• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR..."

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 3

1.4 Tim Penyusun ... 4

BAB II METODOLOGI ... 5

2.1 Pengumpulan Data ... 5

2.2 Pengolahan Data ... 6

BAB III DESKRIPSI DAERAH PERBATASAN ... 8

3.1 Kondisi Umum Daerah Perbatasan Indonesia ... 9

3.2 Perbatasan Antarnegara Ditinjau dari Perspektif Geopolitik dan Geostrategis ... 12

3.3 Tipologi Desa Daerah Perbatasan Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM) 15

3.4 Kawasan Perdesaan di Daerah Perbatasan ... 22

3.5 Unit Permukiman Transmigrasi di Daerah Perbatasan ... 25

3.6 Kota Terpadu Mandiri di Daerah Perbatasan ... 28

BAB IV IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH PERBATASAN 30

4.1 Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 30

4.1.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 30

4.1.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 33

(5)

4.2.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Kalimantan... 50

4.3 Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara... 63

4.3.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara ... 63

4.3.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara ... 66

4.4 Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 78

4.4.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 78

4.4.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 80

4.5 Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 90

4.5.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 90

4.5.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 93

4.6 Daerah Perbatasan di Wilayah Papua ... 105

4.6.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Papua ... 105

4.6.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Papua ... 108

BAB V KESIMPULAN... 121 5.1 Kesimpulan ... 121 5.2 Saran ... 124 DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN ... 127

(6)

Tabel 1. Persebaran Daerah Perbatasan Indonesia ... 9 Tabel 2. Rekapitulasi Perbandingan Tipologi Berdasarkan IPD dan

IDM pada Daerah Perbatasan di Indonesia ... 16 Tabel 3. Data Permukiman Transmigrasi Bina di Daerah Perbatasan ... 26 Tabel 4. Data Permukiman Transmigrasi Serah di Daerah

Perbatasan ... 27 Tabel 5. Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah

Perbatasan ... 28 Tabel 6. Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 32 Tabel 7. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

Perbatasan Wilayah Sumatera ... 35 Tabel 8. Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera ... 36 Tabel 9. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera ... 37 Tabel 10. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Sumatera ... 39 Tabel 11. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Sumatera ... 40 Tabel 12. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

Perbatasan Wilayah Sumatera ... 42 Tabel 13. Jumlah Pasar dan Minimarket di Daerah Perbatasan

Wilayah Sumatera ... 43 Tabel 14. Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

Wilayah Sumatera ... 45 Tabel 15. Jumlah Bank di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera ... 46 Tabel 16. Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Kalimantan ... 49 Tabel 17. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

(7)

Menengah Atas di ... 53 Tabel 19. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Kalimantan ... 54 Tabel 20. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Kalimantan ... 55 Tabel 21. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Kalimantan ... 57 Tabel 22. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

Perbatasan Wilayah Kalimantan ... 58 Tabel 23. Jumlah Pasar dan Minimarket di Daerah Perbatasan

Wilayah Kalimantan ... 59 Tabel 24. Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

Wilayah Kalimantan ... 60 Tabel 25. Jumlah Bank di Daerah Perbatasan Wilayah Kalimantan ... 62 Tabel 26. Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara... 65 Tabel 27. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

Perbatasan Wilayah Nusa Tenggara ... 67 Tabel 28. Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Nusa

Tenggara ... 68 Tabel 29. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Nusa Tenggara... 70 Tabel 30. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Nusa Tenggara ... 71 Tabel 31. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Nusa Tenggara ... 72 Tabel 32. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

Perbatasan Wilayah Nusa Tenggara ... 73 Tabel 33. Jumlah Pasar dan Minimarket di Daerah Perbatasan

Wilayah Nusa Tenggara ... 74 Tabel 34. Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

(8)

Tenggara ... 77 Tabel 36. Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 80 Tabel 37. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 81 Tabel 38. Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 82 Tabel 39. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 83 Tabel 40. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 84 Tabel 41. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Sulawesi ... 85 Tabel 42. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 86 Tabel 43. Jumlah Pasar dan Minimarket di Daerah Perbatasan

Wilayah Sulawesi ... 87 Tabel 44 . Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

Wilayah Sulawesi ... 88 Tabel 45. Jumlah Bank di Daerah Perbatasan Wilayah Sulawesi ... 89 Tabel 46. Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 92 Tabel 47. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

Perbatasan Wilayah Maluku ... 95 Tabel 48. Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Maluku ... 96 Tabel 49. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Maluku ... 97 Tabel 50. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Maluku ... 98 Tabel 51. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Maluku ... 99 Tabel 52. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

(9)

Wilayah Maluku ... 101 Tabel 54. Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

Wilayah Maluku ... 102 Tabel 55. Jumlah Bank di Daerah Perbatasan Wilayah Maluku ... 103 Tabel 56. Sebaran Daerah Perbatasan Wilayah Papua ... 107 Tabel 57. Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah

Perbatasan Wilayah Papua ... 110 Tabel 58. Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Papua ... 111 Tabel 59. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi

di Daerah Perbatasan Wilayah Papua ... 112 Tabel 60. Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah

Perbatasan Wilayah Papua ... 113 Tabel 61. Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan

Wilayah Papua ... 114 Tabel 62. Jumlah Tempat Praktek Dokter dan Posyandu di Daerah

Perbatasan Wilayah Papua ... 115 Tabel 63. Jumlah Pasar dan Minimarket di Daerah Perbatasan

Wilayah Papua ... 117 Tabel 64. Jumlah Toko/Warung dan Koperasi di Daerah Perbatasan

Wilayah Papua ... 118 Tabel 65. Jumlah Bank di Daerah Perbatasan Wilayah Papua ... 119

(10)

Gambar 1. Metodologi Penyusunan Buku Perkembangan ... 7

Gambar 2. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Indonesia ... 10

Gambar 3. Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IPD di Daerah Perbatasan ... 22

Gambar 4. Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IDM di di Daerah Perbatasan ... 22

Gambar 5. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 31

Gambar 6. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Kalimantan ... 48

Gambar 7. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara ... 64

Gambar 8. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 79

Gambar 9. Peta Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 91

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Lengkap Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera ... 128

Lampiran 2. Tabel Lengkap Daerah Perbatasan di Wilayah Kalimantan ... 142

Lampiran 3. Tabel Lengkap Daerah Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara ... 155

Lampiran 4. Tabel Lengkap Daerah Perbatasan di Wilayah Sulawesi ... 165

Lampiran 5. Tabel Lengkap Daerah Perbatasan di Wilayah Maluku ... 167

(12)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah memerlukan sinergitas antara

stakeholder terkait dengan tujuan untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal. Stakeholder terkait pembangunan daerah tersebut meliputi pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Pembangunan daerah erat kaitannya dengan karakteristik daerah yang kemudian dapat digunakan untuk mengetahui potensi daerah tersebut. Potensi yang dimaksud merupakan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah berkaitan dengan sumber daya yang terdapat di daerah tersebut baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mengelolanya. Pengelolaan potensi daerah dapat dilaksanakan secara optimal apabila dalam pengelolaannya dilakukan identifikasi terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya.

Sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) yang merupakan bagian dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi (BALILATFO) mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, pelayanan data dan informasi serta pengembangan sistem dan sumber daya informatika di bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Daerah tertentu menjadi salah satu substansi yang menjadi bagian tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015–2019) yang memuat Nawacita (9 Agenda Strategi

(13)

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan" inilah yang menjadi roh atau spirit Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Berdasarkan Nawa Cita itulah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, menelurkan 9 (sembilan) prioritas komponen atau kegiatan yang disebut Nawa Kerja, salah satu poin yang disebut yaitu pada poin ke-9 terkait save villages

di daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar dan terpencil yang termasuk dalam pengembangan daerah tertentu yang pada akhirnya ditujukan untuk menangani permasalahan maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.

