• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peri Penulis & Sahabat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peri Penulis & Sahabat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Peri Penulis & Sahabat

Mempersembahkan :

Dansa di Bawah Purnama

Penerbit

(2)

2

Dansa di Bawah Purnama

Oleh: Peri Penulis & Sahabat

Copyright © 2013 by Peri Penulis & Sahabat

( Devina Kwan, Biondy Alfian, Petronela Putri,

Nia. K. Thara )

Desain Sampul:

Ajeng Ayu

Diterbitkan melalui:

(3)

3

Ucapan Terimakasih

Hai, Sahabat Peri!

Setelah bulan-bulan di tahun 2013 ini berlalu, akhirnya kami berhasil meluncurkan buku baru lagi. Praise to our Mighty Lord, akhirnya kumpulan novelet berjudul "Dansa di Bawah Purnama" ini bisa terbit juga. Peri Penulis juga memohon maaf kepada para kontributor karena kelambatan kami dalam menyelesaikan proyek ini. Hiks >_<

Peri Penulis mengucapkan terima kasih untuk para peserta yang sudah berpartisipasi dalam lomba yang kami adakan Februari 2013 lalu. Ada sekitar 75 naskah novelet yang masuk. Dan terima kasih pada Fonny Jodikin, penulis sekaligus editor yang saat ini sedang berdomisili di Singapore, sudah banyak membantu kami memilih 10 besar finalis dalam Lomba Valentine’s Day ini.

Mengapa kali ini novelet?

Tidak ada alasan khusus, sih. Hanya berusaha memberikan variasi selain kumpulan flash fiction dan kumpulan cerpen. (Dan tenyata nulis novelet itu lebih susah, bo!). Oh, ya, seri novelet ini memiliki tiga kata kunci, yaitu: mawar, cokelat, dan musik. Mengapa kami memilih ketiga kata kunci itu? Karena awalnya novelet ini rencananya diluncurkan sewaktu Valentine, tetapi apa daya nggak keburu -_-

(4)

4

Salah satu hal yang membuat kami terkesan, tiga kalimat kunci (mawar, cokelat, dan musik) yang kami berikan bisa bertranformasi menjadi novelet yang indah, dengan ide cerita segar yang tidak melulu percintaan klise. Tiga kalimat kunci yang kami berikan adalah:

1. Aku mendekatkan buket itu ke depan hidungku dan mengendus baunya. Bau tajam bunga mawar serta-merta menyergap hidungku. Buket mawar ini indah sekali.

2. Kreek... Ia menyobek kertas alumuniumnya, mematahkan sepotong cokelat dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

3. Musik instrumen mengalun pelan. Ia memutar tombol volume ke kanan. Kini suara denting piano yang berpadu dengan petikan dawai gitar terdengar lebih jelas. Ia tersenyum. Musik. Mesin waktu paling sederhana. "Dansa?"

Nah, Sahabat Peri, selamat mencari ketiga kalimat kunci tersebut dalam setiap cerita. Dan tentu saja, semoga kalian menikmati setiap cerita dalam novelet ini. Happy reading! :-) X.O.X.O

(5)

5

Jiwa Mawar Biru

Oleh : Devina Kwan

“Ibu, sedang apa?”

Seorang anak kecil berkulit hitam legam dan bertanduk kecil di kepalanya berlari-lari kecil menghampiri ibunya yang sedang berkebun, lalu merangkul leher sang ibu. Kebun kecil yang terletak di belakang tempat tinggalnya ditanami mawar biru yang berpendar.

“Sedang mengurusi mawar biru kita, Black sayang,” ujar sang ibu sambil mencium pipi Black Junior sambil menuangkan sejumlah cairan pada tanamannya.

“Buat apa, Bu?” tanyanya sambil menggaruk-garukkan kepalanya kebingungan.

“Setelah kamu dewasa nanti, kamu akan tahu, Sayang,” ujar sang ibu sambil mengusap-usap kepala Black yang baru bisa bicara itu.

(6)

6

“Aku mau belajar dengan Ibu di dalam,” rengeknya sambil menarik-narik jubah hitam sang ibu.

“Sebentar lagi ya, Sayang. Kamu masuk dulu, nanti Ibu menyusul.”

