Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
118
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA
MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA
MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI
Ni Nyoman Sri Putu Verawati
1)Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Mataram
e-mail: veyraunram@yahoo.com
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan ketera mp ilan proses sains
mahasiswa dala m pembe laja ran fisika mela lui progra m pe mbela jaran menggunakan model in kuiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan ke las mela lui tahap -tahap perencanaan, imple mentasi, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan biologi yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar I pada semester ganjil tahun akademik 2013/2014. Instrumen dala m penelit ian ini menggunakan Le mbar Penilaian Kinerja Proses (LPKP) yang beracuan pada LKM untuk me mpe roleh data ketera mpilan proses sains mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 75% mahasiswa me miliki ketera mpilan proses sains dengan kategori baik, 17% mahasiswa dengan kategori kurang baik 8% mahasiswa dengan kategori sangat kurang baik (je le k). Adapun untuk tiap ko mponen keteramp ilan proses sains, mahasiswa nampak kesulitan dala m me la kukan analisis data dengan skor 59,8 na mun baik dala m me laksanakan eksperimen dengan skor 70,5. Da ri penelitian yang telah dilaku kan dapat disimpulkan bahwa program pe mbela jaran fisika dengan menggunakan model pe mbela jaran in kuiri dapat men ingkatkan ketera mp ilan proses sains mahasiswa.
Kata Kunci:Keterampilan Proses Sains, Ink uiri
ABSTACT: This study aimed to improve science process skills of students in learning physics through program using the inquiry learning model. This research is action research through the stages of planning, imple mentation, observation, and reflect ion, its are imp le mented in cyclical form. The subjects were students of biology education courses that take the course Physics I in the first semester of academic year 2013/2014. The instrument in this study using the Performance Appraisal Sheet Process (PASP) based on woork sheet to obtain data of science process skills of students. The results showed that as many as 75 % o f students have a science process skills with good category, 17 % of students with unfavorable category, 8 % of students categorize d as very poor (bad). As for each component of science process skills, students appear to difficulties in conducting data analysis with a score of 59,8 but both in carrying out experiments with a score of 70,5. Fro m the research that has been done can be concluded that the learning progra m using the inquiry model in physics learning can imp rove student science process skills.
Ke ywor ds: Science Process Sk ills, Inquiry
PENDAHULUAN
Dala m konteks pembelaja ran fisika di kelas, Wenno (2008) menje laskan fisika sebagai mata pelajaran yang diaja rkan dan me rupakan ilmu pengetahuan alam yang me mbutuhkan penalaran dengan pola berpikir abstrak untuk menghubungkan suatu teori dengan teori lain juga suatu konsep dengan konsep lain, sehingga dalam pembe laja ran mahasiswa perlu bertindak secara langsung ke hal yang demikian dan sebagai faktor uta manya adalah mela lui kegiatan eksperimen. Kegiatan ini me rupakan suatu metode yang terpenting dala m pe mbela jaran fisika, d i mana mahasiswa akan leb ih mudah me maha mi suatu konsep
apabila sudah mengalami, me lihat dan mengerjakan sendiri. Pe mbe laja ran yang me mpe rsiapkan situasi bagi anak untuk me la kukan eksperimen sendiri disebut Peaget dala m Sidharta (2010) sebagai pembelaja ran inkuiri (inquiry).
Sarwi dan Khanafiyah (2010) mengka itkan kegiatan inkuiri dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Pada kegiatan penyelidikan, mahasiswa dapat mengkonstruksi pemaha man me lalu i pertanyaan, mendisain, dan menghubungkannya dalam bentuk investigasi, ke ma mpuan analisis, dan mengko munikasikan penemuannya. Titik berat dari proses ini bahwa mahasiswa dapat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
119
mengkonstruksi sendiri pemaha mannya dengan me la kukan aktivitas aktif me lalu i investigasi pengetahuan (Henrichsen dan Jarret, 1999 dala m Sarwi dan Khanafiyah, 2010). Model eksperimen inku iri me rupakan model yang sangat kuat menggunakan prinsip belajar konstruktivis, yang menje laskan bahwa pengetahuan dikonstruksi sendiri o leh peserta didik. Mela lui proses penyelidikan, pada akhirnya mahasiswa dapat menemu kan pengetahuan yang dipelajari.
