• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT PEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Sukardi Deppung

STAIN Watampone dpk STAI Al-Gazali Soppeng

Abstract

Philosophy as knowledge mains has growed and formed is assorted branched science like philosophy (science) hereinafter referred to as Islam philosophy. Islam Philosophy the same as to public philosophy having wide object covers the universe, man nature and the matter is returned by nature. Nature philosophy lets education philosophy of Islam as its the branch yielding its the object and solution target in the field of education, so that education philosophy of Islam as a system always interconnected and in line with its the host system, be Islam philosophy. Understanding of Islam philosophy that is as ideas of philosophy the moslem’s, good bearing as thinker, what has equality with idea which is result of itself moslem philosophy mind. While understanding of education philosophy of Islam is concept thinks of education is steming or Islam teaching base, about ability essence of man to be constructed and developed and is guided to become a moslem which all the person soul by Islam teaching. So Islam philosophy has rapport with education philosophy of islam which in realita that is various science types cannot give pattern Islamic at education philosophy otherwise processed and compiled by thinkers having soul Islam, so that in studying about education philosophy of Islam ought to can alli between two facets that is justiciable scientific facet and accountable religion facet

Keywords:

I. Pendahuluan

(2)

terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan tuhan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut di dasari dengan teori-teori dan berbagai disiplin ilmu dan dengan pengalaman-pengalaman yang mendalam serta luas tentang masalah kehidupan dan kenyataan dalam alam raya dan dalam dirinya sendiri.

Filsafat pada awal masa perkembangannya dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala macam hal yang berhubungan dengan Tuhan, manusia, alam semesta, serta semua problematika dalam kehidupan manusia. Pada masa selanjutnya perkembangan kehidupan manusia diwarnai dengan persoalan yang semakin kompleks. Sehingga tidak semua persoalan yang lahir dapat dijawab oleh filsafat sebagai induk semua ilmu pengetahuan. Manusia yang sudah mulai berpikir tentang dirinya dan alam sekitarnya akan menghadapi persoalan-persoalan pokok yang meliputi tiga hal; pertama:adakah Tuhan, dan siapakah Tuhan; kedua : apa dan siapa manusia; ketiga : apakah hakikat dan segala kenyataan itu.

Persoalan pada pertanyaan di atas, pertama kali dikemukakan oleh Yunani dengan menggunakan akal, maka muncullah filosof seperti Thales yang bertanya tentang “apa sebenarnya bahan alam semesta itu” ada juga yang menyelesaikan dengan menggunakan indera atau pengalaman seperti Al-Kindi dengan ilmu fisika dan matematikanya yang menurutnya ilmu tersebut adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indera.

Setelah filsafat Yunani mempengaruhi perkembangan yang pesat dan melahirkan peradaban Yunani sampai pada kerajaan Romawi di daratan Eropa. Perkembangan filsafat di Romawi pasca Aristoteles sangat berpengaruhterhadap perkembangan para ahli pikir yang mengintegrasikan antara filsafat dan agama (singkritisisme). Agama dan fiisafat yang akan menjawab persoalan-persoalan tersebut. Islam sangat menghargai penggunaan akal dan menjamin kemerdekaan berpikir, sehingga muncullah sederetan nama tokoh di kalangan Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, dan lain-lain yang mengungkap urgennya filsafat dalam kancah keilmuan Islam.

(3)

umum yang memiliki obyek yang luas meliputi alam semesta, alam manusia, dan Zat yang ada di batik alam. Fitsafat Islam membiarkan Filsafat Pendidikan Islam sebagai cabangnya yang mengkhususkan obyek dan sasaran membahasannya dalam bidang pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan Islam sebagai suatu system senantiasa berkaitan dan sejalan dengan system induknya, yaitu filsafat Islam.

Filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang erat dalam hubungan fungsional. Analisa filsafat dapat digunakan untuk rnemikirkan dan memecahkan permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Pendekatan filosofis dapat menemukan jawaban atas permasalahan pendidikan, dan karena itu pula dapat disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. Selama itu pula, aliran-aliran tertentu dalam filsafat yang telah memberikan ide-ide sebagai jawaban atas problematika pendidikan yang dapat memperkaya teori-teori pendidikan.

