• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ibadah Dan Muamalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ibadah Dan Muamalah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IBADAH DAN MUAMALAH

IBADAH DAN MUAMALAH

Ibadah dalam Pandangan Islam

Ibadah dalam Pandangan Islam

A.

A. DefDefiniinisi Isi Ibadbadahah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut

Sedangkan menurut syara’  syara’ (termi(terminolonologi), gi), defidefinisi nisi ibadibadah ah banybanyak ak sekasekali, li, tetaptetapii

makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah tersebut, antara lain : makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah tersebut, antara lain :

1.

1. IbIbadadah ah adadalalah ah tataat at kekepapada da AlAllalah h SWSWT T SWSWT T dedengngan an memelalaksksananakakanan

 perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.  perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2.

2. IbadIbadah ah adaadalah merendahlah merendahkan diri kan diri kepakepada da Allah SWT Allah SWT Azza wa Azza wa JallaJalla, , yaituyaitu

ti

tingngkakatatan n tutundnduk uk yayang ng papaliling ng titingnggi gi didisesertrtai ai dedengngan an rarasasa mahabbahmahabbah

(kecintaan) yang paling tinggi. (kecintaan) yang paling tinggi.

3.

3. IbaIbadah dah daldalam am penpengergertiatian n khukhusussus,ya,yaitu itu “Li“Lima ma RukRukun un IslIslam” am” yanyang g wajwajibib

dilakukan oleh setiap muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi dilakukan oleh setiap muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi khusus.

khusus.

4.

4. Ibadah dalam pengertian luas atau umum, adalah segala perbuatan yangIbadah dalam pengertian luas atau umum, adalah segala perbuatan yang

dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah SWT dilakukan seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah SWT

Da

Dalalam m bubukuku MajmMajmuu'uuu'ul l FataFataawaaawaa, , kkararyya a SySyaiaikkhuhul l IsIslalam m IbIbnnuu

Taim

Taimiyyaiyyah h juga disebutjuga disebutkan kan defidefinisi nisi ibadibadah. ah. Dalam buku Dalam buku tersetersebut but dikadikatakatakann  bah

 bahwa wa ibadibadah ah adaladalah ah suatsuatu u nama yang mencakunama yang mencakup p setiasetiap p apa-aapa-apa yang pa yang AllahAllah SWT cintai dan ridhai dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang

SWT cintai dan ridhai dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang zhahir  zhahir 

maupun yang

maupun yang bathinbathin. Maksud dari perbuatan. Maksud dari perbuatan zhahir  zhahir adalah ibadah yang nampak adalah ibadah yang nampak 

ya

yang ng bibisa sa didisasaksksikikan an ololeh eh kikita. ta. CoContntoh oh dadari ri ibibadadah ah inini i adadalalah ah memembmbacacaa

Al-Al-QurQur`an`an, , shshalaalat t dan dan sebsebagaagainyinya. a. SedSedanangkagkan n makmaksud sud dardari i peperburbuataatan n yanyangg

bathin

bathin adalah ibadah yang berkaitan dengan amalan hati seperti cinta kepadaadalah ibadah yang berkaitan dengan amalan hati seperti cinta kepada

Allah SWT, takut, berharap, tawakkal kepada-Nya dan lain-lain. Allah SWT, takut, berharap, tawakkal kepada-Nya dan lain-lain.

A.

A. PemPembagbagian ian IbaIbadahdah

Dengan melihat beberapa definisi ibadah yang telah disebutkan di atas, Dengan melihat beberapa definisi ibadah yang telah disebutkan di atas, ma

maka ka ibaibadadah h itu itu sensendirdiri i dapdapat at dikdikeloelompompokkakkan n ke ke daldalam am bebeberberapa apa bagbagianian.. Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, ibadah dapat dikelompokkan ke dalam Menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, ibadah dapat dikelompokkan ke dalam

▸ Baca selengkapnya: carilah hikmah dan manfaat ibadah dan bersyukur dengan menganalisis berbagai ayat dan hadis lain yang terkait

(2)

tiga bagian, yaitu : ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Menurut   beliau, rasa khauf  (takut), raja’  (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal 

(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah

(yang berkaitan dengan hati). Tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati), sedangkan

shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).

