• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPT VESICOLITHIASIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPT VESICOLITHIASIS"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PORTOFOLIO KASUS

VESICOLITHIASIS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RSUD KOTA MADIUN

2016

Oleh :

dr. Ayu Yoniko Christi Pembimbing :

(2)

IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. M

• Umur : 65 tahun

• Alamat : Jl. Kampar, Madiun

• No. RM : 09.63.80

(3)

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

(4)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Kota Madiun pada tanggal 26 April 2016 dalam kondisi terpasang DC dan mengeluh BAK berwarna merah serta DC merembes. • Pasien mengeluh BAK berwarna merah sejak 1 hari

sebelumnya, pasien mengeluh nyeri BAK kadang-kadang

• 2 minggu sebelumnya pasien mengeluh susah

BAK, BAK tidak lancar dan nyeri saat BAK.

Kadang-kadang BAK berhenti sendiri kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi

• Namun akhirnya pasien sama sekali tidak bisa BAK dan dipasang DC sejak 1 minggu yang lalu.

(5)

BAK nyeri, BAK kdg terhenti & menjadi lancar

dg perubahan posisi

Tidak bisa BAK Pasang DC

BAK darah per DC Datang ke Poli Bedah 26 April 16 2 minggu 1 minggu 1 hari

(6)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Hipertensi disangkal

Hiperuricemia disangkal

• Pasien mengaku keluhan sulit BAK sudah dirasakan

sejak beberapa bulan terakhir tapi tidak dihiraukan dan paling berat dirasakan 2 minggu terakhir

• ISK berulang (+) pasien mengaku sering mengeluhkan BAK terasa panas, anyang-anyangen, tapi biasanya

sembuh sendiri sejak beberapa tahun terakhir

• Keluar batu atau serpihan pasir dari saluran kencing disangkal

(7)

Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah mendapat pengobatan untuk keluhan ini

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan seperti ini

Riwayat Psikososial

• Pasien berprofesi sebagai pedagang di pasar sejak

masih muda. Pasien mengaku jarang minum air karena sibuk melayani pembeli saat sedang berdagang.

(8)

PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign:

• KU : cukup

• Kesadaran : Compos Mentis

• Tekanan Darah: 120/80 mmHg

• Nadi : 74 x/menit, teraba kuat angkat

• Suhu Axilla : 36,9˚ C

(9)

Status Generalis: Kepala

• Bentuk : normocephal

Mata: konjunctiva anemis (-), sclera ikterus (-) • Telinga: secret (-)

• Hidung: secret (-) darah (-)

• Mulut: bibir sianosis (-), mukosa pucat (-)

• Tenggorokan: tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)

Leher

• KGB : pembesaran (-/-) • Tiroid : pembesaran (-)

(10)

Thorax

• Cor : S1 S2 tunggal, regular, ekstrasistol (-), gallop (-), murmur (-)

• Pulmo :

• Inspeksi: pergerakan dada simetris, retraksi (-)

• Palpasi : fremitus raba normal

• Perkusi : sonor / sonor

(11)

-/-Abdomen

• Inspeksi: flat, distensi (-), meteorismus (-) • Auskultasi : bising usus (+) normal

• Perkusi : timpani

• Palpasi : soepel, nyeri tekan abdomen (-)

Extremitas

• Edema : ekstremitas atas -/-, ekstremitas bawah

(12)

STATUS UROLOGI

Regio Flank

• Inspeksi: massa

-/-• Palpasi bimanual: ginjal kanan dan kiri tidak teraba

• Perkusi : nyeri ketok ginjal

-/-Regio Bladder

• Inspeksi: massa

-/-• Palpasi : blast kosong, nyeri supra pubik (-)

• Perkusi : timpani

Regio Urogenital

• Inspeksi: MUE terpasang DC, gross hematuri (+) Rectal Touche

(13)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit PTT APTT Golongan darah HBSAg 11,1 g/dL 7.300 32,7 346.000 13 detik 30 detik B Rhesus + Negatif (11-16.5 g/dL) (3.500-10.000) (35-50) (150.000-450.000) (12 – 19 detik) (22 – 38 detik)

