• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian

2.1.1 Positivisme

Paradigma merupakan sebuah perspektif atau sudut pandang yang merupakan sebuah acuan atau pola pikir seorang peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Perspektif dalam bidang keilmuan sering disebut paradigma (paradigm), kadang-kadang disebut pula sebagai mazhab pemikiran ( school of thought) atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2011 :8-9). Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para sainstis dan peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannnya (Arifin, 2012:146). Paradigma terbagi dalam berbagai bentuk yakni paradigma positivis, paradigma konstruktivisme dan paradigma kritis, terkait dengan paradigma mana yang lebih baik, tergantung pada penelitian yang sedang dilakukan. Metodologi penelitian yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah netode deskriptif kualitatif dengan paradigma positivisme.

Positivisme lahir sebagai evolusi lanjut dari empirisme. Paham ini meyakini, alam semesta hadir melalui data empirik sensual tertangkap indera. Ajaran positivisme menyatakan, puncak pengetahuan manusia adalah ilmu yang dibangun berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji, terulang dan teramalkan. Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan dan mencapai puncaknya pada abad ke-20, melembagakan pandangan dunianya menjadi doktrin bagi berbagai bentuk pengetahuan manusia. Sikap dasar positivist menetapkan, kesatuan pengetahuannya hanya bisa dicapai apabila dikembangkan suatu bahasa ilmiah yang berlaku pada semua jenis ilmu pengetahuan. Implikasinya, seluruh pengetahuan ilmu harus berada di bawah payung paradigma positivistik bila ingin dinyatakan ilmiah (Vardiansyah, 2008:55).

(2)

Paradigma positivisme menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi merupakan proses linear atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya pengiriman pesan untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto,2009). Berdasarkan penjabaran diatas, penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Pengguna paradigma positivisme yang identik dalam penelitian kuantatif juga dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif, hal ini berhubungan dengan prespektif postivisme yang melihat suatu gejala/ fenomena sosial seperti dalam ilmu komunikasi yang memiliki hubungan sebab-akibat. Begitu juga dengan penelitian ini yang ingin mengetahui sebab-akibat yang terjadi antara pembinaan dan ODHA yang menimbulkan pola komunikasi di KDS tersebut sehingga menciptakan suatu fenomena baru dalam lingkungan masyarakat. Hal ini menunjukkan menunjukkan fenomena ODHA yang memiliki pengaruh dalam pembinaan yang sampai akhirnya memutuskan masuk ke KDS tersebut.

2.2 Kajian Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan pola komunikasi tentunya sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun penelitian tentang pola komunikasi masih jarang dilakukan oleh peneliti lain. Adapun literatur yang bisa dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Pola Komunikasi pada Pembinaan ODHA oleh Rizki Ugianti 2014. Peneliti ini ingin mengetahui pola komunikasi, permasalahan serta kendala komunikasi pada pembinaan odha. Peneliti ini menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok sebagai dasar penelitian untuk mengetahui pola komunikasi yang akan terbentuk.Penelitian ini dapat menjadi acuan yang sangat sesuai dalam penelitian ini membahas pola komunikasi yang terdiri dari tiga tahap yakni perkenalan, perekrutan, dan pembinaan, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketiga proses tersebut dalam pola komunikasi (digilib.uns.ac.id)

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2002:39). Berdasarkan hal

(3)

tersebut, fungsi teori dalam riset atau penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena yang dialami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala tersebut (Kriyantono, 2006:43). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : 2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama dalam hal ini adalah sama makna. Komunikasi menurut komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu dengan yang lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang dalam. Dari defenisi ini juga dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan ntara komunikan dan komunikator dimana menciptakan suatu kesepahaman bersama. (Roger dkk dalam Cangara,2007 :20).