Disamping itu, beberapa ulama juga berpendapat bahwa ibadah terbagi dalam lima macam, yaitu :

1. 'Ibaadah I'tiqaadiyyah

Seorang muslim meyakini bahwasanya Allah SWT 'Azza wa Jalla adalah Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Mematikan, Yang Menghidupkan, Yang Mengatur seluruh urusan hamba-hamba-Nya. Selain itu, 'Ibaadah

 I'tiqaadiyyah   juga meyakini bahwasanya Dia adalah Dzat yang berhak 

diibadahi satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dari do'a, menyembelih, nadzar dan sebagainya, serta Dia adalah Dzat yang disifati dengan sifat-sifat kemuliaan, kesempurnaan, kesombongan, keagungan, dan yang lainnya dari macam-macam keyakinan tentang Allah SWT, agama-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan taqdir yang baik maupun yang buruk.

2. 'Ibaadah Lafzhiyyah

'Ibaadah Lafzhiyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan ucapan

lisan, seperti melafazhkan/mengucapkan dua kalimat syahadat, membaca Al-Qur`an, berdo'a, membaca dzikir-dzikir Nabawiyyah dan lain-lainnya dari jenis-jenis ibadah lafzhiyyah.

3. 'Ibaadah Badaniyyah

'Ibaadah Badaniyyah merupakan ibadah yang berkaitan dengan

 badan, seperti berdiri, ruku' dan sujud di dalam shalat, shaum, amalan-amalan haji, hijrah, jihad dan yang lainnya dari ibadah-ibadah badaniyyah.

4. 'Ibaadah Maaliyyah

'Ibaadah Maaliyyah adalah ibadah yang berkaitan dengan harta,

seperti zakat, shadaqah dan lainnya.

(3)

Pengertian dari ibadah ini adalah seorang muslim meninggalkan seluruh hal-hal yang haram, kesyirikan dan bid'ah dalam rangka melaksanakan syari'at Allah SWT, sehingga menurut ibadah ini diri seorang muslim akan mendapatkan pahala jika ia meninggalkan sesuatu yang haram  jika dalam pelaksanaannya dalam rangka mengharapkan ridha Allah SWT.

A. Pilar-Pilar Ubudiyyah

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu :

hubb (cinta),khauf (takut), raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa

rendah diri, sedangkan khauf harus diimbangi dengan raja’ . Dalam setiap ibadah

harus terkumpul ketiga unsur ini. Allah SWT berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:

Artinya :

“   Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha  Mengetahui.” [QS. Al-Maa-idah: 54]

(4)

Artinya :

“   Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat  sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari  kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa   Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

[QS. Al-Baqarah: 165]

Artinya :

“ Maka Kami memperkenankan do'anya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.   Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera

dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami .” [QS. Al-Anbiya’: 90]

Sebagian Salaf berkata, “ Siapa yang beribadah kepada Allah SWT  dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah kepada-  Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy. Barang siapa yang  beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin

muwahhid .” Maksud dari zindiq adalah orang yang munafik, sesat, dan mulhid.

Pengertian dari murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang menyatakan

(5)

 pengertian dari haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali

muncul di Harura’, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar  adalah kafir 

B. Peran, Fungsi dan Tujuan Ibadah

Ibadah mempunyai peran, fungsi, dan tujuan dalam kehidupan manusia. Jika kita memperhatikan definisi ibadah yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, maka ibadah itu sangat luas tidak terbatas hanya shalat, zakat,  puasa, haji dan lainnya akan tetapi semua ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah SWT adalah ibadah. Untuk mengetahui apakah ucapan dan  perbuatan kita dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, maka kita harus merujuk 

kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan bimbingan ulama ahlus sunnah

wal jama’ah, bukan berdasarkan pendapat atau kemauan sendiri. Selain itu juga

harus diperhatikan bahwa ucapan dan perbuatan tersebut dilakukan dengan ikhlas, hanya mengharap ridha Allah SWT semata.