(14)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Faal Ginjal Ureum Creatinin Asam urat Faal Hati AST ALT Albumin Total Protein 48 2.2 7.4 21 23 3.8 7.0 (15-39 mg/dL) (0.5-1.2 mg/dL) (2.5 – 8.5 mg/dL) (14-59 U/L) (9-72 U/L) (3.5-5.0 g/dL) (6.5 – 8.2 g/dL)

(15)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Gula Darah GDA Serum Elektrolit Natrium Kalium Chlorida Kalsium 116 143 4.1 99 9.3 (74-106 ug/dL) (135 – 145 mmol/L) (3.5 – 5.5 mmol/L) (96 – 106 mmol/L) (8.4 – 10.2 mg/dL)

(16)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG Urologi

Ginjal kanan dan kiri : tampak

ectasis berat system pelviocalyceal

• Kesan : hidronefrosis berat ginjal

kanan & hidronefrosis sedang ginjal kiri

(17)

USG Urologi

Buli : terisi cukup

cairan, tampak batu ukuran 2,01 cm, tampak sacculasi

dinding inferior dengan defect muscle selebar 1 cm, kateter (+)

• Kesan : vesicolithiasis disertai sacculasi buli

(18)

Foto BNO (KUB)

• Tampak bayangan opaque

terproyeksi di sisi kanan setinggi VL 3-4.

• Tampak bayangan

radiopaque irregular border diameter 1,5 cm trproyeksi dalam cavum pelvis.

• Kesan : susp. Batu ureter kanan 1/3 proksimal dan batu buli

(19)

SUBYEKTIF

• Pasien datang ke Poli Bedah sudahterpasang DC

• Mengeluh BAK berwarna merah sejak 1 hari sebelumnya, pasien mengeluh nyeri BAK kadang-kadang . Pasien tidak demam, tidak mual, tidak muntah.

• 2 minggu sebelumnya pasien mengeluh susah BAK, BAK tidak lancar dan nyeri saat BAK. BAK kadang terhenti & menjadi lancar dengan perubahan posisi.

• 1 minggu sebelumnya sama sekali tidak bisa BAK  dipasang DC

• Sulit BAK dirasakan sejak beberapa bulan & memberat 2 minggu terakhir

• Pasien sering mengeluh BAK terasa panas, anyang-anyangen, tapi biasanya sembuh sendiri sejak beberapa tahun terakhir.

• Pasien tidak pernah merasakan keluar batu atau serpihan pasir dari saluran kencing.

(20)

OBYEKTIF

• Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan keadaan umum cukup dan tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, nadi

74x/menit, kuat, isi cukup, regular, respirasi 16x/menit, temperatur axilla 36,90 C.

• Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien terpasang DC dan ditemukan gross hematuri. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan faal ginjal.

• Pada pemeriksaan penunjang USG urologi ditemukan hidronefrosis berat ginjal kanan & hidronefrosis sedang ginjal kiri serta ditemukan batu buli sebesar 2,01 cm disertai sacculasi buli.

• Pada pemeriksaan foto BNO ditemukan bayangan radiopaque curiga batu ureter kanan 1/3 proksimal dan batu buli.

(21)

ASSESSMENT

• Retensio Urine • Gross Hematuri

• USG: batu buli sebesar 2,01 cm

• BNO : bayangan radiopaque di calvum pelvis curiga batu buli

(22)

PLAN

Terapi: Pro Vesicolithotomi Elektif

Persiapan Operasi

• Form persetujuan operasi + form persetujuan tindakan anestesi (informed consent)

IVFD Asering 16 tpm

• Profilaksis : Inj. Cefoperazone 1gr i.v  skin test • Siap darah : PRC 1 kolf

• Konsul anastesi • Premedikasi di OK

(23)

LAPORAN OPERASI

(18 – MEI – 2016)

