOLUME
3.2.2 Pengelompokan kecamatan menjadi
demand point dengan sistem terbuka
Sebelum menetukan berapa jumlah SPPBE yang dibutuhkan untuk memenuhi
demand potensial LPG di wilayah Kab./Kota
Malang dan Kota Batu, maka dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa wilayah agen. Tujuan dilakukan pengelompokan tersebut adalah untuk dijadikan demand potensial pada masing-masing agen yang berada di wilayah terdekat dengan demand point. Pada pengelompokan ini akan membutuhkan data matriks jarak yang didapatkan menggunakan bantuan google map.
Kebijakan distribusi tertutup akan dilaksanakan pada level agen ke demand point. Namun, sebelum membagi demand point ke dalam kelompok agen maka terlebih dulu akan diperhitungkan untuk sistem terbuka. Kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh
demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.2
merupakan output yang dihasilkan dari
pengelompokan yang telah dilakukan. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 663,845,850,356.90.
Tabel 3.2 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem terbuka
Ampelgading Bantur Bululawang Dampit Dau Donomulyo Gedangan Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0757034.5673 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 138355.0096 0 0 493666.01 0 0800918.798 Klojen 0 0 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0 Sukun 0 0 0 0 0805572.548 0 Kedungkandang 580512.4904 0 1504077.26 0 0 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 demand 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan Karangploso 0 0 0 581068.8 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 763972.2115 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 315942.5769 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 1447183.967 0 0 0 0 0 Blimbing 0 37572.85962 0 350109.3923 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0726543.029 0 0 1819648.702 999798.173 Kedungkandang 1,872,218.37 0 0 0830094.231 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 demand 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Lawang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 1281318.462 0 691587.26 0 0 0 Lawang 720720 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 1840015.817 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 702379.9038 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 0 0 0 687591.6346 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 1228297.206 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 0 1,995,701 Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 279022.9385 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 demand 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Poncokusumo Pujon Singosari Sumbermanji ng Wetan Sumberpucun g Tajinan Tirtoyudo Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 1644501.583 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 - 0 573592.5 Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0 Turen 0 0 0772596.202 0 0 168627.981 Klojen 0 0 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 866481.9231 0 0 Kedungkandang 552984.4269 0 0 0 0 1273906.154 0 Batu 0 1173161.544 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 582344.5615 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 demand 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari Klojen Blimbing Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 1718981.538 0 0 1900583.077 0 2502664.615 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0 Kedungkandang 0705485.337 0 0 0 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 demand 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Lowokwaru Sukun Kedungkandan
g Batu Bumiaji Junrejo Karangploso 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 Klojen 2611836.542 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 31883.025 0 0 0 0 1074279.231 Sukun 0 6213034.212 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 4137552.26 0 0 0 Batu 0 0 0 1934264.856 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 1254870 0 demand terdistribusi 2,643,719.57 6,213,034.21 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 demand 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
3.2.3 Pengelompokan kecamatan menjadi
demand point dengan sistem tertutup
Untuk subbab ini akan dilakukan pengelompokan dengan distribusi tertutup. Namun dengan kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.3 merupakan sebagian hasil pengelompokan demand point kecamatan
ke dalam wilayah agen. Dari hasil
pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 813,328,840,727.52.