Pe mbela jaran dikatakan berhasil dilihat dari proses pelaksanaan dan hasil yang dicapai oleh mahasiswa. Delors (1996) menyebutkan dala m suatu proses dibutuhkan ketera mpilan, d imana mahasiswa dengan suatu ketera mpilan yang dimilikinya ma mpu untuk mene mu kan pembukt ian secara ilmiah dengan kegiatan-keg iatan inkuiri ilmiah. Ketera mp ilan yang dima ksud adalah keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains sangat penting untuk belajar bermakna, ka rena indiv idu terus belajar sepanjang hidup, dan perlu untuk mene mu kan dan menafsirkan bukti-bukti di bawah kondisi yang berbeda yang mereka hadapi (Ibrahim, 2006). Oleh karena itu, penting untuk masa depan peserta didik dengan me mbe rikan ketera mp ilan proses sains di le mbaga pendidikan.
Proses pelaksanaan pembela jaran pada tingkat perguruan tinggi menggunakan berbagai metode pembela jaran tetapi tidak mengaja rkan dan melat ihkan suatu ketera mpilan proses sains. Hasil survey awal pada pelaksanaan inkuiri dengan melaksanakan eksperimen di laboratoriu m menunjukkan bahwa buku pedoman praktiku m mahasiswa atau lembar kerja mahasiswa yang digunakan tidak mengajarkan atau me latih kan ketera mpilan proses sains. Oleh ka rena itu penelitian ini penting dilaku kan dengan me rancang pembelajaran in kuiri untuk men ingkatkan ketera mpilan proses sains mahasiswa. Tu juan khusus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketera mp ilan proses sains mahasiswa dalam pembe laja ran fisika me lalu i progra m pembe laja ran menggunakan model inkuiri.
Model Pe mbel ajaran Inkuiri
Model pembelaja ran me rupakan sebuah perencanaan, atau pola, yang bersifat menyeluruh, untuk me mbantu siswa me mpe la jari jenis pegetahuan, sikap atau ketera mpilan tertentu. Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak (2012), model pembela jaran ada lah pendekatan spesifik dala m mengaja r yang me miliki 3 ciri yakni: (1)
tujuan: model mengajar d irancang untuk me mbantu siswa menge mbangkan ke ma mpuan berpikir kritis dan me mperoleh pe maha man mendala m tentang bentuk spesifik materi; (2) fase: model mengajar mencakup serangkaian langkah yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembe laja ran yang spesifik; dan (3) fondasi: model mengajar didukung teori dan penelitian tentang pembelaja ran dan motivasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa model pembela jaran adalah rencana kegiatan pembela jaran secara menyeluruh yang terdiri atas fase-fase atau langkah-langkah pembela jaran yang disusun untuk me mbantu siswa mencapai tujuan pembela jarannya. Model me mbe rikan cukup banyak fle ksibilitas untuk me mungkinkan guru menggunakan kreatifitas mere ka sendiri. Model t idak bisa menggantikan kualitas -kualitas yang harus dimiliki guru ahli, seperti pengetahuan profesi, sensitivitas terhadap murid, dan kema mpuan untuk me mbuat keputusan dalam situasi gawat (Eggen & Kauchak, 2012).