Kata komunikasi juga berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kala bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion, yang dalam bahasa inggris berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk berkomunikasi diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja benda communicare itu pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communication yang berarti komunikasi. Maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraaan, percakapan, pertukaran fikiran, atau hubungan (Hardjana, 2003:10)

Secara etimologi, komunikasi atau communication dalam bahasa inggris barakar dari perkataan latin “communts” , yang artinya sama, communico , communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common), yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti (Mulyana,

(4)

2007:41). Komunikasi berasal dari kata latin communis atau dalam bahasa inggris disebut juga dengan communication yang memilik arti “sama”. Maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaaan dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya agar memperoleh suatu kesepakatan arti (Lubis, 2011:6).

Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama hingga interaksi berjalan dengan baik. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan menyampaikan dan penerimaan pesan dari pihak satu ke pihak lain dengan tujuan mencapai kesamaan pandangan atas ide yang di dipertukarkan (Fajar,2009:30). Sementara Harold Lasswell mengatakan bahwa cara baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : who says what in which channel to whom with effect?. Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan itu, yakni : komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan dan efek. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2003:10).

Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku. (Effendy, 2001 :60)”.

Komunikasi pada prinsipnya mengadakan hubungan sesuai dengan perkataan diatas disebutkan pemindahan atau penyampaian atau pengoperan lambanng-lambang (biasanya dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah

(5)

laku orang lain. Pada dasarnya komunikasi merupakan sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih terdiri dari lima unsur yakni: sumber, pesan, saluran atau media, penerima atau komunikan adan efek. Dalam prosesnya, komunikasi selalu mengandung tujuan, oleh karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Tujuan perencanaan dalam hal ini yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Mulyana, 2005:63-65).

Dengan adanya komunikasi maka akan memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Namun demikian, komunikasi bukan hanya sekedar transfer makna, melainkan mengandung suatu proses transaksional, yaitu berkaitan erat dimana orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengembangkan harapan-harapannya (Ruslan, 2002 :92).

Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung, sehingga akan terumuskan tujuan komunikasi yang dilakukan, apakah hanya memberitahu atau mengubah sikap (attitude), mengubah pendapat (opinion) atau mengubah perilaku (behavior). Selain itu komunikasi melibatkan tiga unsur dasar yaitu pengirim (sender), media komunikasi dan penerima (receiver). Jadi agar komunikasi berlangsung, harus terdapat sumber (source) dan penerima (receiver) yang memiliki pengalaman yang sama. hal ini didasarkan pada istilah dasar kata komunikasi yaitu “communis” yang artinya sama. dengan demikian komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat kesamaan antara penerima dan pengirim. Kesamaan tersebut adalah kesamaan pengetahuan tentang bahasa atau sandi, konsep, sistem nilai, pengalaman, dan sebagainya.

Dengan adanya kesamaan pengetahuann dan pemahaman tersebut maka akan diperoleh efektivitas komunikasi yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan baik bagi komunikator maupun komunikan. Gangguan (noise) menunjukkan hambatan dalam proses atau peristiwa komunikasi, dari ketidak pahaman statis menjadi ketidakpahaman verbal. Akhirnya umpan balik (feedback)

(6)

menunjukkan pengiriman kembali pesan yang diterima oleh komunikan kepada komunikator. (Ruslan, 2002:114).

Berdasarkan Defenisi diatas dapat dipahami bahwa komunikasi memiliki beberapa unsur (Purba, 2010 :39) yang terdiri dari :

1. Sumber (communicator)

Seseorang atau sekelompok orang yang bertindak pada awalnya memulai pembicaraan dan selanjutnya menjadi setiap orang yang sedang berbicara ketika memberikan respon. Seseorang menjadi komunikator ketika sedang mengirimkan pesan, misalnya berbicara, menulis, menggambar, ataupun sedang melakukan tindakan, gerak-gerik dan lain-lain.

2. Pembentukan kode (encoding)

Encoding merupakan peran yang dijalankan oleh komunikator. Komunikator menjalankan kegiatan menghasilkan pesan. Pesan bersumber dari ide, gagasan, buah pikiran yang akan disampaikan tersebut kemudian diubah dalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis, lisan, gambar, gerak-gerik maupun isyarat yang sengaja dipilih untuk menyampaikan pesan.