Tabel 3.3 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem tertutup
Ampelgading Bantur Bululawang Dampit Dau Donomulyo Gedangan
Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 757,034.57 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 493,666.01 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 718867.5 0 0 0 0 800918.7981 Klojen 0 0 0 0 0 805572.5481 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 1504077.26 0 0 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 demand 718,867.50 757,034.57 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 WILAYAH AGEN DEMAND POINT
Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan
Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 726543.0288 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 1,484,756.83 0 1,247,120.77 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 0 0 0 2,583,620.91 999798.1731 Kedungkandang 1,872,218.37 0 0 0 830094.2308 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 demand 1,872,218.37 1,484,756.83 726,543.03 1,247,120.77 830,094.23 2,583,620.91 999,798.17 DEMAND POINT WILAYAH AGEN
Lawang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 1281318.462 0 0 0 0 Lawang 0 0 691587.2596 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 2527607.452 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 1,507,320.14 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 Sukun 1,423,099.90 0 0 0 0 0 1,995,701 Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 demand 1,423,099.90 1,281,318.46 1,507,320.14 691,587.26 1,610,408.08 2,527,607.45 1,995,700.67 DEMAND POINT WILAYAH AGEN
Poncokusumo Pujon Singosari Sumbermanjing Wetan Sumberpucung Tajinan Tirtoyudo
Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 - 0 Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 Klojen 2,197,486.01 0 0 0 0 0 742,220.48 Blimbing 0 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 772596.2019 0 0 0 Sukun 0 1,755,506.11 0 0 866481.9231 0 0 Kedungkandang 0 0 0 0 0 1273906.154 0 Batu 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 demand 2,197,486.01 1,755,506.11 3,118,475.77 772,596.20 866,481.92 1,273,906.15 742,220.48 DEMAND POINT WILAYAH AGEN
Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari Klojen Blimbing
Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 0 Turen 0 705485.3365 0 0 0 0 0 Klojen 0 0 0 1,900,583.08 0 2502664.615 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048 Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0 Kedungkandang 1718981.538 0 0 0 0 Batu 0 0 0 0 0 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 0 0 0 demand terdistribusi 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 demand 1,718,981.54 705,485.34 1,870,417.93 1,900,583.08 1,119,384.81 2,502,664.62 3,815,180.05 DEMAND POINT WILAYAH AGEN
Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji Junrejo
Karangploso 0 0 0 0 0 0 Kepanjen 0 0 0 0 0 0 Lawang 0 0 0 0 0 0 Pakis 0 0 0 0 0 0 Pakisaji 0 0 0 0 0 0 Singosari 0 0 0 0 0 0 Turen 0 0 0 0 0 0 Klojen 2,643,719.57 0 0 0 0 0 Blimbing 0 0 0 0 0 0 Lowokwaru 0 0 0 0 1074279.231 Sukun 0 3650161.442 0 0 0 0 Kedungkandang 0 0 4137552.26 0 0 0 Batu 0 0 0 1934264.856 0 0 Bumiaji 0 0 0 0 1254870 0 demand terdistribusi 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 demand 2,643,719.57 3,650,161.44 4,137,552.26 1,934,264.86 1,254,870.00 1,074,279.23 DEMAND POINT WILAYAH AGEN
3.2.4 Demand potensial dengan sistem
distribusi terbuka
Setelah dilakukan pengelompokan
kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.4 dan didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771.
Tabel 3.4 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka
1 2 3 4 5 6 SPPBE 1 - - - - - -SPPBE 2 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - - - -TOTAL TERKIRIM 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 TOTAL DEMAND 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 VOLUME AGEN 7 8 9 10 11 12 SPPBE 1 10,979,959 - 3,493,913 - - -SPPBE 2 - 2,979,545 - - 1,713,779 367,380 SPPBE 3 - - - 3,096,113 2,603,287 -SPPBE 4 - - - - - -TOTAL TERKIRIM 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 TOTAL DEMAND 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 AGEN VOLUME 13 14 15 16 17 18 19 20 SPPBE 1 - 3,162,218 2,795,423 - - - - 573,593 SPPBE 2 1,836,315 - - - 720,720 1,625,130 137,592 -SPPBE 3 - - - 780,601 - - - -SPPBE 4 - - - - - - - -TOTAL TERKIRIM 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 573,593 TOTAL DEMAND 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 573,593 AGEN VOLUME 21 22 23 24 25 26 SPPBE 1 - - - - 2,087,280 -SPPBE 2 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 - 2,294,721 SPPBE 3 - - - -SPPBE 4 - - - -TOTAL TERKIRIM 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 TOTAL DEMAND 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 AGEN VOLUME 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 3,687,255 1,722,006 9,276,657 - - -SPPBE 2 - - - - - 581,069 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - 2,016,729 357,435 -TOTAL TERKIRIM 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 TOTAL DEMAND 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 AGEN VOLUME
3.2.5 Demand potensial dengan sistem distribusi tertutup
Setelah dilakukan pengelompokan
kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.5 didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151.