Peran dan Fungsi Ibadah

Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu peran dan fungsi ibadah secara umum dan secara khusus.

a. Peran dan fungsi ibadah secara umum

Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk  menumbuhkan kesadaran pada diri manusia bahwa manusia sebagai insan diciptakan Allah SWT khusus untuk mengabdi kepada diri-Nya. Hal ini jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat Az Zariyat ayat 56

Artinya :

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” [QS. Adz-Zariyat: 56]

 b. Peran dan fungsi ibadah secara khusus

Peran dan fungsi ibadah secara khusus ini meliputi fungsi masing-masing dari jenis ibadah. Jenis-jenis ibadah ini dapat dikelompokkan menjadi lima bagian atau biasa disebut Rukun Islam yang terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa, dan pergi haji bagi yang mampu.

(6)

Tujuan Ibadah

Allah SWT SWT berfirman :

Artinya :

“   Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki  sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah SWT Dia-lah  Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”

[QS. Adz-Dzaariyaat : 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT Azza wa Jalla. Allah SWT Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah SWT, maka barang siapa yang menolak beribadah kepada Allah SWT, ia adalah sombong. Siapa yang   beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya,

maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barang siapa yang beribadah

kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukminmuwahhid (yang mengesakan Allah SWT).

Para ulama dan para pakar agama kita yang kompeten di bidangnya merumuskan minimal ada 2 (dua) tujuan yang mutlak harus diraih oleh kita dari pelaksanaan ibadah yang kita lakukan, yaitu :

1. Takhliyyah / tazkiyatul qolbi, yakni kebersihan hati

Ibadah yang kita lakukan, shalat, puasa, haji, dan lain-lain hendaknya mampu membersihkan diri kita dari berbagai macam penyakit hati, mampu mensucikan diri kita dari kotoran jiwa, dan dari virus-virus qolbu yang sangat berbahaya dalam kehidupan. Diharapkan dengan rajinnya kita shalat maka bersihlah hati kita dari sifat sombong, dengan seringnya kita puasa

(7)

maka hilanglah penyakit serakahnya, dengan banyaknya berzakat/shadaqoh  berkuranglah bakhil, kikir dan pelit dalam hati kita.

Dalam Al-Quran surah al-Maa’uun diterangkan,

نَيْلّصص 

َ مُلْ ِ  ٌصص ْوَفَ

, yang artinya : ”Celaka bagi orang shalat !”. Ayat selanjutnya menjelaskan, orang shalat bisa celaka salah satu penyebabnya adalah

 

َ وْئُارَ ُ  ْهُ نَ ْذِ اَ

, yaitu orang yang sholat tapi masih memiliki penyakit hati yang bernama riya’ (sombong).

Didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib karya Al – Imam Zakiyyuddin

al-Mundziri, terdapat sebuah hadits qudsi yang menerangkan bahwa salah

satu ciri orang yang shalatnya diterima oleh Allah SWT :

قِلْخَ  

َ لعَ  َبِ  

ْ طِتَسْ َ  ْ َ َ

Artinya :

“ Mereka tidak menyombongkan diri kepada Makhluq-Ku “

Sehingga esensi shalat seseorang akan diterima oleh Allah SWT SWT ketika orang tersebut hatinya bersih dari penyakit yang bernama sombong. Disisi lain, kebahagiaan kita di akhirat kelak, pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah SWT, akan sangat sangat ditentukan oleh kwalitas kebersihan hati itu.

Allah SWT berfirman :

Artinya :

“ Pada hari dimana tidak lagi berguna harta kekayaan, tidak lagi bermanfaat anak keturunan, kecuali mereka yang datang keharibaan Allah SWT dengan membawa hati yang bersih“.