1. Posisi supinasi.

2. Dalam lindungan anestesi, toillette medan operasi kemudian tutup dengan duk steril berlubang.

3. Insisi midline infra umbilical ± 6 cm, perdalam luka operasi lapis demi lapis sampai buli.

4. Pungsi buli keluar urin. 5. Buka buli secara tajam.

6. Tampak batu kehitaman bulat berukuran 3 cm. 7. Dilakukan evakuasi batu.

8. Evaluasi : prostat tidak membesar, tumor (-), kedua muara ureter intak. 9. Analisa batu.

10. Pasang kateter no 22, kunci balon 20 cc. 11. Jahit buli 2 lapis.

12. Pasang vacuum drain dengan NGT no 16 di cavum retzii. 13. Jahit luka operasi lapis demi lapis.

(24)

DIAGNOSIS

• Diagnosa pra operasi : Vesicolithiasis • Diagnosa post operasi : Vesicolithiasis

(25)

INSTRUKSI POST OPERASI

• Awasi keadaan umum dan vital sign

• Cek kadar Hb dan Albumin post operasi

• Jika flatus (+) → MSS

• Ganti vacuum drain / 24 jam

• IVFD Asering : aminofluid = 1 : 1 ~ 20 tpm

• Inj. Cefoperazone 2 x 1gr i.v

• Inj. Metamizole 3x 1 ampul i.v

• Inj. Asam Traneksamat 3 x 250mg i.v

(26)

Hasil Laboratorium Post Operasi • Hb 9,8 g/dL (11-16.5 g/dL) • Leukosit 7.200 (3.500-10.000) • Hematokrit 30,3 (35-50) • Trombosit 320.000 (150.000-450.000) • Albumin 3.4 (3.5-5.0 g/dL)

Penyulit Post Operasi

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

DEFINISI

• Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone, bladder stone.

• adalah masa yang berbentuk kristal yang

terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin yang terbentuk pada saluran penampung terakhir

(32)

ANATOMI BULI

• Organ berongga yg terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni:

 Dalam  otot longitudinal

 Di tengah  otot sirkuler

 Paling luar  otot longitudinal • Mukosa buli : sel transisional

• Pada dasar buli-buli, kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk  trigonum buli-buli

(33)
(34)

Fungsi buli

• menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam

mekanisme miksi.

Daya tampung maksimal

• Orang dewasa : ± 300 – 450 ml • Anak-anak (Rumus Koff) :

(35)

Letak buli :

• Saat kosong  di belakang simfisis pubis

• Saat penuh  di atas simfisis sehingga dapat dipalapasi dan diperkusi

Fisiologi Miksi

• Buli-buli terisi penuh  merangsang saraf

aferen  mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4  kontraksi otot detrusor  leher buli-buli terbuka  sfingter uretra relaksasi  terjadilah proses miksi

(36)

EPIDEMIOLOGI

• Penyakit batu saluran kemih

sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno.

• Bukti  ditemukan batu pada kandung kemih seorang

mummi oleh Sir Grafton Ellioth Smith (1901) pada mummi zaman 7000-3000 sebelum Masehi di daerah El-Amrah (Mesir)

(37)

INSIDENSI & PREVALENSI

• Di Semarang prevalensi batu saluran kemih 51,9 dari 10.000 penduduk

• Di poliklinik ginjal-hipertensi RSUD dr.

Soetomo Surabaya dijumpai perbandingan kejadian batu saluran kemih pria: wanita 5:1 dengan rerata usia pasien 41,5 tahun

(38)

BATU BULI DI INDONESIA

0% 20% 40% 60% 80% 100% 1964 - 1969 1970 - 1974 1983 Batu Ginjal Batu Buli

(39)

ETIOLOGI

sama dengan batu saluran kemih lainnya : • gangguan aliran urine

• gangguan metabolik • infeksi saluran kemih • dehidrasi

• keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

(40)

FAKTOR YANG MEMPERMUDAH

TERBENTUKNYA BATU

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Herediteir

Umur: sering usia 30 – 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki 3x > perempuan