Inkuiri sendiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Model pembela jaran in kuiri adalah rangka ian kegiatan pembela jaran yang menekankan pada proses berpikir secara krit is dan analitis untuk mencari dan mene mukan sendiri ja waban dari suatu masalah yang dipertanyakan (San jaya, 2011). Karena di dala m pembe laja ran inkuiri menggunakan penyelidikan, inku iri juga terkadang disebut sebagai penyelidikan ilmiah, yang didefinisikan oleh Eggen dan Kauchak (2012) sebagai model pengajaran yang dirancang untuk me mberikan murid pengalaman metode ilmiah, ya kni pola pemikiran yang mene kankan pada pengajuan pertanyaan, mengembangkan hipotesis untuk men jawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis dengan data. Lebih lanjut Eggen dan Kauchak menje laskan bahwa model penyelidikan dirancang untuk me mbantu peserta didik mendapatkan pemaha man mendala m tentang metode ilmiah samb il menge mbangkan pemikiran krit is, pengaturan -diri, ketera mp ilan-ketera mp ilan proses sains dan pemaha man mere ka tentang topik-topik spesifik.
Dala m penerapannya pada proses pembela jaran, Eggen dan Kauchak (2012)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
120
me mbe rikan langkah-langkah model pembela jaran inku iri sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi pe rtanyaan.
Peserta didik dala m hal ini mahasiswa mengidentifikasi satu pertanyaan yang akan coba dijawab. Pertanyaan ini berfungsi untuk menarik perhatian mahasiswa dan menarik mere ka kedala m pelajaran, serta me mbe rikan fokus untuk pelajaran.
2. Membuat hipotesis.
Mahasiswa me mbuat hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan. Hipotesis me mbe rikan kerangka referensi bagi mahasiswa untuk mengumpulkan data. 3. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Mahasiswa mengumpulkan data terkait dengan hipotesis dan menyusun serta mena mp ilkannya supaya data itu bisa dianalisa. Pada fase ketiga in i me mberikan mahasiswa pengalaman menguji hipotesis dengan bukti.
4. Menilai hipotesis dan me mbuat generalisasi.
Kegiatan ini bisa dilaku kan dengan suatu diskusi tentang hasil dan sejauh mana hasil-hasil itu mendukung hipotesis. Mahasiswa juga me laku kan generalisasi terhadap hasil berdasarkan assessmen terhadap hipotesis. Dala m fase ke e mpat ini, me mberikan mahasiswa pengalaman tambahan untuk menggunakan metode ilmiah. Menge mbangkan ke ma mpuan untuk me mbuat kesimpulan berdasarkan bukti, dan mendorong pengalihan penerapan (transfer) ke situasi-situasi baru.
Ke terampil an Proses Sains
Ketera mpilan proses sains merupakan ketera mpilan-ketera mpilan yang dimiliki oleh peserta didik pada proses sains, di antaranya pada proses penyelidikan, atau pada saat me reka me laku kan inquiri ilmiah. Pada saat me reka terlibat aktif dala m penyelidikan ilmiah, mere ka menggunakan berbagai maca m ketera mpilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Ketera mpilan-ketera mp ilan proses sains dike mbangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Semia wan (1987) menge muka kan bahwa ketera mpilan proses dapat me mbeka li siswa dengan 13 ketera mpilan mendasar, yaitu: (1) ketera mp ilan mengobservasi atau mengamati; (2) ketera mpilan menghitung; (3) ketera mp ilan mengukur; (4) ketera mp ilan mengklasifikasi; (5) ketera mp ilan mencari hubungan ruang/waktu; (6) ketera mp ilan me mbuat
hipotesis; (7) ketera mp ilan merencanakan penelitian/eksperimen; (8) ketera mp ilan mengendalikan variabel; (9) ketera mp ilan menginterpretasi atau menafsirkan data; (10) ketera mpilan menyusun kesimpulan sementara; (11) ketera mpilan mera malkan; (12) ketera mpilan menerapkan (mengaplikasi); (13) ketera mpilan mengko munikasikan.
Menurut Harlen (1992), me mbagi ketera mpilan proses menjadi a) menga mati, b) berhipotesis, c) me mpred iksi, d) meneliti, e) menafsirkan data dan menarik kesimpulan, dan f) berko munikasi. Rustaman (2005) me mbagi ketera mpilan proses menjadi 9, yaitu a) menga mati, b) menafsirkan hasil pengamatan, c) mengelo mpokkan, d) me mp rediksi, e) berko munikasi, f) berh ipotesis, g) me rencanakan percobaaan, h) menerapkan konsep, dan i) mengajukan pertanyaan.