II. Hakikat Filsafat Islam

Apa dan siapakah manusia, alam, dan Tuhan itu? Mungkinkah sesuatu yang muncul di alam mini berawal dari ketidakadaan? Bila yang ada dan ketidakadaan atau dan yang ada akan kemana serta kepada siapa akan ia kembali? Setidaknya pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang akan muncul dalam mengkaji filsafat termasuk filsafat Islam, Pertanyaan tersebut sulit di jawab. Bukan berarti sulitnya dalam arti kata Tuhan, alam, manusia dan yang ada serta yang tidak ada, akan tetapi karena variatifnya jawaban yang digambarkan filsafat manusia terhadap pertanyaan tersebut untuk mencapai hakekatnya. Sehingga yang akan memberikan jawaban secara hakiki dan filsafat, khususnya filsafat Islam.

1. Pengertian Filsafat Islam

(4)

Istilah filsafat dapat dilihat pula dipahami dalam pengertian hikmah, makna ini berasal dari bahasa Arab “al-hikmah”, sedangkan dalam bahasa Jerman dan Belanda dikenal dengan sebutan “philosophie”. Sehingga seseorang yang mencintai pengetahuan disebut filosof dalam artian orang yang telah menjadikan pengetahuan sebagai usaha untuk kepentingan hidupnya atau dengan kata lain orang yang mengabdikan dirinya kepada segala bentuk pengetahuan.

Sedangkan secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja terhadap sesuatu. Atau analisa secara sistematis yang menjadikan suatu sudut pandang sebagai dasar suatu tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dan filsafat adalah proses berpikir secara radikal tentang hakikat kebenaran segala sesuatu.

Adapun Kata Islam dalam “Filsafat Islam” para penulis masih mengalami kontroversi dalam memberikan sebutan terhadap filsafat Islam, apakah “filsafat Islam” atau “filsafat Arab”. Pada dasarnya perbedaan istilah tersebut hanyalah perbedaan nama saja karena berkembang, hidup, dan lestarinya pemikiran filsafat tidak terlepas dari Islam atau dengan kata lain filsafat berada di bawah naungan Islam. Realitas lain yang dapat membuktikan adalah kebanyakan karya dalam filsafat ditulis dalam bahasa Arab. Jika yang dimaksud dengan “filsafat Arab” ialah bahwa filsafat merupakan buah pikiran masyarakat Arab semata-mata maka tidak benar, sebab realitas yang ada. Menggambarkan bahwa Islam telah mempersatukan berbagai masyarakat, dan telah ikut serta dalam menuangkan ide pikirannya dalam filsafat tersebut.

Apabila yang dimaksud “filsafat Islam” adalah filsafat tersebut merupakan hasil pemikiran kaum muslimin semata-mata, hal ini bertentangan dengan historism, karena pemikiran filsafat dipelajari dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Sabi’ah dan kegiatan berfilsafatnya selalu berhubungan dengan orang-orang Masehi dan Yahudi yang ada pada masanya.

(5)

dalam kesatuan yang utuh.

Ditinjau dari sudut pandang tradisi intelektual Barat, filsafat Islam kelihatan hanya sekedar filsafat Yunani Alexandrian dalam “baju Arab” akan tetapi jika dilihat dari prospektifnya sendiri dan nilai berdasarkan keutuhan Islam yang mempunyai sejarah berkesinambungan selama 12 abad dan masih tetap hidup hingga kini, menjadi sangat jelas bahwa filsafat

hal-hal lainnya yang berlabel “Islam” berakar pada al-Qur’an Filsafat Islam adalah (bersifat) Islam, bukan hanya karena dipopulerkan oleh kaum muslim di dalam dunia Islam, melainkan juga karena menjabarkan prinsip-prinsip dari sumber-sumber wahyu Islam.

Setiap filosof Islam adalah muwahdid atau pengikut tauhid, dan mereka melihat flisafat yang autentik dalam kerangka ini. Mereka menyebut Pytagoras dan Plato yang menegaskan prinsip tertinggi sebagai muwahhid, meskipun mereka kurang memperlthatkan minat pada hentuk-bentuk filsafat Yunani dan Romawi belakangan yang lebih skeptis atau agnostik. Sehingga dengan demikian intisari filsafat Islam berada diseputar wacana bagaimana para filosof Islam menafsirkan doktrin Tauhid.