Tabel 3.5 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup
1 2 3 4 5 6 SPPBE 1 - - - - - -SPPBE 2 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - - - -TOTAL TERKIRIM 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 TOTAL DEMAND 2,116,238 3,107,426 448,812 1,920,672 762,653 2,991,398 VOLUME AGEN 7 8 9 10 11 12 SPPBE 1 10,979,959 - 3,493,913 3,096,113 - -SPPBE 2 - 2,979,545 - - 4,317,066 367,380 SPPBE 3 - - - - - -SPPBE 4 - - - - - -TOTAL TERKIRIM 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 TOTAL DEMAND 10,979,959 2,979,545 3,493,913 3,096,113 4,317,066 367,380 VOLUME AGEN 13 14 15 16 17 18 19 SPPBE 1 - 3,162,218 2,795,423 - - - -SPPBE 2 - - - - 720,720 1,625,130 137,592 SPPBE 3 1,836,315 - - 780,601 - - -SPPBE 4 - - - - - - -TOTAL TERKIRIM 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 TOTAL DEMAND 1,836,315 3,162,218 2,795,423 780,601 720,720 1,625,130 137,592 VOLUME AGEN 20 21 22 23 24 25 26 SPPBE 1 573,593 - - - -SPPBE 2 - 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 - 2,294,721 SPPBE 3 - - - - - 2,087,280 -SPPBE 4 - - - - -TOTAL TERKIRIM 573,593 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 TOTAL DEMAND 573,593 351,234 1,157,423 2,628,142 1,730,664 2,087,280 2,294,721 AGEN VOLUME 27 28 29 30 31 32 SPPBE 1 3,687,255 - 9,276,657 - - -SPPBE 2 - - - - - 581,069 SPPBE 3 - 1,722,006 - - - -SPPBE 4 - - - 2,016,729 357,435 -TOTAL TERKIRIM 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 TOTAL DEMAND 3,687,255 1,722,006 9,276,657 2,016,729 357,435 581,069 AGEN VOLUME
4. Analisis dan Intepretasi Hasil
4.1 Distribusi LPG 3 kg demand saat ini
Dari hasil running LINGO untuk menentukan besarnya biaya yang terjadi pada distribusi LPG 3 kg dengan demand saat ini di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu
sebesar Rp 311.993.088.849,-. Dengan
menggunakan fungsi minimum sebagai
objective function akan didapatkan jalur
distribusi dari SPPBE ke agen dengan integer
programming. Dengan tujuan setiap agen akan
tetap mendapatkan pasokan dengan
memperhitungkan biaya distribusi dengan memilih SPPBE terdekat. Untuk biaya distribusi akan ditanggung oleh Pemerintah karena termasuk barang bersubsidi.
4.2 Pengelompokan demand potensial
dengan distribusi terbuka
Model yang digunakan dalam
mengelompokkan demand kecamatan tersebut sama dengan model yang digunakan dalam model demand saat ini. Dengan tujuan bahwa setiap kecamatan akan dapat memperoleh pasokan LPG minimal dari 1 agen. Pada kecamatan tertentu memiliki lebih dari 1 agen sedangkan ada juga kecamatan yang sama sekali tidak memiliki agen. Dari 42 kecamatan yang ada di wilayah amatan, hanya 14 kecamatan yang mempunyai agen LPG.