“Janji ya, Bu?”

Paras ibunya yang putih menunjukkan wajah tersenyum sambil mengangguk. Black Junior pun masuk kembali ke dalam yang berupa sebuah gua dengan banyak lorong di dalamnya. Pelayan yang merangkap sebagai guru penyihir sudah menunggu di salah satu ruang gua tidak jauh dari pintu belakang gua yang menuju kebun.

Ruang gua yang dipakai belajar Black Junior ini berbentuk bundar tidak terlalu besar, dikelilingi oleh bebatuan dan pasir. Pada waktu siang hari sinar mataharilah yang membantu penerangan dari celah sisi gua, jika masih kurang terang, obor api dinyalakan lalu ditaruh di sisi yang berseberangan.

Seluruh penghuni gua ini berjubah hitam. Hal ini merupakan tanda bahwa mereka sebenarnya bertentangan dengan penduduk sekitar karena sebagian penduduk desa telah membunuh Black Horn. Siapakah itu Black Horn?

(7)

7

Terbentuk cinta terlarang antara seorang manusia dan seorang penyihir. Sudah jadi peraturan tidak tertulis di sebuah desa abad ke enam belas ini tentang hubungan gelap manusia dan penyihir, yaitu mereka harus dibakar hidup-hidup karena dianggap telah mencemarkan darah murni manusia itu sendiri. Namun, sebuah pertemuan tidak sengaja dapat membuat lupa akan peraturan tersebut, bahkan seakan-akan peraturan tersebut tidak ada.

Di sebuah hutan tidak jauh dari desa berjalanlah seorang gadis yang bernama Luisa. Dengan membawa keranjang cukup besar ia mengumpulkan beberapa kayu bakar. Tidak ada yang menyangka bahwa gadis berbadan seberat 45 kilogram dengan tinggi semampai itu dapat membawa sejumlah barang yang beratnya dua kali berat badannya.

Orang tuanya sudah mengingatkan agar tidak berjalan terlalu jauh ke dalam hutan. Namun, karena Luisa sangat menikmati hawa dalam hutan yang sejuk meskipun matahari sedang terik, tanpa sadar ia sudah cukup jauh menempuh jarak ke dalam hutan. Kayu-kayu yang dikumpulkannya pun makin lama sudah makin banyak.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang membantunya mengambil kayu bakar. Luisa tersentak kaget dan mundur ke belakang beberapa langkah saat yang dilihatnya adalah seorang pria bertanduk pendek dan bertubuh tinggi 190 sentimeter memakai berjubah biru tua.

(8)

8

“Tenang, saya hanya membantumu,” ujarnya sambil meletakkan kayu yang diambilnya tadi.

“Siapa kamu?” “Saya Black Horn.”

Kedua makhluk berbeda rupa itu sejenak saling bertatapan, bergelut dengan pikiran masing-masing. Luisa berpikir apakah dia sebaiknya lari pulang atau memukul penyihir ini dengan kayu-kayu yang dibawanya. Sedangkan Black Horn hanya memiliki kata “membantu” dalam pikirannya. Tidak semua penyihir mempunyai pikiran jahat. Kemudian diliriknya lengan Luisa yang terluka.

“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri, Luisa?” Ibunya bertanya keheranan saat Luisa baru saja pulang dari hutan.

“Tidak ada apa-apa, Bu.” Luisa berkata sambil menaruh sebagian kayu di atas perapian untuk memasak dan sebagiannya lagi ditaruh di sudut rumahnya yang kecil.

Setelah membantu ibunya, ia langsung masuk ke kamar beralasan akan berganti pakaian. Lengan yang tadi terluka sudah sembuh, tidak terlihat segores luka pun. Bujukan Black Horn yang meyakinkan selama sepuluh menit untuk menyembuhkan akhirnya diterima Luisa. Kemudian Luisa dibawa masuk ke dalam rumah kayu tak jauh dari tempat mengambil kayu tadi. Entah terbuat dari apa cairan yang

(9)

9

digunakan Black Horn saat diteteskan ke atas luka, tidak panas tapi begitu menyejukkan kulit. Ia hanya menjelaskan bahwa cairan itu terbuat dari bahan murni yang tidak membahayakan tubuh dan tidak meninggalkan efek samping. Selang beberapa detik kemudian, luka pun perlahan-lahan menutup hingga tak terlihat lagi.