Ke terampil an Proses Sains dalam Kegiatan Inkuiri
Ketera mpilan proses sains me mbeka li siswa dengan keterampilan pe mecahan masalah dengan menerapkan pola pikir dan sikap ilmiah dala m kegiatan in kuiri. Menurut Gagne (1994) dala m Woolfolk (2009), pendekatan ketera mpilan proses sains digunakan untuk me mecahkan masalah. Aspek ketera mp ilan proses dalam pendidikan sains meliputi pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran, peingidentifikasian dan pengendalian variabel, perumusan hipotesa, perancangan dan pelaksanaan eksperimen, penyimpulan hasil eksperimen serta pengkomunikasian hasil eksperimen.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, ma ka pe mbela jaran ketera mpilan proses sangat penting untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah pembe laja ran sehingga me miliki pe maha man secara utuh tentang obyek atau materi yang diaja rkan. Da la m penelitian in i yang dimaksud dengan ketera mpilan proses sains adalah: (1) ketera mpilan mengobservasi atau mengamat i; (2) ketera mp ilan mengukur; (3) ketera mp ilan mengklasifikasi; (4) me mpred iksi; (5) berhipotesis; (6) ketera mp ilan merencanakan penelitian/eksperimen; (7) ketera mp ilan me la kukan percobaan; (8) menafsirkan data dan menarik kesimpulan, dan (9) berko munikasi. Penje lasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
a. Ketera mpilan mengobservasi/menga mati, mencakup ketera mpilan untuk menggunakan segenap alat indera. Mengamati adalah menggunakan alat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
121
indera (penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar) untuk mendapatkan informasi tentang s uatu objek.
b. Ketera mpilan mengukur. Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran. Proses ini digunakan untuk me la kukan pengamatan kuantitatif. c. Ketera mpilan mengklasifikasi.
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perila ku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat umu m, (b) me milah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih.
d. Ketera mpilan me mp rediksi. Sebuah prediksi ada lah pernyataan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, atau sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui di masa mendatang. e. Ketera mpilan berhipotesis . Hipotesis
me rupakan jawaban tentatif terhadap pertanyaan yang akan diteliti. Hipotesis berkaitan erat dengan cara menemu kan jawaban. Oleh karena itu, ke ma mpuan me ru muskan hipotesis sangat me mbantu untuk menentukan langkah percobaan yang akan dilaku kan.
f. Ketera mpilan merencanakan penelitian/eksperimen. Ketera mp ilan me ru muskan pertanyaan, merupakan ketera mpilan dasar agar siswa bisa me rancang dan mela kukan percobaan. Seringka li kita menyadari ada masalah namun tidak tera mpil meru muskan pertanyaan yang akan dicari ja wabannya. Tanpa adanya kema mpuan untuk me ru muskan pertanyaan yang bisa dijawab me la lui percobaan atau pengamatan akan sulit untuk me rencanakan percobaan.
g. Ketera mpilan me laku kan percobaan/eksperimen. Me laku kan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Da la m suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain, e ksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk men jawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk definisi operasional.
h. Ketera mpilan menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Dengan menga mati kita akan mendapatkan hasil pengamatan. Ketera mpilan menafsirkan mencakup ketera mpilan untuk menghubung-hubungkan hal yang satu dengan hal yang lainnya.
i. Ketera mpilan berko munikasi, mencakup ketera mpilan menya mpaikan dan menerima informasi. Oleh ka rena itu ketera mpilan berko munikasi mencakup ketera mpilan menggunakan bermaca m bentuk komuniskasi baik lisan maupun tulisan. Dala m ko munikasi ilmiah sering dituntut kema mpuan untuk menyajikan dan me mbaca in formasi secara mudah dan akurat, misalnya me mbaca dan me mbuat grafik, tabel atau diagra m. Termasuk dala m ketera mp ilan berko munikasi juga adalah menje laskan hasil percobaan dan menya mpaikan laporan secara sistematis dan jelas.