Kapasitas yang digunakan adalah
penggabungan dari kapasitas agen-agen yang berasal dari kecamatan yang sama. Pada awal
menjalankan software LINGO ternyata
kapasitas saat ini agen tidak dapat memenuhi
demand potensial, maka dari itu dilakukan
kenaikan kapasitas agen secara bertahap mulai dari 10% sampai 50% dari kapasitas semula. Pada kenaikan kapasitas 14% ternyata sudah dapat memenuhi demand potensial. Namun, dengan adanya kenaikan kapasitas yang terlalu berlebihan akan menimbulkan adanya over
stock LPG yang berdampak pada kenaikan inventory pada agen.
Peningkatan kapasitas agen yang dipilih adalah 30% karena kenaikan ini dapat memenuhi pengelompokan demand point pada distribusi tertutup. Selain itu, dengan kenaikan kapasitas 30% dianggap optimal dengan
inventory sebesar 14 % dari kapasitas
masing-masing agen. Dengan adanya inventory sebesar
14% ini akan dapat cukup baik merespon
adanya kenaikan demand yang bersifat
deterministik. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa biaya distribusi terbuka dari demand point ke wilayah agen menghasilkan biaya distribusi sebesar Rp 663,845,850,356.90 per tahun.
Tabel 4.1 Perbandingan biaya distribusi untuk kenaikan kapasitas agen
4.3 Pengelompokan demand potensial
dengan distribusi tertutup
Pada pengelompokkan demand dengan distribusi tertutup didapatkan bahwa pada kenaikan kapasitas sebesar 30% mulai dapat memenuhi demand LPG pada level kecamatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kecamatan yang memiliki demand yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas dari masing-masing agen.
Untuk biaya distribusi LPG dari wilayah agen ke wilayah demand point adalah sebesar Rp 813,328,840,727.52 lebih mahal 23% dibandingkan biaya distribusi sistem tertutup. Selain biaya yang lebih mahal, utilitas dari agen pada distribusi terbuka yang semula 97.2% berkurang menjadi 77.5% pada distribusi tertutup dengan selisih 19.7% lebih rendah dibandingkan distribusi terbuka.
Pada distribusi tertutup memiliki
kekurangan yaitu ketidakpastian supply akan lebih tinggi karena hanya boleh mendapatkan pasokan dari 1 upstream (risiko kekurangan pasokan akan lebih tinggi). Sehingga agen akan menggunakan buffer (safety stock) yang lebih tinggi. Namun, kenaikan safety stock akibat ketidakpastian supply yang lebih tinggi akan dioffset oleh penurunan kebutuhan safety stock akibat ketidakpastian demand yang lebih rendah (kepastian yang lebih tinggi dari sisi demand) sehingga secara total mungkin tidak terjadi kenaikan safety stock.
Kekurangan dari distribusi tertutup akan tertutupi oleh keuntungan dari sistem distribusi tertutup. Adapun keuntungan dari distribusi tertutup, yaitu :
• Administrasi data akan lebih rapi (lebih
mudah menangani sistem informasi
penjualannya). Hal ini akan memudahkan pada pemberlakuan kartu kendali untuk pembelian LPG 3 kg.
• Selain itu traceability data lebih tinggi
sehingga mudah untuk memonitor data penjualan (misalnya, kalau ada pola pemakaian yang tidak wajar akan mudah dilacak).
• Persaingan antar pelaku (misalnya antar
agen) dengan tersendirinya hilang karena area pasar mereka tidak bersinggungan. Dan keteraturan pasokan bisa dijaga karena
pasar lebih stabil sehingga jumlah
permintaan di masing-masing agen akan
predictable (demand uncertainty lebih
rendah).
• Permintaan yang lebih predictable dengan
pola yang lebih teratur akan memudahkan
menentukan stocking policy dan
harapannya service level lebih tinggi namun stock level lebih rendah.
4.4 Demand potensial dengan sistem distribusi terbuka
Untuk lebih memudahkan dalam
melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.1 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771.