“Luka seperti ini jangan dibiarkan terlalu lama tidak diobati. Kamu bisa terinfeksi luka dalam karena kuman-kuman bisa masuk……” Sepanjang Black Horn begitu telaten mengobati luka, Luisa hanya diam terpaku dengan bentuk perhatian Black Horn sambil mendengar ocehan panjang lebar tentang lukanya. Belum ada lagi pria yang begitu memperhatikan sejak kematian ayahnya lima tahun lalu. Sentuhan ringan pada luka dari pria lain selain ayahnya membuat sensasi tersendiri. Luisa seakan lupa akan keterkejutannya tadi dan lupa dengan peraturan berlaku di desanya. Kekaguman terpancar dari wajahnya yang selalu tersenyum.

Untuk memastikan apakah yang ia rasakan itu benar apa adanya, keesokan harinya setelah memakai jubah favorit emas merah, ia pamit pada ibunya untuk kembali ke hutan dengan alasan mencari sesuatu yang tertinggal. Tanpa curiga sang ibu mengizinkannya. Lima belas menit kemudian sampailah ia di sekitar rumah kayu tempat Black Horn tinggal.

“Black…” Luisa memanggil lirih sambil mengetok pintu. Berkali-kali ia ketok tapi tak ada jawaban dari balik pintu.

(10)

10

“Luisa?” Ada kepala dan tanduk menyembul dari samping rumah.

Diantarnya Luisa ke belakang rumah. Di sana terdapat sebuah pekarangan kecil yang dipenuhi dengan mawar biru yang berpendar. Luisa tak henti-hentinya mengagumi keindahan kecil di depan matanya.

“Kau suka?” tanya Black Horn dengan bernada ingin tahu.

Luisa menjawab dengan anggukan dan senyuman. Beberapa detik kemudian, entah darimana asalnya sulur-sulur sinar kebiruan mengelilingi dirinya lalu membentuk sebuket mawar biru di tangan Black Horn.

“Ini buatmu,” ujar Black Horn sambil tersenyum dan memberikannya pada Luisa.

“Terima kasih.” Luisa pun menerimanya dengan antusias.

Ia mendekatkan buket itu ke depan hidung dan mengendus baunya. Bau tajam bunga mawar serta-merta menyergap hidung. Buket mawar ini indah sekali. Dirabanya mawar-mawar itu tanpa merasa bosan.

Sejak saat itu Luisa merasa yakin bahwa hatinya tertambat pada seorang Black Horn. Perhatiannya begitu tulus apa adanya. Begitu juga sebaliknya, Black Horn tidak hanya mengagumi kecantikan Luisa, tetapi juga kepolosan Luisa yang

Referensi

Dokumen terkait

Gubernur dan Hadirin yang kami hormati; Sebagaimana yang kita ketahui bersama, sebagai tindak lanjut dari penetapan KUPA-PPAS Perubahan Tahun 2021, pada Rapat Paripurna

yang mana atas segala rahmat dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir ini dalam keadaan sehat wal afiat, guna menghadiri prosesi

Jawaban dari pertanyaan yang berhubungan dengan lungsuran ini didasari oleh penjelasan mengenai teologi Agama Hindu di Bali, tradisi penghormatan kepada leluhur dan tradisi

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang

Namun, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap masih dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah oleh bank sentral AS hingga September tahun ini, dan seiring

Pada saat lomba berlangsung tidak diperkenakan lagi melakukan pengecekan peralatan (komputer, printer dan UPS). Panitia/teknisi komputer berhak melakukan pengecekan

Ÿ Secara visual sangat dekoratif karena pengolahan dengan menggunakan simulasi pola serat pada kayu ini menghasilkan efek permukaan aluminum yang lebih baik dari kayu

Dengan telah disetujuinya Rancangan APBD Tahun 2022 dan Ranperda tentang Lain-Lain PAD Yang Sah, maka acara kita lanjutkan dengan pembacaan Konsep Keputusan DPRD dan