3. Pesan (message)

Pesan adalah kata verbal tertulis (written) maupun lisan (spoken), isyarat (gestural), gambar (pictorial) maupun lambang-lambang lainnya yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dan dapat dimengerti oleh komunikan.

4. Saluran (channel)

Saluran adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran merupakan rantai yang harus dilalui oleh pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda tergantung kepada jenis proses komunikasi berlangsung dan jarang sekali menggunakan hanya satu saluran saja.

(7)

5. Penerima (communicant)

Seseorang yang sedang menerima pesan dari komunikator. Komunikan menerima pesan dapat melalui pendengaran, penglihatan, observasi, rabaan, penciuman, dan lain-lain. Komunikator dengan penerima merupakan satu kesatuan dari dua istilah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses komunikasi.

6. Pembacaan kode (decoding)

Fungsi decoding terdapat dalam diri komunikan, tindakan menerima pesan membaca, melihat, mengamati dan selanjutnya memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap pesan tersebut.

7. Umpan Balik (feedback)

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada sumbernya, memiliki arti yang sangat penting yang menetukan kontinuitas serta keberhasilan komunikasi tersebut. Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pulak bersifat negatif.

8. Efek (effect)

Efek dalam komunikasi adalah hasil yang dicapai dari sebuah prose komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih. Dampak atau hasil dari kegiatan komunikasi yang membawa konsekuensi perubahan aspek kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan, aspek afektif yang berhubungan dengan sikap keyakinan dan emosi, dan aspek psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan.

Selain memilik unsur-unsur, komunikasi memiliki beberapa dimensi-dimensi (Purba, 2010: 35-37), diantaranya :

1. Bentuk/ Tatanan Komunikasi

Berdasarkan jumlah komunikan, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :

(8)

- Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) - Komunikasi intrapribadi ( intrapersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (group communication) - Komunikasi kelompok kecil (small group communication) - Komunikasi kelompok besar ( large group communication)

c. Komunikasi Organisasi (organization communication)

d. Komunikasi Massa (mass communication)

- Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication)

- Komunikasi media massa elektronik (electronic mass communication)

2. Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya, maka komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Komunikasi verbal (verbal

communication)

- Komunikasi lisan (oval communication) - Komunikasi tulisan (written communication)

b. Komunikasi non verbal (non verbal communication)

- Komunikasi kial (gestural/body communication) - Komunikasi gambar (pictorial communication)

c. Komunikasi tatap muka ( face to face communication)

d. Komunikasi bermedia ( mediated communication)

(9)

Berdasrkan tujuannya, komunikasi terbagi empat yakni, sebagai berikut : a. Untuk mengubah sikap (to change the attitude) b. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the

opinion)

c. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior) d. Untuk mengubah masyarakat ( to change the society)

4. Fungsi Komunikasi

a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)

5. Metode komunikasi

a. Komunikasi Informatif (informative

communication)

b. Komunikasi Persuasif ( persuasive communication) c. Komunikasi Pervasif (pervasive communication) d. komunikasi Koersif ( coersive communication) e. Komunikasi Instruktif (instructive communication) f. Komunikasi Manusiawi (human communication)

6. Bidang komunikasi

a. Komunikasi Sosial (social communication) b.Komunikasi Bisnis (business communication) c. Komunikasi Politik (political communication)

d.Komunikasi Internasional (international communication) e. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication) f. Komunikasi Pembangunan (development communication) g.Komunikasi Tradisional (traditional communication) h. Komunikasi Lingkungan (environment communication)

(10)

a. Jurnalistik (journalism)

b. Hubungan Masyarakat (public relation) c. Periklanan (advertising)

d. Propaganda

e. Publisitas (publicity)

Adanya komunikasi merupakan basis untuk melakukan kerja sama, interaksi dan mempunyai pengaruh di dalam manajemen organisasi (Ruslan,2002:102), misalnya dalam hal:

1. Pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diterima dan akurat serta jelas sumber-sumbernya.

2. Menempatkan posisi atau lokasi pengambilan keputusan, misalnya top management atau middle management.

3. Menetapkan sasaran atau tujuan, yaitu perlunya kesatuan pendapata atau konsensus bersama bagi pihak-pihak yang terlibat, baik individual maupun dengan pencapaian sasaran dan tujuan utama organisasi.