Berdasarkan raga m ketera mp ilan proses yang harus dikuasai oleh siswa dalam penelitian in i, maka dapat diru mus kan indikator seperti da la m tabel berikut.
Tabel 1. Indikator ketera mp ilan proses sains
No. Ke terampil an Proses Indikator
1. Ketera mpilan me la kukan pengamatan /observasi
- Menggunakan beberapa alat indera
- Memperhatikan ciri khusus objek dan lingkungan yang diamati
- Mengidentifikasi perbedaan dan persamaa m objek yang dia mati
- Menentukan urutan kejadian
- Menggunakan alat bantu untuk me mpertaja m/ me mbantu alat indera
2. Ketera mpilan mengukur - pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dala m satuan yang sesuai;
- me milih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.
3. Ketera mpilan mengklasifikasi - mengidentifikasi suatu sifat umu m
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
122
sifat atau lebih
4. Ketera mpilan me mp rediksi - Menggunakan informasi dari sebelu mnya ataupun sekarang untuk me mbuat prediksi - Mendasarkan prediksi pada pola yang ada - Membedakan prediksi dari tebakan/ra ma lan 5. Ketera mpilan berhipotesis - Memberikan alternatif penjelasan yang konsisten
dengan bukti yang ada
- Memberikan alternatif penjelasan yang konsisten dengan prinsip ilmiah
- Menerapkan pengathuan yang telah dimiliki sebelumnya
- Menyadari bahwa mungkin saja ada beberapa penjelasan yang sama-sama masuk aka l
6. Ketera mpilan merencanakan penelitian/eksperimen
- Merumuskan pertanyaan yang jawabannya diperoeh me la lui percobaan.
- Pertanyaan yang diru muskan mengarah pada kegiatan eksperimen
- Menentukan variabel penelitian 7. Ketera mpilan me la kukan
percobaan
- me ru muskan dan menguji prediksi tentang kejad ian-ke jadian,
- mengaju kan dan menguji h ipotesis, - mengidentifikasi dan mengontrol variabel, - mengevalusai prediksi dan hipotesis berdasarkan
pada hasil-hasil percobaan. 8. Ketera mpilan menafsirkan data
dan menarik kesimpu lan
- Menggabungkan berbagai informasi yang terpisah menjadi sebuah pernyataan yang berma kna
- Menemukan pola atau keteraturan dari informasi yang berserakan
- Mengidentifikasi hubungan antar variabel yang ada
9. Ketera mpilan berko munikasi - berbicara, mendengar, dan menulis untuk menyortir informasi dan me mpe rje las makna - Membuat catatan hasil pengamatan secara
sistematis
- Menggunakan tabel, grafik, dan bentuk sajian lain secara a kurat
- Memilih bentuk penyajian yang tepat
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian in i adalah penelitian tindakan kelas me lalu i tahap-tahap perencanaan, imp le mentasi, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus.
Jumlah siklus sesuai dengan jumlah percobaan yang direncanakan yaitu dua percobaan. Secara lengkap desain penelitian diga mbarkan seperti pada gambar 1.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
123
Subjek penelitian in i adalah mahasiswa program studi pendidikan Biologi yang mengamb il mataku liah Fisika Dasar I pada semester ganjil tahun akademik 2013/2014.