Berdasarkan Fokus Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015– 2019, pada poin ke-4 mengenai fokus prioritas pengembangan daerah tertentu, terdiri dari daerah rawan pangan, daerah perbatasan, daerah rawan bencana dan pasca konflik, daerah pulau kecil dan terluar. Untuk mendukung fokus prioritas tersebut, maka kemudian dilaksanakan program terkait perkembangan daerah tertentu. Program dan kegiatan yang dilaksanakan nantinya akan diintegrasikan dengan sistem terpadu melalui masukan (input) data dari Direktorat Jenderal terkait dengan pengembangan daerah tertentu tersebut. Fokus utama pengembangan daerah tertentu adalah meningkatkan derajat ketahanan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam hal kerawanan bencana; menghadapi kerawanan pangan, konflik sosial (bencana sosial); meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di daerah tertentu (Pusat Kegiatan Strategis Nasional), terutama di daerah perbatasan dan pulau kecil terluar.

Kemudian ditelaah sesuai dengan LokusPrioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015

(14)

kabupaten daerah tertinggal. 57 kabupaten rawan pangan, 183 lokasi prioritas di 41 kabupaten perbatasan, 29 kabupaten yang memiliki pulau terpencil dan terluar, 58 kabupaten rawan bencana, dan pasca konflik. Berdasarkan Rakornas Direktorat Pengembangan Daerah Tertentu tahun 2015, daerah perbatasan yang menjadi kajian dalam laporan ini merupakan salah satu fokus utama dari pengembangan daerah tertentu yaitu dengan meningkatkan pembangunan fisik maupun non-fisik di daerah dan masyarakat dalam rangka memperkuat daerah perbatasan sebagai beranda terdepan negara Indonesia.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang ingin dicapai adalah terkumpulnya data dan informasi serta profil daerah tertentu khususnya daerah perbatasan yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan dan pengembangan daerah perbatasan Indonesia, dengan sasaran tersusunnya buku perkembangan daerah perbatasan yang dapat memberikan kemudahan bagi setiap stakeholders terkait serta instansi lainnya dalam merumuskan kebijakan serta pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan daerah perbatasan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan buku ini adalah mengenai perkembangan daerah perbatasan yang menjelaskan tentang pengertian daerah perbatasan, sebaran daerah perbatasan di Indonesia, tipologi desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM), kawasan perdesaan, unit permukiman transmigrasi dan sebaran Kota Terpadu Mandiri (KTM) serta jumlah sarana dan prasarana di daerah perbatasan.

(15)

Tim Penyusun Buku Perkembangan Daerah Perbatasan terdiri dari:

1. Pengarah:

Ir. Anto Pribadi, MM, MMSI 2. Penanggung Jawab:

Ir. Elly Sarikit, MM 3. Penyusun:

Anton Tri Susilo, BE, SE;

Y. Anggri Putra Kurniawan, S.Si; Mohamad Nuriman, ST;

Muhammad Adi Fatmaraga, S.Si; Yunita Fajarwati, S.Sos;

Selvia Arista, ST; Wening Yashinta, S.Si.

(16)

METODOLOGI

Penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Perbatasan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Perbatasan merupakan pengumpulan data sekunder yang dilakukan melalui koordinasi dengan unit teknis eksternal antara lain meliputi Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) untuk mendapatkan data daerah perbatasan sebagai data utama dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mendapatkan data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014. Data PODES yang digunakan sebagai data pendukung dalam penyusunan Buku Perkembangan Daerah Perbatasan meliputi data – data yang berkaitan dengan jumlah sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ekonomi di daerah perbatasan Indonesia. Terkait data tipologi desa, Indeks Pembangunan Desa (IPD) didapatkan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Selain itu pengumpulan data juga dilakukan melalui koordinasi dengan unit teknis di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, meliputi data Indeks Desa Membangun (IDM) yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD), data mengenai kawasan perdesaan yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP), data unit permukiman transmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di daerah perbatasan yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans) dan Direktorat Jenderal

(17)

mengenai daerah perbatasan yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu).

2.2 Pengolahan Data

Pengolahan data terlebih dahulu dilakukan melalui verifikasi terhadap data – data yang telah diperoleh dan kemudian dilakukan konfirmasi dengan unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu dan unit teknis lainnya. Selanjutnya, pengolahan data dilakukan melalui layouting, analisis deskriptif dan

editing. Proses layouting merupakan proses penyusunan kerangka buku sebagai acuan dalam penyusunan dan pengolahan data selanjutnya. Analisis deskriptif yang dilakukan merupakan salah satu proses pengolahan data yang mengacu pada hasil olahan data dan kemudian mendeskripsikan data tersebut. Proses pengolahan data selanjutnya adalah editing, yaitu memeriksa dan meneliti kembali hasil

layout dan analisis data maupun buku secara keseluruhan. Berikut merupakan bagan alir metodologi dalam penyusunan buku daerah perbatasan:

(18)

Gambar 1 Metodologi Penyusunan Buku Perkembangan Daerah Perbatasan

Pengolahan Data

Layout Analisis Deskriptif Editing

Buku Perkembangan Daerah Perbatasan dan

Album Peta Pengumpulan Data Sekunder

Unit Teknis Internal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi

 Ditjen PPMD  Data IDM  Ditjen PKP  Data Kawasan

Perdesaan

 Ditjen PKP2Trans  Data Unit Permukiman Transmigrasi

 Ditjen PKPTrans  Data Kota Terpadu Mandiri (KTM)

Unit Teknis Eksternal Kementerian/Lembaga Terkait  BNPP  Data Daerah Perbatasan

Indonesia

 Bappenas  Data IPD

 BPS  Data Podes 2011 dan 2014

Perkembangan Aspek Daerah Tertentu Daerah Rawan Pangan Daerah Pulau Keci Terluar Daerah Perbatasan Daerah Rawan Bencana Daerah Pasca Konflik

(19)

DESKRIPSI DAERAH PERBATASAN

Daerah perbatasan negara adalah bagian wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain , dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan (Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara). Terdapat tiga aspek pokok yang mendasari karakteristik daerah perbatasan, yaitu sosial ekonomi, pertahanan– keamanan dan politis. Aspek sosial ekonomi ditunjukan oleh karakteristik daerah kurang berkembang yang antara lain disebabkan: 1. Lokasinya terpencil/terisolasi dengan tingkat aksesibilitas rendah

sehingga tingkat mobilitas kehidupan dan gerak langkah masyarakatpun menjadi rendah

2. Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan akibat keterbatasan fasilitas serta kurang memadainya jumlah tenaga pendidik dan tenaga medis

3. Tingkat kesejahteraan rendah, ditandai dengan banyaknya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal, akibat terbatasnya pelayanan dan kesempatan

4. Informasi tentang pemerintah dan pembangunan sangat langka karena keterpencilan lokasinya, sehingga sulit dijangkau siaran media informasi nasional, sebaliknya malah mudah menjangkau siaran dari negara tetangga

Aspek pertahanan dan keamanan ditunjukan oleh karakter luas wilayah dan pola sebaran penduduk yang tidak merata, akibatnya rentang kendali pemerintahan, pembinaan dan pengawasan teritorial sulit dilaksanakan secara mantap dan efisien.