Terkadang terjadi pertentangan antara pemikiran Islam dan Yunani karena keduanya memberikan jawaban yang berbeda terhadap persoalan yang sama. Bahkan pada titik persamaannya sekalipun, pemikiran Islam dan Yunani bermuara pada sumber yang berbeda sehingga semua persamaan itu kerap dianggap sebagai kebetulan belaka. Dan apabila terjadi benturan antara Islam dan system teoritis yang mana pun juga, kesimpulan ummat terhadap benturan itu sangatlah jelas menolak system yang lain. Akan tetapi, bagaimanapun majunya filsafat Islam, filsafat Yunani tidak bias dinafikkan dan kemajuannya, karena filsafat Islam bermuara dan filsafat Yunani, cuma dalam prakteknya filosof muslim mencoba menggiring filsafat Yunani dalam pandangannya tentang ketauhidan.

(6)

2. Ruang Lingkup dan Kegunaan Filsafat Islam a. Ontologi Filsafat Islam

Pemikiran filsafat Islam lebih luas dan sekedar terbatasnya pada aliran-aliran Aristotelisme Arab saja, karena pemikiran filsafat Islam telah muncul dan dikenal dalam aliran-aliran teologis. Dalam ilmu kalam terdapat filsafat, sedangkan filsafat benar-benar menukik dan radikal. Mu’tazilah mempunyai pendapat dan pembahasan yang memecahkan problematika ketuhanan, alam dan manusia. Walaupun filsafat Islam tidak mengabaikan problematika-problematika filsafat Islam. Oleh karena filsafat Islam memaparkan secara luas teori ada (ontologis), menunjukkan pandangannya tentang waktu, ruang dan kehidupan.

Selain pertanyaan-pertanyaan seputar manusia, alam, dan Tuhan, ada pertanyaan lain yang tidak termasuk dalam satu ilmu nyata (biasa), “metode-metode ilmu itupun tidak berguna bagi perkara-perkara yang perkara-perkara yang ditanyakan itu. Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu “fisika” model tertentu, dan disini kita meningkat pada ilmu yang lebih umum ialah ilmu “metafisika”, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan atau disini bias dijawab pertanyaan : “Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ía mempunyai sebab yang nampak?”

Kemudian bisa dibuat objek pembahasan lagi, yaitu pengetahuan (pengalaman) itu sendiri, cara-caranya, dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya, dan dari sini keluarlah ilmu “logika” (mantiq) yang tidak ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Ilmu ini juga dipopulerkan oleh filosof muslim, Al-Farabi. Ia dianggap sebagai“hujjal al-mantiq”(ahli logika)

dan guru besar dalam ilmu filsafat dan ilmu metafisika. Kemudian kita melihat kepada “akhlak” dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan masayarakat yang berbeda dengan sosiologi yang lebih rnenekankan kepada pengertian tentang gejala kemasyarakatan dan hubungan-hubungan, tanpa meneliti apa yang seharuanya terjadi. Terkait dengan hal ini, seorang filosof muslim yang karena memiliki pandangan tentang akhlak, yaitu Ibn Miskawaih.

b. Epistemologi Filsafat Islam

(7)

ontologis yang berbeda, maka metode ilmiah, setidaknya dalam epistemologi Islam, juga beragam sesuai dengan objek-objeknya. Tak heran kalau dalam epistemologi Islam ditemukan berbagai metode ilmiah, yakni metode observasi atau eksperimen (tajrib) untuk objek-objek fisik, metode logis (burhani) untuk objek-objek non-fisik dan metode intuitif (irfani) untuk juga objek-objek non-fisik dengan cara yang lebih langsung.

Dengan ketiga macam metode ilmiah tersebut, ilmuan-ilmuan muslim dan para filosofnya dapat mengadakan penelitian, baik dibidang ilmu-ilmu alam (fisik), matematika, ataupun metafisika, ketiga hal tersebut merupakan kelompok utama ilmuan dalam system klasifikasi ilmu islam.