Instrumen dalam penelitian in i adalah Le mbar Pen ila ian Kinerja Proses (LPKP) yang beracuan pada LKM pada saat pembelaja ran inkuiri. LPKP untuk me mperoleh data ketera mpilan proses sains mahasiswa saat pembela jaran (perku liahan) menggunakan model inku iri. Te knik analisis data
menggunakan statistik deskriptif untuk mengga mbarkan profil ketera mp ilan proses sains mahasiswa. Perolehan nila i ketera mp ilan proses sains yang difokuskan pada kinerja proses tiap mahasiswa menggunakan persamaan:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100
Rentang nilai ketera mp ilan proses sains mengacu pada rentang seperti pada tabel 2.Analisis silabus
matakuliah Fisika
Dasar
Analisis teoritis
keterampilan proses
sains
Identifikasi keterampilan
proses sains awal
Identifikasi keterampilan proses sains yang
akan dikembangkan
Perencanaan
LKM berbasis Keterampilan Proses Sains
Menggunakan model inkuiri
Lembar Kerja
Mahasiswa
RPP
Perangkat
Evaluasi
Implementasi
LKM berbasis Keterampilan Proses Sains
Menggunakan model inkuiri
Observasi
Keterampilan Proses Sains
Refleksi
Analisis Keterampilan Proses Sains yang
dikembangkan
Keterampilan Proses Sains yang
dikembangkan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
124
Tabel 2: Kriteria ketera mp ilan proses sains(KPS) mahasiswa
Rentang Nilai Kriteri a KPS
81,25 – 100 62,50 – 81,25 43,75 – 62,50 25,00 – 43,75 Sangat baik Ba ik Kurang baik Sangat kurang baik Penelit ian ini d ikatakan berhasil atau siklus akan dihentikan jika nila i ketera mp ilan
proses sains mahasiswa pada proses pembela jaran berkategori ba ik.
HAS IL PENEL ITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil evaluasi ketera mpilan proses sains mahasiswa dilihat dari kinerja proses dapat dilihat seperti pada tabel 3.
Tabel 3: Tabe l hasil evaluasi ketera mp ilan proses sains mahasiswa dilihat dari asesmen kinerja proses
Rentang Nilai Kriteri a Juml ah
Mahasiswa Nilai rata-rata Persentase 81,25 – 100 62,50 – 81,25 43,75 – 62,50 25,00 – 43,75 Sangat baik Ba ik Kurang baik Sangat kurang baik
0 27 6 3 - 68,9 56 30,5 0% 75% 17% 8%
Hasil evaluasi ketera mpilan proses sains mahasiswa dilihat dari asesmen kinerja proses untuk tiap ko mponen ketera mpilan proses sains dapat dilihat seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil evaluasi ketera mp ilan proses sains mahasiswa dilihat dari asesmen kinerja proses untuk tiap komponen ketera mpilan proses sains
Ke mampuan
Nilai rata-rata ti ap aspek
1. Merumuskan masalah 2. Membuat asumsi dasar 3. Melaksanakan
eksperimen 4. Membuat tabel
pengamatan
5. Melakukan ana lisis data 6. Membuat inferensi/kesimpulan 68,5 70,3 70,5 65,6 59,8 60,7
Terka it dengan pola perkuliahan yang mengikuti beban SKS, mataku liah Fisika Dasar me miliki beban SKS 4 (1), art inya mahasiswa me miliki beban kuliah 1 SKS untuk mengikuti praktiku m yang dilaksanakan di Laboratoriu m. Prakt iku m yang dilaksanakan di Laboratoriu m Fisika di FKIP Un iversitas Mataram me miliki kesamaan dengan perguruan tinggi lain dari segi penggunaan buku petunjuk prakt iku m artinya buku petunjuk prakt iku m yang digunakan me miliki konten yang hampir sama baik dari susunan acara praktiku m ataupun prosedur praktiku m. Pada dasarnya pelaksanaan praktiku m me rupakan suatu keharusan dalam me mbe la jarkan fisika yang terkait dengan pembuktian a kan konsep sekaligus menekankan suatu ketera mpilan
proses yang harus dimiliki mahasiswa. Ketera mpilan proses sains (science process sk ill) sudah seharusnya diajarkan dan dike mbangkan pada pola-pola pembelaja ran inkuiri dan eksperimen, tetapi pada penerapannya komponen-ko mponen tersebut tidak tercantum secara eksplisit di dalam buku petunjuk praktiku m yang digunakan mahasis wa untuk praktiku m.