Myres menyebutkan bahwa secara luas fungsi komunikasi pada suatu tingkat organisasi dapat dianalisis (Ruslan, 2002: 103) sebagai berikut:

1. Produksi dan pengaturan

a. Menentukan rencana sasaran dan tujuan. b. Merumuskan bidang-bidang masalah.

c. Mengkoordinasi tugas-tugas secara fungsional.

d. Instruksi, petunjuk, dan perintah untuk melaksanakan fungsi serta tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh bawahan.

e. Memimpin dan mempengaruhi serta untuk memotivasi bawahan. f. Menentukan standar hasil prestasi dan kerja karyawan.

g. Untuk menilai prestasi karyawan.

2. Sosialisasi (permasyarakatan)

a. Berkaitan dengan adanya yang mempengaruhi harga diri, kebanggaan, rasa memiliki, dan tanggung jawab dari pihak bawahan.

(11)

c. Memotivasi untuk menyatukan keinginan dan tujuan antara individu-individu dengan sasaran dan tujuan pokok organisasi atau perusahaaan. Selanjutunya, Mulyana (2001:5) menyebutkan empat fungsi komunikasi berdasarkan pendapat William I Gorden yaitu:

1. Fungsi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain melalui komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Dengan adanya komunikasi maka akan menjadikan manusia sebagai pengikat waktu (time-binder) yaitu kemampuan manusia dalam mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya.

2. Fungsi ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendirian maupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi). Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal seperti perasaan sayang, perasaan perduli, simpati, takut, perihatin, dan lain-lain.

3. Fungsi ritual

Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunintas sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan ritual berarti menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideologi, atau agamanya. Beberapa bentuk komunikasi ritual antara lain, upacara pernikahan, berdoa, upacara bendera, dan lain-lain.

(12)

Komunikasi yang berfungsi sebagai komunikasi instrumental adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarknya mempercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan, mengajar, meninformasikan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur.

2.2.2 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2004 : 73). Pengertian komunikasi interpersonal menurut Effendy dalam Liliweri, (2007:12) pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi atara komunikator dengan seorang komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku seseorang karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilah ampuh mengubah sikap, kepercayaan, opini komunikan, hal ini disebabkan karena proses komunikasi interpersonal bersifat dialogis.

Komunikasi interpersonal diadik terjadi antara dua orang atau sekelompok kecil orang dengan bentuk percakapan langsung dengan efek umpan balik seketika. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain, komunikasi interpersonal dianggap paling berpengaruh dalam mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan. Karena dalam komunikasi interpersonal terjadi terjadi proses dialektika yaitu komunikator pada saat tertentu dapat berubah peran menjadi seorang komunikan, sehingga dalam bentuk komunikasi ini terjadi dialog antara komunikator dan komunikannya.

Komunikan interpersonal triadik ialah komunikasi interpersonal yang terjadi antara tiga orang, tetapi komunikasi diadik itu lebih efektif, daripada komunikasi triadik. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, yang lebih

(13)

efektif adalah komunikasi diadik, karena komunikator dapat memusatkan perhatian hanya pada satu komunikan, sehingga komunikator dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya juga umpan balik yang sedang berlangsung (Effendi, 2003 :62-63).