Aspek politis ditunjukkan oleh karakter kehidupan sosial ekonomi yang cenderung lebih berorientasi ke negara tetangga. Kondisi ini

(20)

bergeser ke politik. Selain itu dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

3.1 Kondisi Umum Daerah Perbatasan Indonesia

Daerah perbatasan Indonesia terdiri atas perbatasan kontinen yang berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua Nugini dan Republik Demokratik Timor Leste serta perbatasan maritim yang berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Republik Demokratik Timor Leste dan Papua Nugini. Secara keseluruhan daerah perbatasan Indonesia tersebar di 13 Provinsi, 41 Kabupaten/Kota, 183 Kecamatan dan 1.730 Desa (Badan Nasional Pengelola Perbatasan, 2015). Berikut merupakan tabel persebaran daerah perbatasan di Indonesia:

Tabel 1 Persebaran Daerah Perbatasan Indonesia

NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA

1 ACEH 1 1 8

2 SUMATERA UTARA 1 1 8

3 RIAU 6 22 249

4 KEPULAUAN RIAU 5 31 195

5 NUSA TENGGARA TIMUR 7 36 339

6 KALIMANTAN BARAT 5 14 161 7 KALIMANTAN TIMUR 1 2 23 8 KALIMANTAN UTARA 2 17 241 9 SULAWESI UTARA 2 7 66 10 MALUKU 3 14 104 11 MALUKU UTARA 1 5 88 12 PAPUA BARAT 1 2 9 13 PAPUA 6 31 239 JUMLAH 41 183 1730

(21)
(22)

berbeda sifat dan kondisinya dengan daerah lain. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda seperti geografis, ketersediaan sumber daya manusia dan alam, kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya serta tingkat kesejahteraan masyarakat negara tetangga. Satu permasalahan utama yang dihadapi oleh seluruh daerah perbatasan di Indonesia adalah kemiskinan serta keterbatasan sarana dan prasarana dasar sosial dan ekonomi.

Di Wilayah Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, kondisi sosial-ekonomi negara tetangga masih jauh lebih baik. Selain itu, di daerah perbatasan ini terjadi pula penurunan kualitas sumber daya alam akibat perambahan hutan secara ilegal serta adanya pengiriman sumber daya manusia secara ilegal (human trafficking). Di daerah perbatasan Papua-Papua Nugini, kondisi sosial dan ekonomi Indonesia yang masih relatif lebih baik serta masih adanya keterikatan keluarga dan suku bangsa sehingga menyebabkan terjadinya arus orang dan perdagangan barang yang bersifat tradisional (barter) melalui pintu-pintu perbatasan yang belum resmi. Kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi dan bersifat resmi antara kedua negara melalui pintu perbatasan ini masih sangat terbatas. Sebagian besar daerah perbatasan di Papua terdiri dari atas areal hutan, baik hutan konversi maupun hutan lindung dan taman nasional. Secara fisik, sebagian besar daerah perbatasan di Papua terdiri atas pegunungan dan kawasan berbukit yang masih sulit dijangkau dengan sarana perhubungan roda empat dan roda dua. Satu-satunya sarana perhubungan yang dapat menjangkau daerah perbatasan pegunungan tersebut adalah pesawat udara perintis atau helikopter.

(23)

secara umum masih belum berkembang dan sarana dan prasarananya masih bersifat darurat namun kondisi ini relatif lebih baik dibanding dengan daerah perbatasan di Wilayah Timor Leste. Pada kawasan tersebut sudah berlangsung kegiatan perdagangan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dengan nilai jual relatif tinggi. Setiap daerah perbatasan memiliki ciri khas masing-masing dan dengan potensi yang berbeda antara satu kawasan dan kawasan lainnya. Potensi yang dimiliki daerah perbatasan yang bernilai ekonomis cukup besar adalah potensi sumber daya alam (hutan, tambang dan mineral, perikanan serta kelautan) yang terbentang di sepanjang dan sekitar daerah perbatasan. Sebagian besar dari potensi sumber daya alam tersebut belum dikelola dan sebagian lagi merupakan kawasan konservasi atau hutan lindung yang memiliki nilai sebagai world heritage yang perlu dijaga dan dilindungi.

3.2 Perbatasan Antarnegara Ditinjau dari Perspektif Geopolitik dan Geostrategis

Dalam kajian terhadap perbatasan wilayah suatu negara terdapat dua sudut pandang atau perspektif yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan arti pentingnya penataan dan penetapan batas wilayah terhadap kedaulatan suatu negara, yaitu:a

Perspektif Geopolitik

Pandangan tentang geopolitik dikemukakan oleh Haushofer. Geopolitik dapat dikatakan sebagai perkembangan dari geografi politik, dimana negara dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dan berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan atau

(24)

memenuhi kebutuhan masyarakat bangsanya atau tuntukan kebutuhan akan ruang. Hakekat geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan konstelasi geografis negara dengan memanfaatkan potensi geografis yang strategis demi penyelenggaraan pemerintahan dan berbagai penentuan kebijakan secara rasional berdasarkan realitas yang sesuai dan sejalan dengan cita-cita nasional (James E. Dougherty dalam Abdul Rivai Ras, 2001). Geopolitik suatu negara harus mampu mempertimbangkan dan memperhitungkan kerugian lokasi dan posisi geografisnya berdasarkan sudut pandang ilmu politik, sehubungan dengan hal tersebut, batas wilayah/perbatasan suatu negara yang notabene juga termasuk unsur geografis memegang peranan yang sangat penting bagi penguatan potensi pertahanan dan keamanan nasional baik dari aspek ideologi, politik, sosial-budaya, perekonomian maupun daru aspek hankam itu sendiri.

Konsep geopolitik Indonesia sebagai suatu negara kepulauan sekaligus sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik memberikan pengertian sebagai suatu pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi geografis negara, dan memanfaatkan keuntungan letak geografis tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan nasional dan berbagai penentuan kebijakan secara ilmial berdasarkan kepada realitas dan cita-cita bangsa Indonesia.

(25)

Kajian geostrategis merupakan perkembangan dari geopolitik yang memberikan pemahaman sebagai strategi yang diterapkan dengan berdasarkan pada unsur atau kondisi geopolitik suatu negara dengan pendekatan bidang kemiliteran. Dalam aplikasinya di Indonesia, geostrategis diartikan sebagai suatu cara atau metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Geostrategi Indonesia tumbuh dan berkembang dari kesadaran bahwa bangsa dan negara Indonesia mempunyai potensi-potensi konflik yang apabila tidak diorganisir dan dikelola akan membawa dmpak pada muncul dan tumbuhnya semangat disintegrasi bangsa yang pada gilirannya dapat mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu, geostrategi Indonesia diharapkan dapat memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman tanpa mengabaikan pada jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan pada sudut pandang geostrategis Indonesia, wilayah perbatasan maupun pulau-pulau kecil terluar di Wilayah Indonesia merupakan suatu potensi yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan dalam bentuk politik bertetangga yang baik. Jadi, akan terwujud suatu Keutuhan Nusantara yang pada gilirannya akan membentuk dan membina Integrasi Nasional dan rangka menciptakan Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia.

(26)

Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM)

Desa sebagai unit administrasi terkecil yang ada dalam suatu wilayah pemerintahan, memegang peranan penting dalam mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal. Desa diharapkan mampu berfungsi sebagai titik awal berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan perekonomian masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal. Hal tersebut sejalan dengan konsep Nawacita yang merupakan agenda prioritas Presiden, terutama Nawacita ketiga yaitu, “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”.

Berkaitan dengan pembangunan, ketertinggalan suatu kabupaten mempunyai hubungan yang erat dengan kondisi desa yang masuk dalam wilayah administrasi kabupaten tersebut. Ketertinggalan suatu kabupaten dapat ditandai dengan banyaknya desa tertinggal di daerah tersebut. Bappenas dalam hal ini, menggunakan Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang membagi desa menjadi 3 (tiga) tipologi yaitu, Desa Tertinggal, Desa Berkembang dan Desa Mandiri. Sedangkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menggunakan Indeks Desa Membangun (IDM) yang membagi desa kedalam 5 (lima) kategori yaitu Desa Sangat Tertinggal, Desa Tertinggal, Desa Berkembang, Desa Maju dan Desa Mandiri.