[QS. Assyu’ara : 88 – 89]

2. Tahliyyah

Tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah hiasan. Ibadah yang kita lakukan harus mampu menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang baik 

(8)

dalam kehidupan. Dengan sering dan rajinnya kita shalat, maka muncullah

ketawadhu’ an dalam pergaulan, dengan seringnya kita puasa, maka

tumbuhlah sifat pemaaf kita, tambah sayang kepada fakir miskin, dan sebagainya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa yang menyebabkan manusia masuk kedalam surga itu bukan karena amal yang banyak, karena ‘amal kita sebanyak apapun tidak sebanding dengan keni’matan surga yang Allah SWT sediakan. Rasulullah SAW melanjutkan bahwa berhak atau tidaknya seseorang masuk kedalam surga adalah karena semata mata rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT. Rahmat Allah SWT itu hanya akan bisa kita dapatkan, ketika kita memiliki nilai nilai akhlaqul karimah, kualitas

moral dan kasih sayang kepada sesama.

A. Syarat-syarat Ibadah

Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana

sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“  Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dan Ahmad]

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Adapun syarat-syarat ibadah adalah sebagai berikut :

a. Niat

 Niat merupakan hal penting sebelum melaksanakan sesuatu. Hal ini juga untuk membedakan antara amal ibadah dengan amalan adat, dan antara niat karena Allah SWT dengan niat karena yang lain-lain. Supaya setiap perlakuan menjadi ibadah, maka kita harus berniat dengan benar, yaitu niat karena menuruti perintah Allah SWT.

Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“ Niat orang mukmin itu adalah lebih baik daripada amalannya”.

(9)

Perlaksanaan ibadah harus mengikuti peraturan supaya kita benar-benar  mengikuti syariat. Dalam pelaksanaannya harus mengikuti landasan yang telah Allah SWT tetapkan. Allah SWT memberi peringatan melalui firman-Nya :

Artinya :

“ Dan jika mereka berjuang pada jalan Kami (ikut peraturan Kami) sesungguhnya Kami akan tunjukkan jalan Kami (jalan keselamatan) bahwasanya Allah SWT beserta orang-orang yang berbuat baik.”

[QS. Al Ankabut: 69]

c. Perkara (subjeknya) diperbolehkan oleh syariat.

Perkara (subjek) yang hendak dilaksanakan merupakan perkara yang dibolehkan oleh syariat, terutama perkara yang melibatkan makanan dan minuman. Sabda Rasulullah SAW :

“Tiap2 daging yang tumbuh daripada benda yang haram, maka  Neraka adalah yang lebih patut dengannya“. [HR. Tarmizi]

Rasulullah SAW amat menekankan perkara yang berkaitan dengan makanan kerana hati yang merupakan raja dalam tubuh manusia dibina dari makanan. Hati yang dibina dari makanan yang haram akan menjadi sulit menerima kebenaran.

d.  Natijahnya Memberi Manfaat

 Natijah merupakan hasil usaha seseorang. Hasil tersebut semestinya baik 

karena ia merupakan pemberian Allah SWT. Supaya natijah tersebut menjadi

ibadah, maka natijah tersebut harus bermanfaat bagi orang lain. e. Tidak Meninggalkan Asas Ibadah

Dua perkara utama yang menjadi asas ibadah ialah rukun iman dan rukun islam. Kedua hal ini merupakan tapak atau platform untuk menegakkan

amalan-amalan yang lain. Setiap amalan-amalan yang berasas kepada 2 (dua) perkara ini merupakan amalan yang paling wajib, artinya tidak boleh ditinggalkan sama sekali. Jika tidak berdasarkan pada rukun iman dan rukun islam, maka ibadah kita menjadi sia-sia.

(10)

Muamalah dalam Islam

A. Pengertian Muamalah

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :

Artinya :

“ Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui ” [QS. Az Zumar: 39]

Muamalat adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi manfaat dengan tata cara yang ditentukan. Beberapa kategori yang termasuk  dalam muamalat yakni : jual beli, hutang piutang, pemberian upah, serikat usaha, urunan atau patungan, dan lain-lain. Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan sedikit mengenai muamalat jual beli.

B. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya

  beli. Menurut istilah hukum syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam  pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar  suka sama suka.

Dalam pengertian lainnya disebutkan bahwa jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Dalam pelaksanaan kegiatan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi, yaitu :

(11)

Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan  jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau

salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, maka jual beli tersebut tidak sah.