Berdasarkan teori tersebut maka kaitannya seorang komunikator dengan seorang komunikan atau kelompok kecil yang terlibat dalam proses komunikasi interpersonal, dan komunikasi interpersonal ini merupakan penyampaian pesan yang efektif dalam mengubah pola pikir dan menimbulkan umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi anat perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan melalui telepon, surat-menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi antarpribadi. Teori-teori antarpribadi pada umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationship), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator (Bungin, 2008:252). Adapun pengertian lain dari komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula (Hardjana, 2003:85).

Menurut De Vito (dalam Alo Liliweri 1997:13) mengatakan bahwa “komunikasi interpersonal memiliki lima ciri-ciri yaitu:

1. Keterbukaan

Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersobal ini paling sedikit ada dua aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Menurut Dekdikbud (1995:100) keterbukaan adalah kemampuan seseorang untuk bersifat tidak tertutup terhadap perasaan. Keterbukaan ini mengacu kepada tiga aspek komunikasi interpersonal yakni menciptakan sifat terbuka kepada semua orang yang berinteraksi secara jujur dalam melakukan komunikasi dan mengacu pada perasaan kepribadian serta pemikiran untuk rasa keingintahuan terhadap orang lain.

(14)

2. Empati

Dengan empati dimaksudkan untuk merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain suatu perasaan bersama yakni mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Menurut De Vito (1986:70) empati adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan apa yang dialami orang lain pada moment-moment tertentu. Untuk dapat menimbulkan empati pada diri seseorang adalah dengan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Sedangkan untuk menimbulkan rasa simpato dapat dilakukan dengan cara menolong orang lain dan marasakan apa yang dirasakan orang lain serta adanya kemauan untuk meminta maaf dalam upaya menimbulkan simpati.

3. Dukungan

Dukungan adakalanya terucap dan adakalanya tidak terucap. Dukungan yang tidak terucap tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan merupakan aspek positif dari komunikasi.

4. Rasa Positif

Dalam komunikasi interpersonal, kualitas ini paling sedikit terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur yaitu :

a. Komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang.

b. Komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika perasaan positif terdapat orang lain dikomunikiasikan.

c. Suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi umum amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama.

(15)

Menurut depdikbud berfikir positif adalah berfikir akan kebenaran pasti dan terbukti. Seseorang berperilaku positif dalam berkomunikasi interpersonal akan terlibat dari adanya pemikiran positif pada kepribadiandan menilai kepribadian orang lain secara positif pula serta juga dapat merasakan suatu naluri dalam berkomunikasi dengan orang lain.

5. Kesamaan

Ini merupakan karakteristik yang istimewa, karena kenyataannya manusia tidak ada yang sama. komunikasi interpersonal akan efektif jika orang-orang yang berkomunikasi itu terdapat kesamaan. Menurut Depdikbud persamaan adalah suatu keadaan yang menghapus kedua belah pihak tidak berbeda atau tidak berlainan. Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam membina hubungan antar pribadi terjadi kondisi dimana seseorang memiliki kesamaan pribadinya tidak bisa berkomunikasi. Jadi persamaan berarti mau menerima dan membuktikan adanya perbedaan seseorang dengan mencari persamaan mereka.

Agus M Hardjana (2003:86-90) mengemukakan beberapa ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain :

1. Verbal dan non verbal. 2. Mencakup perilaku tertentu.

3. Komunikasi yang berproses pengembangan.

4. Mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi. 5. Berjalan menurut peraturan tertentu.

6. Kegiatan aktif. 7. Saling mengubah.

Menurut alo Liliweri (1997:14) ciri-ciri komunikasi interpersonal sebagai berikut: 1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka).

2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas.

(16)

5. Kerap kali berbalas-balasan.

6. Memprasyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang. 7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.

Komunikasi Interpersonal Menurut Fajar (2009:78) : a. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain.

b. Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan begitu, kita banyak menggunakan waktu untuk berkomunikasi antarpribadi yang bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

d. Mengubah Sikap dan Perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya kita banyak

(17)

mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

e. Bermain dan Mencari Hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberikan suasana yang lepas.

f. Membantu

Khusus untuk seorang psikiater, psikolog dan ahli terapi menjadikan komunikasi antarpribadi sebagaoi alat untuk membantu pasiennya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan membicarakannya secara face to face untuk mengubah sikap dan perilaku pasiennya kearah yang lebih baik.

