Ringkasan materi :
1. Dalam metode RBBR hanya dua komponen saja yang dapat diperhitungkan yaitu komponen capital dan earnings, sedangkan komponen Risk Profile dan GCG tidak dapat diperhitungkan karena perhitungan bersifat kualitatif, sehingga penelitian ini hanya difokuskan pada perhitungan komponen capital dan earnings saja.
2. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009:2) memaparkan bahwa Neraca adalah laporan mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada waktu tertentu, sedangkan laporan laba/rugi adalah laporan tentang pendapatan, biaya, laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
3. Menurut Lembaga Pengawas Perbankan Indonesia (2011) bahwa RBBR merupakan integrasi antara dua sistem rating yaitu CAMELS dan Risiko, sehingga penilaiannya menggunakan perhitungan dengan rumus CAMELS dan Risiko. Perbedaan yang relatif signifikan antara RBBR dengan CAMELS terletak pada komponen risk profile, sedangkan penilaian untuk komponen lainnya yaitu GCG, earnings dan capital secara umum sama seperti penilaian pada CAMELS sebelumnya.
4. manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.
5. Dengan kata lain, GCG adalah seperangkat peraturan yang menatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
6. Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Lukman Dendawijaya, 2003:119-120). Salah satu tujuan utama suatu bank pada umumnya adalah untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur kinerja suatu bank salah satu caranya adalah dengan mengukur kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan (profit). 7. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002). Rasio yang dapat dipakai untuk menilai profitabilitas adalah Net Interest Margin. 8. Pada permodalan (Capital) bank-bank diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk memelihara
kewajiban penyediaan modal minimun sebesar 8%. Penilaiannya ada padaCapital Adequancy Ratio(CAR) dengan jumlah minimal 8%. Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
operasional manajemen baik yang mencakup manajemen permodalan, manajemen umum, kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan likuiditas bermuara pada perolehan laba bank sehingga kinerja manajemen dapat diukur dengan Net Profit Margin (NPM) yang merupakan hasil bagi antara NetIncome dengan Operating Income. (Payamta, 2001). 10. Earnings atau rentabilitas merupakan gambaran kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada (Harahap, 2002). Aspek earnings dimaksudkan untuk mengukur profitabilitas dan efisiensi bank. Rentabilitas bank akan dinilai dengan dua rasio yaitu Return On Assets (ROA) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). (Payamta, 2001).
11. Likuiditas merupakan gambaran perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2002). Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukanya tanpa terjadi penangguhan. Rasio LDR atau kredit diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima (Loan to deposit Ratio/LDR) (Sumarta, 2000).
Pengujian hipotesis bergantung pada kenormalan distribusi data. Apabila data terdistribusi secara normal maka hipotesis yang diajukan akan diuji dengan menggunakan uji beda t test. Apabila data yang dihasilkan tidak terdistribusi secara normal maka akan dilakukan pengujian statistik dengan uji mann-whitney test dengan tingkat
signifikansi 5%. Menurut Ghozali (2001), indikator untuk uji beda t test ditentukan dengan: a. Nilai Asymp. Sig. lebih besar atau sama dengan 0.05 (Sig.> 0.05) atau T hitung lebih besar atau sama dengan T tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan atau Ho ditolak.
b. Nilai Asympg. Sig. lebih kecil dari 0.05 (Sig.< 0.05) atau T hitung lebih kecil dari T tabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau Ho diterima.
Sedangkan indikator untuk Mann-whitney test menurut Ghozali (2001) ditentukan dengan: a. Asymp. Sig lebih besar atau sama dengan dari 0.05 (Sig.> 0.05) atau Z hitung lebih besar atau sama dengan Z tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan atau Ho ditolak.
b. Asympg. Sig lebih kecil dari 0.05 (Sig.< 0.05) atau Z hitung lebih kecil dari Z tabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau Ho diterima.
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum Konvensional
Penilaian pelaksanaan GCG bank dilakukan secara individual maupun secara konsolidasi. Peringkat faktor GCG ditetapkan dalam 5 peringkat, yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik, dan bagi bank yang memperoleh Peringkat GCG 3, 4, atau 5 wajib menyampaikan action plan. Bank melakukan penilaian GCG dengan menyusun
analisis kecukupan dan efetivitas pelaksanaan prinsip GCG yang dilakukan secara komprehensif dan terstruktur atas ketiga aspek governance, yaitu governances structure, governance process dangovernance outcome.
Bank Umum Syariah dan UUS
kondisi keuangan dan non keuangan BUS. Pelaksanaan GCG bagi UUS paling kurang harus diwujudkan dalam: pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS; pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti; dan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang; 4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan PrinsipSyariah;
2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang (dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain
Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. Memberikan kredit; dan 3. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain.