Namun, harus dipahami bahwa metode-metode ilmiah tersebut tidak mesti dipandang terlalu ketat dan eksklusif karena kerap terjadi gabungan antara ketiga macam metode tersebut. Misalnya, metode demonstratif ternyata bisa digunakan untuk penelitian empiris, atau dalam pernyataan lbn Rusyd “metode demonstratif menemukan ekspresinya yang paling utama dalam metode eksperimen”. Sementara al-Kindi metode matematikanyalah yang lebih mewakili metode demonstratif sebagai metode Ilmiah utama mereka. Namun, kadang ditemukan penggabungan antara metode eksperimen dan matematika atau menggunakan keduanya dalam penelitian.

Namun apapun bentuk kombinasi metodologi ini yang jelas para ilmuan dan filosof muslim mengakui tidak hanya satu metode ilmiah, seperti yang diakui dalam sains modern yaitu metode observasi, tetapi seperti dilihat, mengakui variasi metode yang memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian terhadap bermacam-macam objek ilmu, yaitu : fisika, matematika dan metafisika.

c. Aksiologi Filsafat Islam

Secara garis besar kegunaan rnempeajari filsafat dapat dipahami dalam dua bentuk, yaitu pertama, kegunaan teoritis; yaitu dapat membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis serta rasional dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Kedua, kegunaan praktis; bahwa orang berfilsafat dapat dibuktikan dalam kehidupan kesehariannya seperti dalam penggunaan pada pengetahuan tentang logika, etika, estetika dan lain-lain. Menurut al-Kind, filsafat adalah yang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia, mencakup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan.

(8)

amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat pada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.

Filosof-filosof Islam berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip agama, dengan tujuan agama, karena kedua-duanya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan melalui kepercayaan yang benar dan perbuatan yang baik. Juga mereka mengatakan bahwa pembahasan pokok agama dan filsafat adalah satu juga, karena kedua-duanya membicarakan prinsip-prinsip yang paling jauh bagi semua wujud ini.

Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dan akal, antara aqidah dan hikmah, antara agama dan filsafat, dan berupaya menjelaskan

manusia bahwa (i) wahyu tidak bertentangan dengan akal; (ii) aqidah jika diterangi dengan sinar falsafat akan menetap di dalam jiwa dan akan kokoh di hadapan lawan; (iii) agama jika bersandar dengan filsafat akan menjadi filosof sebagaimana filsafat menjadi religius.

Selain itu, kegunaan filsafat dapat dilihat sebagai sebuah pandangan hidup. Maksudnya adalah filsafat sebagai usaha yang kukuh dari orang yang biasa maupun orang cerdik pandai untuk membuat hidup mungkin dapat dipahami dan mengandung makna. Hal ini ditegaskan oleh Leighton bahwa :

“Philosophy seeks a totality and harmony of reasoned insight into the nature meaning all of the principle aspec of reality. A complete philosophy includes a world view or doctrine of the values, meaning and purpose of human life.

Artinya, filsafat mencari suatu realitas dan keserasian dari pengertian yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna dan semua segi pokok dan kenyataan. Suatu filsafat yang lengkap mencakup suatu pandangan hidup atau konsepsi dasar mengenal seiuruh kosmos dan suatu pandangaii hidup atau ajaran-ajaran tentang nilai-nilai, makna-rnakna dan tujuan-tujuan hidup mnusia.

III. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

(9)

tarbiyah al-Islamiyah. Masing-masing term ini mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan teks dan konteksnya, walaupun dalam hal tertentu, term-term tersebut memiliki kesamaan makna. Hal ini tercermin dalam ayat sebagai berikut :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra; 17:24).

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian rnengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah; 2:31)

Kedua ayat tersebut mencerminkan adanya perbedaan makna tentang al-tarbiyah dan al-ta’lim. Namun pada prinsipnya sama, yaitu menunjuk pada pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai dalam diri setiap individu melalui penumbuhan dan pengembangan potensi-potensi fitrahnya, guru mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek.