2. Syarat Ijab dan Kabul

Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.

Contoh :

 Ijab : Saya menjual mobil ini dengan harga 30 juta rupiah.

 Kabul  : Saya membeli mobil ini dengan harga 30 juta rupiah.

Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang perlu diperhatikan dalam ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata, seperti : aku jual, aku berikan, aku  beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam  bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini,  jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti ini sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.

3. Ada benda yang diperjualbelikan

Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Suci atau bersih dan halal barangnya

 b. Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu

c. Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain

d. Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan

e. Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi)

f. Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa g. Barang itu dapat diserahterimakan

A. Perilaku atau Sikap yang Harus Dimiliki oleh Penjual

(12)

Berperilaku benar merupakan ciri utama orang yang beriman. Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi   barang atau penetapan harganya. Oleh karena itu, salah satu karakter   pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.

Berdusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah. “Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu  penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta  yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)

2. Menepati Amanat

Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam sangat dicela.

Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar   pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.

3. Jujur

Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku  jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual   beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat

merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah SWT. Firman Allah :

(13)

Artinya :

“  Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.   Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari  Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan  janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di  muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” [QS. Al A’raf : 85]

Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada rasulullah SAW sebagai berikut

“Katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia

melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)

4. Khiar

 Khiar artunya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan

kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Khiar ada tiga macam yaitu :

a. Khiar Majelis

 Khiar majelisadalah si pembeli dan penjual boleh memilih antara

meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua macam jual beli.

b.  Khiar Syarat 

  Khiar syarat  adalah suatu pilihan antara meneruskan atau

mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk 

(14)

dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga hari

c.  Khiar Aib (cacat)

 Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang

yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si  penjual maupun si pembeli. Hadis Nabi Muhammad SAW, yang artinya :

“Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing  boleh melakukan khiar selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu melakukan khiar, kemudian mereka  sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.”

(HR Mutafaqun alaih)

A. Hukum Jual Beli

1. Haram

Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual beli.

2. Mubah

Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah. 3. Wajib

Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak yatim dalam keadaaan terpaksa.

B. Larangan dalam Jual Beli

a. Membeli barang di atas harga pasaran

 b. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain.

c. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong). d. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan

masyarakat.

e. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya. f. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi.

g. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.

h. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan i. Menjual atau membeli barang haram.

(15)

 j. Jual beli tujuan buruk, seperti : untuk merusak ketentraman umum,

menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing dan lain-lain.

A. Jual Beli Barang Tidak Terlihat ( Salam)

Definisi/pengertian  salam adalah penjual menjual sesuatu yang tidal

terlihat atau tidak di tempat, hanya ditentukan dengan sifat dan barang dalam tanggungan penjual. Rukun Salam sama seperti jual beli pada umumnya.

• Syarat Salam :

1. Pembayaran dilakukan di muka pada majelis akad.

2. Penjual hutang barang pada si pembeli sesuai dengan kesepakatan.

3. Barang yang disalam jelas spesifikasinya, baik bentuk, takaran, jumlah,

dan sebagainya

MAKALAH AGAMA

(16)

Oleh :

R. Ahmad Imanullah Zakariya

Tingkat III Teknik Kripto

NPM. 0706100739

SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA

2 0 1 1

Referensi

Dokumen terkait

x2 dan X} terhadap y adalah sebesar 97,1% artinya persamaan tersebut menjelaskan bahwa variabel pengetahuan, tanggung jawab dan pengakuan dari orang lain memiliki kemampuan

Dengan demikian dalam Negara Hukum Indonesia di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan

[r]

Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat

materi inti tersebut, bagian ini juga diintegrasikan dengan bagian latihan empat aspek berbahasa. Penentuan dan perincian materi ini didasarkan pada kompetensi yang

K-Means merupakan metode data clustering yang digolongkan sebagai metode pengklasifikasian yang bersifat unsupervised (tanpa arahan). Pengkategorian metode-metode

Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini

Tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina L) merupakan salah satu tumbuhan yang hanya diketahui sebagai pewarna untuk kuku, namun ternyata memiliki kandungan kimia