Setelah nilai faktor-faktor RGEC diketahui selanjutnya diberikan peringkat tingkat
kesehatan bank sesuai dengan kriteria yang ada. Berdasarkan hasil penetapan peringkat
setiap faktor RGEC, kemudian masing-masing peringkat faktor RGEC tersebut diberikan
skor. Skor masingmasing faktor RGEC kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan
total skor yang digunakan dalam menetapkan peringkat komposit. Peringkat komposit
merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.
Teknik analisis data secara statistik yaitu dengan melakukan uji dua sampel independen/
uji
Man-Whitney
. Karena dua sampel yang digunakan tidak berhubungan (independen)
maka digunakan analisis
Man-Whitney
untuk menguji hipotesis yaitu adanya perbedaan
tingkat kesehatan antara bank besar dan bank kecil yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011 dan 2012. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil SPSS
menunjukkan nilai yang lebih dari 0,05 maka H
0diterima. Namun apabila nilai
signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 maka H
0ditolak. Hasil output SPSS tersebut
akan menunjukkan sebaran data secara deskriptif dan hasil uji serta signifikansi yang
diperoleh akan ditunjukkan secara parsial.
Penilaian terhadap faktor permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1. kecukupan, komposisi, dan proyeksi (
trend
ke depan) permodalan serta kemampuan
permodalan bank dalam meng
cover
aset bermasalah.
2. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada
sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan
bank.
c. Penilaian terhadap faktor manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
-kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko;
-kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan
atau pihak lainnya.
d. Penilaian terhadap faktor rentabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d
meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
-pencapaian
return on assets
(ROA),
return on equity
(ROE),
net interest margin
(NIM), dan
tingkat efisiensi Bank;
-perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi
dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.
e. Penilaian terhadap faktor likuiditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
-rasio aktiva/pasiva likuid, potensi
maturity mismatch
, kondisi
Loan to Deposit Ratio
(LDR),
proyeksi
cash flow
, dan konsentrasi pendanaan;
Peran kualitas manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. Kualitas manajemen yang baik tentunya dapat di ukur dengan baik atau
tidaknya penerapan
Good Corporate Governance
dan manajemen risiko di bank tersebut.
Sedangkan dengan program
Good Corporate Governance
yang baik maka akan memberikan
situasi dan gambaran yang benar-benar riil kepada
stakeholders.
Hal ini tentu akan
memberikan pengaruh yang positif kepada
stakeholders
apabila ingin berinvestasi di bank
tersebut. Pelaksanaan
Good Corporate Governance
harus berlandaskan lima prinsip dasar
yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran.
Uji Mann-Whitney merupakan salah satu uji non parametrik, yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari dua populasi data yang independen. Menurut Santoso (2012), uji Mann Whitney merupakan alternatif uji t dan uji z untuk variabel independen, hanya berjumlah 2 sampel dan keduanya tidak berhubungan satu sama lain. Sugiyono (2012),
menjelaskan rumus Uji Mann-Whitney
Menurut Priyatno (2012), langkah menyusun uji Mann Whitney terdiri dari tiga langkah yaitu menyusun dan menentukan hipotesis, menentukan kriteria pengujian dan membuat kesimpulan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ho = Tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara bank syariah dan bank konvensional. H1= Terdapat perbedaan efisiensi antara bank syariah dan bank konvensional.
Sementara kriteria pengujiannya apabila nilai signifikansi (Asym Sig 2-tailed) kurang dari dimana yang digunakan adalah 0,05 maka Ho ditolak dengan kesimpulan terdapat perbedaan efisiensi antara bank syariah dengan bank konvensional. Sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dengan kesimpulan tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara bank syariah dan bank
konvensional.
Rasio Rentabilitas
Pengertian rentabilitas, menurut (Bambang riyanto,1995 : 35)
mengemukakan :
“Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”.
Return On Assets (ROA)
Return On Assets
(ROA) adalah rasio rentabilitas yang menunjukkan
perbandingan
antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini
menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
bank yang bersangkutan.
Return On Equity (ROE)
Return On Equity
(ROE) adalah rasio rentabilitas yang menunjukkan
perbandingan
Aspek
Earnings
diukur dengan rasio ROA yaitu mengukur manajemen bank dalam
memperoleh laba keseluruhan. Berfungsi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset
(Lukman Dendawijaya pada penelitian
Andhika Eka, 2010 : 46). Aspek
earnings
yang lain diukur dengan rasio NIM yaitu mengukur
pengelolaan aktiva produktif sehingga bisa menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin
besar rasio NIM, maka semakin meningkat pendpatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank. Sehingga, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
(Luciana dan Winny, 2005:18) pada penelitian Nadia Balqis Haidaroh, 2013.