Biaya yang terjadi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada distribusi tertutup, namun resiko atas persaingan agen dalam mendapatkan demand point akan terjadi. Hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan
supply chain, dimana agen akan dapat
mempermainkan harga jual LPG dengan tujuan
dapat memperoleh konsumen
sebanyak-banyaknya.
Gambar 4.1 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi terbuka
4.5 Demand potensial dengan sistem distribusi tertutup
Untuk lebih memudahkan dalam
melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.2 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151.
Supaya supply chain tetap robust, rancangan distribusi tertutup seharusnya:
• Distribusi tertutup hanya diterapkan pada
tingkat akhir yaitu agen ke kecamatan (demand point). Untuk sisi hulu harus diciptakan fleksibilitas yang cukup yaitu 1 agen bisa mendapatkan pasokan dari lebih dari 1 SPPBE.
• Harus ada kemungkinan kalau suatu
kelangkaan terjadi akibat masalah
operasional maupun disaster, demand point bisa mendapat pasokan dari agen lain dengan suatu prosedur tertentu.
Gambar 4.2 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi tertutup
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Adanya 4 SPPBE pada wilayah Kab./Kota
Malang dan Kota Batu telah dapat memenuhi demand saat ini sehingga tidak diperlukan adanya penambahan SPPBE.
Sedangkan alokasi LPG berbeda dengan alokasi
awal. Untuk alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg demand saat ini telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat dengan sistem terbuka.
2. Pada saat konversi telah terlaksana 100%
atau pada saat demand potensial telah
sepenuhnya terealisasi maka dengan
kapasitas 4 SPPBE saat ini dapat memenuhi
semua demand potensial di wilayah
Kab./Kota Malang dan Kota Batu.
Sedangkan alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg untuk pemenuhan demand potensial telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat baik dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup.
3. Dari hasil running LINGO didapatkan
bahwa adanya biaya distribusi selama 1 tahun untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka dari agen ke demand point sebesar Rp 663,845,850,356.90. Untuk
demand potensial dengan sistem distribusi
tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52. Selisih biaya dengan dua pendekatan
distribusi tersebut sebesar Rp
149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.
6. Daftar Pustaka
Anggrahini, Dewanti, dan Widad, Faizatul.
(2009). Identifikasi Permasalahan
Distribusi Elpiji 3 Kg dalam Pelaksanaan Konversi. Teknik Industri. ITS.
Astuti, Widya. (2001). Penentuan Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar : Suatu Aplikasi Model Max Set Covering dengan Algoritma Lagrangian Relaxation. Teknik Industri. ITS.
Daskin, S. Mark. (1995). Network and Discrete
Location.
Kawi, Eduward Adolof. (2009). Analisa Penentuan Lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg di Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan Metode p-median. Teknik Industri ITS.
LINGO Systems. (2006). Optimization
Modeling with LINGO Sixth Edition.
LINGO Systems, Inc. Chicago.
Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain
Management. Surabaya: Gunawidya. Oliver, R. K. dan Weber, M. D. (1982). Supply
Chain Management: Logistic catches up with strategy. Outlook.
Safrita, Novie. (2007). Pemodelan Sistem Distribusi dengan Pendekatan Sistem Dinamik (Studi Kasus: PT. Trisulapack Indah).
Šeda, Miloš. (2007). Heuristic
Set-Covering-Based Postprocessing for Improving the Quine-McCluskey Method World Academy of Science, Engineering and Technology 29.
www.batukota.go.id/ina/index.php Diakses pada 10 Desember 2009
www.malangkab.go.id/ Diakses pada 10
Desember 2009
www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071 . Diakses pada 10 Desember 2009
www.maps.google.com Diakses pada 20
Desember 2009.
www.migas.esdm.go.id. Diakses pada 31 Juli 2009.
www.pertamina.com. Diakses pada 31 Juli 2009.