Dari uraian di atas dapat ditelaah lebih jauh tentang bagaimana pola pembe laja ran pada tingkatan perguruan tinggi yang kurang mengaja rkan ketera mp ilan proses secara utuh, tetapi sebenarnya apabila diajarkan dan dilatih kan secara baik dan terus menerus mahasiswa akan terbiasa dengan hal tersebut. Hal ini dapat dilihat pada waktu penelit ian yang dilaku kan menggunakan model inku iri, di mana LKM atau buku petunjuk pra ktiku m yang berorientasi ketera mpilan proses sains tidak dipahami secara utuh oleh mahasiswa. Na mun demikian setelah dije laskan maksud konten dari LKM tersebut ternyata pemaha man mahasiswa menjadi terke mbangkan tentang aspek atau komponen-ko mponen ketera mpilan proses dalam pe mbela jaran menggunakan model in kuiri.
Setelah adanya pemaha man secara utuh tentang konten yang termuat di dalam LKM berbasis keteramp ilan proses sains, ternyata mahasiswa ma mpu mengikuti dan me la ksanakan pembelaja ran dengan model inkuiri secara baik. Hasil penelit ian menunjukkan bahwa pada materi atau konten inkuiri pokok bahasan bandul mate matis sebanyak 75% mahasiswa me miliki ketera mpilan proses sains dengan kategori baik, 17% mahasiswa dengan kategori kurang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
125
baik 8% mahasiswa dengan kategori sangat kurang baik (je lek). Adapun untuk tiap ko mponen ketera mpilan proses sains, seperti yang ditunjukkan data hasil penelitian, mahasiswa nampa k kesulitan dala m me laku kan analisis data dengan skor 59,8 na mun baik dala m me laksanakan eksperimen dengan skor 70,5.
Hasil yang ditunjukkan dala m penelitian in i merupakan deskripsi sederhana ketera mpilan proses sains mahasiswa dilihat dari asesmen kinerja proses yang mengikuti langkah praktiku m yang termuat dala m LKM dan mengikuti mode l inkuiri. Untuk metode inkuiri sendiri dala m pelaksanaannya me miliki beberapa keunikan atau kecenderungan yang selanjutnya merupakan temuan dala m penelitian ini, antara la in:
a. Pela ksanan inkuiri me mbutuhkan waktu yang relatif la ma .
b. Pela ksanan inkuiri me mbutuhkan persiapan yang baik dala m pelaksanaannya, mula i dari persiapan waktu, prosedur percobaan yang tepat, serta persiapan alat dan bahan percobaan. c. Pe mbela jaran inkuiri me mbutuhkan
pengetahuan awal dari materi yang akan diinku irikan.
KES IMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilaku kan dapat disimpulkan bahwa program pembela jaran fisika dengan menggunakan model pe mbela jaran inku iri dapat men ingkatkan ketera mpilan proses sains mahasiswa. Tetapi perlu d ilakukan studi ataupun penelitian lanjutan untuk melihat kecenderungan model inkuiri dala m men ingkatkan ketera mp ilan proses sains pada
pokok bahasan atau materi perku liahan yang lain.
DAFTAR RUJ UKAN
Delors, J. 1996. Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO.
Eggen, P dan Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Pearson Education Inc.
Ibrahim, B. 2006. The Effects of Hands-on Activities Incorporating a Cooperative Learning Approach on Eight Grade Students’ Science Process Skills and Attitudes towards Science. Journal of Ba ltic Science Education. No. 1 (9). Sarwi dan Khanafiyah. 2010. Pengembangan
Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisik a Melalui Ek sperimen Gelombang Open Inquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (6) 115-122.
Se mia wan, C.R. 1998. Pendidik an Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungk in.
Jakarta: Dirjen Dikt i Depdikbud. Sidartha, Arif. 2010. Model Pembelajaran
Asam Basa Berbasis Ink uiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidik an Sains Siswa SMP.
Wenno, Izaak. 2008. Prak tik um Fisika dengan Menggunak an LKS Competence Based Process Sk ill sebagai Alat Evaluasi. Jurnal Kependidikan Tahun XXXVIII. No 1.
Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology.
Bagian Pertama. New Yo rk: Pearson
Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology. Bagian Kedua. Ne w Yo rk: Pearson