Mempelajari flisafat pendidikan Islam berarti memasuki arena yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuanIslam, melainkan menuntut seseorang untuk ikut mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Sebagai hasil pemikiran yang bercorak Islam, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi seorang muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Sedangkan filsafat pendidikan islam ditinjau dari segi fungsinya merupakan pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan Islam.

(10)

bahwa filsafat Islam merupakan pandangan yang mendasar tentang pendidikan yang bersumber dari ajaran Islam dan berorientasi berdasarkan sumber ajaran tersebut dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam.

Sebagai usaha membina filsafat pendidikan yang berdasarkan nilai Islam dibutuhkan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman seluas pandangan Islam, baik sebagai agama maupun sebagai peradaban manusia. Selain itu dibutuhkan pula sikap yang tidak memihak dan tidak dipersempit oleh fanatisme agama yang dianutnya. Melainkan bersikap obyektif dalam menganalisis dan menilai segala bentuk ilmu pengetahuan yang datang dari luar ajaran Islam. Hal inii terkait dengan karakteristik falsafah yang harus universal logis dalam berpikir tentang segala gejala kehidupan di alam raya ini.

Falsafah Islam yang murni adalah apabila mengandung konsep yang tidak terlepas dari sumber pandangan Islam secara menyeluruh dan mendasar. Ruang lingkup falsafah pendidikan Islam bukanlah hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan menyangkut segala hal yang mendasari dan mewarnai segala corak pemikiran yang disebut falsafat itu. Teknik operasional tersebut hanyalah merupakan bentuk kebijaksanaan atau strategi, bila pendidikan agama dilaksanakan dalam suatu system pendidikan nasional di negara tertentu. Kebijaksanaan bukanlah suatu falsafah melainkan suatu hasil dari sebagian aspek pemikiran filosofis.

Penjelasan sebelumnya bahwa filsafat pendidikan Islam menipakan mikiran yang mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, serta universal yang tertuang dalam suatu bentuk pemikiran suatu system. Sedangkan system dipahami sebagai suatu kesatuan bulat yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan satu sama lain sebagai suatu kebulatan yang utuh. Sehingga, jika dihubungkan dengan Islam maka yang dimaksudkan adalah falsafah tersebut merupakan manifestasi dari berbagai daya pikir, perasaan, dan kemauan yang bersumber dari ajaran Islam.

(11)

Realitas nilai yang terjadi pada masyarakat modern, dinamika kehidupannya terus melaju sesuai dengan semakin meningkatnya pula kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan pendidikan. Filsafat pendidikan Islam bertugas mengikuti dinamika masyarakat yang bertendensi kearah peubahan sosial yang menyeluruh. Keberadaannya harus mampu menyerap, mengakomodasi, dan menginterpretasi segala tuntutan zaman dan kecenderungan masyarakat. Dalam hal ini filsafat pendidikan Islam harus selektif memilah antara gejala perkembangan yang bertentangan dengan ajaran Islam dan kemajuan yang sesuai dengan ajaran Islam.

IV. Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Pendidikan Islam

Uraian sebelumnya telah menjelaskan bahwa keragaman problematika yang muncul dalam kependidikan sangat rnembutuhkan solusi dalam pemecahannya yang mampu menjawab setiap persoalan tersebut. Proses pemecahan masalah ini tidak semata-mata hanya membutukkan metode ilmiah. Akan tetapi terdapat beberapa diantara problematika kependidikan tersebut yang memerlukan pendekatan filosofis dalam menjawab masalah tersebut. Sehingga analisa filsafat dalam berbagai pendekatan tersebut akan dapat melahirkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah kependidikan dan akan membantu lahirnya teori-teori pendidikan.

Adapun hubungan fungsional antara fllsafat dan teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :

 Filsafat dalam arti analisa filsafat merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan masalah dan menyusun teori-teori pendidikan. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.

(12)

tersebut, yang sesuai dengan kebutuhan, pandangan, dan tujuan hidup masyarakat.

Selain hubungan fungsional tersebut, filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam memiliki hubungan yang sangat erat sehingga membuat keduanya harus seiring sejalan dalam usaha memajukan kehidupan manusia. Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah khalifah Allah di alam semesta ini, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusia memiliki potensi untuk melakukan hal tersebut. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan kehidupan dan menjadi tanggung jawab manusia sendiri. Untuk dapat mendidik, terlebih dahulu manusia harus mengetahui dan memahami diri sendiri.