Dalam komunikasi interpersonal, orang dapat berkomunikasi dalam beberapa tingkat antara lain sebagai berikut (Hardjana, 2003:107)

a. Komunikasi dari mulut ke mulut

Komunikasi dimana orang saling berkomunikasi secara dangkal dan kebanyakan sekedar memenuhi kebiasaan, sopan-santun atau formalitas yang berlaku dalam masyarakat.

b. Komunikasi dari kepala ke kepala

Komunikasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling bertukar pikiran, gagasan dan ide. Namun dalam komunikasi kepala ke kepala tidak menjadikan perasaan sebagai hal yang diperhatikan walaupun hal tersebut tidak dapat dilepaskan dalam komunikasi antar manusia.

(18)

Komunikasi dimana orang saling berhubungan mengungkapkan perasaan masing-masing. Mereka tidak hanya saling bicara tentang hal, urusan, perkara, dan masalah, tetapi juga keperihatinan, kekhawatiran.

d. Komunikasi dari iman ke iman

Komunikasi dimana mereka yang melaksanakan saling menyampaikan pengalaman hidup apa yang telah dialami, bagaimana perasaan waktu pengalaman itu terjadi, apa hikmah yang dipetik dari pengalaman itu, apa yang dipelajaru dari pengalaman itu untuk menjalani hidup selanjutnya.

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, diniali paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena itu dengan komunikasi interpersonal terjadilah kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika penyampaian pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediated feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang di sampaikan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepecayaan, opini dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali digunakan untuk menyampaikan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan dan rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai pembuat ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.

(19)

Di dalam komunikasi Interpersonal biasanya terdapat gangguan atau hambatan. Hal ini menyebabkan penyampaian pesan tidak berjalan dengan baik dan efektif sehingga pesan yang ingin disampaikan komunikator tidak diterima dengan baik oleh komunikan. Gangguan atau hambatan yang ada dalam proses komunikasi biasanya menimbulkan salah pengertian antara komunikator dengan komunikannya atau bisa disebut miss communication.

Jalaludin Rakhmad (2001:129-138) mengemukakan beberapa faktor penghambat komunikasi interpersonal antara lain :

1. Sikap tidak percaya.

a. Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua perilaku orang lain, menilai pribadi orang lain berdasarkan perilaku yang tidak disenangi. b. Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Tidak jujur artinya sering menyembunyikan pikiran dan pendapat. 2. Sikap tidak suportif.

a. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain seperti mengecam. b. Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan

perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.

c. Strategi artinya penggunaan tipu-tipuan ataupun manipulasi untuk mempengaruhi orang lain.

d. Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai personal melainkan sebagai objek.

e. Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan, kecantikan atau ketampanan.

f. Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

3. Sikap tertutup.

2.2.3 Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lainuntuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut

(20)

(Deddy Mulyana,2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984 ). Michael burgon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Charles Horton Cooley tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994 ) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaluddin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dam meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyikapi unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara

(21)

berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder sebaliknya.

d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

2.2.4 Pola Komunikasi

Pengertian pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat. Sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola komunikasi yang berorientasi pada konsep dan pola komunikasi yang berorientasi pada sosial yang mempunyai hubungan yang berlainan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), dapat diartikan sebagai bentuk (struktur ) yang tetap. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsangan untuk mengubah tingkah laku individu lain. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah,2004:1).

Pola komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu:

1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa

(22)

media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar.

2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik ( two way traffic communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahab berikut saling berganti fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung (siahaan,1991 :57)

3. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis.