Geografi : daerah stone belt

menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi

Iklim dan temperatur

Asupan air: asupan air  dan dan kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi

Diet : diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium

Pekerjaan: banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life

(41)
(42)

KOMPOSISI BATU

1. Batu Kalsium

• 70 – 80% dari seluruh BSK

• Berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu

• Faktor terjadi : Hiperkalsiuri Hiperoksaluri Hiperurokusuria Hipositraturia Hipomagnesuria

(43)

2. Batu Struvit

• Disebabkan oleh ISK

• Kuman penyebab : kuman golongan urea splitter~

menghasilkan enzim urease urine menjadi

bersuasana basa

• Suasana basa  garam-garam

magnesium, amonium, fosfat dan karbonat

membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit

• Kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya

adalah: Proteus

spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus.

(44)

3. Batu Asam Urat

merupakan 5-10% dari BSK

• 75-80% berupa batu asam urat murni dan sisanya campuran kalsium oksalat

bentuk halus dan bulatseringkali keluar spontan • Faktor penyebab :

 Urine yang terlalu asam (pH urine <6 )

 Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi

(45)

4. Batu Jenis Lain

• Batu sistin : kelainan metabolisme sistin • Batu xanthin : penyakit bawaan def. enzim

xanthin

• Batu triamteren

• Batu silikat : pemakaian antasida berlebihan dan dalam jangka waktu lama

(46)

TANDA & GEJALA

BATU BULI

Gejala iritasi :

• nyeri kencing/disuria hingga stranguri

• perasaan tidak enak sewaktu kencing

• Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan (referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki

Gejala obstruksi :

• kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh

Pada anak :

• seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna

• sering menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki)

(47)

PENEGAKAN DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan Laboratorium

Urinalisis : nitrit, leukosit, esterase, dan eritrosit (+) , pH urine asam

Sedimen urine : leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu

Kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea

• Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu

(48)

2. Foto KUB

• untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih

JENIS BATU RADIO-OPASITAS

Kalsium MAP Urat/Sistin Opak Semiopak Non opak

(49)
(50)

3. Foto IVP

• untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal

• mendeteksi adanya batu semi-opak atau batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto KUB

• adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya filling defek

(51)
(52)

4. USG

• dikerjakan bila pasien tidak mungkin

menjalani pemeriksaan IVP (alergi bahan kontras, faal ginjal, wanita hamil)

• menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic

shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal

(53)
(54)

PENATALAKSANAAN

1. Terapi medis dan simptomatik atau dengan bahan pelarut

2. Tindakan Endourologi

 Vesikolitolapaksi

 Vesikolitotripsi dengan berbagai sumber energi (elektrohidrolik, gelombang

suara, laser, pneumatik) 3. Pembedahan

 Vesikolitotomi perkutan

 Vesikolitotomi terbuka 4. ESWL

(55)

TERAPI MEDIKAMENTOSA

• untuk batu < 5 mm

• diharapkan batu dapat keluar spontan • bertujuan untuk mengurangi

nyeri, memperlancar aliran urine pemberian diuretikum

minum banyak supaya dapat mendorong

(56)

ENDOUROLOGI

• Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu buli yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran

kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.

 Vesikolitolapaksi (Cystolitholapaxy)

(57)

VESIKOLITOLAPAKSI

(

Cystolitholapaxy)

• digunakan sistoskopi untuk mengidentifikasi letak batu, setelah batu ditemukan selanjutnya

diberikan energi untuk memecahnya menjadi fragmen

• Fragmen batu yang sudah dipecah kemudian

dikeluarkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi

• Energi yang digunakan dapat berupa energi

mekanik (pneumatic jack hammer), ultrasonic dan elektrohidraulik atau laser

(58)
(59)

• Kontraindikasi vesikolitolapaksi

kapasitas kandung kemih yang kecil

batu multiple

batu ukuran lebih dari 20mm

batu keras

batu kandung kemih pada anak

akses uretra yang tidak memungkinkan

• Angka bebas batu : cukup tinggi

• Penyulit sekita 9-25%, berupa cedera pada kandung kemih

(60)