Manusia harus mengetahui hakikat manusia, hakikat hidup dan tujuan hidupnya sendiri, mergetahui dan mengenal alarn lingkungannya. Manusia hidup dalam masyarakat, dimana mereka harus menyesuaikan diri, manusia hidup dengan hasil cipta rasa dan karsa. Manusia hidup bersama keyakinan dan kepercayaan, pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dalam proses hidup.

Hal-hal tersebut merupakan problema hidup dalam kehidupan manusia yang sekaligus menjadi bagian dalam problema pendidikan. Menurut konsep pendidikan Islam bahwa pada hakikathya manusia adalah khalifah Allah, memiliki potensi untuk memahami, menyadari, dan kemudian merencanakan pemecahan problema hidupnya. Dengan kata lain Islam menghendaki manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab agar tetap berada dalam kehidupan yang Islami.

(13)

dua segi, yaitu segi ilmiah dapat dibenarkan dan segi diniyah dapat dipertanggungjawabkan.

V. Penutup

Berdasarkan uraian pembahasan tersebut di atas, dapat dipahami beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Filsafat sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani, namun sedikIt demi sedikit menamba masuk kedunia Arab, pada waktu itu dunia Islam (Arab) telah berkembang ilmu kalam yang subtansinya sama dengan ilmu filsafat. Meskipun filsafat Islam berembrio dari filsafat Yunani, tidaklah dapat dikatakan bahwa corak filsafat Islam sama dengan corak filsafat Yunani, karena filsafat Islam cenderung menggiring flisafat Yunani kearah ketauhidan. Corak filsafat Islam yang menggambarkan kepribadiannya adalah aspek ontologis, epistirnologis, dan aksiologisnya. Secara khusus tergambar pada tiga halpertama, system pemikiran mereka yang teratur dan berpangkal pada pemikiran-pemikiran Aristoteles; kedua, memperbaiki kekurangan-kekurangan Aristoteles dan mengemukakan pikiran-pikiran baru;ketiga, mempertemukan agama dan filsafat.

2. Filsafat pendidikan islam menipakan pandangan yang mendasar tentang pendidikan yang bersumber dan ajaran Islam dan berorientasi berdasarkan sumber ajaran tersebut dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Lebih tegasnya, filsafat pendidikan Islam mempakan suatu pemikiran yang mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, serta universal yang tertuang dalarn suatu bentuk pemikiran sebagai suatu system.

3. a. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalahpertama, filsafat merupakan suatu pendekatan dalam memecahkan masalahmasalah kependidikan dan menyusun teori baru tentang pendidikan. Kedua, teori-teori pendidikan yang telah dikembankan oleh para ahli yang berdasarkan aliran filsafat tertentu memiliki relevansi dengan realitas kehidupan. Sehingga teori tersebut dapat diimplementasikan dalam praktek kependidikan sesuai realitas dan kebutuhan.

(14)

manusia harus mengetahui dan memahami diri sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesibukan sebagian besar orangtua sehingga tidak tersedianya waktu untuk mendidik dan menyertai anak-anaknya dengan pendidikan

Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima

Sedangkan filsafat pendidikan Islam merupakan suatau kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an

Penelitian ini dilatar belakangi oleh oleh turunnya moral dan keimanan generasi kita. Lemahnya pendidikan agama Islam kepada anak mengakibatkan ingkarnya mereka dari agama

Kepuasan konsumen memberikan suatu dorongan kepada peserta didik untuk menjalin ikatan pada lembaga pendidikan. Pengambilan judul ini dilatar belakangi oleh mutu

Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar bagi perbaikan sistem pendidikan Islam saat ini. Oleh karena itu, dengan berkembangnya

Perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode klasik ini masih menyimpan tokoh-tokoh seperti ; Ibnu Masarrah (269-319) yang pemikirannya

Dalam konteks filsafat pendidikan Islam, pemahaman dan perkembangan konsep-konsep ini memainkan peran penting dalam membentuk pandangan dunia, tujuan pendidikan, serta pemahaman tentang