Namun, Data IPD masih belum lengkap mencakup keseluruhan desa di Indonesia sedangkan Data IDM baru diluncurkan sekitar 15.000 desa sehingga masih banyak desa di perbatasan yang belum terklasifikasi. Berikut tipologi desa yang dibahas pada daerah perbatasan di Indonesia terbagi menjadi 6 wilayah/pulau besar:

(27)

Tabel 2 Rekapitulasi Perbandingan Tipologi Berdasarkan IPD dan IDM pada Daerah Perbatasan di Indonesia

NO. PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA DESA BERDASARKAN

IPD IDM

1. ACEH 1. SABANG 8 BERKEMBANG: 7 BERKEMBANG: 1 MANDIRI: 1 MAJU: 3 2. SUMATERA UTARA 2.SERDANG BEDAGAI 8 BERKEMBANG: 8 TERTINGGAL: 1

BERKEMBANG: 1

3.

RIAU 3.INDRAGIRI HILIR 47 TERTINGGAL: 11 SANGAT TERTINGGAL: 6 BERKEMBANG: 29 TERTINGGAL: 1

4.PELALAWAN 10 TERTINGGAL: 1 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 8

5.BENGKALIS 95 TERTINGGAL: 33 SANGAT TERTINGGAL: 16 BERKEMBANG: 54 TERTINGGAL: 2

6.ROKAN HILIR 11 TERTINGGAL: 1 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 10

7.KEPULAUAN MERANTI 68 TERTINGGAL: 36 SANGAT TERTINGGAL: 25 BERKEMBANG: 31 TERTINGGAL: 1

8.KOTA D U M A I 18 - -

4.

KEPULAUAN

RIAU 9.KARIMUN 38

TERTINGGAL: 8 SANGAT TERTINGGAL: 3 BERKEMBANG: 11 TERTINGGAL: 1

10.BINTAN 28

TERTINGGAL: 5 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 15 TERTINGGAL: 1 MANDIRI: 1 BERKEMBANG: 1

MAJU: 2

11. NATUNA 52 TERTINGGAL: 16 SANGAT TERTINGGAL: 2 BERKEMBANG: 30

12.KEPULAUAN ANAMBAS 35

TERTINGGAL: 7 SANGAT TERTINGGAL: 2 BERKEMBANG: 25 TERTINGGAL: 5 MANDIRI: 1

(28)

DESA IPD IDM 13.KOTA B A T A M 42 - - SUB TOTAL WILAYAH SUMATERA 13 KABUPATEN/KOTA 460 DESA TERTINGGAL: 118 BERKEMBANG: 228 MANDIRI: 3 SANGAT TERTINGGAL: 57 TERTINGGAL: 12 BERKEMBANG: 3 MAJU: 5 MANDIRI: 0 5. KALIMANTAN

BARAT 14.SAMBAS 13 TERTINGGAL: 3 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 10

15.BENGKAYANG 14

TERTINGGAL: 11

BERKEBANG: 2 SANGAT TERTINGGAL: 1

16.SANGGAU 15

TERTINGGAL: 10 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 3 TERTINGGAL: 1 MANDIRI: 1 BERKEMBANG: 1

17.SINTANG 58

TERTINGGAL: 31

BERKEMBANG: 6 SANGAT TERTINGGAL: 9 TERTINGGAL: 1 18.KAPUAS HULU 61 TERTINGGAL: 34 SANGAT TERTINGGAL: 12

BERKEMBANG: 23

6. KALIMANTAN TIMUR 19.MAHAKAM HULU 23 TERTINGGAL: 22 SANGAT TERTINGGAL: 5 BERKEMBANG: 1 7. KALIMANTAN UTARA 20.MALINAU 30 TERTINGGAL: 21 SANGAT TERTINGGAL: 5 BERKEMBANG: 8 21.NUNUKAN 211

TERTINGGAL: 187 SANGAT TERTINGGAL: 36 BERKEMBANG: 24 TERTINGGAL: 2

MAJU: 1

SUB TOTAL WILAYAH

KALIMANTAN 8 KABUPATEN/KOTA 425 DESA

TERTINGGAL: 319 BERKEMBANG: 77 MANDIRI: 1 SANGAT TERTINGGAL: 70 TERTINGGAL: 4 BERKEMBANG: 1 MAJU: 1 MANDIRI: 0

(29)

DESA IPD IDM 8. NUSA TENGGARA TIMUR 22.KUPANG 51 TERTINGGAL: 4 TERTINGGAL: 3 BERKEMBANG: 42

23.TIMOR TENGAH UTARA 65

TERTINGGAL: 19 SANGAT TERTINGGAL: 2 BERKEMBANG: 32 TERTINGGAL: 2 24.BELU 20 TERTINGGAL: 13 SANGAT TERTINGGAL: 2

BERKEMBANG: 7

25.ALOR 97 TERTINGGAL: 50 SANGAT TERTINGGAL: 15 BERKEMBANG: 34 TERTINGGAL: 1

26.ROTE NDAO 44

TERTINGGAL: 8 SANGAT TERTINGGAL: 3 BERKEMBANG: 32 TERTINGGAL: 4

BERKEMBANG: 1

27.SABU RAIJUA 5 TERTINGGAL: 2 SANGAT TERTINGGAL: 2 BERKEMBANG: 1 TERTINGGAL: 1 28.MALAKA 57 TERTINGGAL: 27 SANGAT TERTINGGAL: 2

BERKEMBANG: 30 TERTINGGAL: 5

SUB TOTAL WILAYAH NUSA

TENGGARA 7 KABUPATEN/KOTA 339 DESA

TERTINGGAL: 123 BERKEMBANG: 178 MANDIRI: 0 SANGAT TERTINGGAL: 29 TERTINGGAL: 16 BERKEMBANG: 1 MAJU: 0 MANDIRI: 0 9. SULAWESI

UTARA 29.KEPULAUAN SANGIHE 43

TERTINGGAL: 8 SANGAT TERTINGGAL: 2 BERKEMBANG: 27 TERTINGGAL: 4

BERKEMBANG: 1

30.KEPULAUAN TALAUD 24 TERTINGGAL: 10 SANGAT TERTINGGAL: 3 BERKEMBANG: 8 TERTINGGAL: 1

SUB TOTAL WILAYAH

SULAWESI 2 KABUPATEN/KOTA 66 DESA

TERTINGGAL: 18 BERKEMBANG: 35 MANDIRI: 0 SANGAT TERTINGGAL: 5 TERTINGGAL: 5 BERKEMBANG: 1 MAJU: 0 MANDIRI: 0

(30)

DESA IPD IDM

10.

MALUKU 31.MALUKU TENGGARA BARAT 56 TERTINGGAL: 21 SANGAT TERTINGGAL: 6 BERKEMBANG: 34 TERTINGGAL: 5 32.KEPULAUAN ARU 17 TERTINGGAL: 17 SANGAT TERTINGGAL: 5

33.MALUKU BARAT DAYA 31

TERTINGGAL: 20 SANGAT TERTINGGAL: 12 BERKEMBANG: 11 TERTINGGAL: 4

BERKEMBANG: 1

11 MALUKU UTARA 34.PULAU MOROTAI 88

TERTINGGAL: 54 SANGAT TERTINGGAL: 7 BERKEMBANG: 27 TERTINGGAL: 7

BERKEMBANG: 1

MAJU: 1

SUB TOTAL WILAYAH

MALUKU 4 KABUPATEN/KOTA 192 DESA

TERTINGGAL: 112 BERKEMBANG: 72 MANDIRI: 0 SANGAT TERTINGGAL: 30 TERTINGGAL: 16 BERKEMBANG: 2 MAJU: 1 MANDIRI: 0

12. PAPUA BARAT 35.RAJA AMPAT 9 TERTINGGAL: 8 SANGAT TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 1

13.