2.2.5 HIV/AIDS

Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystic Carinii dan dua orang gay muda dengan Sarcoma kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Di Amerika Utara dan Inggris, epidemik pertama terjadi pada kelompok laki-laki homoseksual, selanjutnya pada saat ini epidemik terjadi juga pada pengguna obat-obatan yang menggunakan suntikan dan pada populasi heteroseksual. Seks tanpa alat pengaman (kondom) adalah modus utama penularan HIV/AIDS di Karibia. Survey menunjukkan persentase prevalensi HIV berasal dari 80% PSK yang terbagi atas :

- 30% kelompok laki-laki konsumen.

- 30% kelompok mereka yang datang berobat ke klinik penyakit menular seksual.

- 10% kelompok pendonor darah

(23)

Sampai dengan tahun 2010 jumlah penderita HIV di selur dunia sebanyak 34 juta orang (UNAIDS,2011).

Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987, terjadi pada orang kebangsaan Belanda. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan tahun 2011, kasus HIV/AIDS tersebar di 368 kota (73,9%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Secara signifikan kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun terutama di tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam hal ini disebabkan sudah semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta kerjasama yang baik dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang beresiko dapat dijangkau dan diketahui. Kemudian ditahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus HIV/AIDS hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan efek dari diperkenalkan dan dijalankannya CUP (Condom Use 100 Persen) ( El-Huda, 2012)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupaka virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang di dalam darahnya terdapat virus HIV akan tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan, namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain. HIV yang telah masuk ke dalam tubuh manusia akan merusak sel darah putih yang disebut sel CD4, dimana sel ini merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Fungsinya sebagai alat pelindung tubuh dari serangan segala macem penyakit, tetapi fungsi ini akan hilang jika sel-sel tersebut rusak atau hancur. Kerusakan dikarenakan virus HIV tersebut.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong ke dalam familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV menyebabkan si penderita yang terinfeksi gangguan pada sel-sel limfosit T (CD4). Sel tersebut (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak jumlahnya di dalam sel limfosit yang diinfeksikannya dengan tujuan untuk merusak sel-sel tersebut,

(24)

sehingga mengakibatkan sistem imun (kekebalan) tubuh terganggu dan daya tahan tubuh si penderita berangsur-angsur menurun (Daili, F.S., 2009).

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi dibuat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak Negara. Saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang bisa mengatasi virus ini. Walaupun ada vaksin atau obat pencegah belum ada yang efektif sehingga menimbulkan keresahan di dunia.

Seseorang yang terinfeksi HIV tidak langsung sakit. Akan ada suatu waktu/masa yang dikenal dengan masa tanpa gejala yang berlangsung bertahun-tahun lamanya. Ketika jumlah CD4 seseorang sudah mencapai angka dibawah 200, ini menunjukkan keadaan dimana sebuah tubuh mengalami kerusakan pada sistem kekebalan tubuhnya dan sudah sampai masa AIDS.

AIDS (Acquire Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat terinfeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi virus HIV.

1. Penularan virus

Penularan virus HIV memilik prinsip sendiri yang dikenal sengan prinsip ESSE (Exit, Survive, Sufficient, dan Enter). HIV hanya bisa menular jika keempat unsur dari prinsip itu dipenuhi. Virus ini tidak akan bisa menular jika hanya salah satu atau sebagian prinsip yang dipenuhi. Setiap unsur pun memilik kriteria tertentu yang harus dipenuhi sehingga bisa mengakibatkan virus tersebut menular.

a. Exit maksudnya adalah jalan keluar. Cairan tubuh yang berpotensi menularkan virus atau mengandung virus itu harus memiliki jalan keluar untuk keluar dari tubuh penderitanya.