VESIKOLITOTRIPSI

• Memecah batu buli-buli dengan memasukkan

alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli

• Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik

• Vesikolitotripsi dapat dilakukan dengan berbagai sumber energi yakni

elektrohidrolik, gelombang suara, laser, dan pneumatik

(61)
(62)

BEDAH TERBUKA

• Pada bedah terbuka, batu dikeluarkan secara intak atau utuh

Keuntungan : cepat, lebih mudah untuk mengeluarkan batu yang besar dan

multiple, dapat mengeluarkan batu yang melekat pada mukosa buli sekalipun

Kerugian : nyeri post operasi yang lebih

panjang, perawatan di rumah sakit yang lebih lama, pasien harus menggunakan kateter lebih lama

(63)

VESIKOLITOTOMI PERKUTAN

• Alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita dengan kesulitan akses

melalui uretra, batu besar atau batu múltipel.

Kontra indikasi : riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah

pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen.

Angka bebas batu : 85-100%.

Penyulit : tidak ada.

(64)
(65)

VESIKOLITOTOMI TERBUKA

• Indikasi :

pada batu dengan stone burden besar batu keras

kesulitan akses melalui uretra

tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi.

(66)
(67)

ESWL

(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

• Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih

Kelebihan : non invasif, tanpa pembiusan • Kelemahan :

 pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan kolik & hematuria

 Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi  angka keberhasilan  membutuhkan

tindakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu

(68)

• Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya dikerjakan lebih dari satu kali untuk terapi batu kandung kemih

• Angka bebas batu

elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan 96% pada kasus non

obstruksi.

piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang berhasil

(69)
(70)

Pedoman pilihan terapi batu buli menurut Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2007) adalah :

• Batu ukuran kurang dari 20 mm 1. Litotripsi endoskopik

2. Operasi terbuka

• Batu ukuran lebih dari 20 mm 1. Operasi terbuka

2. Litotripsi endoskopik • Batu buli-buli pada anak

1. Operasi terbuka

(71)

PENCEGAHAN

• Menghindari dehidrasi minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari

• Diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu

• Aktivitas harian yang cukup

(72)
(73)

DAFTAR PUSTAKA

Askandar, Prof. Dr. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Surabaya : Airlangga University Press.

Basler, Joseph. 2014. Bladder Stone. Medscape Online.

http://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview. IAUI, 2007. Guidelines Batu Saluran Kemih. Jakarta :

Indonesian Urological Association.

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

Sja’bani, Mohammad. 2007. Batu Saluran Kemih : dalam Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing. Sjamsuhidajat, R dan de Jong, Wim. 2005 Buku Ajar Ilmu

(74)

Gambar

Foto BNO (KUB)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Riwayat infeksi saluran kemih, hipertensi dan batu berulang merupakan faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik pada pasien batu saluran kemih. Kata

Batu Saluran Kemih (BSK) atau dikenal dengan istilah urolithiasis adalah gangguan pada saluran kemih karena terbentuknya batu di dalam saluran kemih baik saluran kemih atas

Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan

Simpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan CT-Scan tanpa kontras pada pasien batu saluran kemih didapatkan angka kejadian batu saluran kemih paling banyak pada

Gangguan atau infeksi traktus urinaria merupakan suatu infeksi atau ganguan pada saluran kemih yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra, Infeksi

kemih bawah yang menyebabkan obstruksi saluran kemih atas, misalkan BPH, striktur uretra, kanker prostat, kanker buli-buli, kanker serviks (perlu dilakukan colok dubur dan

Litotripsi (ESWL) menggunakan gelombang kejut untuk memecah batu ginjal menjadi potongan-potongan kecil yang dengan lebih mudah keluar melalui saluran kemih dan keluar dari

ABSTRAK Batu Saluran Kemih BSK adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas ginjal dan ureter dan saluran