PAPUA 36.MERAUKE 45 TERTINGGAL: 21 BERKEMBANG: 24 SANGAT TERTINGGAL: 9

37.BOVEN DIGOEL 44

TERTINGGAL: 37

BERKEMBANG: 7 SANGAT TERTINGGAL: 4 TERTINGGAL: 1 38.PEGUNUNGAN BINTANG 77 TERTINGGAL: 77 SANGAT TERTINGGAL: 1 39.KEEROM 36 TERTINGGAL: 29 SANGAT TERTINGGAL: 5

BERKEMBANG: 6

40.SUPIORI 21 TERTINGGAL: 15 BERKEMBANG: 6 SANGAT TERTINGGAL: 1 41.JAYAPURA 16 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 6 SANGAT TERTINGGAL: 1

SUB TOTAL WILAYAH

PAPUA 7 KABUPATEN/KOTA 248 DESA

TERTINGGAL: 188 BERKEMBANG: 50 MANDIRI: 0 SANGAT TERTINGGAL: 22 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 0 MAJU: 0 MANDIRI: 0

(31)

DESA IPD IDM

TOTAL 13 PROVINSI KABUPATEN/KOTA 41 1730 DESA

TERTINGGAL: 878 BERKEMBANG: 640 MANDIRI: 4 BELUM TERKLASIFIKASI : 212 SANGAT TERTINGGAL: 213 TERTINGGAL: 54 BERKEMBANG: 8 MAJU: 7 MANDIRI: 0 BELUM TERKLASIFIKASI : 1448

Sumber: Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), 2015; Indeks Pembangunan Desa (IPD) Bappenas, 2014; Indeks Desa Membangun (IDM) Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, 2015

Pada Wilayah Sumatera dari 460 desa di daerah perbatasan diklasifikasikan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 118 desa masuk kelas Tertinggal, 228 desa masuk kelas Berkembang dan 3 desa masuk kelas Mandiri. Sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 57 desa masuk kelas Sangat Tertinggal, 12 desa masuk kelas Tertinggal, 3 desa masuk kelas Berkembang dan 5 desa dengan kategori Mandiri.

Pada Wilayah Kalimantan dari 425 desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 319 desa masuk kelas Tertinggal, 77 desa masuk kelas Berkembang dan 1 desa masuk kategori Mandiri sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 70 desa masuk kelas Sangat Tertinggal, 4 desa masuk kelas Tertinggal, 1 desa masuk kelas Berkembang dan 1 desa masuk kelas Maju.

Pada Wilayah Nusa Tenggara dari 339 desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 128 desa masuk kelas Tertinggal dan 178 desa masuk kelas Berkembang sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 29 desa yang masuk kelas Sangat Tertinggal, 16 desa yang masuk kelas Tertinggal dan 1 desa dengan kelas Berkembang.

(32)

berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 18 desa masuk kelas Tertinggal dan 35 desa masuk kelas Berkembang, sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 5 desa masuk kelas Sangat Tertinggal, 5 desa masuk kelas Tertinggal dan 1 desa masuk kelas Berkembang.

Pada Wilayah Maluku dari 192 desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 112 desa masuk kelas Tertinggal dan 72 desa masuk kelas Berkembang sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 30 desa masuk kelas Sangat Tertinggal, 16 desa masuk kelas Tertinggal, 2 desa dengan kelas Berkembang dan 1 desa dengan kelas Maju.

Pada Wilayah Papua dari 248 desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 188 desa masuk kelas Tertinggal dan 50 desa masuk kelas Berkembang. Sedangkan Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 22 desa masuk kelas Sangat Tertinggal dan 1 desa masuk kelas Tertinggal.

Dari total 1730 desa daerah perbatasan di Indonesia diklasifikasikan Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) terdapat 878 desa masuk kelas Tertinggal, 640 desa masuk kelas Berkembang, 4 desa masuk kelas Mandiri dan 212 desa yang belum terklasifikasi. Sedangkan berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) terdapat 213 desa masuk kelas Sangat Tertinggal, 54 desa masuk kelas Tertinggal, 8 desa masuk kelas Berkembang, 7 desa masuk kelas Maju dan 1448 desa yang belum terklasifikasi, tipologi desa perbatasan berdasarkan IPD dan IDM dapat dapat dijabarkan pada diagram berikut:

(33)

58% 42%

0%

Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IPD

di DaerahPerbatasan

Tertinggal Berkembang Mandiri 76% 19% 3% 2% 0%

Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IDM

di DaerahPerbatasan

Sangat Tertinggal Tertinggal Berkembang Maju Mandiri

Gambar 3 Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IPD di Daerah Perbatasan

Gambar 4 Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IDM di di Daerah Perbatasan

3.4 Kawasan Perdesaan di Daerah Perbatasan

Pembangunan kawasan perdesaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Terkait kawasan perdesaaan, merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional. Terdapat 72 kawasan perdesaan pada tahun 2015 yang diinisasi oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan

(34)

dan Transmigrasi di seluruh Indonesia.

Pada Daerah Perbatasan di Indonesia terdapat 14 Kawasan Perdesaan, antara lain:

1. Kota Sabang, Provinsi Aceh sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Pengembangan Pariwisata yaitu di Kecamatan Sukakarya yang terdiri dari Desa Iboih, Gampong Batee Shok, Gampong Paya Seunara, Gampong Krueng Raya dan Gampong Aneuk Laot dengan potensi unggulan berupa pariwisata.

2. Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau sebagai Kawasan Perdesaan Pesisir Berbasis Wisata Terpadu yaitu di Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Teluk Sebong yang terdiri dari Desa Teluk Bakau, Desa Malang Rapat, Desa Berakit dan Desa Pengudang dengan potensi unggulan berupa perikanan, kelautann, dan perindustrian. 3. Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur sebagai

Kawasan Perdesaan Long Pahangai Penghasil Coklat yaitu di Kecamatan Long Pahangai yang terdiri dari Desa Long Pahangai I, Desa Long Tuyoq dan Desa Liu Mulang dengan potensi unggulan berupa coklat.

4. Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara sebagai Kawasan Perdesaan Perkebunan di Perbatasan Negara yaitu di Kecamatan Sebatik Tengah yang terdiri dari Desa Maspul, Desa Sei Limau, Desa Aji Kuning dan Desa Bukit Harapat dengan potensi unggulan berupa coklat, pisang dan kelapa sawit.

5. Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara sebagai Kawasan Perdesaan Tanaman Pangan yaitu di Kecamatan Malinau Utara yang terdiri dari Desa Malinau Seberang, Desa

(35)

potensi unggulan berupa coklat.

6. Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat sebagai Kawasan Pengembangan Agroteknologi yaitu di Kecamatan Tebas dan Semparuk yang terdiri dari Desa Singa Raya, Desa Sepadu, Desa Seburing, Desa Sepinggan, Desa Serindang, Desa Matang Labong dan Desa Perapakan dengan potensi unggulan pertanian.

7. Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat sebagai Kawasan Perbatasan Berbasis Pertanian yaitu di Kecamatan Noyan dan Sekayam yang terdiri dari Desa Semongan, Bungkang, Malenggang, Lubuk Sabuk, Sungai Tekam dengan potensi unggulan pertanian.

8. Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat sebagai Kawasan Perdesaan Perbatasan Berbasis Agribisnis yaitu di Kecamatan Jagoi Babang yang terdiri dari Desa Jagoi, Kumba, Sinar Baru, Gersik, Sekida dan Semunying Jaya dengan potensi unggulan pertanian.

9. Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara sebagai Kawasan Perdesaan Manalu yaitu di Kecamatan Tabukan Selatan yang terdiri dari Desa Bentung, Lesabe, Lesabe I, Kalagheng, Binebas, Pulau Laotongan, Batuwingkung dengan potensi unggulan budidaya perikanan, perikanan tangkap dan wisata pesisir.

1. Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara sebagai Kawasan Perdesaan Pengembangan Pisang Abaca yaitu di Kecamatan Essang yang terdiri dari Desa Essang, Lalue, Lalue I, Lalue Tengah dan Lalue Utara dengan potensi unggulan pertanian dan perkebunan.

2. Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku sebagai Kawasan Perdesaan Wer Tamrian II yaitu di Kecamatan

(36)

Sangliat Krawain dan Lorwembun dengan potensi unggulan pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata.

3. Kabupaten Merauke, Provinsi Papua sebagai Kawasan Perdesaan Daerah Perbatasan yaitu di Kecamatan Sota, Eligobel, Ulilin, Muting dan Merauke yang terdiri dari Desa Sota, Erambu, Yanggandur, Rawa Biru, Bupul IX, Kweel, Bupul XI, Wan, Selaw, Kolam, Boha, Bokem, Nggolar, Buti dengan potensi unggulan pertanian dan perkebunan.

4. Kabupaten Keerom, Provinsi Papua sebagai Kawasan Perdesaan Ketahanan Pangan yaitu di Kecamatan Sekanto yang terdiri dari Desa Wiantre dan Jaifuri dengan potensi unggulan Padi dan Perikanan Air Tawar.

5. Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat sebagai Kawasan Perdesaan Strategis Pariwisata yaitu di Kecamatan Waigeo Utara, Waigeo Timur, Waigeo Selatan dan Meosmanswar yang terdiri dari Desa Kapadiri, Urbinasopen, Arborek, Yenbuba, Yen Waufnor, Sawandarek, Sawinggrai, Kabui, Friwen, Wawiyai dan Waisai dengan potensi unggulan wisata budaya dan wisata laut.

3.5 Unit Permukiman Transmigrasi di Daerah Perbatasan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.22/MEN/X/2007, Unit Permukiman Transmigrasi yang disingkat UPT, merupakan satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Di daerah tertinggal, keberadaan UPT dapat mendukung pusat pertumbuhan wilayah.

(37)

transmigrasi bina edisi Juni 2015, terdapat 168 UPT yang berada dibawah binaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dimana 18 UPT atau 10,71% diantaranya letaknya berada di kabupaten yang masuk dalam kategori daerah perbatasan.

Uraian secara rinci permukiman transmigrasi bina yang berada di daerah perbatasan disajikan pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3 Data Permukiman Transmigrasi Bina di Daerah Perbatasan

NO NAMA PROVINSI/KABUPATEN NAMA LOKASI JUMLAH %

Riau

1 5,88

I Bengkalis 1. Desa Makeruh/Pulau Rupat

Kalimantan Barat

4 23,53

II Sambas 2. Sabung SP.1

3. Sebunga

III Kapuas Hulu 4. Nanga Kalis SP.1

5. Keliling Semulung SP.1

Kalimantan Utara

1 5,88

IV Nunukan 6. Simanggaris SP.5

Nusa Tenggara Timur

5 29,41

V Alor 7. Remasingfui

8. Kaipera

VI Belu 9. Halituku/Ds.Naekasa

10. Ulu Klubuk

VII Rote Ndao 11. Lidor

Maluku Utara

2 11,76

VIII Kep. Morotai 12. Daruba SP.3

13. Dehegila SP.3

Papua

4 23,53

(38)

15. Senggi Sp.2

X Merauke 16. Tanah Miring SP.1

17. Salor SP.4

JUMLAH 17 100,00

Sumber: Data Permukiman Jumlah Transmigrasi Bina Edisi Desember 2015

Berdasarkan data pada tabel 3 diatas, melihat bahwa di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat permukiman transmigrasi yang paling banyak masuk dalam kategori daerah perbatasan, dimana terdapat 5 (lima) permukiman transmigrasi atau 29,41% dari seluruh permukiman transmigrasi yang berada di daerah perbatasan.

Dari data yang diperoleh, khususnya yang berkaitan dengan permukiman transmigrasi yang pembinaannya sudah diserahkan kepada Pemerintah Daerah, diketahui bahwa dari 32 (tiga puluh dua) permukiman transmigrasi yang pembinaannya pada tahun 2014 diserahkan kepada Pemerintah Daerah, 2 (dua) permukiman transmigrasi diantaranya (6,25%) masuk di daerah perbatasan.

Data permukiman transmigrasi serah di daerah perbatasan dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Data Permukiman Transmigrasi Serah di Daerah Perbatasan

NO NAMA PROVINSI/ KABUPATEN/UPT KECAMATAN NAMA DESA

Kalimantan Barat

I Sambas

1 Serat Ayon SP.2 Tebas Desa Serat Ayon

II Kapuas Hulu

2 Ds. Kepala Gunung SP.1 Mentebah Desa Mujan

(39)

Kota Terpadu Mandiri yang selanjutnya disebut KTM, merupakan kawasan transmigrasi yang dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan melalui pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kota Terpadu Mandiri termasuk dalam kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai daya dorong bagi pengembangan daerah.

Saat ini, terdapat 48 Kota Terpadu Mandiri yang ada di seluruh Indonesia. Dari 48 KTM tersebut, terdapat 10 KTM (20,83%) yang terletak di kabupaten yang masuk dalam daerah perbatasan, yaitu KTM Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau; KTM Ponu di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur; KTM Subah dan KTM Gerbang Mas Perkasa di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat; KTM Sebatik dan KTM Seimanggaris di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara; KTM Morotai di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara; KTM Salor dan KTM Muting di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua dan; KTM Senggi di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Secara detail data kawasan perkotaan baru/kota terpadu mandiri di daerah perbatasan di sajikan pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah Perbatasan

NO PROVINSI KABUPATEN NAMA KAWASAN

1 RIAU BENGKALIS KTM PULAU RUPAT

2 NUSA TENGGARA TIMUR TIMOR TENGAH UTARA KTM PONU 3 KALIMANTAN BARAT SAMBAS KTM SUBAH* 4 KALIMANTAN BARAT SAMBAS KTM GERBANG MAS PERKASA*

(40)

5 KALIMANTAN UTARA NUNUKAN KTM SEBATIK 6 KALIMANTAN UTARA NUNUKAN KTM SEIMANGGARIS* 7 MALUKU UTARA MOROTAI KTM MOROTAI*

8 PAPUA MERAUKE KTM SALOR*

9 PAPUA MERAUKE KTM MUTING

10 PAPUA KEEROM KTM SENGGI

Keterangan *): KTM Prioritas RPJMN 2015-2019 Sumber: Data 48 Kota Terpadu Mandiri

(41)

IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH PERBATASAN

4.1 Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera

4.1.1 Sebaran Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera Daerah perbatasan yang berada di Wilayah Sumatera terdiri dari 4 Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau berjumlah 13 Kabupaten/Kota yaitu Kota Sabang, Kabupaten Serdang Bedagai, Indragiri Hilir, Rokan Hilir, Kota Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Karimun, Kota Batam, Bintan, Kepulauan Anambas dan Natuna, Berikut merupakan peta dan tabel daerah perbatasan yang tersebar di Wilayah Sumatera:

(42)
(43)

PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH DESA DESA BERDASARKAN

IPD IDM

ACEH SABANG 8 BERKEMBANG: 7 MANDIRI: 1 BERKEMBANG: 1 MAJU: 3 SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 8 BERKEMBANG: 8 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 1 RIAU INDRAGIRI HILIR 47 TERTINGGAL: 11 BERKEMBANG: 29 SANGAT TERTINGGAL: 6 TERTINGGAL: 1

PELALAWAN 10 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 8 SANGAT TERTINGGAL: 1 BENGKALIS 95 TERTINGGAL: 33 BERKEMBANG: 54 SANGAT TERTINGGAL: 16 TERTINGGAL: 2 ROKAN HILIR 11 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 10 SANGAT TERTINGGAL: 1 KEPULAUAN MERANTI 68 TERTINGGAL: 36 BERKEMBANG: 31 SANGAT TERTINGGAL: 25 TERTINGGAL: 1