(25)

b. Survive maksudnya adalah cairan tubuh yang telah keluar ini harus memilik kemampuan untuk bertahan. Yang dimaksud dengan bertahan yaitu mampu bertahan hidup. Bila sudah berada di luar tubuh inangnya (manusia penderitanya), sesungguhnya virus HIV itu tidak akan bisa bertahan hidup lama. Jadi walaupun sudah keluar tubuh, tidak semua virus memilik kemampuan untuk menular.

c. Sufficient maksudnya adalah kandungan HIV di dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang terinfeksi HIV (penderita) harus berada dalam jumlah yang cukup. Cukup disini maksudnya ialah secara jumlah bisa menularkan dan bisa membuat orang lain terinfeksi. HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya jika jumlahnya hanya sedikit.

d. Enter maksudnya ialah terdapat jalan masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Jalan masuk ini contohnya adalah melalui pemakaian jarum suntik yang bersamaan. Biasa terjadi dengan orang yang menggunakan narkoba dan kehidupan seks bebas (free sex)

2. Perjalanan penyakit

Orang yang terinfeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala yang tidak khas pada infeksi HIV akut. Gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:

- Demam - Nyeri menelan

- Pembengkakan kelenjar getah bening - Ruam

- Diare - Batuk

(26)

Setelah terjadi infeksi akut, dimulailah infeksi tanpa gejala yang berlangsung selama 8-10 tahun. Seiring makin memburuknya kekebalan tubuh, penderita akan mulai meunujukkan gejala-gejala seperti berikut :

- Berat badan menurun - Demam lama

- Rasa lemah

- Pembesaran kelenjar getah bening - Diare

- Tuberkolosis - Infeksi jamur - Herpes, dll.

Keunikan virus HIV ini dibandingkan dengan virus penyakit lain adalah masa laten (asymptomatic stage) sekitar lima tahun. Pada masa ini penderita tidak menyadari dirinya telah terinfeksi karena belum ada kerusakan fisik yang tampak nyata, namun ia telah mampu menularkan virus ini kepada orang lain. Pada masa laten ini (HIV positif), melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Setelah masa tanpa gejala ini barulah penderita masuk pada tahap AIDS. Ketika telah memasuki tahap AIDS, jumlag sel CD4 seorang penderita akan berada diangka 200. Gejala-gejala pada tahap ini yaitu munculnya beberapa penyakit diakibatkan makin menurun dan melemahnya sistem kekebalan tubuh si penderitanya ini disebut dengan infeksi opurtunistik. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai virus, bakteri, dan jamur.

Orang yang menderita atau terinfeksi HIV/AIDS disebut ODHA. ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS.

(27)

2.3 Model Teoritik

Gambar 2.1.Proses Pola Komunikasi Pada Pembinaan Orang

Dengan HIV/AIDS Proses Pola Komunikasi Pada Pembinaan Orang Dengan HIV/AIDS

Orang Dengan HIV/AIDS

Pola Komunikasi

Penerapan Pola Komunikasi

Hambatan-hambatan komunikasi Interpersonal

Gambar

Gambar 2.1.Proses Pola Komunikasi Pada Pembinaan Orang   Dengan HIV/AIDS

Referensi

Dokumen terkait

Majelis Pendidikan Tinggi selanjutnya disebut Majelis Dikti adalah badan pembantu Pimpinan pusat yang dibentuk oleh pimpinan pusat muhammadiyah untuk membina dan

Pemeriksaan secara perkusi di area apeks paru yang dilakukan dengan cara menghitung batas perubahan suara redup ke sonor dari sisi medial ke lateral dan dari sisi lateral ke

(2) Alternatif strategi pengembangan Komoditi Hortikultura Tahunan di Kabupaten Sleman yaitu: (a) Melakukan sortasi atau grading sebelum menjual buah pepaya agar

Kebijakan peremajaan angkutan kota mengacu pada Peraturan Daerah no 5 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum di Kota

Di dalam penelitian ini, langkah need assessment untuk kerja sama akademik antara Jurusan AP dan Sekolah atau Dinas Pendidikan adalah: (1) mengidentifikasi

Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik secara Berkelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Confidence Siswa SMP. 32 Nuriana

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan serangkaian workshop item review yang diselenggarakan secara nasional dan berkesinambungan untuk mengumpulkan dan mereview

Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam genetika adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada satu berkas kromosom yang sama (kromatid)