KOTA D U M A I 18 - -

KEPULAUAN

RIAU KARIMUN 38 TERTINGGAL: 8 BERKEMBANG: 11 SANGAT TERTINGGAL: 3 TERTINGGAL: 1 BINTAN 28 TERTINGGAL: 5 BERKEMBANG: 15

MANDIRI: 1

SANGAT TERTINGGAL: 1 TERTINGGAL: 1 BERKEMBANG: 1 MAJU: 2

NATUNA 52 TERTINGGAL: 16 BERKEMBANG: 30 SANGAT TERTINGGAL: 2

KEPULAUAN ANAMBAS 35 TERTINGGAL: 7 BERKEMBANG: 25 MANDIRI: 1 SANGAT TERTINGGAL: 2 TERTINGGAL: 5 KOTA B A T A M 42 - - 13 KABUPATEN/KOTA 460 DESA TERTINGGAL: 118 BERKEMBANG: 228 MANDIRI: 3 BELUM TERKLASIFIKASI: 111 SANGAT TERTINGGAL: 57 TERTINGGAL: 12 BERKEMBANG: 3 MAJU: 5 MANDIRI: 0 BELUM TERKLASIFIKASI: 383

Sumber: Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), 2015; Indeks Pembangunan Desa (IPD) Bappenas, 2014; Indeks Desa Membangun (IDM) Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, 2015

(44)

yang berbatasan dengan negara India, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand. Jumlah desa perbatasan di wilayah Sumatera ini adalah 460 Desa yang tersebar di 55 Kecamatan. Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2014, mayoritas desa perbatasan di Wilayah Sumatera masuk dalam kategori Berkembang

(228 Desa) sedangkan menurut data Indeks Desa Membangun (IDM) yang baru di Launching oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun 2015, masih banyak desa perbatasan yang belum terklasifikasi dikarenakan data IDM masih belum sempurna (baru diterbitkan sekitar 15.000 desa). Tabel lengkap daerah perbatasan di Wilayah Sumatera terlampir pada Lampiran 1.

4.1.2 Sarana Daerah Perbatasan di Wilayah Sumatera

Sarana merupakan aspek penting dalam perkembangan sebuah wilayah. Penyediaan sarana baik sosial maupun umum bertujuan untuk mengatur kebutuhan ruang dalam sebuah wilayah sehingga ruang tersebut lebih produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakatnya. Sarana Pendidikan merupakan bagian dari fasilitas sosial yang harus dipenuhi. Pendidikan memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas sehingga selain untuk tingkat kesejahteraan penduduk juga sebagai kemudahan dalam proses pembangunan di daerah tersebut. Selain itu, sarana kesehatan juga merupakan salah satu fasilitas yang harus dipenuhi dalam sebuah wilayah, karena kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki peran yang sangat strategis dalam kehidupan manusia. Dengan memenuhi sarana kesehatan berarti juga memenuhi kebutuhan aspek kehidupan lainnya seperti aspek kependudukan yang pada akhirnya masyarakat akan lebih terjamin, nyaman dan lebih berkualitas.

(45)

merupakan fasilitas penting sebagai penunjang kegiatan ekonomi seperti perdagangan dan perbelanjaan masyarakat di sebuah wilayah. Aktifitas ekonomi masyarakat secara langsung akan memberikan perkembangan bagi wilayah sehingga perlu diperhatikan dalam penyediaan sarana ekonomi ini. Terkait perkembangan daerah perbatasan akan dibahas mengenai perkembangan jumlah sarana terkait pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Jumlah sarana yang tersebar di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera akan ditampilkan dengan menggabungkan data daerah perbatasan dengan data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014. Berikut merupakan tabel jumlah sarana pendidikan, kesehatan dan ekonomi daerah perbatasan di Wilayah Sumatera:

(46)

Tabel 7 Jumlah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera

PROVINSI KABUPATEN JML TK PERKEMBANGAN JML SD PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

ACEH SABANG 9 33 267% 16 43 169%

SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 14 8 -43% 26 27 4%

RIAU BENGKALIS 72 115 60% 170 197 16% KOTA DUMAI 41 63 54% 41 54 32% INDRAGIRI HILIR 30 75 150% 110 190 73% KEPULAUAN MERANTI 31 60 94% 112 122 9% ROKAN HILIR 12 21 75% 41 46 12% PELALAWAN 6 5 -17% 29 26 -10% KEP. RIAU B A T A M 221 246 11% 221 254 15% BINTAN 20 27 35% 43 44 2% KARIMUN 34 33 -3% 77 72 -6% KEPULAUAN ANAMBAS 16 21 31% 40 70 75% NATUNA 30 43 43% 50 58 16% JUMLAH 536 750 40% 976 1203 23%

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014

Berdasarkan data pada tabel 7, terlihat bahwa perkembangan sarana pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di wilayah Sumatera mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah TK yang tersedia bertambah sebanyak 214 unit (40%) dengan rincian 536 unit pada tahun 2011 menjadi 750 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh, dimana selama 3 tahun jumlah TK bertambah sebesar 267%, sedangkan terjadi penurunan sarana TK terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dimana selama 3 tahun jumlah TK berkurang sebesar 43%.

Untuk perkembangan sarana pendidikan Sekolah Dasar (SD) di wilayah Sumatera juga mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah SD yang tersedia bertambah sebanyak

(47)

227 unit (23%) dengan rincian 976 unit pada tahun 2011 menjadi 1203 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh, dimana selama 3 tahun jumlah SD bertambah sebesar 169%, sedangkan terjadi penurunan sarana SD terjadi di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah SD berkurang sebesar 10%.

Tabel 8 Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera

PROVINSI KABUPATEN JML SMP PERKEMBANGAN JML SMA PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

ACEH SABANG 3 15 400% 1 3 200%

SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 10 10 0% 4 4 0%

RIAU BENGKALIS 67 78 16% 33 40 21% KOTA DUMAI 30 22 -27% 16 10 -38% INDRAGIRI HILIR 45 73 62% 10 18 80% KEPULAUAN MERANTI 45 46 2% 20 24 20% ROKAN HILIR 15 18 20% 7 7 0% PELALAWAN 9 8 -11% 2 2 0% KEP. RIAU B A T A M 75 110 47% 33 45 36% BINTAN 17 17 0% 4 5 25% KARIMUN 29 31 7% 10 10 0% KEPULAUAN ANAMBAS 12 25 108% 5 10 100% NATUNA 20 25 25% 11 14 27% JUMLAH 377 478 27% 156 192 23%

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014

Berdasarkan data pada tabel 8, terlihat bahwa perkembangan sarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah Sumatera mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah SMP yang tersedia bertambah sebanyak 101 unit (27%)

(48)

dengan rincian 377 unit pada tahun 2011 menjadi 478 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh, dimana selama 3 tahun jumlah SMP bertambah sebesar 400%, sedangkan terjadi penurunan sarana SMP terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah SMP berkurang sebesar 27%.

Untuk perkembangan sarana pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah Sumatera juga mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah SMA yang tersedia bertambah sebanyak 36 unit (23%) dengan rincian 156 unit pada tahun 2011 menjadi 192 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh, dimana selama 3 tahun jumlah SMA bertambah sebesar 200%, sedangkan terjadi penurunan sarana SMA terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah SMA berkurang sebesar 38%.

Tabel 9 Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera

PROVINSI KABUPATEN JML SMK PERKEMBANGAN JML PT PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

ACEH SABANG 0 3 300% 0 0 0%

SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 0 0 0% 0 0 0%

RIAU BENGKALIS 5 9 80% 4 3 -25% KOTA DUMAI 6 4 -33% 10 6 -40% INDRAGIRI HILIR 2 6 200% 0 1 100% KEPULAUAN MERANTI 3 5 67% 1 1 0% ROKAN HILIR 2 2 0% 1 0 -100% PELALAWAN 1 1 0% 0 0 0% KEP. RIAU B A T A M 22 23 5% 10 12 20% BINTAN 4 4 0% 0 0 0%

(49)

PROVINSI KABUPATEN JML SMK PERKEMBANGAN JML PT PERKEMBANGAN 2011 2014 2011 2014 KARIMUN 4 5 25% 0 1 100% KEPULAUAN ANAMBAS 0 0 0% 0 1 100% NATUNA 4 5 25% 2 4 100% JUMLAH 53 67 26% 28 29 4%

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014

Berdasarkan data pada tabel 9, terlihat bahwa perkembangan sarana pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah Sumatera mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah SMK yang tersedia bertambah sebanyak 14 unit (26%) dengan rincian 53 unit pada tahun 2011 menjadi 67 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh, dimana selama 3 tahun jumlah SMK bertambah sebesar 300%, sedangkan terjadi penurunan sarana SMK terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah SMK berkurang sebesar 33%.

Untuk perkembangan sarana pendidikan Perguruan Tinggi (PT) di wilayah Sumatera juga mengalami penambahan, dimana dalam 3 tahun jumlah PT yang tersedia bertambah sebanyak 1 unit (4%) dengan rincian 28 unit pada tahun 2011 menjadi 29 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, Kabupaten Karimun, Kepulauan Anambas dan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau dimana selama 3 tahun jumlah PT bertambah di masing-masing kabupaten sebesar 100%, sedangkan terjadi penurunan sarana PT terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah PT berkurang sebesar 100%.

Selain sarana pendidikan, sarana kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan di daerah perbatasan.

(50)

Berikut ini disajikan beberapa tabel yang menggambarkan data beberapa jenis sarana kesehatan daerah perbatasan di wilayah Sumatera:

Tabel 10 Jumlah Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera

PROVINSI KABUPATEN RUMAH SAKIT PERKEMBANGAN

RUMAH SAKIT

BERSALIN PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

ACEH SABANG 1 2 100% 0 0 0%

SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 0 0 0% 0 0 0%

RIAU BENGKALIS 1 2 100% 3 1 -67% DUMAI 2 3 50% 3 14 367% INDRAGIRI HILIR 1 1 0% 0 0 0% KEPULAUAN MERANTI 0 0 0% 0 0 0% ROKAN HILIR 0 0 0% 0 0 0% PELALAWAN 0 0 0% 0 0 0% KEP. RIAU B A T A M 7 7 0% 10 8 -20% BINTAN 0 0 0% 2 1 -50% KARIMUN 2 2 0% 3 3 0% KEPULAUAN ANAMBAS 1 2 100% 0 0 0% NATUNA 2 2 0% 0 0 0% JUMLAH 17 21 24% 21 27 29%

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014

Berdasarkan data pada tabel 10, terlihat bahwa perkembangan sarana kesehatan Rumah Sakit (RS) di wilayah Sumatera mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah RS yang tersedia bertambah sebanyak 4 unit (24%) dengan rincian 17 unit pada tahun 2011 menjadi 21 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sabang, Provinsi Aceh; Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau; Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau dimana selama 3 tahun jumlah RS

(51)

bertambah masing-masing sebesar 100%, sedangkan kabupaten lainnya antara lain Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara; Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau; Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau tidak terjadi perkembangan sarana kesehatan rumah sakit (0%).

Untuk perkembangan sarana kesehatan Rumah Sakit Bersalin di wilayah Sumatera juga mengalami penambahan, dimana dalam 3 tahun jumlah RS. Bersalin yang tersedia bertambah sebanyak 6 unit (29%) dengan rincian 21 unit pada tahun 2011 menjadi 27 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau dimana selama 3 tahun jumlah RS. Bersalin bertambah sebesar 367%, sedangkan terjadi penurunan sarana RS. Bersalin terjadi di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah RS. Bersalin berkurang sebesar 67%.

Tabel 11Jumlah Puskesmas dan Poliklinik di Daerah Perbatasan Wilayah Sumatera

PROVINSI KABUPATEN PUSKESMAS PERKEMBANGAN POLIKLINIK PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

ACEH SABANG 6 7 17% 0 0 0%

SUMATERA

UTARA SERDANG BEDAGAI 8 8 0% 5 3 -40%

RIAU BENGKALIS 37 47 27% 1 1 0% DUMAI 10 8 -20% 9 9 0% INDRAGIRI HILIR 29 42 45% 4 4 0% KEPULAUAN MERANTI 27 31 15% 0 0 0% ROKAN HILIR 8 8 0% 1 1 0% PELALAWAN 8 9 13% 0 0 0% KEP. RIAU B A T A M 46 92 100% 17 48 182% BINTAN 19 21 11% 1 3 200% KARIMUN 21 27 29% 4 5 25% KEPULAUAN ANAMBAS 15 35 133% 1 5 400%

(52)

PROVINSI KABUPATEN PUSKESMAS PERKEMBANGAN POLIKLINIK PERKEMBANGAN

2011 2014 2011 2014

NATUNA 26 32 23% 2 1 -50%

JUMLAH 260 367 41% 45 80 78%

Sumber: Pengolahan Data Potensi Desa (PODES) 2011 dan 2014

Berdasarkan data pada tabel 11, terlihat bahwa perkembangan sarana kesehatan puskemas di wilayah Sumatera mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah puskemas yang tersedia bertambah sebanyak 107 unit (41%) dengan rincian 260 unit pada tahun 2011 menjadi 367 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau dimana selama 3 tahun jumlah puskesmas bertambah sebesar 133%, sedangkan terjadi penurunan sarana puskesmas terjadi di Kota Dumai, Provinsi Riau, dimana selama 3 tahun jumlah puskesmas berkurang sebesar 20%.

Untuk perkembangan sarana kesehatan poliklinik di wilayah Sumatera juga mengalami penambahan yang signifikan, dimana dalam 3 tahun jumlah poliklinik yang tersedia bertambah sebanyak 35 unit (78%) dengan rincian 45 unit pada tahun 2011 menjadi 80 unit pada tahun 2014. Jumlah penambahan tertinggi terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau dimana selama 3 tahun jumlah poliklinik bertambah sebesar 400%, sedangkan terjadi penurunan sarana poliklinik terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dimana selama 3 tahun jumlah poliklinik berkurang sebesar 40%.

Gambar

Tabel 2 Rekapitulasi Perbandingan Tipologi Berdasarkan IPD dan IDM  pada Daerah Perbatasan di Indonesia
Gambar 4 Sebaran Tipologi Desa Berdasarkan IDM di di Daerah  Perbatasan
Tabel 8 Jumlah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Daerah  Perbatasan Wilayah Sumatera
Tabel 9 Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi di Daerah  Perbatasan Wilayah Sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan perlakuan waktu sonifikasi 30 menit kondisi perlakuan 15 menit dan 60 menit terindikasi adanya sebagian kecil partikel nano telah

I smoke (habit); I work in London (unchanging situation); London is a large city (general truth)..  To give instructions

Peserta didik diarahkan/dimotivasi untuk menanyakan hal-hal yang bekaitan dengan Ketentuan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mengatur tentang

Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan

Tata cara Pembangunan Rumah dengan Struktur Tahan Gempa (RTG) ini disusun dengan memperhatikan kaidah teknis dan aturan yang berlaku untuk menjadi acuan perencanaan pembangunan

Langkah pengujian ialah memanaskan mesin, memeriksa instrumen atau alat ukur yang digunakan, lalu memanaskan mesin motor sehingga mendekati suhu kerja mesin selama

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rektor, Direktur Pascasarjana, Ketua Program Studi IImu Ternak dan Pimpinan serta staf lainnya di Institut Pertanian

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kemangi memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan dan dapat menginduksi kematian sel kanker